BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER DI TEMAN SEJATI SARIHUSADA KOTABARU YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. peka terhadap rangsangan-rangsanganyang berasal dari lingkungan. Lingkungan

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. usia dini, 50% akan mencapai kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Motorik halus adalah pergerakan yang melibatkan otot-otot halus pada tangan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua.

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Ariwibowo, 2012) atau sekitar 13% dari seluruh penduduk Indonesia yang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana anak mulai merasa peka

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK AL-KHAIRAAT LOLU

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan motorik pada usia 1-5 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

Oleh : Suyanti ABSTRAK

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan anak saat ini. Akan tetapi pelaksanaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

BAB 1 PENDAHULUAN. Down, gangguan mental dan lain-lain. Oleh karena itu penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

Nurin Fauziyah Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mencapai tugas perkembangannya. Menerangkan gambar dan tulisan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA BALITA KURANG GIZI DI KECAMATAN SUMBERJAMBE KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak pra sekolah adalah anak yang berumur bulan, pada masa ini

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

siap untuk dipenuhi coretan-coretan. Baik buruknya isi coretan tersebut, kita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum. pertumbuhan dan perkembangannya (Nursalam, 2005: 31-

BAB I PENDAHULUAN. bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif. bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertantrum,

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

Laili Rahmawati 1 Lilik Hanifah 2. Kata Kunci: Pengetahuan, Pola Bermain, Perkembangan 1) Peneliti I 2) Peneliti II

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,

PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli mengatakan bahwa periode anak usia bawah tiga tahun (Batita)

BAB I PENDAHULUAN. (Departemen Kesehatan, 2009). Di Indonesia tahun 2012 tercatat jumlah bayi

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

PEMBERIAN STIMULUS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 5 TAHUN GIVING STIMULUS OF CHILDREN DEVELOPMENT AGES 3-5 YEARS OLD ABSTRAK

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

ABSTRAK. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: ( )

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang daripada anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulasi untuk kebutuhan perkembangan motorik anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan permainan yang menunjang motorik toddler (Nursalam,2003). Anak usia toddler adalah anak usia 12 36 bulan (1-3 tahun) dimana pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan dan tindakan keras kepala (Perry, 1998). Salah satu perkembangan toddler yang penting untuk dipantau pada periode ini adalah perkembangan motorik. Keterampilan motorik kasar dan halus anak usia toddler harus dirangsang, dilatih, dan dikembangkan setiap saat dengan berbagai aktivitas atau permainan yang membuatnya terhibur. Penelitian oleh Purwandari H (2011), menunjukkan peran orangtua yang diwujudkan dalam pemberian rangsang atau stimulasi tumbuh kembang pada toddler terbukti mampu meningkatkan skor perkembangan toddler. Anak usia toddler pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Keterampilan motorik kasar adalah keterampilan yang melibatkan kelompok otot besar. Sementara keterampilan motorik halus adalah 1

2 keterampilan yang memerlukan kecermatan dalam melakukan gerakangerakan yang lebih kecil. (Widasari Saraswati, 2012) Menurut UNICEF tahun 2005 didapat data masih tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan 23,5 (27,5%)/5 juta anak mengalami gangguan (UNICEF, 2005). Pada tahun 2003, Depkes RI melakukan skrining perkembangan di 30 provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi mengalami gangguan perkembangan hal ini diperkirakan oleh rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi dini. Pada tahun 2007 sekitar 35,4% anak balita di Indonesia menderita penyimpangan perkembangan seperti penyimpangan dalam motorik kasar, motorik halus, serta penyimpangan mental emosional dikarenakan kurangnya pemahaman orang tua atau keluarga dalam menstimulasi. Pada tahun 2008 berdasarkan pemantauan status tumbuh kembang balita, prevalensi tumbuh kembang turun menjadi 23,1%. Hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami kemajuan dalam program edukasi (Soedjatmiko, 2008). Pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan prasekolah di Jawa Timur pada tahun 2010 telah dilakukan pada 63,48% anak balita, cakupan tersebut menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 64,03% anak balita hal ini didukung oleh pendidikan ibu yang rendah serta corak pola asuh yang kurang akan pemberian stimulasi. Pemeriksaan DDTK di Kabupaten Jember pada tahun 2009 telah dilakukan pada 60,58% anak balita dan menurun menjadi 50,89% anak balita pada tahun 2010.

3 Pemeriksaan DDTK di kabupaten ponorogo tahun 2003 telah dilakukan pada 53,47 % anak balita dan pra sekolah dan target tahun 2010 mencapai 90%. Di tahun 2004 cakupan DDTK 45,26 % padahal target tahun 2004 mencapai 60 %. Dilihat dari 2 tahun ini terlihat adanya penurunan. Jumlah balita umur 0-59 bulan di daerah ponorogo mencapai 60.841 ribu dan jumlah balita di kecamatan sawoo mencapai 31.03 ribu. (Dinkes Ponorogo, 2014). Di posyandu dusun kleco desa sawoo kecamatan sawoo terdapat anak 153 balita usia 0-59 bulan, serta yang berumur 12-36 bulan terdapat 60 anak. Stimulasi dapat berperan untuk peningkatan fungsi sensorik dan motorik dengan perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika stimulasi mendukung mereka untuk bergerak bebas (Ani fitriyani, 2007). Peran penting ayah dalam dinamika keluarga dan sosialisasi anak-anak. Dimana semakin banyak waktu yang dihabiskan oleh ayah untuk merawat anaknya akan semakin kuat kasih sayang diantara mereka. Ayah cukup terlibat dalam bentuk pemberian kasih sayang, perawatan dan dalam kegiatan bermain. Orang tua memiliki peran penting dalam optimalisasi perkembangan seorang anak. Orang tua harus selalu memberikan rangsang / stimulasi kepada anak dalam aspek perkembangan motorik kasar maupun halus. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak, (Dinkes,2009).

4 Perkembangan toddler memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi toddler, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Stimulasi yang diberikan akan diterima oleh panca indera dan selanjutnya akan disampaikan ke otak. Bagi otak maupun panca indera anak yang belum mencapai tingkat perkembangan yang optimal, stimulasi tersebut merupakan pelajaran baru. Hal ini akan memicu otak belajar, menganalisa, memahami dan memberikan respon yang tepat terhadap stimulasi tersebut. Kegiatan stimulasi motorik kasar meliputi berbagai kegiatan untuk merangsang perkembangan ketrampilan menggerakkan anggota tubuh, ketrampilan yang menyatu antara otot halus dan pancaindra (Diah Widyatun, 2012). Seharusnya orang tua mengetahui perkembangan anak khususnya anak usia toddler dan memberikan berbagai perkembangan stimulasi. Bila penyebabnya karena orang tua yang kurang aktif dalam memberikan stimulasi, yang harus dirubah adalah peran orang tua dalam pemberian stimulasi, khususya stimulasi motorik. Berkaitan dengan adanya dengan hal tersebut perlu kiranya untuk meningkatkan peran aktif orang tua akan perlunya stimulasi motorik toddler melalui berbagai rangsangan stimulasi dan pemilihan permainan edukatif yang bisa merangsang otak toddler dalam perkembangan motoriknya.

5 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna menganalisis peran orang tua dalam stimulasi perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia toddler. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pernyataan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana Peran orang tua dalam pemberian Stimulasi Perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia toddler di dusun kleco desa sawoo kecamatan sawoo kabupaten ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui peran orang tua dalam pemberian stimulasi perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia toddler di dusun kleco desa sawoo kecamatan sawoo kabupaten ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini: 1.4.1 Manfaat Teroristis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan dapat mengembangkan ilmu di bidang Keperawatan anak khususnya dalam pemberian stimulasi pekembangan motorik usia toddler. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti yang terkait dengan Peran orang tua dalam pemberian stimulasi perkembangan motorik usia toddler.

6 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Keluarga Dapat bermanfaat dalam mengetahui arti penting peran keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan motorik kasar dan morik halus sehingga dapat meningkatkan perkembangan yang baik pada usia toddler. b. Bagi Pendidikan Keperawatan Bermanfaat untuk masukan bagi pengembangan keperawatan, khususnya keperawatan anak dan keperawatan keluarga serta bermanfaat sebagai masukan dalam pembelajaran tentang peran orang tua dalam pemberian stimulasi perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia toddler c. Bagi Mahasiswa Bermanfaat sebagai data acuan untuk penelitian selanjutnya dan mendorong bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan peran orang tua dalam pemberian stimulasi perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia toddler. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Febriana Diyah Permatasari, dan Yuni Purwati di Teman Sejati Sarihusada Kotabaru Yogyakarta pada tahun 2011 yaitu Hubungan Stimulasi Dini Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Toddler. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 46 responden. Analisa data dilakukan dengan rumus Chi Square. Hasil penelitian

7 menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia toddler mendapatkan stimulasi dini yang baik yaitu 28 anak (60,8%) sedangkan anak usia toddler yang paling sedikit mendapatkan stimulasi dini kurang yaitu 1 anak (2,1%). Sebagian besar perkembangan motorik kasar dengan kategori sesuai perkembangan sebanyak 30 anak (65,2%) sedangkan sebagian kecil perkembangan anak dengan kategori tidak sesuai sebanyak 16 anak (34,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,027 dengan signifikan 0,05. 2. Pada penelitian oleh Ayu Yoniko Christiari, Ramzi Syamian, Irawan Fajar Kusuma di Pendidikan Dokter, Fakultas Ilmu Kedokteran, Universitas Negeri Jember Pada tahun 2013 yaitu Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Dini dengan Perkembangan Motorik pada Anak Usia 6-24 bulan. Jenis penelitian yang digunakan adalah Matched Case Control Study dengan teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan metode consecutive sampling di Kecamatan Mayang Kabupaten Jember didapatkan besar sampel sejumlah 259 responden dari 6 wilayah kerja Puskesmas, yakni Pustu Mrawan, Seputih, Tegalwaru, Mayang, Sidomukti dan Tegalrejo. Pada kelompok kasus didapatkan sebanyak 71 anak dan kelompok kontrol sebanyak 188 anak. Dari 71 anak pada kelompok kasus kemudian dicarikan pasangannya pada kelompok control yang sesuai dengan umur dan jenis kelamin sehingga didapatkan dua data berpasangan yang terdiri atas 71 kelompok kasus dan 71 kelompok kontrol. Anak yang tergolong kelompok kasus, didapatkan pengetahuan ibu

8 tentang stimulasi dini 53,5% kurang, 39,4% cukup dan 7,0% baik. Sedangkan anak yang tergolong kelompok kontrol, didapatkan pengetahuan ibu tentang stimulasi dini 16,9% kurang, 35,2% sedang dan 47,9% baik. Perbedaaan nya terletak pada pada umur responden, variabel orang tua, dan jenis metode penelitian. Kesimpulan nya ada hubungan antara stimulasi dengan perkembangan motorik aksar pada anak usia toddler di teman sejati sarihusada kotabaru yogyakarta 3. Pada penelitian oleh Rosyida Labonati pada tahun 2013 tentang Meningkatkan Kemampuan motorik halus anak melalui metode pemberian tugas pada kelompok TK B di TK AL-KHAIRAAT LOLU. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan melalui observasi selanjutnya diolah secara deskriptif dengan menggunakan kriteria penilaian dipindahkan ke dalam bentuk kuantitatif didapatkan hasil diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 23 anak (38,33%) yang masuk kategori sangat baik, 26 anak (43,33%) yang masuk kategori baik, 7 anak (11,66%) yang masuk kategori cukup dan 4 anak (6,66%) yang masuk kategori kurang. Perbedaannya terdapat pada responden, dan metode pengujian motorik halus.

9