Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

ANALISIS INFLASI MARET 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN & HARI RAYA IDUL FITRI

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah RINGKASAN. INFLASI IHK SULUT (mtm) INFLASI FEBRUARI 2017 IHK BULANAN KOMODITAS UTAMA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JAWA TIMUR MARET 2017

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

Inflasi: perubahan secara umum atas harga-harga barang dan jasa pada rentang waktu tertentu. Inflasi berdampak dan menjadi dasar dalam pengambilan

Bab. I Pendahuluan INDEKS HARGA KONSUMEN DAN LAJU INFLASI TAHUN 2013

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN FEBRUARI 2015

Agus D. W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia. Jakarta, 29 April 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 INFLASI 1,08 PERSEN

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI OKTOBER 2015 DEFLASI 0,25 PERSEN

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TOBOALI (KABUPATEN BANGKA SELATAN) BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,28 PERSEN

Tingkat Inflasi Kota Lubuklinggau 0,30 Persen

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI APRIL 2016 DEFLASI 0,61 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI MEI 2015 INFLASI 0,55 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI NOPEMBER 2014 INFLASI 1,22 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI MARET 2015 INFLASI 0,09 PERSEN

I N D E K S H A R G A K O N S U M E N D A N I N F L A S I

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI DESEMBER 2015 INFLASI 0,80 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN NOPEMBER 2016

LAPORAN KEGIATAN TIM KOORDINASI PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN INFLASI TAHUN 2014

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi FEBRUARI 2016 DEFLASI -0,28 PERSEN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

DAMPAK INFLASI KEBIJAKAN PENYESUAIAN TTL 900 VA UNTUK RUMAH TANGGA MAMPU

TIM PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN INFLASI (TPI)

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

SEKRETARIAT DAERAH PROVlNSl DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. NOTA DlNAS

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

Transkripsi:

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi IHK Desember 2015 tercatat sebesar 0,96% (mtm) meningkat dari bulan lalu sebesar 0,21% (mtm) terutama disumbang oleh komponen volatile food dan administered prices. Inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 3,53% (mtm) akibat gejolak harga aneka cabai, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam. Sementara itu, inflasi administered prices pada bulan ini yakni sebesar 0,86% (mtm) disebabkan oleh implementasi tariff adjustment listrik rumah tangga golongan 1.300VA-2.200VA sesuai keekonomiannya serta kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan musim liburan. Di sisi lain, tekanan inflasi inti cukup rendah yakni sebesar 0,23% (mtm), terutama karena perekonomian domestik yang masih lemah dan ekspektasi inflasi yang cukup rendah. Dengan realisasi inflasi Desember 2015 tersebut maka secara tahunan inflasi IHK 2015 berada dalam rentang sasaran inflasi dan terendah dalam 5 tahun terakhir. Inflasi IHK mencapai 3,35% (yoy), masuk dalam rentang sasaran inflasi Bank Indonesia sebesar 4%±1%. Untuk keseluruhan tahun, inflasi volatile food cukup rendah mencapai 4,84% (yoy), di tengah terjadinya El Nino. Hal ini seiring dengan terjaganya kecukupan pasokan bahan pangan, yang didukung oleh semakin kuatnya koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia, antara lain melalui TPI dan TPID, dalam mendorong peningkatan produksi dan memperbaiki distribusi serta meminimalkan berbagai distorsi harga bahan pangan. Inflasi administered prices cukup rendah mencapai 0,39% (yoy) di tengah penyesuaian harga energi sesuai keekonomiannya seiring dengan penurunan harga minyak dunia. Di samping itu, rendahnya realisasi inflasi administered prices tahun ini juga disebabkan oleh hilangnya base effect dari kenaikan harga BBM pada November 2014. Sementara itu, inflasi inti tahun 2015 mencapai 3,95% (yoy) didorong oleh ekspektasi inflasi yang terjaga. Hal tersebut tidak terlepas dari peran kebijakan Bank Indonesia dalam mengelola permintaan domestik, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan ekspektasi inflasi. Tekanan inflasi IHK di tahun 2016 diperkirakan meningkat disertai sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. Inflasi tahun 2016 diperkirakan lebih tinggi dibanding inflasi 2015, namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 4%±1%. Beberapa tekanan inflasi pada 2016 bersumber dari administered prices. Mencermati tekanan dan risiko inflasi 2016 tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi pengendalian inflasi baik di tingkat pusat maupun daerah. Upaya pengendalian inflasi terutama dalam pengaturan timing kebijakan energi untuk meminimalkan dampak lanjutan pada ekspektasi inflasi serta pengendalian inflasi pangan sebagai dampak lanjutan El Nino tahun 2015. Tabel 1. Disagregasi Inflasi Desember 2015 Grafik 1. Disagregasi Inflasi Desember 2015 *Historis inflasi Administered Prices tanpa kenaikan BBM (2011-2012) sebesar 0,12% (mtm) atau 2,72% (yoy) 1. Inflasi kelompok inti bulan Desember tercatat sebesar 0,23% (mtm), lebih rendah dari rata-rata historisnya (0,51% mtm). Perlambatan inflasi terjadi baik pada kelompok traded maupun non traded. Inflasi kelompok inti bulan Desember tercatat sebesar 0,23% (mtm), lebih rendah dari rata-rata historisnya sebesar 0,51%. Perlambatan inflasi terjadi baik pada kelompok traded maupun non traded. Inflasi inti secara tahunan sebesar Analisis Inflasi November 2015 1

3,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan historisnya sebesar 4,66% (yoy) didorong oleh ekspektasi inflasi yang terjaga. Hal tersebut tidak terlepas dari peran kebijakan Bank Indonesia dalam mengelola permintaan domestik, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan ekspektasi inflasi. Grafik 2. Disagregasi Inflasi Core Grafik 3. Inflasi Core Non Traded Tabel 2. Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Inti Grafik 4. Penjualan Riil dan Indeks Keyakinan Konsumen 2. Kenaikan harga berbagai komoditas pangan strategis, khususnya aneka cabai, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras mendorong tekanan inflasi volatile food bulan Desember. Pada Desember 2015, kelompok volatile food tercatat mengalami inflasi sebesar 3,53% (mtm), lebih tinggi dari historisnya (2,01%, mtm). Cabai merah tercatat mengalami inflasi sebesar 43,85% (mtm), melonjak dibandingkan bulan lalu (0,21% mtm), dan lebih tinggi dibandingkan historis lima tahun terakhir sebesar 7,7%,mtm. Cabai rawit tercatat mengalami inflasi sebesar 26,92% (mtm), melonjak dibandingkan bulan lalu yang justru deflasi (- 3,41% mtm), dan lebih tinggi dibandingkan historisnya (16,39% mtm). Bawang merah tercatat mengalami inflasi sebesar 35,78% (mtm), meningkat tajam dibandingkan bulan lalu (-0,85% mtm) dan lebih tinggi dibandingkan historisnya 1,0%, mtm. Kenaikan harga hortikultura tersebut dipicu oleh relatif sedikitnya jumlah pasokan akibat musim panen yang telah berakhir dan tingginya permintaan di akhir tahun (Natal dan libur akhir tahun). Hal tersebut patut dicermati mengingat rata-rata harga cabai merah dan bawang merah bulan ini telah berada di atas harga referensi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Peningkatan harga daging ayam ras dan telur ayam ras berlanjut di bulan ini. Daging ayam ras tercatat mengalami inflasi sebesar 6,45% (mtm), meningkat dibandingkan bulan lalu (1,47%, mtm), dan lebih tinggi dibandingkan historis empat tahun terakhir (1,8% mtm). Hal tersebut patut dicermati mengingat rata-rata harga daging ayam ras bulan ini telah mencapai Rp32.300 ribu, di atas rentang harga indikatif yang ditetapkan oleh Pemerintah (Rp28.000- Rp31.000). Secara tahunan, inflasi volatile food sebesar 4,84% (yoy) juga tergolong rendah dibandingkan historisnya sebesar 7,94% (yoy) dan di tengah terjadinya gejala El Nino seiring dengan terjaganya kecukupan pasokan. Bahkan inflasi beras pada tahun ini tercatat sebesar 8,21% (yoy), melambat dibandingkan tahun lalu sebesar 10,07% (yoy). Hal ini seiring dengan terjaganya kecukupan pasokan bahan pangan, yang didukung oleh semakin kuatnya koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia, antara lain melalui TPI dan TPID, dalam Analisis Inflasi November 2015 2

mendorong peningkatan produksi dan memperbaiki distribusi serta meminimalkan berbagai distorsi harga bahan pangan. Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food Grafik 5. Pola Inflasi/ Deflasi Volatile Food Grafik 6.Pola Inflasi/Deflasi Cabai Merah Grafik 7.Pola Inflasi/Deflasi Bawang Merah 3. Inflasi kelompok administered prices meningkat dibandingkan bulan lalu. Pada Desember 2015, kelompok administered prices tercatat mengalami inflasi sebesar 0,86% (mtm), meningkat dari bulan lalu (0,20%, mtm), dan lebih tinggi dari historisnya. Tekanan harga pada kelompok administered prices bulan ini didorong oleh implementasi tariff adjustment (TA) listrik rumah tangga golongan 1.300VA-2.200VA, kenaikan tarif angkutan udara, serta kenaikan harga rokok yang lebih tinggi dibandingkan historisnya. 1 Dimulainya implementasi TA listrik rumah tangga dengan daya 1.300VA dan 2.200VA menyebabkan tarif listrik golongan tersebut mengalami penyesuaian, dari Rp1.352/kwh menjadi Rp1.509/kwh (naik 11,6%). Selain itu, sebagaimana pola historisnya pada Desember, komoditas rokok juga menyumbang inflasi. Bahkan pada bulan ini sumbangan inflasi rokok lebih tinggi dibandingkan pola historisnya empat tahun terakhir yang ditengarai didorong oleh Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 20 Tahun 2015 yang mewajibkan pembayaran pita cukai harus lunas pada Desember 2015. Hal ini menyebabkan pembayaran cukai Desember yang sebelumnya dapat dibayarkan pada Januari atau Februari tahun berikutnya, mulai tahun ini harus lunas pada Desember 2015 karena Pemerintah ingin mengoptimalkan seluruh potensi pendapatan negara. Secara tahunan, inflasi administered prices 2015 sebesar 0,39% (yoy) juga tergolong rendah. Hal tersebut, didorong oleh berlanjutnya reformasi subsidi energi di tengah koreksi harga energi global. Minimalnya tekanan administered prices tahun ini terutama bersumber dari komoditas BBM (terutama koreksi yang cukup signifikan pada Januari) dan listrik (kebijakan TA TTL yang lebih rendah). Bensin dan solar tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar 13,47% dan 10,55% (Tabel 4). Di samping hal tersebut, rendahnya realisasi 1 Kebijakan tariff adjustment listrik rumah tangga dengan daya di atas 2200VA telah diimplementasikan sejak 1 Januari 2015. Sejalan dengan kebijakan tersebut, tarif listrik rumah tangga bergantung pada harga minyak ICP, nilai tukar Rupiah terhadap USD, serta tingkat inflasi bulanan. Setelah mengalami penundaan, kebijakan tariff adjustment listrik rumah tangga dengan daya 1300VA-2200VA diimplementasikan pada 1 Desember 2015. Analisis Inflasi November 2015 3

inflasi administered prices tahun ini juga disebabkan oleh hilangnya base effect dari kenaikan harga BBM pada November 2014. Tabel 4. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Administered prices Grafik 8. Pola Inflasi/Deflasi Administered Prices 4. Secara spasial, Kenaikan inflasi paling tinggi terjadi di wilayah Sumatera 1,21%, diikuti Kawasan Timur Indonesia (1,17%) dan Kalimantan (1,09%), serta Jawa (0,82%). Tingginya kenaikan inflasi di Sumatera terutama bersumber dari kenaikan inflasi di Sumatera Barat (1,79%), Kepulauan Bangka Belitung (1,44%), dan Sumatera Utara (1,43%). Di Kawasan Timur Indonesia (KTI), kenaikan inflasi yang cukup signifikan terjadi di Nusa Tenggara Timur yang mencapai 2,46% (tertinggi secara nasional), Gorontalo (1,86%), dan Papua (1,84%). Kenaikan inflasi di Kalimantan terutama didorong oleh Kalimantan Selatan (1,24%), Kalimantan Timur (1,05%), dan Kalimantan Tengah (1,05%). Sementara itu, kenaikan inflasi di Jawa relatif masih lebih rendah dibanding daerah-daerah lainnya. Beberapa daerah dengan inflasi yang lebih tinggi di Jawa antara lain Jateng (0,99%), Jateng (0,99%), dan DI Yogyakarta (0,96%). Masih relatif rendahnya realisasi inflasi di Jakarta (0,72%) - yang memiliki bobot cukup besar dalam keranjang penghitungan inflasi nasional dapat menahan kenaikan inflasi di Jawa (maupun nasional lebih lanjut). Gambar 1. Peta Inflasi Regional, November 2015 (% mtm) Sumber: BPS, diolah 5. Tekanan inflasi IHK di tahun 2016 diperkirakan meningkat disertai sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. Inflasi tahun 2016 diperkirakan lebih tinggi dibanding inflasi 2015, namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 4%±1%. Beberapa tekanan inflasi pada 2016 bersumber dari administered prices, yaitu: (i) dampak penyesuaian tarif listrik rumah tangga golongan 1.300VA dan 2.200VA untuk pelanggan listrik paska bayar yang diperhitungkan pada Januari 2016 dan (ii) penyesuaian harga LPG 3 kg sebesar Rp1000,-/kg. Selain itu, terdapat risiko inflasi yang bersumber dari pengalihan pelanggan listrik dengan daya 900VA ke daya 1.300VA Analisis Inflasi November 2015 4

yang rencananya akan dilakukan pada Agustus 2016, dampak tambahan penyesuaian harga BBM apabila diterapkan Dana Ketahanan Energi (DKE), serta dampak pelemahan rupiah yang tertunda pada tahun 2015. Mencermati tekanan dan risiko inflasi 2016 tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi pengendalian inflasi baik di tingkat pusat maupun daerah. Upaya pengendalian inflasi terutama dalam pengaturan timing kebijakan energi untuk meminimalkan dampak lanjutan pada ekspektasi inflasi serta pengendalian inflasi pangan sebagai dampak lanjutan El Nino tahun 2015. Jakarta, 5 Januari 2016 Analisis Inflasi November 2015 5