Dyah Mustika Kurniatri & Sunaryadi *Penulis Korespondensi: 1

dokumen-dokumen yang mirip
THESIS Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2 Program Studi Manajemen Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

SIDANG TESIS MANAJEMEN INDUSTRI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

Peningkatan Kualitas Layanan General Affair Menggunakan Metode ServQual dan QFD pada PT. Meratus Line

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DI RUMAH SAKIT XYZ

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Mix Method (Qualitatif dan Quantitatif), Metode

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PASIEN UNIT INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ) RUMKITAL

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan darurat (Emergency) menurut Federal Emergency. Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan

Seminar Tesis. Sri Hariani Eko Wulandari Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M.Eng.Sc. Ir., Udisubakti

Pengaruh Mutu Pelayanan Dokter Terhadap Loyalitas Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Muhammad Hariyanto

Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Apotek Non Praktek Dokter di Kuta Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan

Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Hotel Lido Graha dengan Metode Quality Functions Deployment (QFD)

Analisa Kompetensi Sumber Daya Manusia Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) (Studi Kasus di Biro Personalia PT. XYZ)

201 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik)

GITA ASTETI GINTING DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah Hotel Bintang Griyawisata Jakarta.

LAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN

IMPLEMENTASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN PUBLIK DI RSUD KABUPATEN BULELENG BALI

SKRIPSI DISUSUN OLEH : Gusti Bagus Prakasa JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

ABSTRAK TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP BANGSAL BEDAH RUANG KUTILANG DAN MAWAR DI RUMAH SAKIT X DI BANDAR LAMPUNG 2010

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN JASA TERHADAP LOYALITAS PASIEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI. Rosmawati

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan swasta. Pelayanan kesehatan di rumah sakit ataupun di

SERVICE QUALITY IMPROVEMENT EFFORTS RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL SERVQUAL MODEL BASED

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

, REFINED KANO S UNTUK SURABAYA MEN DIAJUKAN PUTRI ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT. vi Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan RI menunjukkan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN FUZZY SERVQUAL DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN (Studi Kasus Bengkel Mobil PT.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pelanggannya. Sebaliknya jika produsen tidak dapat memberikan kepuasan

Ega Subiyantoro 1), Atika Nurani Ambarwati 2) 1,2 Akademi Statistika Muhammadiyah Semarang. Abstract

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP TERHADAP MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012

BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek yang. dijadikan penelitian adalah Kopma UNY core.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan fasilitas jasa pelayanan kesehatan.misalnya rumah sakit,

DAFTAR ISI. I ii Iii iv V vi vii viii x xi xvi xvii

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI HEMODIALISA RUANG DAHLIA BLU RSUP PROF. DR. R. D.

PENDEKATAN METODE KANO QFD UNTUK MENGUKUR PELAYANAN LABORATORIUM UJI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Harapan Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Terhadap Program Studi (Room 1)

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Poliklinik di RS BaliMed Tahun 2012

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KAMAR OBAT PUSKESMAS KABUPATEN JEPARA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah 3

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Peningkatkan Kualitas Layanan 4G LTE Telkomsel Berdasarkan Servqual dan Quality Function Deployment yang Terintegrasi

ABSTRAK. Kata Kunci: Perhotelan, Kepuasan Konsumen, Quality Function Deployment, House of Quality. vii Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Usulan Perbaikan Kualitas Pelayanan dengan Metode Servqual dan QFD pada Bank Aceh Cabang Krueng Geukueh

PENGEMBANGAN BATIK GEDOK TUBAN BERDASARKAN ATRIBUT KONSUMEN DENGAN MENGUNAKAN METODE QFD (Quality Function Deployment)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. secara umum rata rata penilaian kinerja RSUD Kota Surakarta adalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH DIMENSI KUALITAS TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DUNIA FANTASI PT. PJA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ratna Kencana Ekasari LOGO.

Kualitas Pelayanan an Kepuasan Pasien Rumah Sakit: Kasus Pada Pasien Rawat Jalan

Performa Komunikasi Layanan Medis dan Non Medis Dalam Proses Medical Treatment Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang


Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan di Rumah Sakit Hidayah Boyolali

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU &CALL FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 2017 ISBN:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Data

PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (STUDI PADA STIE TOTALWIN SEMARANG)

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RSU. BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2012

ANALISA KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BENGKEL DENGAN METODE SERVQUAL DAN QFD SKRIPSI

Transkripsi:

Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 5 (1): 56-62, Januari 2016 Website: http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs DOI: 10.18196/jmmr.5107. Analisis Upaya Peningkatan Mutu Manajemen Pelayanan Bencana Terhadap Korban Bencana di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan Metode Quality Function Deployment (QFD) Dyah Mustika Kurniatri & Sunaryadi *Penulis Korespondensi: rizkafakhriani@gmail.com 1 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul 2 Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta I N D E X I N G Keywords: Disaster, Quality, Medical Services, Nursing, Supporting Medical Facilities, QFD Kata kunci: Bencana, Mutu, Layanan Medis, Layanan Keperawatan, Layanan Penunjang, QFD. A B S T R A C T Hospitals must be well prepared and ready for any kind of disaster in both of its facilities and human resources. PKU Muhammadiyah Bantul Hospital is situated within disaster prone area. The main issues faced by the hospital are complaints from disaster victims regarding its medical services, nursing, and medical facilities. Therefore, PKU Muhammadiyah Bantul Hospital tries to make serious efforts to improve its service quality by conducting a deep analysis of patients. The Quality Function Deployment (QFD) method is applied to measure the service quality improvement in PKU Muhammadiyah Bantul Hospital. This method mainly formulates the management s improvement efforts based on demands. Subjects of this research were earthquake s victims at Yogyakarta in 2006 with 30 people as the samples. PKU Muhammadiyah Bantul Hospital has had preparedness of medical services, nursing and other supporting facilities for disaster management, but there was some elements that need to be improved to reach custumer satisfaction. Rumah Sakit harus dipersiapkan dan siap siaga dalam menghadapi bencana dengan penyiapan sumber daya, baik fasilitas maupun sumber daya manusia. RS PKU Muhammadiyah Bantul merupakan rumah sakit yang berlokasi pada daerah rawan bencana. Masalah yang dihadapi RS PKU Muhammadiyah Bantul ialah adanya keluhan dari pasien korban bencana mengenai layanan medis, keperawatan dan penunjang. Metode yang digunakan dalam peningkatan mutu layanan terkait bencana di RS PKU Muhammadiyah Bantul adalah dengan Quality Function Deployment (QFD) yang intinya adalah merumuskan upaya manajemen berdasarkan keinginan pasien. Sampel yang digunakan ialah 30 responden korban bencana Gempa Yogyakarta tahun 2006. RS PKU Muhammadiyah Bantul telah memiliki kesiapan dalam menghadapi bencana dari segi layanan medis, layanan keperawatan dan penunjang, namun masih terdapat beberapa unsur yang harus ditingkatkan agar mencapai kepuasan dari pasien. 2016 JMMR. All rights reserved PENDAHULUAN Kegawatdaruratan dan bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja, untuk itu perlu adanya sistem penanggulangan dalam menghadapi kegawatdaruran dan bencana secara terpadu. Kesiapan dalam sistem penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana dapat mempersingkat waktu tanggap dalam penanganan pasien dapat dilakukan secara cepat, tepat, cermat, dan sesuai dengan standar. 1 Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 2 Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan, khususnya bagi kasus-kasus emergensi, seyogyanya lebih siap dalam menghadapi dampak bencana. Para pasien di rumah sakit, dalam hal ini korban bencana yang datang ke rumah sakit tentunya memiliki harapan yang besar untuk mendapatkan penanganan kesehatan cepat dan sesuai dengan harapan pasien. Ekspektasi pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan pada saat terjadi bencana dimulai

57 Dyah Mustika Kurniatri & Sunaryadi Analisis Upaya Peningkatan Mutu Manajemen Pelayanan dari awal saat kedatangan, registrasi pasien, mendapatkan pelayanan medis dan keperawatan sampai pasien pulang. Dengan mengetahui keinginan dari para korban terhadap kinerja Rumah Sakit terhadap respon penanganan bencana, diharapkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan dapat diatasi dan Rumah Sakit dapat memberikan layanan sesuai dengan ekspektasi para pengguna layanan kesehatan. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul merupakan salah satu rumah sakit yang berlokasi pada daerah rawan bencana. Rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul banyak menangani kasus bencana. Pada kasus gempa tahun 2006, tercatat tak kurang dari 872 korban bencana yang dirawat di beberapa rumah sakit di Bantul, diantaranya RS PKU Muhammadiyah Bantul, RS Gebukan, RSUD Bantul. 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat Mix Method (Qualitatif dan Quantitatif) dengan pendekatan cross sectional karena variabel dalam penelitian ini diperoleh dalam satu kurun waktu. Responden yang digunakan ialah 30 responden korban bencana Gempa Yogyakarta tahun 2006. Kriteria responden merupakan korban bencana yang pernah dirawat di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada saat terjadinya bencana atau keluarga dan kerabat korban bencana pada korban bencana anakanak pada saat terjadinya bencana atau keluarga dan atau kerabat korban bencana yang meninggal pada saat perawatan di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sebanyak 36 pertanyaan, yang terdiri dari 15 pertanyaan mengenai pelayanan medis (dokter), 15 pertanyaan mengenai pelayanan keperawatan, dan 6 pertanyaan mengenai pertanyaan pelayanan penunjang pada saat terjadi bencana. Metode yang digunakan dalam peningkatan mutu layanan terkait bencana di RS PKU Muhammadiyah Bantul adalah dengan Quality Function Deployment (QFD) yang intinya adalah merumuskan upaya manajemen berdasarkan keinginan pasien. Selanjutnya melakukan wawancara dengan pihak manajemen Rumah Sakit untuk merumuskan respon teknik dalam menghadapi customer voice dari para pasien korban bencana serta menetapkan nilai target yang akan dicapai oleh pihak manajemen pada tiap kebutuhan pasien. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik validitas Pearson dan didapatkan nilai corrected item total correlation dari semua item pertanyaan tersebut lebih besar dari 0,300, dengan hasil semua 36 pertanyaan dinyatakan valid. Adapun hasil pengujian reliabilitas pertanyaan tentang variabel Pelayanan Medis (Dokter), Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Penunjang pada masingmasing variabel dalam penelitian ini memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6, maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel tersebut telah dianggap reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Penunjang memiliki tingkat reliabilitas yang sudah baik dan layak digunakan. 4 xxxyy xx xxy yy xxyy HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah responden dalam penelitian ini sejumlah 30 orang yang merupakan pasien Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul yang menjadi korban bencana gempa pada tahun 2006 dan keluarga/kerabatnya. Berikut ini persebaran sampel dalam penelitian ini: xyy xxxyy yyy Keterangan : x : responden perempuan y : responden laki-laki Dari 15 pertanyaan layanan medis, 15 pertanyaan layanan keperawatan dan 6 pertanyaan layanan penunjang, didapatkan gap negatif antara harapan dan kenyataan dari para korban bencana

Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 5 (1), 56-62 58 terhadap ketiga layanan RS PKU Muhammadiyah Bantul. Adapun gap negatif yang didapat dari layanan medis (dokter) ialah sebagai berikut : No Atribut Gap 1 Dokter selalu siap dan ada saat -0.037 dibutuhkan pasien. 2 Prosedur pelayanan dokter -0.097 mudah tidak berbelit-belit. 3 Pengetahuan, kemampuan dan -0.103 kompetensi dokter dalam menetapkan diagnose penyakit 4-0.030 Keterampilan dokter dalam melakukan tindakan. 5 Dokter memberikan keterangan yang jelas tentang penyakit pasien. -1.167 Dan gap negatif dari layanan keperawatan ialah sebagai berikut : Gap No Atribut 1 Perhatian dan pengawasan terhadap pasien 2 Pelayanan yang sama kepada semua pasien tanpa membedakan status sosial 3 Penampilan fisik perawat saat bertugas -0.030-1.037-0.070 Sedangkan gap-gap negatif yang muncul dari layanan penunjang ialah sebagai berikut : No Atribut Gap 1 Kelengkapan alat-alat fasilitas -0.400 Rumah Sakit 2 Kebersihan alat-alat fasilitas Rumah -0.340 Sakit 3 Jumlah logistik yang mencukupi saat terjadi bencana -0.070 Berdasarkan acuan gap-gap negatif tersebut, disusunlah technical respon. Technical Respon adalah rencana kerja yang disusun oleh pihak manajemen RS dalam rangka merespon costumer voice dari pasien korban bencana. Technical respon diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen tentang upaya apa yang akan dilakukan oleh pihak manajemen terkait dengan adanya gap negatif dari hasil penelitian dalam rangka peningkatan kualitas layanan medis, keperawatan dan penunjang. Pembahasan Berdasarkan gap-gap negatif yang muncul antara harapan dan kenyataan yang diterima oleh korban bencana, dan telah disusun respon teknik, kemudian dicari korelasi antar kebutuhan pasien dan respon teknik. Kemudian semua perhitungan dimasukkan dalam House of Quality. House of quality yang telah terbentuk berguna untuk menggambarkan prioritas kebutuhan pasien korban bencana (sayap kiri HOQ) serta prioritas respon teknik (langit-langit HOQ) beserta target yang ingin diwujudkan oleh pihak manajemen RS dalam rangka mencapai mutu layanan kesehatan penanganan bencana. Dalam penelitian ini, HOQ yang terbentuk ada tiga yaitu HOQ untuk layanan medis, layanan keperawatan dan layanan penunjang. Berdasarkan gambar HOQ layanan medis dapat dilihat bahwa ada lima atribut yang dipentingkan oleh pasien korban bencana dalam layanan medis. Lima atribut yang paling dipentingkan oleh pasien adalah dokter selalu siap dan ada saat dibutuhkan pasien, prosedur pelayanan dokter mudah tidak berbelit-belit, pengetahuan, kemampuan dan kompetensi dokter dalam menetapkan diagnose penyakit, keterampilan dokter dalam melakukan tindakan dan dokter memberikan keterangan yang jelas tentang penyakit pasien. Kelima atribut layanan tersebut masih belum terpenuhi di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Magdalena, dkk 5. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada gap negatif antara tingkat pelayanan yang diterima pasien dengan tingkat kepentingan pasien pada atribut prosedur pelayanan tidak berbelit-belit. Tingkat kepentingan pasien untuk atribut prosedur pelayanan tidak berbelit-belit adalah 4,477 sedangkan tingkat pelayanan yang diterima pasien untuk atribut ini hanya 3,128. Selain atribut tingkat pelayanan yang mudah dan tidak berbelit-belit, penelitian dari Magdalena dkk. 5 juga menemukan gap negatif dari atribut yang lain yaitu dokter yang berpengalaman, jam kunjung dokter tepat waktu dan pemeriksaan terhadap pasien secara teratur. Atribut

59 Dyah Mustika Kurniatri & Sunaryadi Analisis Upaya Peningkatan Mutu Manajemen Pelayanan prosedur pelayanan yang mudah dan tidak berbelitbelit ini pada penelitian Magdalena dkk. 5 menjadi prioritas perbaikan pertama pihak RS karena atribut ini memiliki bobot paling besar. Untuk menanggapi gap negatif tersebut, pihak RS memberikan respon teknis berupa kesesuaian dan ketepatan prosedur pelayanan rawat inap. Kelima atribut yang tidak dapat dipenuhi oleh RS ini kemungkinan terjadi dikarenakan: (1) Jumlah tenaga medis (dokter) pada saat penanganan bencana belum bisa memenuhi jumlah dokter yang dibutuhkan pasien. Pada saat terjadi bencana, jumlah pasien RS meningkat signifikan sehingga kebutuhan tenaga medis pun juga meningkat. Adanya peningkatan jumlah pasien yang tidak diikuti dengan peningkatan jumlah tenaga medis mengakibatkan sebagian besar pasien tidak mendapatkan layanan dan perhatian maksimal dari tenaga medis. Dalam respon teknisnya RS berusaha untuk mengatasi kekurangan jumlah tenaga medis dengan upaya melakukan penambahan jumlah tenaga medis dan keperawatan. (2) Kemampuan, kompetensi dan ketrampilan tenaga medis yang tersedia di RS masih belum bisa memenuhi harapan pasien dalam memberikan tindakan. Jumlah pasien yang meningkat pada saat terjadi bencana mengakibatkan tenaga medis harus bekerja lebih cepat dengan waktu yang lebih terbatas. Kemampuan, kompetensi dan ketrampilan tenaga medis harus lebih ditingkatkan agar bisa memberikan pelayanan yang optimal kepada semua pasien. Untuk meningkatkan kemampuan, kompetensi dan ketrampilan tenaga medis, pihak manajemen RS berupaya memberikan respon teknis berupa training layanan excellence dan evaluasi kompetensi dokter. Selain itu, RS akan berupaya meningkatkan respon time pelayanan tenaga medis terhadap pasien. (3) Manajemen dan koordinasi penanggulangan kebencanaan pada RS masih belum dilaksanakan dengan baik. Sistem manajemen kebencanaan pada RS yang belum dilaksanakan dengan baik menyebabkan pelayanan medis terhadap pasien korban bencana terkesan sulit dan berbelit-belit. Upaya RS untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan penyesuaian prosedur pelayanan RS yang tepat. Dengan penyesuaian ini, pihak manajemen RS berharap kepuasan pasien terhadap prosedur pelayanan RS dapat meningkat. Berdasarkan Gambar HOQ layanan keperawatan dapat dilihat bahwa ada tiga atribut yang dipentingkan oleh pasien korban bencana dalam layanan keperawatan. Tiga atribut yang paling dipentingkan oleh pasien dalam layanan keperawatan adalah perhatian dan pengawasan terhadap pasien, pelayanan yang sama kepada semua pasien tanpa membedakan status sosial dan penampilan fisik perawat saat bertugas. Ketiga atribut layanan keperawatan tersebut masih belum terpenuhi dalam penanganan bencana di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Magdalena dkk. 5 Magdalena, dkk. 5 menemukan adanya gap negatif antara tingkat kepentingan dengan tingkat pelayanan yang diterima pasien pada atribut pelayanan tidak memandang status pasien. Tingkat kepentingan yang diharapkan pasien untuk atribut pelayanan tidak memandang status social pasien adalah 4,221 sedangkan tingkat pelayanan yang diterima pasien hanya 3,547. Dalam menanggapi ini, pihak RS memberikan respon teknis berupa pelatihan/ pembinaan kepada tenaga perawat. Gap negatif pada atribut keperawatan antara lain ialah perhatian petugas pada pasien tanpa memandang status sosial ini juga sesuai dengan hasil penelitian dari Ratna Ekawati dan Triani Wulandari6. Perhatian para tenaga medis dan keperawatan masih dirasa kurang oleh sebagian pasien. Hal ini dapat dilihat dari lebih besarnya nilai rata-rata tingkat kepentingan yaitu sebesar 4,08 dibandingkan dengan rata-rata tingkat kepuasan sebesar 3,71. Rencana kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pelayanan rumah sakit khususnya untuk atribut perhatian petugas pada pasien tanpa memandang status sosial adalah dengan memberikan rasa perhatian dan kepedulian pada seluruh pasien yang datang tanpa memandang status pasien. Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan: (1) Tenaga keperawatan yang ada di RS Muhammadiyah Bantul masih belum mempunyai daya tanggap/respon terhadap pasien yang baik sehingga perhatian/pengawasan perawat kepada pasein masih kurang dari harapan pasien. Untuk mengatasi hal ini, pihak manajemen RS berupaya memberikan respon teknik berupa peningkatan respon time dan penerapan sistem asuhan keperawatan primer. Keperawatan primer ialah metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien. Dengan sistem asuhan keperawatan primer, pasien akan merasa

Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 5 (1), 56-62 60 dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. (2) Tenaga keperawatan yang ada di RS PKU Muhammadiyah Bantul cenderung memberikan pelayanan yang berbeda-beda kepada setiap pasien RS. Hal ini menyebabkan beberapa pasien merasa diperlakukan tidak adil oleh tenaga keperawatan. Pihak manajemen RS menanggapi hal ini dengan upaya memberikan pelatihan/pembinaan secara personal kepada tenaga keperawatan agar perawat memberikan pelayanan yang sama antara pasien satu dengan pasien yang lain tanpa membedakan status sosial. Berdasarkan gambar HOQ layanan penunjang dilihat bahwa ada tiga atribut layanan penunjang yang dipentingkan oleh pasien korban bencana di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Tiga atribut yang paling dipentingkan oleh pasien dalam layanan penunjang yaitu jumlah logistik yang mencukupi saat terjadi bencana, kebersihan alat-alat/fasilitas Rumah Sakit dan kelengkapan alat-alat/fasilitas Rumah Sakit. Ketiga atribut layanan penunjang tersebut masih belum terpenuhi dalam penanganan bencana di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Magdalena dkk. 5 Magdalena dkk. dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat selisih nilai gap yang negative pada atribut kebersihan alat-alat yang digunakan dalam RS. Tingkat pelayanan yang diterima responden untuk kebersihan alat-alat RS adalah 3,581 sedangkan tingkat kepentingan responden untuk kebersihan alat-alat RS adalah 4,36. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan alat-alat RS tidak sesuai dengan harapan para responden. Respon teknis yang dilakukan pihak RS untuk menanggapi gap negative tersebut hampir sama dengan respon teknis dari RS PKU Muhammadiyah Bantul yaitu dengan melakukan perawatan instrumen/alat-alat medis. Gap negatif pada atribut kebersihan alat-alat rumah sakit juga terdapat dalam penelitian Susila dkk. 7. Adanya jaminan peralatan medis yang steril memiliki prioritas kelima yang harus dipenuhi. Respon teknis yang dilakukan oleh rumah sakit untuk menanggapi hal ini berbeda dengan respon teknis yang dilakukan RS PKU Muhammadiyah Bantul. Pihak rumah sakit pada penelitian relevan ini menggunakan respon teknis berupa penerepan fasilitas strelisator. Fasilitas sterilisator dimaksudkan untuk mensterilkan peralatan rumah sakit setelah selesai digunakan. Dengan adanya sterilisator maka pasien merasa aman karena adanya jaminan peralatan yang steril. Adanya ketiga gap negatif pada layanan penunjang ini kemungkinan terjadi karena: (1) Jumlah pasien yang meningkat signifkan pada saat terjadi bencana sehingga kebutuhan logistik untuk pasien pun juga meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak RS memberikan respon teknis berupa antisipasi penambahan kuantitas logistik pada saat terjadi bencana. (2) Alat-alat/fasilitas RS yang tersedia belum memadai untuk penanganan respon kebencanaan. Selain itu, alat-alat/fasilitas RS juga tidak dirawat secara rutin sehingga tingkat kebersihan beberapa alatalat/fasilitas RS dinilai pasien kurang bersih. Pihak manajemen RS telah berdiskusi mengenai hal ini dan memberikan respon teknis berupa peningkatan sarana dan prasarana RS untuk respon kebencanaan dan pemeriksaan serta perawatan fasilitas RS secara berkala. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kepuasan layanan rumah sakit dimana kebanyakan pasien merasa tidak puas terhadap keberadaan dokter yang selalu siap ketika sewaktuwaktu dibutuhkan. Sedangkan untuk layanan keperawatan, ketidakpuasan pasien sering berhubungan dengan kurangnya perhatian atau pengawasan perawat terhadap pasien. Dan untuk layanan penunjang, kebanyakan pasien merasa tidak puas dengan kelengkapan alat-alat/fasilitas RS dan kebersihan alat-alat/fasilitas RS. Penelitian ini tidak hanya berhenti pada analisis perhitungan tingkat kepuasan pasien RS dan tingkat ketidakpuasan pasien dalam pelayanan RS akan tetapi juga berusaha melibatkan pihak manajemen RS untuk memberikan tanggapan/respon langsung terhadap keluhan ketidakpuasan dari pasien. Pemberian respon langsung oleh pihak manajemen RS ini akan menjadi awal pengembangan operasional RS yang berfokus pada suara konsumen. Dengan tersusunnya HOQ dalam QFD, rumah sakit akan mempunyai gambaran yang jelas mengenai harapan pasien dalam layanan medis, keperawatan dan layanan penunjang serta respon teknis dari manajemen untuk memenuhi harapan tersebut. Hal ini sesuai dengan sesuai dengan pendapat Ariani8 bahwa QFD

61 Dyah Mustika Kurniatri & Sunaryadi Analisis Upaya Peningkatan Mutu Manajemen Pelayanan merupakan metode perencanaan dan pengembangan secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut. Penerapan QFD pada RS akan menjadikan RS fokus pada pelanggan agar performansi RS selalu bagus dan sesuai dengan harapan pasien. tahap berikutnya yang perlu dilakukan RS adalah evaluasi penerapan berbagai upaya pengembangan untuk menilai kefektifan dan tingkat keberhasilannya. Penelitian selanjutnya juga bisa dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan metode dalam meningkatkan kualitas pelayanan RS SIMPULAN Dari hasil penelitian menunjukkan lima atribut yang dianggap penting oleh pasien dalam layanan medis yang memberikan nilai kepuasan rendah, yaitu: Dokter selalu siap dan ada saat dibutuhkan pasien, Prosedur pelayanan dokter mudah tidak berbelit-belit, Pengetahuan, kemampuan dan kompetensi dokter dalam menetapkan diagnose penyakit, Keterampilan dokter dalam melakukan tindakan, Dokter memberikan keterangan yang jelas tentang penyakit pasien. Sedangkan tiga atribut yang dianggap penting oleh pasien dalam layanan keperawatan yang memberikan nilai kepuasan rendah, yaitu: Perhatian dan pengawasan terhadap pasien, Pelayanan yang sama kepada semua pasien tanpa membedakan status social, Penampilan fisik perawat saat bertugas, dan tiga atribut yang dianggap penting oleh pasien dalam layanan penunjang yang memberikan nilai kepuasan rendah, yaitu: Kelengkapan alat-alat fasilitas Rumah Sakit, Kebersihan alat-alat fasilitas Rumah Sakit, Jumlah logistik yang mencukupi saat terjadi bencana. Upaya perbaikan layanan yang akan dilakukan oleh manajemen RS untuk menyikapi hal tersebut di atas adalah berdasarkan urutan prioritas respon teknis dalam House of Quality. Lima prioritas perbaikan layanan medis sesuai dengan urutan prioritas respon teknis adalah: Training layanan excellence tenaga medis, Evaluasi kompetensi dokter, Peningkatan Respon Time terhadap tenaga medis, Penambahan jumlah tenaga medis, Peningkatan kesesuaian dan ketepatan prosedur pelayanan dokter Sedangkan tiga prioritas perbaikan layanan keperawatan sesuai dengan urutan prioritas respon teknis adalah: Peningkatan Respon Time terhadap tenaga medis,penambahan jumlah tenaga medis, Training layanan excellence tenaga medis, dan tiga prioritas perbaikan layanan penunjang sesuai dengan urutan prioritas respon teknis adalah: Penginventarisasian alat-alat dan fasilitas rumah sakit, Pengecekan tingkat kebersihan alat-alat fasilitas rumah sakit secara berkala, Peningkatan sarana dan prasarana untuk respon bencana. House of quality yang telah tersusun dapat menjadi pedoman bagi pihak manajemen rumah sakit dalam meningkatkan kualitas palayanan rumah sakit terutama layanan medis, keperawatan dan layanan penunjang. Oleh karena itu, tim manajemen rumah sakit harus memahami setiap bagian dari HOQ agar dapat menerapkannya dengan baik. HOQ akan dapat diterapkan dengan lebih efektif jika pihak rumah sakit dapat membentuk suatu tim QFD yang terdiri dari perwakilan masing-masing bagian yang terlibat langsung dan saling berhubungan. RS diharapkan membentuk juga program menjaga mutu secara bertahap serta melakukan evaluasi dan pengendalian mutu untuk terutama menilai penanganan kebencanaan. RS PKU Muhammadiyah Bantul bisa juga melakukan pertemuan rutin antara bagian manajemen, petugas medis, pertugas keperawatan maupun penanggungjawab fasilitas rumah sakit serta dapat membentuk patient center sebagai sarana komunikasi dengan pasien yang ingin menyampaikan masukannya. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dapat mempertimbangkan responden yang lebih luas, tidak hanya dari pihak manajemen RS dan pasien, tetapi juga stakeholder kesehatan lainnya seperti pihak pemerintah, lingkungan sekitar dan dinas terkait lainnya. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan HOQ untuk peningkatan mutu pelayanan di luar layanan kesehatan penanganan kebencanaan rumah sakit. DAFTAR PUSTAKA 1. Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. 2009. Pedoman

Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 5 (1), 56-62 62 Perencanaan Penyiagan Bencana Bagi Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. 3. Bpbd.bantulkab.go.id. 2006. Diakses 23 Februari 2015. 4. Malhotra K. Naresh. 2012. Marketing Research An Applied Orientation, second edition. New Jersey : Prentice Hall International, Inc. 5. Marito Magdalena, Ir. Sugih Arto P., MM, Ir. Rosnani Ginting, MT. 2013. Peningkatan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) Di Rumah Sakit XYZ. E-jurnal Teknik Industri FT USU Vol. 3. 6. Ratna Ekawati dan Trianan Wulandari, op. cit, 6. 2014. Analisis Pengendalian Kualitas Pelayanan Rawat Jalan di Rskm Menggunakan Qfd. Jurnal Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014/ Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. 7. Gede Putu Agus Jana Susila, Ni Nyoman Yulianthini, Ni Luh Henny Andayani. 2014. Implementasi Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Layanan Publik di RSUD Kabupaten Buleleng Bali. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 3. 8. Ariani, Dorothea W. 2002. Manajemen Kualitas, Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.