BAB I PENDAHULUAN. (Ariwibowo, 2012) atau sekitar 13% dari seluruh penduduk Indonesia yang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahun 2012, tercatat jumlah balita di Indonesia mencapai 31.8 juta jiwa (Ariwibowo, 2012) atau sekitar 13% dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 244,2 juta jiwa pada tahun tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Mengingat besarnya jumlah tersebut dan untuk menjaga tren suksesnya penurunan tingkat mortalitas balita di Indonesia sebesar 63% sejak (UNICEF, 2013) maka kualitas tumbuh kembang balita sebagai calon generasi penerus bangsa di Indonesia perlu mendapat perhatian serius. Antara lain mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Masa balita adalah masa keemasan di mana otak balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengayaan serta sangat peka terhadap lingkungan. Periode tumbuh kembang anak pada masa balita merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2004). Perkembangan moral serta dasar kepribadian juga dibentuk pada masa itu, sehingga setiap kelainan penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani 1

2 2 dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari (Soetjiningsih, 1995). Deteksi dini tumbuh kembang merupakan kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang agar lebih mudah dilakukan penanganan selanjutnya atau diintervensi (Sjamsul, 2010). Penelitian terdahulu menunjukkan pentingnya deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang dengan bukti 70% anak dengan keterlambatan tidak teridentifikasi tanpa skrining, sedangkan 70%-80% anak dengan keterlambatan perkembangan teridentifikasi dengan skrining perkembangan yang baik (University of Mexico Center for Development and Disability, 2010). Deteksi dini meliputi deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, deteksi dini penyimpangan perkembangan dan deteksi dini penyimpangan mental emosional (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Salah satu skrining deteksi dini penyimpangan perkembangan adalah Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer (dokter keluarga atau puskesmas) (Soedjatmiko, 2001). Deteksi dini penyimpangan perkembangan yang lebih optimal dilakukan di rumah sebagai lingkungan yang paling natural untuk anak. Ini bertujuan untuk mendorong interaksi yang lebih nyaman dan sesuai dengan tahapan perkembangan antara orangtua dan anak yang memiliki ketidakmampuan, meningkatkan kemampuan orangtua untuk merawat anak yang memiliki ketidakmampuan, mencegah perilaku ketidakmampuan sekunder, meningkatkan fungsi sosial, emosional, dan fungsi adaptasi serta meningkatkan kualitas hidup jangka panjang untuk anak yang memiliki ketidakmampuan dan keluarga (Childres & Larosa,

3 3 2011). Keterampilan keluarga terutama ibu tentang deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan berperan penting, karena dengan keterampilan ibu yang baik maka diharapkan pemantauan bayi dapat dilakukan dengan baik pula (Palasari & Purnomo, 2012). Hal ini berhubungan dengan tingkat pendidikan orangtua (terutama ibu) terkait pengetahuan dan kemampuan ibu sebagai penentu corak asuh dan kualitas stimulasi yang diberikan kepada anak balitanya (Casey dkk, 1986 & Illingworth, 1991). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan dengan merancang knowledge management berbasis ontologi untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Perancangan ini menggunakan ontologi karena analisis ontologi menjelaskan struktur knowledge dengan menjadi inti representasi knowledge pada suatu domain dan membangun basis knowledge yang spesifik untuk menggambarkan situasi tertentu (Chandrasekaran, 1999). Dukungan ontologi membuat pengguna dan sistem bisa berkomunikasi satu sama lain dalam pertukaran dan integrasi informasi yang lebih mudah (Soo & Lin, 2001) dan ontologi mendukung pertukaran informasi berdasarkan semantik, bukan hanya sintaks (Calgari & Ciucci, 2006). Selain itu dengan menggunakan ontologi, knowledge management yang dirancang dapat digunakan kembali untuk perancangan knowledge management yang lebih luas.

4 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, didapatkan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Perlunya peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam melakukan deteksi dini penyimpangan perkembangan menggunakan KPSP sebagai alat skrining yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan RI. 2. Belum tersedia solusi teknologi yang bisa diaplikasikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan anak Batasan Masalah Batasan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain: 1. Membangun sistem knowledge management deteksi dini penyimpangan perkembangan anak menggunakan KPSP belum sampai pada penelitian tentang integrasi dan data sharing dalam web semantik. 2. Skrining yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang merupakan salah satu jenis skrining untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan RI Tahun Pengembangan ontologi dalam penelitian ini menggunakan aplikasi perangkat lunak Protégé Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini antara lain:

5 5 1. Mengidentifikasi penggunaan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sebagai metode skrining deteksi dini penyimpangan perkembangan anak. 2. Merancang knowledge management berbasis ontologi sebagai solusi teknologi untuk menghadapi permasalahan dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan anak. 3. Menguji kegunaan knowledge management sebagai keluaran penelitian untuk menghadapi permasalahan dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan anak Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Hasil penelitian berupa knowledge management dapat digunakan untuk perancangan e-learning untuk membantu ibu melakukan KPSP. 2. Hasil penelitian berupa knowledge management dapat digunakan untuk pengembangan teknologi lain. 3. Hasil penelitian berupa knowledge management dapat digunakan sebagai sistem pemantauan proses perkembangan anak. 4. Membuat nilai tambah bagi penggunaan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Sistematika Penulisan Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut:

6 6 BAB I: Pendahuluan Bab tersebut berisi pengantar menuju hal yang akan diteliti. Secara rinci berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori Bab tersebut berisi tinjauan pustaka terhadap penelitian serupa yang mengaplikasikan ontologi. Selain itu, bab ini berisi dasar teori mengenai Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Ontologi dan Protégé. BAB III: Metode Bab tersebut berisi alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, serta tahapan-tahapan yang dilakukan. Dimulai dari identifikasi kebutuhan knowledge management yang akan dirancang, identifikasi metode pengembangan ontologi yang digunakan, dan merancang konsep ontologi serta rinciannya. BAB IV: Hasil dan Pembahasan Bab tersebut berisi hasil penelitian yang telah dilakukan berupa implementasi rancangan ontologi dan implementasi rule Protégé 4.3, serta pengujian skenario pengujian menggunakan rancangan query SPARQL yang dibuat. BAB V: Kesimpulan dan Saran Bab tersebut berisi kesimpulan dari kesesuaian hasil pengujian dengan tujuan penelitian yang dibuat. Selain itu, pada bagian saran berisi hal yang belum dieksplorasi untuk bahan penelitian berikutnya.