ANALISIS PROTEIN SPESIFIK TEMBAKAU SRINTHIL. Disusun oleh : Nama : Slamet Haryono NIM :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan

Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

Analisis kadar protein

Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr

Lampiran 1 Prosedur Rotofor

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. LAMPIRAN. Gambar 19. Kurva Standar Protein

3 Metodologi Percobaan

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan Bahan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN

s - soluble fraction i - insoluble fraction p - post-ni 2+ column

III. Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Analisis fitokimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

3 Metode Penelitian Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

Lampiran A : Komposisi Media MS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

METODOLOGI PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

Metode Penelitian. III.2.1 Sampel

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

3 Percobaan. 3.1 Tempat dan Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

20,0 ml, dan H 2 O sampai 100ml. : Tris 9,15 gram; HCl 3ml, dan H 2 O sampai 100ml. : ammonium persulfat dan 0,2 gram H 2 O sampai 100ml.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISIS PROTEIN SPESIFIK TEMBAKAU SRINTHIL Disusun oleh : Nama : Slamet Haryono NIM : 412000011 FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2004

1. PENDAHULUAN Tembakau srinthil merupakan salah satu bentuk dari tembakau rajangan dari daerah Kedu dengan kualitas istimewa. Keistimewaan tembakau tersebut terletak pada ke-khas-an rasa yang dimiliki juga karena proses terbentuknya yang tidak tentu dan begitu alami tanpa campur tangan manusia, sehingga oleh masyarakat sekitar peristiwa tersebut masih dianggap sebagai keajaiban alam atau supranatural. Oleh karena prosesnya yang tidak menentu serta keunggulan rasa yang dimiliki, menyebabkan tembakau srinthil mendapatkan harga di pasaran yang jauh lebih tinggi dari pada tembakau rajangan biasa. Pada industri rokok keberadaan tembakau srinthil dalam racikan turut menentukan kualitas rasa rokok yang dihasilkan. Sementara itu jumlah tembakau srinthil yang ada di pasaran sangat tidak menentu. Oleh karena itu penelitian tentang peristiwa terbentuknya tembakau srinthil sangatlah diperlukan dengan harapan proses terbentuknya tembakau srinthil dapat dikendalikan. Penelitian ini merupakan penelitian awal dalam upaya mencari tahu lebih banya tentang peristiwa terjadinya tembakau srinthil. Sebagai titik tolak dalam penelitian ini di fokuskan pada kandungan protein teutama untuk mengetahui kandungan protein yang secara khas terdapat pada tembakau srinthil selama proses pemeraman. Dengan harapan jika telah diketahui protein yang secara spesifik pada tembakau srinthil dapat dirunut sumber dari protein tersebut, apakah protein tersebut merupakan hasil dari proses metabolisme tembakau itu sendiri ataukah melibatkan organisme dari luar. Lebih lanjut jika sumber dari protein tersebut dapat diketahui maka dimungkinkan cara untuk merekayasa baik secara genetik ataupun lingkungannya. Namun demikian dalam penelitian ini akan dibatasi pada upaya mencari tahu keberadaan protein yang secara spesifik terdapat pada tembakau srinthil. Untuk mengetahui keberadaan protein yang secara spesifik terdapat pada tembakau srinthil menggunakan metode pemisahan berdasarkan kemampuan dari protein dengan berbagai ukuran untuk melewati bidang pemisah dengan kerapatan tertentu yang didorong dengan tenaga listrik. Secara khusus menggunakan teknik elektoforesis gel. Teknik ini digunakan dengan pertimbagan pada pengerjaan prosedur yang tidak terlalu rumit serta biaya operasional yang tidak terlalu tinggi dengan akurasi hasil yang tinggi.

2. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel tembakau srinthil dilakukan di desa Tuksari kecamatan Kledung kabupaten Temanggung. Sedangkan analisis protein dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler Sel, Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Pra penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2004. Pengambilan sampel dilapangan dan analisis dilakukan pada bulan September-Oktober 2004. Sedangkan untuk penulisan hasil penelitian dilakukan pada bulan November 2004 sampai Februari 2005. 2.2. Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah daun tembakau pada proses pemeraman hari ke satu sampai perajangan dan menjadi tembakau yang siap dikirim ke perusahaan rokok. Sedangkan bahan kimia yang digunakan adalah tris HCL 0,1M ph 7,2 β merkapto ethanol, nitrogen cair, trichloroacetic acid (TCA 20 %), aseton, BSA (Standard Bovine Albumin), Akuades, Na 2 CO 3, NaOH, CuSO 4, Na Sitrat, Folin Ciocalteus phenol Reagen, akrilamid, metilen-bis-akrilamid, tris HCL 1,5M ph 8,8, tris HCL 0,5M ph 6,8, Sodium Dodesil Sulfate (SDS) 10%, amonium persulfat (APS) 10 %, tetrametiletildiamin (TEMED), bufer elektroda ph 8,3 kepekatan 5X, Standar protein MW-SDS-200 KIT SIGMA, sampel bufer, ethanol, asam asetat glasial, methanol, amonia p.a, AgNo 3, NaOH, selopan, Asam sitrat 1%, formaldehid 37 %. 2.3. Alat Alat yang digunakan adalah ph meter, tabung reaksi, tabung eppendorf, mikropipet 10-100 µl, pipet tetes, labu ukur, spatula, neraca analitik, gelas piala, gelas ukur, pompa vakum, erlenmeyer, vortex, strirer, magnet stirer, kuvet, sentrifuge, penangas air, dan alat elektroforesis. 2.4. Cara Kerja 2.4.1. Ekstraksi Protein Daun tembakau dibersihkan dari kotoran, digerus pada pestle sampai halus dengan nitrogen cair. Diambil sebanyak 3 g sampel untuk dimaksukkan ke dalam tabung yang berisi 10 ml larutan bufer pengesktrak. Tabung yang berisi sampel tersebut divortex 1 menit, disentrifuge selama 20 menit pada 14000 rpm. Filtratnya ditampung kemudian endapannya di buang.

2.4.2. Pemurnian Protein Di masukkan larutan TCA 20% (1:1) ke dalam larutan ekstraksi, larutan divortex 1 menit, diinkubasikan pada suhu 4 o C selama 5 menit, disentrifuge pada 14000 rpm selama 10 menit. Fitratnya dibuang dan pelet yang diperoleh dilarutkan ke dalam 100 µl bufer pengekstrak. Sampel protein tersebut disimpan pada suhu 0 o C untuk analisis selanjutnya. 2.4.3. Analisis Protein 2.4.3.1. Pembuatan Pereaksi Lowry o Pereaksi A (6% Na 2 CO 3 dalam 0,2M NaOH) Ditimbang 15 g Na 2 CO 3 dan 2 g NaOH kemudian dilarutkan ke dalam 250 ml akuades. o Pereaksi B ( CuSO 4 1,5 % dalam 3%Na-Sitrat) Ditimbang 0,2345 g CuSO 4 dan 0,3 g Na-Sitrat kemudian dilarutkan ke dalam 10 ml akuades. o Pereaksi C ( Pereaksi A: Pereaksi B = 50 :1) Dipipet pereaksi A sebanyak 14,7 dan ditambahkan 0,3 ml pereaksi B kemudian di kocok. o Pereaksi D (Pereaksi Folin Ciocalteus phenol Reagen : akuades = 3:1) Dipipet pereaksi Folin Ciocalteus phenol Reagen sebanyak 3,75 ml dan ditambahkan 1,25 ml akuades kemudian di kocok. o Standar Bovine Serum Albumin (BSA) dengan konsentrasi 200 µg /ml. 2.4.3.2. Pembuatan deret Standar Protein Pembuatan deret standar dilakukan menurut tabel berikut : Komposisi Konsentrasi akhir larutan standar (µg /ml) 0 12,5 25 50 100 200 BSA 200 µg /ml (ml) 0 0,1 0,2 0,4 0,8 1,6 Akuades (ml) 1,6 1,5 1,4 1,2 0,8 0 Pereaksi C (µl) 600 600 600 600 600 600 Dikocok dan di diamkan 10 menit Pereksi D (µl) 200 200 200 200 200 200 Dikocok dan di diamkan 30 menit

Konsentrasi protein di dalam larutan standardiukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 750 nm. Hasil yang diperoleh kemudian dibuat kurva hubungan antara konsentrasi standar protein dengan nilai absorban. 2.4.3.3. Pengukuran Kadar Protein Sampel Diambil sebanyak 20 µl sampel untuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kedalamnya berturut turut ditambahkan akuades 1,58 ml, 600 (µl) pereaksi C, dikocok dan di diamkan selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan 200 (µl) pereaksi D, dikocok dan didiamkan selama 30 menit. Kandungan protein sampel diukur pada spektro foto meter pada panjang gelombang 750 nm. Kadar Protein dihitung berdasarkan kurva standar. 2.4.4. Elektroforesis Protein 2.4.4.1. Pembuatan Gel SDS PAGE Disiapkan cetakan gel berupa dua lembar kaca yang dipisahkan dengan spacer. Separating gel 12 % yang telah dibuat segera dimasukkan ke dalam cetakan gel sampai ± 1 cm dibawah comb kemudian ditambahkan akuades sampai penuh. Gel dibiarkan memadat selama 1 jam. Air yang berada di atas separating gel dibuang dan gel dikeringkan dengan kertas saring. Stacking gel 4 % yang telah dibuat sebelumnya dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dipasang comb, tunggu sampai mengeras ± 1 jam. Setelah gel memadat, comb dilepaskan dengan gerakan lurus ke atas. Gel telah siap digunakan pada alat elektroforesis. 2.4.4.2. Persiapan Sampel Diambil sampel sebanyak 20 µl dengan menggunakan pipet kemudian ditambahkan bufer sampel 20 µl 2x selanjutnya dipanaskan pada suhu 95 o C selama 4 menit. 2.4.4.3. Running Elektroforesis Cetakan gel ditempatkan pada boks elektroforesis kemudian boks tersebut diisi dengan bufer elektroda 1x. Sampel protein sebanyak 40 µl kedalam sumur sumur yang tercetak pada gel. Alat elektroforesis dihubungkan dengan power supplay yang di set pada 125 volt selama 80 menit. 2.4.4.4. Pewarnaan Gel Gel dilepas dari cetakannya untuk dimasukkan ke dalam wadah plastik yang berisis larutan fiksasi. Gel tersebut digoyang selama 15 menit agar terjadi pemerataan fiksasi. Setelah itu dicuci

dengan larutan pencuci selama 2x 30 menit sambil digoyang. Larutan pencuci dibuang dan selanjutnya dimasukkan larutan pewarna selama 15 menit sambil digoyang. Larutan pewarna dibuang dan dimasukkan larutan refilasi selama 2-3 menit sampai muncul pita-pita protein. Setelah pita-pita muncul gel direndam dalam larutan fiksasi dan gel diawetkan dengan selopan. 3. Analisis HPLC Analisis dilakukan di Laboratorium Hayati UGM. Lampiran bahan A. Protein Extraction Buffers 1 1. Nitrogen cair 2. Larutan bufer Ekstrak Merkaptoethanol : 75 µl Tris HCL 0,1 M ph 7,2 : 10 ml Ditimbang 1,21 g basa Tris dilarutkan dalam 60 ml akuades dan ph diukur sampai 7,2 dengan menambahkan HCL pekat kemudian larutan ditepatkan sampai 100 ml dengan akuades yang disimpan pada suhu 4 o C. 3. Larutan TCA 20 % Ditimbang 20 g TCA dan dilarutkan dalam 50 ml akuades kemudian ditepatkan sampai 100 ml. 4. Aseton B. Protein Extraction Buffers 2 0.08 M Potassium Phosphate, ph 7.0, 20% sucrose (w/v), 5% polyvinylpyrrolidone, 0.5% Triton X-100, 14 mm 2-mercaptoethanol. To make 100 ml extraction buffer: Ditimbang 1.393 g potassium phosphate, dimasukkan ke dalam 50 ml akuades. Ditambahkan 20 g sucrose, 0.5 g polyvinylpyrrolidone. Dilakukan penyesuaian ph pada 7.0 dengan penambahan HCL pekat. Tambahkan akuades sampai volume 100 ml. Ke dalam larutan ditambahkan 0,5 ml Triton X-100 dan 0,09 ml 2-mercaptoethanol. C. Larutan Elektroforesis

1. Akrilamida/bis Ditimbang 29, 2 g akrilamida dan 0,8g N N bis-metilen-akrilamid, dilarutkan dalam 100 ml akuadeskemudian disaring dan disimpan pada suhu 4 o C. 2. Tris HCL 1,5 M ph 8,8 Ditimbang 18,15 g basa tris dilarutkan dalam 60 ml akuades, ph diukur sampai 6,8 dengan penambahan HCL pekat, kemudian ditambahkan akuades sampai tepat 100 ml dan disimpan pada suhu 4 o C. 3. Tris HCL 0,5 M ph 6,8 Ditimbang 6,0 g basa tris dilarutkan dalam 60 ml akuades dan ph diukur sampai 6,8 dengan penambahan HCL pekat, kemudian ditambahkan akuades sampai tepat 100 ml dan disimpan pada suhu 4 o C. 4. SDS10 % Ditimbang 10 g SDS dilarutkan dalam 100 ml akuades. 5. APS 10 % Ditimbang 0,1 g APS kemudian dilarutkan dalam 1,0 ml akuades. Diguankan dalam keadaan baru. 6. TEMED 7. Sampel bufer 2x Ditimbang 1,51 g basa tris, 20 ml gliserol, dilarutkan dalam 35 ml akuades, ph diukur sampai 6,75 dengan penambahan HCL pekat. Kedalam larutan tersebut ditambahkan 4,0 g SDS, 10 ml merkaptoetanol, 0,002 bromophenol blue, kemudian diencerkan sampai volume 100 ml. Larutan tersebut disimpan dalam freezer (-20 o C) 8. Bufer elektroda ph 8,3 kepekatan 5x Ditimbang 15 g basa tris, 72 g glisisn, 5 g SDS, kemudian dilarutkan dalam I L kemudian disimpan dalam suhu 4 o C. Untuk satu kali elektroforesis, dipipet 50 ml bufer elektroda ph 8,3 kepekatan 5X kemudian diencerkan dalam 250 ml akuades. 9. Separating gel 12 %

Kedalam erlenmeyer dimasukkan 3,05 ml akuaddes, 2,5 ml tris HCL 1,5 M ph 8,8, 100 µl APS, dan 5 µl TEMED. Larutan tersebut digoyang perlahan-lahan sampai homogen. 10. Stacking gel 4 %. Ke dalam erlenmeyer dimasukka 3,05 ml akuades, 1,25 ml tris HCL 0,5 M ph 6,8, 50 µl SDS 10 %, dan 650 µl akrilamid/bis akrilamid. Campuran diaduk sampai homogen dan divakum selama 15 menit. Kemudian ditambahkan 50 µl APS dan 5 µl TEMED, larutan digoyang perlahan sampai homogen. 11. Larutan fiksasi Larutan fiksasi dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan sebagai berikut. Etanol : 80 ml Asam asetat : 20 ml Akuades : 100 ml 12. Larutan pencuci Larutan pencuci dibuat dengan mencampurkan metanol dan air dengan perbandingan (1: 1) v/v. 13. Larutan pewarna Ditimbang 0,82 g AgNO 3 dilarutkan dalam 4 ml akuades (larutan a). Dicampurkan sebanyak 21 ml NaOH 0,36 % dengan 1,54 ml amonia 25 % (larutan b). Larutan B diaduk dengan strirer kemudian ditambahkan setetes demi setetes larutan A, kemudian diencerkan sampai 100 ml. 14. Larutan refilasi Dicampurkan 1,25 ml asam sitrat 1 % dengabn 140 µl formaldehid 37 %, kemudian diencerkan dengan akuades sampai 250 ml.