I. MATERI DAN METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Tahapan Penelitian. Kultur Stok S. thermopillus, L. bulgaricus, dan B. bifidum. MRS agar miring

MATERI DAN METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

bio.unsoed.ac.id LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium MRSA (demann Rogosa Sharpe Agar) Komposisi medium MRSA per 1000 ml:

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi dan Cara Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Kultur Starter (modifikasi Koroleva, 1991) S. thermophillus (St) L. bulgaricus (Lb) atau Bifidobacterium BBIV (Bb)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

III.METODOLOGI PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

METODOLOGI Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen karena terdapat suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

MATERI DAN METODE. 2.1 Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian Materi Alat-alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya ice box,

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BABm METODA PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

III. MATERI DAN METODE

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

MATERI DAN METODE. Prosedur

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. bio.unsoed.ac.id. Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 4 macam, yaitu:

METODE. Lokasi dan Waktu

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

3. METODOLOGI 3.1 Pelaksanaan Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Transkripsi:

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pipet tetes, batang pengaduk, jarum inokulum, batang Drugalsky, pipet ukur, cotton plug, object glass, botol, pinset, gunting, tabung reaksi, cawan petri, labu Erlenmeyer, filler, beaker glass, gelas ukur, pembakar spirtus, sprayer, korek api,mikropipet dan tip, rak tabung,papan tabung miring, kompor gas, panci, timbangan analitik, centrifuge tube, spectrophotometer, centrifuge, vortex, ph meter, hotplate dan magnetic stirrer, autoklaf, incubator, refrigerator, mikroskop, statif dan buret, dan anaerobic jar. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Isolat B. bifidum hasil penelitian sebelumnya, kultur L. bulgaricus dan S. thermopillus (Koleksi Laboratorium Mikrobiologi Fabio Unsoed), label, kapas, tissue, wrapper, allumunium foil, spirtus, alkohol 70%, susu sapi murni exfarm peternakan Unsoed, susu bubuk skim, sukrosa, ekstrak ragi, medium demann Rogosa Sharpe Agar (MRSA), medium demann Rogosa Sharpe Broth (MRSB), tetramethyl-dphenylenediamine dihydrochloride, H 2 O 2, crystal violet, lugol s iodine, etanol 70%, safranin, methylene blue,bromcresol purple (BCP), Starch Agar (SA), Skim Milk Agar (SMA), King s B, akuades steril, buffer tris HCl 0,05 M, HCL 0,1 M, 2% kasein dalam 0,5 M, buffer fosfat ph 7, Tri Cloro Acetiacid (TCA) 10 % (b/v), Asam Oksalat 0,1 N, NaOH, Na 2 CO 3 0.5 M, tirosin, pepton 0.1%, etanol 70%, indikator fenolftalin 0.1% (b/v), pereaksi Folin Ciocalteau, indikator anaerob jar. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Lingkungan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agusutus 2014. B. Metode Penelitian 1. Rancangan Percobaan Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial. Faktor yang digunakan yaitu perbandingan konsentrasi starter dan lama penyimpanan. Faktor I yaitu perbandingan konsentrasi starter yang terdiri atas empat taraf sebagai berikut: 4

A 0 : 3 % Starter S. thermophillus : 3 % L. Bulgaricus : 0 % B. bifidum (1:1:0) A 1 : 3 % Starter S. thermophillus : 3 % L. Bulgaricus : 1,5 % B. bifidum (1:1:0,5) A 2 : 3 % StarterS. thermophillus : 3 % L. Bulgaricus : 3 % B. bifidum (1:1:1) A 3: 3 % Starter S. thermophillus : 3 % L. Bulgaricus : 4,5 % B. bifidum (1:1:1,5) Faktor II yaitu lama simpan selang 5 hari selama 30 hari penyimpanan yang terdiri atas tujuh taraf sebagai berikut : T 0 : Hari ke-0 T 1 : Hari ke-5 T 2 : Hari ke-10 T 3 : Hari ke-15 T 4 : Hari ke-20 T 5 : Hari ke-25 T 6 : Hari ke-30 Penelitian diulang sebanyak 3 kali ulangan, sehingga didapatkan kombinasi dari kedua faktor (Tabel 1.1) yaitu : Tabel 1.1. Kombinasi antara kedua perlakuan Konsentrasi Lama Simpan (Hari) Yoghurt 0 hari 5 hari 10 hari 15 hari 20 hari 25 hari 30 hari B.bifidum (%) T 0 T 1 T 2 T 3 T 4 T 5 T 6 A 0 A 1 A 2 A 3 A 0 T 0 A 0 T 1 A 0 T 2 A 0 T 3 A 0 T 4 A 0 T 5 A 0 T 6 A 1 T 0 A 1 T 1 A 1 T 2 A 1 T 3 A 1 T 4 A 1 T 5 A 1 T 6 A 2 T 0 A 2 T 1 A 2 T 2 A 2 T 3 A 2 T 4 A 2 T 5 A 2 T 6 A 3 T 0 A 3 T 1 A 3 T 2 A 3 T 3 A 3 T 4 A 3 T 5 A 3 T 6 2. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan tergantung. Variabel bebas adalah konsentrasi B. bifidum dalam yoghurt dan lama simpan yoghurt. Variabel tergantungnya adalah aktivitas protease bakteri psikrotrofik pada yoghurt. Parameter utama yang diamati adalah banyaknya tirosin yang dihasilkan dalam U/ml. Adapun parameter pendukungnya adalah kadar asam laktat, jumlah bakteri asam laktat, jumlah bakteri psikrotrofik. 3. Cara Kerja 3.1. Pembuatan Media Pertumbuhan (Lampiran 3) Media yang digunakan dalam penelitian adalah media demann Rugosa Sharpe Broth (MRSB), demann Rogosa Sharpe Agar (MRSA) dan king s B. 5

3.2. Peremajaan Kultur Isolat L. bulgaricus, S. thermopillus, B. bifidum (Kusnawati, 2004) Isolat L. bulgaricus, S. thermopillus dan B. bifidum diambil 1 ose kemudian digoreskan secara zig-zag ke dalam tabung reaksi yang berisi MRS agar miring, diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 2 hari. Peremajaan ini dilakukan setiap 1-2 minggu sekali. 3.3. Uji Mikrobiologi Sel S. thermophillus, L. bulgaricus dan B. bifidum (Kaster dan Brown, 1983). Uji mikrobiologi sel L. bulgaricus, S. thermopillus dan B. bifidum meliputi pewarnaan Gram, pewarnaan sederhana, uji katalase dan uji oksidase (Lampiran 3.). Khusus untuk B. bifidum dilakukan uji fermentasi karbohidrat. 3.4. Pembuatan Inokulum S. thermophillus, L. bulgaricus dan B. bifidum (Whardani, 2004) Kultur biakan murni S. thermophillus, L. bulgaricus dan B. bifidum pada media MRS agar miring diinokulasikan ke dalam 9 ml larutan pepton 1%, kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam. Setelah itu, dilakukan pengukuran OD menggunakan spektrofometer dengan panjang gelombang 600 nm sampai diperoleh nilai absorbansinya 0,5. 3.5. Pembuatan Kultur Starter (Koroleva, 1991 dalam Akmar, 2006). Pembuatan kultur starter S. thermophillus, L. bulgaricus, dan B. bifidum terdiri dari 3 tahapan yaitu pembuatan kultur induk, feed starter dan bulk starter. 3.5.1. Pembuatan Kultur Induk S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum Proses pembuatan kultur induk S. thermophillus, L. bulgaricus dan B. bifidum merujuk Lampiran 4, komposisi media yang digunakan untuk pembuatan kultur induk S. thermophillus berbeda dengan komposisi media kultur induk L. bulgaricus dan B. bifidum. Pembuatan media kultur induk S. thermophillus yaitu sebanyak 8,5 gr susu bubuk skim, 10 gr sukrosa, dan 0,1 gr ekstrak ragi dilarutkan kedalam 100 ml akuades kemudian disterilisasi dengan metode tindalisasi pada suhu 80 o C, selama 30 menit. Media yang sudah steril dinamakan media tumbuh A, kemudian media ditambahkan dengan kultur S. thermophillus dalam pepton yang telah diukur OD±0,5 sebanyak 3 ml. Setelah itu diinkubasi selama 12 jam pada suhu 37 o C. Pembuatan media kultur induk L. bulgaricus dan B. bifidum yaitu sebanyak 8,5 gr susu bubuk skim dilarutkan ke dalam 100 ml akuades, kemudian disterilisasi dengan metode tindalisasi pada suhu 80 o C, selama 30 menit. Media yang sudah steril dinamakan media tumbuh B, kemudian media ditambahkan dengan kultur vi

L. bulgaricus atau B. bifidum dalam pepton yang telah diukur OD±0,5 sebanyak 3 ml. Setelah itu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 o C. 3.5.2. Pembuatan Feed Starter S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum Proses pembuatan feed starter S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum merujuk Lampiran 4, sebanyak 3 ml kultur induk ditambahkan ke dalam 97 ml media tumbuh baru. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 o C untuk kultur S. thermophillus diinkubasi selama 6 jam, sedangkan L. bulgaricus dan B. bifidum diinkubasi selama 12 jam sampai terkoagulasi. 3.5.3. Pembuatan Bulk Starter S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum Proses pembuatan bulk starter S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum merujuk Lampiran 4, sebanyak 3 ml feed starter ditambahkan ke dalam 97 ml media tumbuh baru lalu diinkubasi pada suhu 37 o C. bulk starter S. thermopillus diinkubasi selama 6 jam, sedangkan bulk starter L. bulgaricus dan B. bifidum diinkubasi selama 12 jam. 3.5.4. Pembuatan Kombinasi Starter S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum dengan Berbagai Konsentrasi. Susu murni sebanyak 500 dalam empat botol bening steril masing-masing ditambahkan gula sebanyak 50 gr (10%), selanjutnya dipanaskan pada suhu 90 0 C selama 30 menit, kemudian didinginkan sampai suhunya 45 0 C. Masing-masing botol diinokulasikan bulk starter dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda. a. Ditambahkan bulk strarter S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum dengan perbandingan konsentrasi 1:1:0 yaitu 3 % bulk strarter S. thermophilus, 3 % L. bulgaricus, 0 % B. Bifidum. b. Ditambahkan bulk strarter S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum dengan perbandingan konsentrasi 1:1:0,5 yaitu 3 % bulk strarter S. thermophilus, 3 % L. bulgaricus, 1.5 % B. Bifidum. c. Ditambahkan bulk strarter S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum dengan perbandingan konsentrasi 1:1:1 yaitu 3 % bulk strarter S. thermophilus, 3 % L. bulgaricus, 3 % B. Bifidum. d. Ditambahkan bulk strarter S. thermophilus, L. bulgaricus dan B. bifidum dengan perbandingan konsentrasi 1:1:1,5 yaitu 3 % bulk strarter S. thermophilus, 3 % L. bulgaricus, 4.5 % B. Bifidum. Masing-masing starter dengan berbagai konsentrasi dikocok beberapa kali, kemudian diinkubasi pada suhu 45 0 C selama 6 jam. vii

3.6. Pembuatan Yoghurt (Modifikasi Kosokowski, 1985 dalam Ramadzanti, 2006) Pembuatan yoghurt dilakukan dengan cara memasukkan susu murni sebanyak 500 ml ke dalam botol bening ukuran 600 ml, kemudian ditambahkan gula sebanyak 50 gr (10%) dan dipanaskan hingga suhu 90 o C selama 30 menit. Setelah itu, didinginkan hingga suhunya mencapai 45 o C. starter dengan berbagai konsentasi ditambahkan kedalam susu yang sudah dipasteurisasi dengan perbandingan konsentrasi starter yang berbeda yaitu 1:1:0, 1:1:0.5, 1:1:1, 1:1:1.5 sebanyak 3 %, kemudian dikocok beberapa kali. Susu yang sudah diberi starter diinkubasi pada suhu 45 o C selama 6 jam sampai terbentuk yoghurt. Yoghurt disimpan pada suhu 4 o C di refrigerator selama 30 hari. 3.7. Pengukuran Aktivitas Protease Yoghurt dengan Metode Lowry (Akmar, 2006). Pengukuran aktivitas protease dilakukan setiap 5 hari sekali selama 30 hari penyimpanan. Uji aktivitas protease dilakukan dengan cara mengambil 10 ml yoghurt yang sudah diberi perlakuan berbagai konsentrasi, dimasukkan ke dalam eppendorf, kemudian dicentrifuge dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit pada suhu 4 o C. Supernatan (ekstrak kasar enzim protease) diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, disimpan pada suhu 20 o C. Supernatan diambil sebanyak 0.5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 0,5 ml buffer tris-hcl 0.05 M ph 7 dan divorteks kemudian di inkubasi pada suhu 37 o C selama 5 menit. 0,5 ml subtrat berupa 2% kasein dalam 0.05 M buffer fosfat ph 7 ditambahkan ke dalam supernatan dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 o C, kemudian ditambahkan TCA 0.4 M sebanyak 1 ml. Larutan divorteks dan disentifuge, diambil 0,5 ml supernatan kemudian ditambahkan 2,5 ml Na 2 CO 3 0,5 M, dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 5 menit. Ditambahkan 0,5 ml reagen folin ciocalteu, dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 menit, selanjutnya diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 660 nm. Penggunaan blanko dari setiap pengujian menggunakan prosedur yang sama, tetapi penambahan TCA 0.4 M dilakukan sebelum penambahan substrat kasein. Larutan tirosin digunakan sebagai standard yang dilarutkan dalam HCl 0.1M pada berbagai konsentrasi. Konsentrasi standar yang digunakan yaitu 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 mm. Setiap konsentrasi standar diambil 0,5 ml dan ditambahkan 0,5 ml Na 2 CO 3 lalu diinkubasi selama 5 menit, kemudian ditambahkan Folin Ciocalteau sebanyak 0,5 ml dan diinkubasi lagi selama 30 menit pada suhu 37 o C. Diukur kerapatan optiknya menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 660 nm. Hasil serapan dari viii

larutan standar digunakan untuk mencari persamaan linear, yang selanjutnya dibuat kurva standar untuk mencari banyaknya tirosin yang dihasilkan. Perhitungan aktivitas enzim sebagai berikut: Aktivitas Protease (U/ml) = ( X x 1000 x V) (p x q)x fp Keterangan : X = Konsentrasi sampel dari persamaan regresi dengan nilai absorban sebagai Y Fp = Faktor Pengenceran V = Volume total sampel pada tiap tabung 1000 = Faktor konversi (mm ke µm) q = Waktu inkubasi p = Volume enzim (ml) 3.8. Pengukuran Kadar Asam Laktat (AOAC, 1995). Pengukuran kadar asam laktat diukur setiap 5 hari sekali selama 30 hari penyimpanan. Yoghurt dari masing-masing sampel diambil sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan akuades sebanyak 90 ml untuk dititrasi dengan menggunakan NaOH 1 N. Indikator warna yang digunakan adalah fenolptalein 1% dengan perubahan warna menjadi merah muda. Menurut syarat mutu yoghurt pada SNI 01-2981-1992, jumlah asam laktat adalah 0,5-2,0%. Konsentrasi total asam tertitrasi dihitung sebagai persen asam laktat. Kadar asam laktat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar asam laktat = Vol NaOH (ml) x N NaOH x Mr As. Laktat Volume Sampel (ml) x 1000 Keterangan : Vol NaOH N NaOH Mr. As. Laktat V sampel : Volume NaOH yang terpakai (ml) : Konsentrasi NaOH (N) : 90g/ekivalen : Volume sampel yang dianalisis (ml) 3.9. Perhitungan Jumlah Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Psikrotrofik ( Hidayat et al., 2013) Perhitungan jumlah bakteri asam laktat diawali dengan sampel yoghurt diencerkan ke dalam akuades steril dengan perbandingan 1:9. Sampel yoghurt diambil sebanyak 1 ml dan diencerkan ke dalam 9 ml akuades steril sampai pengenceran 10-6. Pada pengenceran 10-5 dan 10-6 diplating duplo secara pour plate (PP) ke media MRSA dan diplatting mono secara PP ke media King s B. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 o C selama 48 jam. Untuk menghitung jumlah BAL dan bakteri psikrotrofik yang tumbuh digunakan metode Total Plate Count (TPC) dengan rumus: ix

CFU s/ml = jumlah koloni x 1/faktor pengenceran x PP 4. Metode Analisis Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada tingkat kesalahan 5% menggunakan software Microsoft Excel, karena hasil penelitian menunjukkan tidak berbeda nyata, maka tidak dilanjutkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) (Yusnandar, 2002). x