KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

9 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENGENTASAN KEMISKINAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP. (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

PERANAN KELOMPOK TANI MELATI I TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI DESA NAGORI DOLOK HATARAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN ANGKET (KUESIONER)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN* *

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi diseluruh provinsi di

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa. Kewajiban suami selain menafkahi ekonomi keluarga, juga diharapkan menjadi

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

FINANCIAL PLANNING BAGI IBU-IBU PENERIMA BANTUAN PKH KEC. BLUTO

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Data Kemiskinan dalam Perspektif APBN

PERENCANAAN KEUANGAN KOMUNITAS MISKIN DI PERKAMPUNGAN VATUTELA

RPSEP-08 KEMISKINAN PROVINSI VERSUS KEMISKINAN KABUPATEN DI BALI

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. Heriawan; selaku kepala Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai berikut:

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. Kesimpulan. Pakis Kidul sudah berlangsung sejak raskin disubsidikan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan.

Transkripsi:

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung Ringkasan Eksekutif Masalah kemiskinan akan sangat berkaitan dengan ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Kebutuhan akan sandang, pangan, papan serta pendidikan dan kesehatan merupakan tantangan yang harus mendapatkan perhatian dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Kota Cimahi yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bandung, terbentuk pada bulan Oktober 2001 sebagai daerah otonom, dengan luas wilayah 4.025,73 Ha atau 40.2 Km2, terdiri atas 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan. Berkaitan dengan isu kemiskinan kota, jumlah keluarga miskin di Kota Cimahi seluruhnya sebanyak 3.477 KK yang tersebar di 3 kecamatan dan 15 kelurahan. Melalui kajian deskriptif dengan teknik pengumpulan data studi literatur dan wawancara dengan keluarga miskin di Kota Cimahi, serta menggunakan teknik analisis dokumen dan analisis kualitatif dari hasil wawancara, terungkap gambaran keluarga miskin di Kota Cimahi sebagai berikut: 1. Proporsi keluarga miskin berpendidikan sampai tamat SLTP sebesar 40.26 persen, berbanding 59.74 persen dengan keluarga miskin yang hanya sampai tamat SD. 2. Rata-rata keluarga miskin memiliki anggota keluarga 2-4 orang cukup menonjol yaitu sebesar 61.29 persen, disusul mereka yang memiliki anggota keluarga antara 5-8 orang sebesar 32.44 persen. 3. Sebagian besar keluarga miskin di Kota Cimahi bekerja sebagai buruh harian lepas (35.49%). 4. Pemenuhan kebutuhan pangan; keluarga miskin di Kota Cimahi rata-rata frekuensi makannya dua kali dalam sehari, tetapi belum mengkonsumsi makanan secara lengkap, yaitu nasi, sayur, lauk pauk. 5. Pemenuhan kebutuhan sandang; keluarga miskin di Kota Cimahi kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan sandangnya. Mereka hanya mengetahui bahwa selama pakaian itu masih layak untuk dipakai tidak menjadi masalah dan mampu membeli pakaian untuk anggota keluarganya 1 stel/orang pertahun. 6. Pemenuhan kebutuhan papan; keluarga miskin di Kota Cimahi sebagian besar sudah memiliki rumah sendiri, meskipun dengan kondisi rumah semi permanen yang tidak sesuai dengan kriteria sehat. 7. Pemenuhan kebutuhan kesehatan; dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masih menunjukkan derajat kesehatan yang rendah, yaitu apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit tidak langsung di bawa ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit, tetapi cukup menggunakan obat warung karena harganya murah. 1

2 8. Keluarga miskin di kota Ciamahi sangat kurang memiliki peluang kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya kepemilikan aset produksi terutama modal, rendahnya kreativitas dan inovasi, tidak memiliki keterampilan dan atau kemampuan untuk berusaha, kurangnya akses ke lembaga keuangan, tidak memiliki tabungan, serta pendapatan yang dihasilkan hanya cukup bahkan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pernyataan isu/masalah Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Dapat juga dikatakan bahwa kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Isu atau masalah dalam kajian ini adalah kondisi kehidupan keluarga miskin di Kota Cimahi, dengan aspek-aspeknya yaitu: karakteristik keluarga miskin, pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan, serta proyeksi kebutuhan pemberdayaan keluarga miskin. Keluarga dalam kajian ini didefinisikan sebagai unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anak atau suami dan anak atau istri dan anaknya. Keluarga miskin dalam kajian ini yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Latar Belakang Masalah Kota Cimahi sebagai salah satu kota di Jawa Barat telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya dibidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1990 berjumlah 290.202 jiwa dan pada tahu 2000 meningkat menjadi 352.005 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2,12 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan wewenang kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Cimahi. Pesatnya pertambahan penduduk Kota Cimahi dengan berbagai latar belakang suku dan budaya, menyebabkan pluralisme penduduk Kota Cimahi cukup tinggi. Demikian pula masalah sosial yang berakar pada kemiskinan mewarnai kehidupan masyarakat dan keluarga-keluarga di Kota Cimahi. Data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial dan Tenaga Kerja Kota Cimahi Tahun 2009, tercatat sebanyak 19.240 penduduk miskin dalam berbagai jenis permasalahan, seperti fakir miskin, keluarga dengan rumah tidak layak huni, wanita rawan sosial ekonomi, gelandangan dan pengemis. Adapun jumlah keluarga miskin di Kota Cimahi seluruhnya sebanyak 3.477 KK yang tersebar di 3 kecamatan dan 15 kelurahan.

3 Berdasarkan hal tersebut dipandang perlu dilakukan kajian untuk memperoleh gambaran kondisi kehidupan keluarga miskin yang ada di Kota Cimahi, berikut analisis kebutuhan untuk proyeksi pemberdayaan keluarga miskin dalam mendukung upaya pengendalian pertumbuhan penduduk yang diarahkan pada peningkatan pemberdayaan keluarga miskin. Kepentingan organisasi terhadap isu Pusat Studi Kependudukan-Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan dibawah kementerian Sosial RI, mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat di bidang kesejahteraan sosial, termasuk di dalamnya masalah kemiskinan. Dalam kaitan tersebut Lembaga Penelitian STKS berkepentingan untuk melakukan penelitian atau kajian masalah keluarga miskin, sehingga hasil kajian diharapkan dapat membantu anggota masyarakat yang kurang beruntung (keluarga miskin) dalam memecahkan masalah dan mencapai kemandirian. Kebijakan saat ini dan sebelumnya yang terkait dengan isu kemiskinan Kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang dialami keluarga sebenarnya sudah banyak dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah kota Cimahi itu sendiri. Program Beras Miskin (Raskin) merupakan program yang sudah berlangsung cukup lama dan sekarang masih berjalan, yakni penyediaan beras bagi keluarga miskin sebanyak 10 kg per keluarga. Sebelumnya ada program Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi keluarga miskin, namun kemudian program tersebut dihentikan karena berbagai kelemahan yang ada. Selanjutnya yang berkaitan dengan pendidikan terdapat program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hingga sekarang masih berlangsung, demikian pula di bidang kesehatan ada program Asuransi kesehatan bagi keluarga miskin (Askeskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan PNPM Mandiri. Program lainnya yang relatif baru yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) bagi keluarga miskin, yakni program bantuan dalam bentuk uang tunai bersyarat yang berfokus pada pendidikan bagi anak sekolah SD sampai SMP, dan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui. Namun hingga sekarang PKH belum masuk di wilayah Kota Cimahi. Hal tersebut tergantung dari komitmen Pemerintah Kota Cimahi untuk menerima atau tidak PKH dimaksud. Opsi kebijakan Program-program pengentasan kemiskinan yang sekarang berlangsung bagi masyarakat di Kota Cimahi hampir seluruhnya merupakan program nasional, dan tidak ada program inovatif dari Pemerintah Kota Cimahi. Dari sudut legislasi, memang baru diterbitkan Peraturan Walikota Cimahi tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, tetapi operasionalisasinya belum berjalan, mengingat peraturan walikota tersebut baru diterbitkan tahun 2011.

4 Manfaat dan kelemahan dari setiap opsi kebijakan 1. Program Raskin Program penyediaan beras miskin (Raskin) dirasakan oleh keluarga miskin di Cimahi sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan pangan (makan) untuk keperluan sehari-hari. Namun kelemahannya yaitu kondisi beras bagi keluarga miskin tersebut kualitasnya sangat rendah. 2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Program BOS dapat membantu keluarga miskin dalam menyekolahkan anak-anaknya, karena biaya pendidikan menjadi ringan. 3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri PNPM merupakan program yang berorientasi pada peningkatan kehidupan ekonomi rakyat dengan menekankan pada pembangunan sarana perekonomian, namun program ini kurang dirasakan secara langsung oleh keluarga miskin. 4. Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN) ASKESKIN merupakan program pelayanan kesehatan secara gratis bagi keluarga miskin, dan hal ini telah dimanfaatkan oleh keluarga-keluarga miskin. Kelemahan yang ditemui dilapangan terkadang keluarga miskin yang bermaksud menggunakan kartu ASKESKIN memperoleh perlakuan yang kurang simpatik dari petugas kesehatan di Puskesmas atau Rumah Sakit. Pilihan opsi kebijakan yang disarankan 1. Program Keluarga Harapan (PKH) PKH adalah program yang memberikan bantuan uang tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Sebagai imbalannya RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu pendidikan dan kesehatan. PKH merupakan program unggulan Kementerian Sosial RI. Tujuan PKH secara khusus yaitu; (a) Meningkatkan status sosial ekonomi, (b) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar, (c) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi anak-anak RTSM, (d) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM. Di wilayah Kota Cimahi, PKH belum masuk, sehingga diharapkan Pemerintah Kota Cimahi mengajukan usulan ke pemerintah pusat dan berkomitmen untuk melaksanakan PKH. 2. Program Pemandirian Masyarakat Terpadu (Pemandu) Program Pemandu merupakan salah satu alternatif yang dapat diimplementasikan dalam upaya penanganan masalah kemiskinan. Program ini bertujuan; (a) Meningkatkan pendapatan keluarga miskin, (b) Memberikan perlindungan kepada

5 anak-anak keluarga miskin untuk dapat menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun, (c) Memberikan perlindungan tingkat kesehatan keluarga miskin, (d) Penanganan masalah gizi kurang dan kerawanan pangan, (e) Meningkatkan sarana dan prasarana dasar bagi keluarga miskin. Program Pemandu secara operasional dapat berupa: a. Pemberiaan bantuan modal usaha, perlindungan pendidian dan perlindungan kesehatan. Bantuan modal usaha diberikan dalam bentuk pinjaman tanpa bunga. Bentuk usaha tergantung pada pilihan keluarga binaan, dan untuk menunjang kemampuan keluarga miskin, diperlukan latihan keterampilan praktis. b. Latihan keterampilan diberikan berdasarkan pilihan dari pemerlu pelayanan, dengan metode pembelajaran orang dewasa. c. Perlindungan pendidikan ditujuan untuk melindungi anaka-anak Kabin agar dapat menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Pemberian bantuan biaya pendidikan berupa pendidikan gratis dan bantuan biaya buku dan baju seragam. d. Perlindungan kesehatan ditujukan kepada seluruh anggota keluarga untuk menjamin dan melindungi tingkat kesehatan anggota kabin. Bantuan Kesehatan meliputi jaminan pelayanan kesehatan dan bantuan peningkatan gzi keluarga. Referensi Ife, Jim. 2002. Community Development, Community-based alternatives in an age of globalization. Pearson Education Australia Judith Byrne, 1999. Literature Review On Community Development. New Zealand Department Of Labour Occational Paper Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Suparlan, Parsudi.1993. Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan untuk Antropologi Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Supriatna, Tjahya.1997. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP)-Anggota Ikapi. Zastrow, Charles. 1982. Introduction to Sosial Welfare Institutions: Sosial Problems, Services, and Current Issues. Illinois: The Dorsey Press. Zeitlin, Marian et al. 1995. Strengthening the Family: Implication for International Development. Tokyo: United Nations-University Press. Policy Brief ini ditulis oleh Tukino, peneliti pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STKS Bandung Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis Policy Brief ini disampaikan pada acara Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Kependudukan - BKKBN di Hotel Horison Bekasi, 16-18 Desember 2011.