MANTRA WEDA DALAM UPACARA SATU SURO DI PENDOPO AGUNG TROWULAN JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. bentuk vokal tembang macapat dhandhanggula jenis Sidoasih yang menggunakan

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI SENI PERTUNJUKAN SANGGAR SENI SEKAR JAGAD DUSUN KOTAKAN DESA BAKALAN KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

PERKEMBANGAN TRADISI UPACARA BERSIH DESA TANJUNG SARI DI DESA DLIMAS KABUPATEN KLATEN TAHUN

MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM

TRADISI KARO DI DESA NGADISARI TENGGER PROBOLINGGO DARI AWAL PERTUMBUHAN HINGGA TAHUN 2010

PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI. Oleh. Ari Yogo Prasetya NIM

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

MAKNA UPACARA RITUAL SESAJI BAGI MASYARAKAT SEKITAR GUNUNG KELUD THE MEANING OF RITUAL SESAJI OFFERING CEREMONY FOR THE PEOPLE AROUND MOUNT KELUD

ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PROFIL WISATAWAN DI MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI

MANTRA PENYUCIAN BANYU WINDU PADA RITUAL SODORAN SUKU TENGGER. Oleh KINASIH DWIJAYANTI NIM

STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN

POTENSI SITUS GILIMANUK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA SKRIPSI. Oleh. Fera Dwi Yanti NIM

KALIMAT POSTER BIDANG LINGKUNGAN DI BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA TIMUR II

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PEMBELAJARAN TROMBONE KELAS X DI SMKN II KASIHAN BANTUL (SMM) YOGYAKARTA TAHUN AJARAN (2014/2015)

ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN

PEMBELAJARAN ANGKLUNG PADA USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

PENANGANAN PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA TUNALARAS YANG BERPERILAKU AGRESIF DI LINGKUNGAN ASRAMA SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI

JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN

ABSTRAK. Fitriani Dewi Pramesti, 2012 Wayang Rumput (Wayang Suket) Universitas Pendidikan Indonesia Repository.Upi.Edu i

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM KELUARGA MUSLIM (Studi pada Perempuan Karir di Kecamatan Sanden Bantul D.I.Yogyakarta) SKRIPSI

PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN

ANALISIS THICK DESCRIPTION PRAKTIK BERSIH DESA TEMBOKREJO MUNCAR BANYUWANGI

PERANAN SYEKH MAULANA MALIK IBRAHIM DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI GRESIK TAHUN SKRIPSI

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT SÊKAR WIJÅYÅKUSUMÅ SKRIPSI

PILIHAN BAHASA IKLAN DI STASIUN TELEVISI SWASTA SKRIPSI. Oleh. Iffah Rahmawati

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN

PENGUSAHA KONVEKSI SABLON DI DESA PANDES, KECAMATAN WEDI, KABUPATEN KLATEN TAHUN

Komunikasi Nonverbal Pada Tari Bujang Ganong

RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI. oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENYEBAB KENAKALAN REMAJA DI DESA WONOREJO KABUPATEN SITUBONDO THE CAUSES OF JUVENILLE DELIQUENCY IN WONOREJO VILLAGE SITUBONDO REGENCY

FUNGSI TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON SURAKARTA DALAM KONTEKS JAMAN SEKARANG

KAJIAN TERHADAP STRUKTUR MUSIK DAN PERTUNJUKAN JARAN KEPANG KELOMPOK BRAWUJAYA DI BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

STRATEGI PENYIARAN RADIO KOMUNITAS GELORA MUDA (GARDA) FM PONOROGO DALAM MEMPEROLEH PENDENGAR

PERSEPSI TENTANG SAFE SEX DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER PERCEPTION OF SAFE SEX AMONG STUDENTS IN THE JEMBER UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

POLA KOMUNIKASI KOMUNITAS MAIYAH PONOROGO DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI KOMUNITAS SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO

PANDANGAN TIGA TOKOH UTAMA WANITA TENTANG EMANSIPASI DALAM NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA A. SARDJONO

PERKAWINAN. Diajukan. Sosial. Oleh: JURUSAN

NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMANFAATAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP NEGERI 1 BENAI RIAU SKRIPSI

BENTUK-BENTUK PROTES KARYAWAN TERHADAP MANAJEMEN PABRIK KERTAS LECES THE FORMS OF EMPLOYEE S PROTEST AGAINST MANAGEMENT OF PABRIK KERTAS LECES

KARYA I WAYAN SENEN TINJAUAN BENTUK DAN FUNGSI

PELUANG DAN TANTANGAN TELEVISI STREAMING SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Analisis Proses Produksi Program Safari Dakwah di SATV)

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KETERSEDIAAN KOLEKSI DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN KENDAL

PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DAN KENDALANYA PADA MATERI FIQIH KELAS X DI MAN PURWODADI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

LAPORAN TUGAS AKHIR PERAN EDITOR DALAM PRODUKSI IKLAN DI RADIO SONORA YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMUDA SARJANA PENGGERAK PEMBANGUNAN DI PEDESAAN (PSP-3) DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

PEMBENTUKAN CITRA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA SEBAGAI TAMAN SENI DAN BUDAYA

PEMBELAJARAN INSTRUMEN MAYOR TROMBONE UNTUK SISWA PEMULA DI SMKN 2 KASIHAN BANTUL (SMM) YOGYAKARTA. TUGAS AKHIR Program Studi S1 Seni Musik

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 SUMBERGEMPOL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

ALASAN PARTISIPASI UMAT MUSLIM TERHADAP UPACARA OGOH-OGOH UMAT HINDU PADA MASYARAKAT DESA SUKORENO KECAMATAM UMBULSARI KABUPATEN JEMBER

RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MEMBACAKAN BERITA BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA BERBASIS MULTIMEDIA SKRIPSI. Oleh

FATHOR, NIM. B ,

MUSEUM SANGIRAN: HISTORISITAS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH SKRIPSI. Oleh SIGIT DWIYANTORO NIM

PENGGUNAAN METODE PEMECAHAN MASALAH SISTEMATIS (SYSTEMATIC APPROACH TO PROBLEM SOLVING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA BIRO PERJALANAN REBORN TOUR INDONESIA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

CITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS)

PERSETUJUAN. Skripsi yang berjudul Perbedaan Ketepatan Shooting Menggunakan Punggung

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini

PEMANFAATAN SITUS CANDI JABUNG SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN SKRIPSI. Oleh

REALISASI ALOKASI DANA DESA DI DESA BINADE KECAMATAN NGRAYUN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 SKRIPSI

PENERAPAN METODE KARYAWISATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMAN 1 DARUSSHOLAH SINGOJURUH TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR SENI RUPA BERDASARKAN KTSP DI SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI

DINAMIKA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA GAYA SOLO PUTRI DI DESA KUNIR KIDUL KECAMATAN KUNIR KABUPATEN LUMAJANG TAHUN

SKRIPSI. Oleh : MELIA KHASANAH Kerajinan Batik Bentar..., Melia Khasanah, FKIP UMP, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI MI MUHAMMADIYAH 6 NGLEGOK JENANGAN

PENERAPAN METODE CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA DALAM WACANA PADA SISWA KELAS VII A SMP NU SURUH KABUPATEN SEMARANG

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS MAHASISWA DI RUMAH KOS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

STUDI DESKRIPTIF UPACARA SACAPME

PEMILIHAN BAHASA DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI

EKSISTENSI NILAI SOSIAL BUDAYA PENDUDUK ASLI DI SEKITAR PERUMAHAN JEMBER PERMAI I KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI. persyaratan. Disusun oleh: IRINA A

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DITINJAU DARI MINAT DAN MOTIVASI MENJADI GURU PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI FKIP UMS ANGKATAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

S K R I P S I. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Menyelesaikan Program Studi Sarjana Strata I Ilmu Hukum

AKTIVITAS DOMESTIK PEREMPUAN KARIR PEGAWAI PERBANKAN DI JEMBER DOMESTIC ACTIVITIES OF CAREER WOMEN EMPLOYEES OF BANKING AT JEMBER SKRIPSI

PENGARUH PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR TERHADAP PSIKOLOGIS KELUARGA DI DUSUN KALIGORO DESA SUKOMAJU KECAMATAN SRONO KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2012 SKRIPSI

STRATEGI PEMASARAN DI HOTEL PRAMESTHI SOLO DALAM MENINGKATKAN JUMLAH TAMU

DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA

BAB IV KESIMPULAN. Mengikuti uraian pada bab-bab dalam penelitian, maka dapat disimpulkan

Transkripsi:

MANTRA WEDA DALAM UPACARA SATU SURO DI PENDOPO AGUNG TROWULAN JAWA TIMUR Oleh : Widiyarti Rochmaningtiyas Caturputri 101 0389 015 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 ETNOMUSIKOLOGI JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2014

MANTRA WEDA DALAM UPACARA SATU SURO DI PENDOPO AGUNG TROWULAN JAWA TIMUR Oleh : Widiyarti Rochmaningtiyas Caturputri 101 0389 015 Tugas Akhir ini Diajukan Kepada Dewan Penguji Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Sarjana S-1 dalam Bidang Etnomusikologi 2014

PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan sebelumnya untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta, 21 Juli 2014 Yang membuat pernyataan, Widiyarti Rochmaningtiyas Caturputri NIM. 101 0389 015 iv

HALAMAN PENGESAHAN Tugas Akhir berjudul Mantra Weda Dalam Upacara Satu Suro Di Pendopo Agung Trowulan Jawa Timur oleh Widiyarti Rochmaningtiyas Caturputri telah diterima oleh Tim Penguji Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Tanggal 21 Juli 2014 Drs. Haryanto, M. Ed. Ketua/Pembimbing I Drs. Krismus Purba, M. Hum. Pembimbing II/Anggota Dr. I Wayan Senen, SST., M. Hum. Penguji Ahli/Anggota Eli Irawati S.Sn., M. A. Anggota Mengetahui Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Prof. Dr. I Wayan Dana, SST., M. Hum. NIP. 19560308 197903 1 001 iii

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, pencipta alam dan seluruh jagat raya ini. Atas segala karunia dan rahmat-nya di muka bumi ini dapat berjalan atas izin-nya, sehingga dengan izin-nya pula penyusunan karya tulis yang berjudul Mantra Weda dalam Upacara Satu Suro di Pendopo Agung Trowulan Jawa Timur dapat tersusun ke dalam bentuk skripsi dalam rangka memenuhi persyaratan tugas akhir studi S-1 Etnomusikologi, Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sumbangsih baik wujud pemikiran, sarana dan prasarana dari semua pihak dapat mewujudkan kelancaran selama proses penulisan ini hingga selesai. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucap terimakasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Dana, SST., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta. 2. Bapak Drs. Haryanto, M. Ed., selaku dosen pembimbing I dan Ketua Jurusan Etnomusikologi ISI Yogyakarta. 3. Bapak Drs. Krismus Purba, M. Hum., selaku dosen pembimbing II dan dosen wali. 4. Bapak Dr. I Wayan Senen, SST., M. Hum., selaku dosen penguji ahli. 5. Ibu Eli Irawati, S.Sn., M. A., selaku sekretaris Jurusan Etnomusikologi ISI Yogyakarta. v

1. Dosen-dosen di Jurusan Etnomusikologi ISI Yogyakarta yang telah memberi banyak pelajaran di kampus. 2. Seluruh staf karyawan Jurusan Etnomusikologi yang selama ini melayani segala keperluan kuliah, baik dalam proses belajar mengajar ataupun kegiatan mahasiswa. 3. Kedua orang tua Alm. Bapak Moch. Hamsah tercinta yang telah mendidik dan memberi semangat untuk menjalani kehidupan dan ibunda tersayang Siti Masitoh yang telah memberikan asuhan baik moral, material, dan spiritual sebagai bekal kehidupam selanjutnya. 4. Kakak-kakakku mbak Yayuk dan mbak Yanti, mas Aan, beserta suami atau istri dan anak-anaknya yang telah memberikan dukungan moril dan materiil. 5. Setiyo Junaedi yang setia membantu dalam proses penelitian. 6. Bapak Hermawan, bapak Stevanus Purwono, bapak Basuki, bapak Suroto, dan bapak Tjahjono Prasodjo. 7. Seluruh masyarakat Trowulan atas semangat dan kerjasamanya juga kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menularkan ilmu yang diperoleh selama menimba ilmu di Jurusan Etnomusikologi dalam bentuk karya. 8. Teman-teman Jurusan Etnomusikologi atas segala dukungan guna terselesaikannya skripsi ini dan proses kreatif selama di ISI Yogyakarta. 9. Semua pihak yang telah membantu selesainya karya penulisan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. vi

Sepenuh hati penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Adanya saran dan kritik ataupun saling tukar pengalaman dari semua pihak telah banyak membantu mewujudkan skripsi ini demi kemajuan yang berhubungan dengan tulisan ini, harapan penulis semoga dapat menjadi acuan yang bermanfaat bagi kemajuan disiplin etnomusikologi. Apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini, dengan setulus hati memohon maaf sebesarbesarnya, semoga dapat menjadi koreksi pada penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga Allah SWT memberikan ridho dan memberkahi penulisan ini serta kita semua, amin. Yogyakarta, 21 Juli 2014 Penulis vii

DAFTAR LAMPIRAN Wawancara dengan mbah Hermawan (Foto: Setiyo Junaedi tanggal 10 April 2014) Fashio n Busana Kreasi (Foto: Widiyarti tanggal 10 November 2013)

Atraksi Bocah 4 tahun dalam Pertunjukan Reog Ponorogo (Foto: Widiyarti tanggal 10 November 2013) Gapura ke-dua Pintu Masuk Pendopo Agung (Foto: Widiyarti tanggal 10 November 2013)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi ABSTRAK... xii HALAMAN PERSEMBAHAN... xiii MOTTO... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Tinjauan Pustaka... 4 E. Metode Penelitian... 6 1. Penentuan Materi Penelitian... 7 a. Penentuan Objek..... 7 b. Penentuan Lokasi...7 2. Pengumpulan Data..... 7 a. Observasi... 7 b. Wawancara... 9 c. Studi Pustaka... 10 d. Dokumentasi...... 11 F. Analisis Data... 12 G. Kerangka Penulisan... 13 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TROWULAN... 14 A. Kondisi Geografis dan Mata Pencaharian... 14 B. Agama dan Kepercayaan... 19 C. Bahasa... 21 D. Kesenian... 23 E. Upacara Adat... 24 viii

BAB III UPACARA SURO DI PENDOPO AGUNG TROWULAN... 26 A. Upacara Suro... 26 1. Persiapan Pra-Acara... 26 2. Pelaksanaan Peringatan Malam Satu Suro... 27 3. Pelaksanaan Satu Suro... 29 4. Pelaksanaan Ruwat Sukerta... 32 5. Pelaksanaan Kirab Grebeg Suro... 33 6. Pasca Acara...... 36 B. Tinjauan Fungsi dan Makna... 37 1. Upacara Suro... 37 2. Pisowanan Agung... 41 3. Ruwatan... 42 C. Makna Simbolik Ubo Rampe... 45 1. Kembang Setaman... 46 2. Gedhang Raja... 46 3. Dupa... 47 4. Kelapa Utuh... 47 D. Beberapa Faktor Penyebab dipakainya Mantra Weda dalam Peringatan Suro... 48 1. Faktor Internal... 48 2. Faktor Eksternal... 48 BAB IV MANTRA WEDA DALAM PERINGATAN SURO... 51 A. Macapatan di Trowulan... 51 B. Mantra Weda... 56 C. Aspek-Aspek Pelantunan Mantra Weda... 62 1. Masyarakat Pendukung... 62 2. Busana... 63 3. Iringan... 63 D. Analisis Musikal Mantra Weda... 64 1. Melodi... 64 2. Dinamika... 69 3. Tempo... 69 4. Bentuk Lagu... 70 5. Kalimat Lagu... 72 a. Kalimat Tanya... 72 b. Kalimat Jawaban...73 E. Arti dan Makna Syair Mantra Weda... 74 F. Filosofi Mantra Weda... 78 G. Fungsi Mantra Weda... 79 ix

BAB V KESIMPULAN... 80 KEPUSTAKAAN... 82 NARA SUMBER... 85 DISKOGRAFI... 86 GLOSARIUM... 87 LAMPIRAN x

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Kecamatan Trowulan... 16 Gambar 2. Candi Bajang Ratu dan Candi Brahu... 18 Gambar 3. Peta Situs Trowulan... 19 Gambar 4. Kesenian Bantengan... 23 Gambar 5. Pengambilan Air di Petilasan Maharesi Maudhoro... 30 Gambar 6. Masyarakat yang hadir dalam macapatan... 31 Gambar 7. Pencampuran Air Hasil Undhuh-Undhuh Patirtan... 32 Gambar 8. Prosesi Siraman dalam Ruwat Sukerta... 33 Gambar 9. Antusiasme Masyarakat di Pendopo dan di Rute Perjalan... 34 Gambar 10. Tari Kecak dari Bali dan Reog Ponorogo... 35 Gambar 11. Gunungan yang di Grebeg Masyarakat... 36 Gambar 12. Suasana Ruwat Sukerta dalam Peringatan Suro... 42 Gambar 13. Penembang dari Komunitas Among Tani dan Wijaya Kusuma... 52 Gambar 14. Ketua Lembaga Budaya Adat Majapahit dan Pelantun Mantra Weda di Perayaan Suro tahun 2013.... 62 xi

ABSTRAK Setiap Suro mantra weda selalu dipakai meskipun istilah itu bersumber dari bahasa sansekerta (Hindu), sedangkan mayoritas masyarakat pendukungnya memeluk agama Islam. Selain itu bentuk penyajian mantra weda dalam Suro hingga kini belum ada yang meneliti secara detail. Dari fenomena tersebut muncul pertanyaan yaitu mengapa mantra weda dilantunkan dalam peringatan Suro di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas menganut agama Islam dan bagaimana bentuk penyajian vokal mantra weda dalam upacara Suro. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor mantra weda dalam upacara itu dan mendiskripsikan atau menginformasikan penyajian mantra weda dalam peringatan Suro. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yang dikerjakan melalui pengumpulan data (observasi, wawancara, studi pustaka, dokumentasi) dan analisis data. Ada dua faktor pendorong pemakaian mantra weda, yakni faktor internal dan eksternal. Bentuk penyajian vokal yang digunakan adalah tembang macapat dhandhanggula dengan syair asli Jawa. Dalam upacara peringatan Suro di Trowulan, bentuk penyajian mantra weda berfungsi sebagai doa, penanaman tradisi Jawa, perlindungan spiritual sehingga bisa menjadi tolak bala dan penggugah spirit masyarakat, pemujaan terhadap leluhur Jawa, dan mempertebal kerukunan Kata kunci: mantra weda, upacara Suro, masyarakat Islam. xii

PERSEMBAHAN Kupersembahkan Karya Kecil ini untuk Alm. ayahanda tersayang Moch. Hamsah yang telah memberi banyak pembelajaran berharga dan ibunda tercinta Siti Masitoh yang senantiasa sabar dalam mendidik xiii

MOTTO Dibalik sebuah kesulitan pasti ada kesuksesan, karena Tuhan memberi ujian untuk menambah kekuatan dan ketegaran bagi insan hidup... xiv

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Jawa Timur, candi-candi umumnya dikaitkan dengan tempat-tempat suci yang digunakan untuk mengagungkan para penguasa melalui kaitan mereka dengan para dewata. Ada sepuluh peninggalan berupa candi yang sampai saat ini ditemukan yaitu candi Wringin Lawang, candi Brahu, candi Segaran, candi Tikus, candi Bajangratu, candi Gentong, candi Menakjinggo, Situs Lantai Segienam, candi Kedaton, Sumur Upas dan candi Watesumpak. Masih ada satu tempat lagi yang sangat familiar, yaitu Pendopo Agung. Pendopo ini konon dulunya menjadi tempat pertemuan dan berkumpulnya para pembesar kerajaan Majapahit. Pihak Kodam V Brawijaya menjadikan situs Pendopo Agung sebagai inspirasi dan spirit perjuangan. Relief-relief dan nama-nama Pangdam I hingga sekarang dijajar rapi dihias dengan lukisan wajah-wajah beliau dan ditempel di setiap sisi Pendopo. Di sebelah barat Pendopo Agung terdapat sebuah tonggak atau tiang batu adesit. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai cancangan gajah atau tiang untuk mengikat gajah. 1 Bagian paling belakang dari Pendopo Agung adalah sebuah petilasan raja pertama kerajaan Majapahit yaitu Raden Wijaya. Bagian paling depan setelah pintu masuk terdapat patung Raden Wijaya dan patung Mahapatih Gajah Mada. Pendopo Agung ini pula yang menjadi tempat masyarakat 1 www. travel.detik.com diakses di Sewon, Bantul tanggal 24 Maret 2014.

2 Trowulan dan sekitarnya untuk merayakan upacara peringatan Suro. Pelaksanaan upacara ini dilakukan satu tahun sekali setiap bulan Suro dalam kalender Jawa. Upacara ini sama seperti perayaan upacara peringatan Suro di daerah Jawa lainnya, namun dalam susunan dan bentuk penyajian yang berbeda. Kesenian-kesenian tradisi Jawa Timur yakni reog ponorogo, jaran kepang, pawai budaya, bantengan, macapatan yang di dalamnya terdapat mantra weda, serta wayang kulit dihadirkan dalam rangkaian peringatan Suro. Pada sesi macapatan terdapat sebuah mantra weda yang dibacakan sebagai penutup acara, dan inilah yang menjadi objek penelitian. Mantra weda biasanya dilantunkan oleh seseorang yang telah diijinkan untuk melantunkannya. Saat ini mungkin banyak sekali ditemukan artikel-artikel di internet yang menuliskan tentang ajaran-ajaran dalam weda, seperti wedhalaya, wedhatama, setya wedha, wedha sanyata dan lain sebagainya. Juga ada buku yang menulis tentang mantra, seperti Mantra Maling dalam Tradisi Lisan Jawa, Mantra Pengasihan dan sebagainya. Masyarakat Trowulan menyebut mantra weda konon sebagai doa mujarab yang dapat melindungi diri dari bahaya, penyakit, dan keburukan lain yang bersifat angkara murka. Sehingga selalu dibacakan dalam upacara peringatan Suro di Pendopo Agung. Dalam Serat Centhini yang dikutip oleh Sumarsam disebutkan bahwa melalui aktivitas musikal keagamaan, seseorang dapat menerima pengalaman kedalaman spiritual seperti kekhusukan atau khidmat. 2 Unsur musik yang dimaksud dalam kutipan tersebut yaitu nada atau laras yang digunakan 2 Sumarsam, Gamelan Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikal Di Jawa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 35.

3 dalam melantunkan mantra weda serta penyajiannya dalam bentuk seni suara atau vokal. Sebuah ilmu etnomusikologi mengajarkan banyak hal mengenai sebuah kebudayaan, terutama macam-macam dan jenis-jenis musik dari berbagai daerah yang ada di Nusantara maupun negara lain. Untuk itu dari penjabaran di atas dapat dimunculkan sebuah rumusan masalah yang mana akan menjadi titik fokus dari pembahasan yang akan diulas lebih lanjut lagi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka muncullah beberapa permasalahan yang membatasi pembahasan agar tidak meluas hingga ke pembahasan diluar pokok permasalahan. 1. Mengapa mantra weda dilantunkan dalam peringatan Suro di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas menganut agama Islam? 2. Bagaimana bentuk penyajian vokal mantra weda dalam upacara Suro? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor hadirnya mantra weda dalam upacara peringatan Suro di Pendopo Agung Trowulan. Selain itu juga sarana untuk mendiskripsikan atau menginformasikan kepada masyarakat bahwa penyajian mantra weda merupakan salah satu jenis musik vokal yang masih rutin dilakukan oleh masyarakat Trowulan yang mayoritas menganut agama Islam. Kemudian

4 mendokumentasikannya dalam bentuk karya tulis, sebab selama ini pewarisannya hanya secara lisan dan hingga kini belum ada yang meneliti secara detail. D. Tinjauan Pustaka Untuk memperkuat kebenaran data-data yang didapat diperlukan landasan teori ataupun sumber tercetak, seperti buku-buku atau jurnal yang tentunya ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Sumber-sumber cetak atau buku-buku ini diharapkan dapat memperkuat permasalahan yang dibahas serta memperkuat data agar lebih akurat. Adapun buku-buku tersebut, antara lain: Alan P. Merriam, The Anthropology of Music (Chichago: North Western University Press, 1964). Buku ini menjelaskan tentang unsur-unsur kebudayaan dalam suatu masyarakat, salah satunya yaitu kesenian. Musik yang merupakan suatu bentuk kesenian hasil dari kebudayaan mempunyai fungsi bagi masyarakat pendukungnya. Dalam buku ini dijelaskan 10 fungsi musik, antara lain; sebagai sarana komunikasi, sebagai keserasian norma masyarakat, pengukuh institusional dalam upacara keagamaan, sarana kelangsungan dan stabilitas kebudayaan, fungsi integritas kemasyarakatan, persembahan simbolis dan respon fisik. Fungsi-fungsi di atas terdapat dalam upacara peringatan Suro di Pendopo Agung Trowulan Jawa Timur. M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1991). Buku ini tepatnya pada bab I halaman 3 20 menjelaskan tentang kedatangan agama Islam ke Indonesia. Dalam bab ini, yang pertama dijelaskan adalah

5 tentang proses mengapa masyarakat Indonesia menganut agama Islam. Proses yang pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Yang kedua, orang-orang asing Asia yang memeluk agama Islam melakukan perkawinan campuran, bertempat tinggal dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa. 3 Juga banyak diceritakan tentang masuknya agama Islam ke Jawa Timur pada abad ke XIV. 4 Buku ini membantu dalam membahas sejarah masuknya kebudayaan Islam ke tanah Jawa. Purwadi, Sejarah Sastra Jawa (Yogyakarta: Panji Pustaka Yogyakarta, 2007). Buku ini pada bab V menceritakan Wali Sanga sebagai pelopor sastra, dijelaskan bahwa sebagian dari Wali Sanga yang telah menciptakan tembang-tembang macapat. 5 Buku ini membantu dalam membahas tentang munculnya sastra yang dimaksud dalam hal ini adalah mantra wedha. G. Pudja, M. A., Wedaparikrama (Jakarta: Departemen Agama RI, 1971). Buku ini memceritakan tentang bebrapa jenis mantra yang umum dipakai oleh para pendeta (pedanda) di Bali. Mantra-mantra ini umum dipakai di Indonesia sejak mulai agama Hindu berkembang di Indonesia. Mantra-mantra ini pula yang dipakai oleh para reshi dan pujangga dari Kerajaan Majapahit. 6 Buku ini sangat membantu dalam pembahasan tentang sebuah mantra yang terdpat dalam mantra weda. 3 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1991), 3. 4 M. C. Ricklefs, 5. 5 Purwadi, Sejarah Sastra Jawa (Yogyakarta: Panji Pustaka Yogyakarta, 2007), 107. 6 G. Pudja, Wedaparikrama (Jakarta: Departemen Agama RI, 1971), 7.

6 Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa (Jakarta: Pustaka Jaya, 1989). Buku ini menceritakan tentang keadaan Mojokerto pada tahun 80-an. seperti adanya slametan, kepercayaan masyarakatnya, tentang abangan, adat, dan sebagainya. 7 Buku ini juga sangat membantu dalam pembahasan tentang upacara Suro di Trowulan. E. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek dalam bentuk deskripsi yang disertai analisis sesuai dengan apa adanya. Segala yang tampak dalam suatu peristiwa atau kegiatan kemudian dianalisis dengan pendekatan etnomusikologis, yaitu pendekatan yang tidak hanya membahas tentang musik saja, melainkan mencakup seluruh aspek budaya yang ada kaitannya dengan musik tersebut. Berdasarkan pengertian di atas dalam penelitian ini akan dideskripsikan tentang mantra weda dalam upacara peringatan Suro di Pendopo Agung Trowulan. Serta analisis musikologi dengan menggunakan pendekatan etnomusikologis. Selain itu dalam penyusunan karya tulis ini diperlukan analisa dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1989), 7. 7 Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa (Jakarta: Pustaka Jaya,

7 1. Penentuan Materi Penelitian a. Penentuan Objek Sebagai langkah awal dalam penelitian ini, penulis menentukan objek yaitu mantra weda dalam rangkaian upacara peringatan Suro di Pendopo Agung Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Hal ini dikarenakan mantra weda menjadi bagian dalam rangkaian upacara Suro di Trowulan ini sejak tahun 80-an hingga sekarang ini. Selain itu mantra weda di Trowulan ini mempunyai keunikan tersendiri yakni masih tetap eksis meski masyarakatnya memeluk berbagai keyakinan, terutama masyarakat mayoritas menganut agama Islam. b. Penentuan Lokasi Penelitian ini dilakukan di Dusun Nglinguk Desa Temon Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Mantra weda di daerah ini dipergunakan dalam rangkaian upacara peringatan Suro yang setiap tahunnya dirayakan oleh masyarakat ini. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung dalam penulisan ini adalah: a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengamati dan menyaksikan langsung objek, yaitu mengamati prosesi peristiwa pelaksanaan upacara

8 untuk mengetahui secara detail bentuk dari penyajian mantra weda serta teks dan konteks pelaksanaan upacara peringatan Suro. Selain itu observasi juga digunakan untuk mengetahui kondisi keadaan alam serta masyarakat di tempat penelitian. Teknik yang digunakan adalah metode penelitian aktif, yaitu participant observation (pengamatan terlibat). Penelitian mengenai mantra weda ini dilakukan pada saat upacara peringatan satu Suro sejak pra acara hingga pasca acara pada tanggal 4-11 November 2013 di Pendopo Agung Trowulan. Mengamati jalannya upacara peringatan Suro serta rangkaian acara, dan segala yang terjadi pada saat sebelum mulai sampai acara berakhir. Dilakukan mulai dari saat penyediaan sesaji, pemasangan tikar dan kursi, lampu, sound system, dan lain-lain. Setelah segala keperluan telah siap, maka tinggal menunggu masyarakat dan tamu undangan dari daerah lain seperti Bali, Yogyakarta, Surabaya, Ngawi, Kediri, Madiun dan daerah lain di Jawa Timur untuk mengikuti upacara tersebut hingga saat jam yang telah ditentukan. Ketika sebagian para tamu undangan telah hadir, sambil menunggu undangan lainnya maka disajikan makanan ringan berupa kue-kue dan ubi-ubian serta minuman. Setelah semuanya siap maka dimulailah acara macapatan dan memberangkatkan kurang lebih 15 orang untuk mengambil air dalam sumber mata air di petilasan raja-raja Majapahit dan juga candi-candi yang ada di Trowulan. Sambil menunggu kedatangan mereka yang sedang bertugas mengambil air pada tempattempat sakral tersebut, masyarakat serta tamu undangan yang telah hadir di Pendopo Agung melantunkan tembang-tembang macapat secara bergiliran. Setelah beberapa

9 orang yang bertugas mengambil air tiba di Pendopo Agung, dilanjutkan dengan percampuran air-air itu ke dalam gentong yang disediakan, barulah mantra weda dibacakan. Observasi yang dilakukan tak hanya pada saat upacara peringatan Suro tahun 2013 saja, namun pengamatan sejak tahun 2007 yakni setiap ada upacara peringatan satu Suro berlangsung di Pendopo Agung Trowulan. Ini terkait pengalaman penulis sebagai insider dalam upacara tersebut. Pengalaman ini juga yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat objek mantra weda menjadi sebuah karya tulis. Setidaknya pengalaman ini sedikit banyak membantu dalam penulisan ini. b. Wawancara Wawancara adalah mengumpulkan informasi dengan cara interaksi tanya jawab secara langsung dengan informan atau nara sumber yang dianggap mengerti dengan permasalahan tersebut. Metode ini dilakukan untuk mengetahui data secara rinci dan detail yang tidak bisa didapat dari observasi dan buku. Secara umum agar dalam proses wawancara berjalan sesuai dengan hasil yang diinginkan, maka jauh sebelumnya harus merumuskan pertanyaan yang akan diajukan kepada nara sumber. Pada pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan teks dan konteks konsep penulisan. Pelaksanaan wawancara tidak hanya pada saat upacara tersebut berlangsung. Wawancara dilakukan dengan Hermawan sebagai pelantun mantra weda, Stefanus Purwono sebagai ketua Lembaga Adat Budaya Majapahit, Basuki sebagai ketua panitia dan Kepala Bidang Pariwisata, Suroto sebagai juru kunci Pendopo Agung

10 Trowulan dan beberapa warga setempat. Dilakukan di luar prosesi peringatan satu Suro dan dengan cara mendatangi langsung ke rumah para informan atau nara sumber tersebut. c. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari data atau informasi dari sumber tertulis, yaitu dengan mencatat segala hal yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk mencari referensi yang bersifat data dan juga teori yang menunjang objek penelitian guna menguatkan data yang didapat di lapangan. Selain itu menguatkan data hasil penelitian juga untuk mencari teoriteori konsep dalam mantra weda serta konsep lainnya. Cara ini dilakukan dengan mencari sumber tertulis di perpustakaan-perpustakaan, internet, atau buku-buku koleksi pribadi. Adapun studi pustaka yang dilakukan untuk mencari referensi untuk olah data tertulis adalah: 1). Perpustakaan ISI Yogyakarta Untuk mencari buku-buku teori pendukung khususnya dalam analisis permasalahan dan juga buku-buku seni atau jurnal-jurnal hasil penelitian lainnya yang dapat mendukung atau melengkapi tulisan ini. 2). Perpustakaan Daerah Mojokerto Untuk mencari buku-buku tentang kebudayaan etnis Jawa yang memuat tentang kesenian atau juga upacara adat yang sesuai dengan objek penelitian.

11 3). Situs Internet Untuk mendapatkan informasi yang lebih luas atau tambahan tentang hal yang berkaitan dengan objek penulisan, serta mencari informasi lain yang tidak didapatkan dari buku-buku yang bersangkutan. d. Dokumentasi Dokumentasi yang dimaksud adalah mengabadikan suatu peristiwa atau kejadian, dalam hal ini proses berlangsungnya penyajian mantra weda dalam upacara peringatan satu Suro di Pendopo Agung. Karena disamping dapat merilis ulang datadata yang masuk, juga untuk memperkuat bukti dan argumentasi dalam pertanggung jawaban penulisan. Sebagai penunjang pendokumentasian maka digunakan alat perekam, baik itu secara audio, visual, maupun audio visual. Alat-alat ini seperti tape recorder/ voice recorder untuk dokumentasi audio saat prosesi serta saat wawancara dengan nara sumber, kamera foto Cannon 600D sebagai dokumentasi visual dan audio visual, ataupun handycam Panasonic C dengan kaset berdurasi 90 menit sebagai perekam audio visual dalam prosesi peringatan satu Suro serta mantra weda. Hal ini dimaksudkan guna mempermudah dalam pengumpulan data serta dalam penganalisaan. Selain itu untuk mengantisipasi apabila penulis lupa akan beberapa bagian dalam prosesi tersebut. Pendokumentasian objek penulis mengalami beberapa kendala yang dikarenakan situasi dan kondisi yang kurang berpihak. Salah satu kendalanya yaitu dikarenakan pelaksanaan upacara peringatan Suro pada saat malam hari maka dalam pendokumentasian membutuhkan cahaya yang lebih agar mendapatkan hasil gambar

12 yang maksimal. Namun dikarenakan pelaksanaannya di luar ruangan tertutup yaitu di Pendopo Agung yang luas serta minimnya sarana lampu maka cahaya lampu tidak dapat menjangkau semua area yang digunakan. Selain itu daya lampu yang digunakan kurang besar maka cahaya yang ditangkap Cannon 600D tidak dapat maksimal seperti yang diinginkan. Kendala yang kedua yakni kondisi baterai kamera Cannon 600D yang mudah habis jika dipakai dengan durasi yang lama sehingga membutuhkan banyak cadangan baterai kamera. F. Analisis Data Data yang sudah terkumpul melalui observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Selanjutnya diseleksi berdasarkan fakta yang dianalisa dan dievaluasi secara cermat untuk mempermudah pengklasifikasian objek penelitian sesuai dengan permasalahan, sehingga penulisan laporan dapat mudah dikerjakan secara terarah, sistematis, dan ilmiah. Hal diatas sangat perlu dilakukan karena ini berkaitan dengan penelitian yang bersifat kualitatif yakni penelitian secara mendalam yang mengedepankan kualitas serta untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Secara garis besar data yang diperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data yang berkaitan dengan budaya dan data yang berkaitan dengan musiknya. Keduanya akan dianalisis menggunakan pendekatan etnomusikologis dan juga ilmu-ilmu lainnya seperti antropologi, sejarah, sastra, sosiologi, filsafat, estetika, dan sebagainya. Sedangkan data yang berkaitan dengan musik akan dianalisis atau dibedah dengan ilmu karawitan Jawa, karena merupakan wilayah dalam kebudayaan Jawa.

13 G. Kerangka Penulisan Setelah data diolah selanjutnya disusun sesuai dengan rencana penulisan sebagai berikut: Bab I. Sebagai pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta analisis data. Bab II. Berisi tentang tinjauan umum masyarakat Trowulan: mencakup letak wilayah geografis, agama dan kepercayaan, mata pencaharian, kesenian, dan bahasa. Bab III. Membahas tentang upacara Suro di Pendopo Agung Trowulan: meliputi fungsi, makna simbolik, dan faktor hadirnya mantra weda. Bab IV. Membahas tentang macapat, istilah mantra weda, dan bentuk penyajian vokal mantra wedha dalam upacara peringatan Suro di Pendopo Agung Trowulan: menganalisa tentang bentuk vokal mantra wedha yang meliputi bentuk non-musikal (kontekstual) serta bentuk musikal (tekstual). Bab V. Penutup: berisi kesimpulan tentang hasil penelitian dan saran.