Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kondom, suntikan, pil KB, susuk KB atau implan, intrauterine device (IUD),

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat :

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAP KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Program keluarga berencana dimaksudkan untuk membantu pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksinya secara bertanggung jawab dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas. KB artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak dan menentukan sendiri kapan ingin hamil lagi. Bila memutuskan untuk tidak segera hamil sesudah menikah (BKKBN, 2002). Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan perbaikan penyediaan metode kontrasepsi dengan mempertimbangkan adanya perbedaan kebutuhan pada pasangan dan pribadi berdasarkan usia, paritas, prevensi besarnya keluarga serta wanita dan pria yang mendapat informasi tentang KB yang aman dan efektif sehingga 8

memungkinkan akseptor untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat. Peningkatan mutu pelayanan KB menekankan pemberian informasi dan kualitas hubungan interpersonal yang baik agar klien dapat memilih metode yang efektif, terjangkau, aman dan cocok (Propenas, 2004). Paradigma baru program KB ini sangat menekankan pentingnya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Hak-hak reproduksi didalamnya meliputi hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana yang mereka pilih aman, efektif, terjangkau (Propenas, 2004). 2.2 Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra yang berarti mencegah dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Cara kerja tersebut pada umumnya untuk mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma (Depkes, 2003). Kontrasepsi merupakan cara untuk mengatur kehamilan yang cukup efektif setelah program KB dilaksanakan. Menurut (Cunning Ham, dkk 1995), bila pasangan usia subur tidak menggunakan kontrasepsi dalam hubungan seks mereka, 9

sekitar 90% wanitanya akan hamil dalam waktu 1 tahun. Di Indonesia alat kontrasepsi yang telah dikembangkan menjadi program Pil, Suntik, IUD, dan Implant serta kontrasepsi pria (BKKBN, 2003). Pemakaian kontrasepsi yang rasional diupayakan untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda dan dalam rangka merencanakan pembentukan keluarga kecil, bahagia sejahtera, terbagi atas tiga masa usia produksi: 1. Masa menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan istri usia dibawah 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. 2. Masa kehamilan periode usia 20-35 tahun merupakan usia yang paling baik untuk melahirkan. Memiliki anak 2 orang dengan jarak kelahiran 3-4 tahun. 3. Masa mengakhiri kesuburan periode diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri setelah memiliki 2 orang anak atau lebih (BKKBN, 2001). Menurut (Wiknjosastro, 2003) syarat kontrasepsi yang ideal adalah dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerja dapat diatur menurut kebutuhan, tidak memerlukan motivasi secara terus-menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya dan dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan. 10

Tujuan dari pelayanan kontrasepsi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam ber-kb yang bermutu yaitu aman, mempunyai efektifitas yang tinggi, cocok dan terjangkau sehingga memberikan kepuasan kepada masyarakat. Pelayanan kontrasepsi merupakan bentuk kegiatan KB yang paling esensial. Kegiatan ini mempunyai andil langsung dalam upaya pengaturan (pembatasan) tingkat kelahiran (BKKBN, 2002). 2.3 KB Suntik 3 Bulan Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah kehamilan dengan melalui suntikan hormonal yang Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Kontrasepsi hormonal jenis KB suntik 3 bulan semakin banyak dipakai karena kerjanya efektif, pemakaian praktis dan aman. Kontrasepsi hormonal DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2002). 11

2.3.1 Cara Kerja KB Suntik 3 bulan KB suntik 3 bulan bekerja dengan cara yaitu mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, mencegah pertemuan sel telur dan sperma (Depkes, 2003). Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. 2.3.2 Keuntungan dan Kekurangan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Menurut Depkes, (2003) kontrasepsi suntik memiliki beberapa keuntungan jika menggunakan kontrasepsi tersebut yaitu: sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri, tidak memiliki pengaruh terhadap Air Susu Ibu (ASI) Kontrasepsi suntik sangat efektif mencegah kehamilan, tapi sering ditemukan gangguan haid pada akseptor, yaitu: a. Siklus haid yang memendek atau memanjang b. Menstruasi tidak teratur seperti, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak, tidak haid sama sekali 12

c. Klien sangat tergantung pada jadwal pelayanan kesehatan/kb untuk kembali melakukan penyuntikan kembali d. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan selanjutnya e. Terjadi peningkatan berat badan (BKKBN, 2001) 2.3.3 Cara Pemakaian Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera secara efektif. Periode tenggang waktu atau waktu kelonggaran (grace period) selama 2 minggu untuk akseptor DMPA yang disuntik ulang setiap 3 bulan. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Suntikan bisa juga diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Tenaga kesehatan sebaiknya memberikan instruksi pada klien suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA. Pemakaian metode kontrasepsi suntikan perlu mempertimbangkan indikasi maupun kontraindikasinya. Indikasi kontrasepsi suntikan yaitu: digunakan bagi 13

perempuan yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi, perempuan yang telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi, perempuan yang sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. Kontraindikasi pada perempuan usia >35 tahun yang merokok, perempuan dengan keganasan payudara, perempuan dengan perdarahan vagina (Depkes, 2003) 2.3.4 Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik digunakan sesuai aturan penyuntikan, yaitu: (BKKBN, 2001) a. Penyuntikan dilakukan pada 7 hari pertama siklus haid b. Pada perempuan yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, jika perempuan tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual c. Ibu melahirkan dapat melakukan suntik KB setelah 42 hari d. Ibu yang mengalami keguguran dapat melakukan suntik KB kembali segera atau dalam waktu 7 hari e. Bila perempuan sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya 14

2.3.5 Informasi Yang Perlu Disampaikan Kepada Akseptor Suntik Akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik diberikan pengarahan oleh tenaga kesehatan. Informasi ini akan sangat berguna bagi akseptor dalam menentukan kontrasepsi yang tepat dan indikasi yang mungkin muncul setelah menggunakan kontrasepsi. Berikut ini beberapa hal yang akseptor harus ketahui, yaitu: 1) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan 2) Peningkatan berat badan, sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat hilang 3) Akseptor mendapatkan penjelasan terutama bagi perempuan usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi perempuan yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat, karena terlambat kembalinya kesuburan 4) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan 15

5) Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, akseptor harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut 6) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lainya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat 7) Bila akseptor misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andai kata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya 8) Bila akseptor lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, jika diyakini perempuan tersebut tidak hamil 16

2.3.6 Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik dapat menimbulkan beberapa efek samping yang mungkin dirasakan oleh akseptor. Hal ini bisa dianggap wajar, tapi apabila berlangsung terus menerus lebih baik konsultasi dengan dokter. Efek samping tersebut antara lain sebagai berikut: (BKKBN, 2001) a. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan b. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu c. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi d. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya penglihatan e. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid Bila terjadi hal-hal yang disebutkan diatas, hubungi segera tenaga kesehatan atau klinik 2.3.7 Ketepatan Waktu Untuk Suntik Kembali Tepat berarti betul, lurus, tidak ada selisih sedikitpun. Waktu adalah ukuran rentetan saat yang tertentu (Depdikbud, 2002). Suntik kembali adalah suntik ulang yang dilakukan oleh akseptor KB suntik. Menurut pengertian di atas dapat 17

disimpulkan bahwa ketepatan waktu untuk suntik kembali adalah ukuran rentetan saat tertentu untuk suntik ulang yang dilakukan oleh akseptor KB suntik. 2.3.8 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Dalam KB Suntik Kontrasepsi KB suntik akan sangat membantu program pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dalam penggunaan KB suntik (BKKBN, 2001) yaitu: a. Faktor Pengetahuan Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi akseptor untuk memilih alat kontrasepsi yang baik untuk dirinya. Pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku maupun tingkat pendidikan. b. Faktor Ekonomi Tingkat pendapatan suatu keluarga ditentukan oleh pekerjaan keluarga. Bila tingkat ekonomi sudah mencukupi maka bisa melaksanakan KB secara tepat untuk menekan kelahiran dan menjadikan keluarga kecil yang makmur. 18

c. Faktor Pelayanan Kesehatan Tujuan pelayanan kontrasepsi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan KB yang bermutu. Masyarakat mengetahui tempat pelayanan kesehatan yang dekat dari tempat tinggal dan bermutu sehingga dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. d. Faktor Kesibukan/Pekerjaan Jaman sekarang para istri banyak yang sudah menjadi wanita karir atau bekerja, karena terlalu sibuk bekerja ibu tersebut lupa seharusnya kembali ke pelayanan kesehatan untuk melaksanakan KB atau suntikan kembali. Faktor tersebut menyebabkan keterlambatan untuk melakukan suntikan kembali. Keluarga diharapkan aktif untuk saling mendukung dan mengingatkan agar akseptor tepat waktu dalam melakukan penyuntikan kembali. 19