PENGUJIAN KANDUNGAN MERKURI DALAM SEDIAAN KOSMETIK DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

dokumen-dokumen yang mirip
4 Hasil dan Pembahasan

3 Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

4 Hasil dan Pembahasan

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

Nurmaya Effendi, Mamat Pratama, Husna Kamaruddin. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA

3 Metodologi Penelitian

ABSTRAK ABSTRACT

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Spektrofotometri Serapan Atom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

VALIDASI METODE PENENTUAN ARSENIK PADA SAMPEL AIR SUMUR BOR DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM DI PT. GEOSERVICES BALIKPAPAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Penentuan Ion Logam Aluminium dalam Sediaan Deodoran dengan Metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

BAB III METODE PENELITIAN

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 3 (1) : ISSN : March 2017

Laporan Kimia Analitik KI-3121

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

KIMIA ANALITIK (Kode : B-12)

4 Hasil dan Pembahasan

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Anggraeni et al.; Analisis cemaran logam berat. Journal of Pharmacopolium, Vol. 1, No. 1, April 2018 [46-52]

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

PEMERIKSAAN KUALITATIF HIDROKUINON DAN MERKURI DALAM KRIM PEMUTIH ABSTRACT ABSTRAK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

BAB III METODE PENELITIAN

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI

ANALISIS CEMARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIAAN OBAT HERBAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

METODOLOGI PENELITIAN

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Metodologi Penelitian

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Pupuk diamonium fosfat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 PENGUJIAN KANDUNGAN MERKURI DALAM SEDIAAN KOSMETIK DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM 1 Livia Syafnir, 2 Arlina Prima Putri 1,2 Program Studi Farmasi, Universitas Islam Bandung, Jl. Purnawarman No. 63 Bandung 40116 E-mail: livia.syafnir@yahoo.com, arlinaprimaputri@gmail.com, Abstrak. Sejumlah produk kosmetik diduga mengandung merkuri, yang ditambahkan dengan tujuan untuk mengurangi noda hitam pada permukaan kulit, namun memberikan dampak negatif. Untuk itu dilakukan analisis keberadaan senyawa merkuri pada sediaan kosmetik secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menunjukkan hasil negatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan metoda Spektromotometri Serapan Atom, dengan kondisi analisis tanpa nyala dan menggunakan lampu katoda Hg berongga sebagai sumber cahaya pada lebar celah 0,5 nm, arus 3 ma, dan panjang gelombang 253,7 nm. Persamaan kalibrasi kurva regresi Y= 0,014 X + 0,001 dengan batas deteksi 0,064 ppb. Kadar merkuri terukur pada rentang 0,04 6,50 %, dengan deviasi standar relatif 0,46 %. Kadar ini dapat mengakibatkan dampak negatif pada kesehatan manusia. Kata kunci : pengujian, merkuri, kosmetik, SSA. 1. Pendahuluan Merkuri (Hg) mulai dimanfaatkan dalam bidang kosmetik sebagai salah satu zat pembuat sediaan kosmetik karena kemampuannya dalam menghambat pembentukan melanin pada permukaan kulit. Merkuri mampu menjadikan kulit putih mulus dalam waktu yang relatif singkat, akan tetapi zat ini memberikan efek negatif bagi kesehatan, karena dapat terakumulasi di bawah kulit. Efek merkuri yang bersifat akumulasi ini, akan mengakibatkan keracunan sistemik jika digunakan dalam jangka panjang, meskipun efeknya belum akan terasa dalam hitungan hari. Akibatnya, kerap kali konsumen tidak merasakan efek samping yang merugikan ini. (Darmono, 1995; Sawitri, 1990; Widowati, 2008). PerMenKes RI No.376/Menkes/ per/viii/1990 yang secara jelas telah dikeluarkan pemerintah menyangkut pelarangan terhadap penggunaan merkuri dalam sediaan kosmetik. Mengingat efek samping yang membahayakan, maka diperlukan penelitian terhadap sediaan pemutih yang beredar di pasaran untuk mengetahui apakah masih ada sediaan sediaan kosmetik kulit yang mengandung senyawa merkuri sebagai zat aktif. Pada penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan adalah 10 macam sediaan kosmetik yang diambil berdasarkan kecenderungan pemakaian konsumen yang tinggi terhadap produk tersebut dari beberapa toko kosmetik yang berlokasi di Bandung. Analisis Merkuri akan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan pereaksi warna dan pembentukan amalgam. Analisis kuantitatif dilakukan dengan metoda Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), metode ini 71

72 Livia Syafnir et al. dipilih karena relatif sederhana dan memerlukan waktu analisis yang singkat serta sangat sensitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan kadar merkuri dalam sediaan kosmetik yang diteliti. 2. Metodologi Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar merkuri dalam sejumlah sediaan kosmetik yang beredar di masyarakat. Sediaan kosmetik yang digunakan sebagai sampel yaitu sediaan kosmetik yang diambil berdasarkan kecenderungan pemakaian konsumen yang tinggi terhadap produk tersebut dari beberapa toko kosmetik yang berlokasi di Bandung. Penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu kualitatif dan kuantitatif. Sampel yang digunakan adalah 10 sediaan kosmetik yang diambil berdasarkan kecenderungan pemakaian konsumen yang tinggi terhadap produk tersebut dari beberapa toko kosmetik yang berlokasi di Bandung. Bahan kimia yang digunakan antara lain: Hg(NO 3 ) 2 H 2 O, pro analisis, Merck 1.70226.0500; HNO 3, pro analisis, Merck 1.00456; H 2 O 2, pro analisis, Merck 1.08597.1000; SnCl 2, pro analisis, Merck; NaOH, pro analisis, Merck; KI, pro analisis, Merck; Parafin cair; Emulgid; Metil paraben; Natrium Hidrogen Fosfat; Aquadest. Peralatan yang digunakan berupa: Spektrofotometer Serapan Atom model GBC 903 dilengkapi dengan lampu katoda Hg berongga; Pompa udara model Lifetech 9960; Microwave Digestion model MLS 1200 dilengkapi dengan teflon vessels; timbangan analitik model Mettle Toledo AB204-S; kertas saring Whatman 42; corong; penangas air; plat tetes; pipet tetes; pipet volumetrik; spatel; Bunsen; kawat tembaga; gelas kimia. Sebagai penelitian awal dilakukan analisis kuantitatif merkuri dalam sampel dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut : menggunakan pereaksi KI, NaOH dan kawat tembaga, kemudian penentuan kadar merkuri dalam sediaan dilakukan dengan analisis kuantitatif dilakukan dengan cara pengujian terhadap sampel menggunakan SSA. Panjang gelombang yang digunakan untuk pengujian merkuri adalah sebesar 253,7 nm. Tahapan pertama sampel sebelumya di destruksi basah dengan menggunakan campuran pelarut asam pekat HNO 3 dan H 2 O 2 (2:1). Setelah didestruksi, sampel direduksi menggunakan SnCl 2 10% kemudian dilakukan pengukuran merkuri dengan SSA. Penentuan kadar Hg didahului dengan pengukuran terhadap standar merkuri untuk mendapatkan kurva kalibrasinya. Standar Merkuri dibuat hingga didapatkan deret larutan standar dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 6 ppb. Validasi merupakan parameter yang dapat dijadikan acuan untuk menegaskan bahwa prosedur analitik yang digunakan terhadap tes spesifik, penggunaannya sudah cocok dan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa kinerja analitik yang dilakukan adalah sebagai berikut: kebolehulangan, limit deteksi, akurasi dan recovery. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Pengujian Kandungan Merkuri dalam... 73 3. Pembahasan Penelitian penetapan kadar merkuri terhadap sejumlah krim pemutih dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keberadaan merkuri dari berbagai krim pemutih, menggunakan pereaksi warna. Sampel dipilih berdasarkan kecendrungan pemakaian oleh konsumen kosmetik. 31 pengguna kosmetik menjadi responden kuesioner yang telah disebarkan. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tabulasi hasil kuesioner No. Urut Pertanyaan Hasil 1. Hampir 97 % responden menyatakan mereka menggunakan kosmetik pemutih wajah. 2. 38,7 % responden menggunakan kosmetik pemutih untuk memutihkan wajah secara cepat. 32,2 % responden menginginkan efek pemutihan secara bertahap. 19,3 % menggunakan produk karena melihat iklan dimedia massa, dan sisanya menggunakan kosmetik pemutih dengan alasan hanya untuk coba-coba. 3. 90,3 % responden menggunakan kosmetik dengan kisaran harga 10.000 65.000 rupiah, sisanya menggunakan kosmetik yang lebih mahal. 4. 83,9 % responden merasakan efek pemutihan dalam jangka waktu 1 6 bulan. 6,45 % merasakan efek dalam waktu kurang dari 1 bulan, dan sisanya dalam waktu yang lebih dari 6 bulan. 5. 54,8 % responden mengalami pengelupasan kulit setelah penggunaan produk. 35,5 % mengalami kulit kemerahan, dan sisanya merasa kulit terbakar. 6. 54,8 % responden menggunakan kosmetik selama 1 6 bulan, sisanya telah menggunakan lebih dari 6 bulan. 7. Mayoritas responden menyatakan tidak mengetahui tentang keberadaan logam merkuri dalam sediaan kosmetik. 8. Sejumlah responden yang sama juga tidak mengetahui bahaya keberadaan merkuri dalam sediaan kosmetik. 9. 61,3 % responden memilih kosmetik karena ingin mendapatkan efek secara cepat. 25,8 % memilih kosmetik berdasarkan harganya yang terjangkau, dan sisanya memilih kosmetik karena mereknya. 10. 58 % responden menggunakan kosmetik tanpa nomor izin edar dari BPOM. Berdasarkan tabulasi hasil kuesioner, dapat dilihat pengguna kosmetik banyak yang menggunakan kosmetik pemutih kulit. Mereka menggunakannya dengan berbagai alasan. Namun sangat disayangkan sekali masih banyak konsumen kosmetik yang belum menyadari bahwa ada produsen yang tidak bertanggung jawab, yang menambahkan merkuri sebagai bahan aktif dalam kosmetik tersebut. Pengetahuan masyarakat akan bahaya keberadaan merkuri di dalam kosmetik juga masih cukup rendah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nomor izin edar produk kosmetik yang dikeluarkan oleh BPOM juga belum terbilang baik. Dari responden kuesioner diperoleh beberapa merek kosmetik yang paling banyak mereka gunakan. 10 merek kosmetik dipilih dan diuji secara kualitatif dan kuantitatif. ISSN:2089-3582 Vol 2, No.1, Th, 2011

74 Livia Syafnir et al. Tabel 2. Hasil Analisis Kualitatif terhadap Krim No. Sampel Pereaksi KI Pereaksi NaOH Kawat tembaga A Negatif Negatif Negatif B Negatif Negatif Negatif C Negatif Negatif Negatif D Negatif Negatif Negatif E Negatif Negatif Negatif F Negatif Negatif Negatif G Negatif Negatif Negatif H Negatif Negatif Negatif I Negatif Negatif Negatif J Negatif Negatif Negatif K Negatif Negatif Negatif Berdasarkan data hasil analisis kualitatif terhadap krim dengan pereaksi KI, NaOH dan kawat tembaga pada Tabel 2, keberadaan senyawa merkuri pada seluruh sampel tidak terdeteksi. Tabel 3. Hasil Analisis Kualitatif terhadap Hasil Destruksi No. Sampel Pereaksi KI Pereaksi NaOH Kawat tembaga A Negatif Negatif Negatif B Negatif Negatif Negatif C Negatif Negatif Negatif D Negatif Negatif Negatif E Negatif Negatif Negatif F Negatif Negatif Negatif G Negatif Negatif Negatif H Negatif Negatif Negatif I Negatif Negatif Negatif J Negatif Negatif Negatif K Negatif Negatif Negatif Keterangan: Negatif terhadap KI Positif terhadap KI Negatif terhadap NaOH Positif terhadap NaOH Negatif kawat tembaga Positif kawat tembaga : Tidak terbentuk endapan merah jingga. : Terbentuk endapan merah jingga. : Tidak terbentuk endapan kuning jingga. : Terbentuk endapan kuning jingga. : Tidak terbentuk lapisan perak. : Terbentuk lapisan perak. Berdasarkan data hasil analisis kualitatif terhadap hasil destruksi dengan pereaksi KI, NaOH dan kawat tembaga (Tabel 3), keberadaan senyawa merkuri pada seluruh sampel tidak terdeteksi. Analisis merkuri pada sejumlah sampel secara kualitatif, dilakukan dengan kawat tembaga dan pereaksi yang dibuat tepat sebelum analisis dilakukan. Berdasarkan hasil yang didapat pada Tabel 2 dan 3 keberadaan senyawa merkuri pada seluruh krim pemutih tidak terdeteksi. Hal ini terjadi karena analisis kualitatif bersifat kurang sensitif (membutuhkan analit dalam jumlah besar) dan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi seperti adanya gangguan dari pelarut. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Pengujian Kandungan Merkuri dalam... 75 Validasi metode pada penelitian ini dimulai dengan menentukan ketelitian alat. Akurasi pengukuran logam merkuri dengan SSA sebesar 99,45 %. Presisi (penetapan nilai kebolehulangan) dilakukan terhadap sampel F, yang di ukur sebanyak enam kali dan dari penentuan presisi didapat standar deviasi sebesar 0,010 serta deviasi standar relatif sebesar 0,457 %. Dari koefisien variasi, didapat ketelitian alat sebesar 99,54 %. Kurva kalibrasi merupakan metode yang banyak digunakan untuk penentuan konsentrasi analit serta menunjukkan kelinieran pengukuran, yaitu dari persamaan regresi kurva, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (R 2 ) dari persamaan regresi kurva yang mendekati nilai 1. Intersep yang dihasilkan pada persamaan regresi menunjukkan akurasi dari metode pengukuran yang digunakan. Jika persamaan regresi linier menghasilkan intersep dengan nilai mendekati nol, maka dapat dikatakan metode pengukuran akurat. Penentuan Kurva kalibrasi dialurkan dari hasil nilai serapan tujuh konsentrasi yaitu 1, 2, 3, 4 dan 6 ppb Absorbansi 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 y = 0.014x + 0.001 R² = 0.998 1 2 3 4 6 Konsentrasi (ppb) Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Hg Gambar 1. merupakan kurva kalibrasi pada konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 6 ppb yang menghasilkan persamaan Y= 0,014 X + 0,001 dengan nilai linearitas (R 2 ) 0,998 dan menunjukkan kurva yang terbentuk linear. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa metode ini cukup akurat dalam penentuan Hg 2+ dalam suatu larutan. Limit deteksi (LOD) pengukuran ditentukan melalui pengukuran harga absorbansi terkecil yang masih dapat dibedakan dengan sinyal blanko hasil dari beberapa kali pengukuran. Limit deteksi menunjukkan jumlah konsentrasi terkecil dari analit yang masih dapat dideteksi serta menunjukkan kelayakan dari metode yang digunakan. Limit deteksi merkuri pada percobaan ini adalah 0,064 ppb, yang merupakan pengukuran harga absorbansi terkecil yang dapat diukur. Penentuan LOD dilakukan dengan menggunakan blanko (HNO 3 dan H 2 O 2 ). Nilai perolehan kembali dilakukan untuk membuktikan pengaruh matrik dari sampel krim pemutih yang mengganggu pengukuran. Penetapan nilai perolehan kembali ditentukan dengan menambahkan standar kedalam sampel. Sampel yang digunakan adalah sampel A, B, C dan F dengan menghasilkan persen perolehan kembali masingmasing 106,6; 106; 112,8; dan 120 %. Nilai perolehan kembali memberikan hasil yang baik. ISSN:2089-3582 Vol 2, No.1, Th, 2011

76 Livia Syafnir et al. Analisis kandungan merkuri menggunakan metode SSA tanpa nyala, metode ini dipilih karena sederhana dan memerlukan waktu analisis yang singkat serta sangat sensitif untuk konsentrasi kecil. Mekanisme kerja dari SSA yaitu atomisasi ion logam menjadi ion yang tidak bermuatan yang kemudian mengabsorbsi sinar dari lampu katoda, terbentuk melalui reaksi berikut : Hg 2+ Hg (reduksi) Sn 2+ Sn 4+ (oksidasi) Hg 2+ + Sn 2+ Hg + Sn 4+ Peralatan SSA yang digunakan adalah GBC 903 yang dilengkapi dengan pompa udara Lifetech 9960. Larutan baku yang digunakan adalah larutan Hg 2+. Pengukuran dilakukan dengan sumber cahaya lampu katoda Hg berongga, panjang gelombang 253,7 nm, lebar celah 0,5 nm, arus lampu 3 ma, dan larutan pereduksi SnCl 2 10%. Waktu retensi pengukuran merkuri adalah 5 menit. Analisis kuantitatif dengan metode SSA tanpa nyala, sampel sebelumnya di preparasi dengan cara destruksi basah dengan menggunakan campuran pelarut asam pekat HNO 3 sebanyak 2 ml dan H 2 O 2 sebanyak 1 ml, kemudian ditempatkan dalam microwave digestion. HNO 3 dan H 2 O 2 yaitu sebagai pelarut tunggal. Cara destruksi dengan asam nitrat dan dikombinasikan dengan asam peroksida sebagai pengoksidasi merupakan cara yang paling lazim digunakan. Reduktor yang digunakan adalah SnCl 2 10% ditambahkan sebanyak 25 ml. Hasil penetapan kadar merkuri dalam krim pemutih dengan SSA dapat dilihat pada tabel 4. Pengukuran seluruh sampel dengan metode SSA tanpa nyala, menunjukkan adanya senyawa merkuri pada krim pemutih seperti pada Tabel 4. dengan kadar masingmasing, yaitu 51,49; 40,93; 46,44; 42,49; 27,97; 0,43; dan 65,01; 27,37; 23,15; 20,15 mg/g. Kadar merkuri terbesar terdapat pada sampel G sedangkan kadar terkecil terdapat pada sampel F. No. Sampel Serapan Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Merkuri dalam Sampel Berat Sampel (g) Pelarutan (ml) Pengenceran (kali) Konsentrasi (µg/l) Kadar (mg/g) Kadar (%) A 0,059 0,1005 250 5.000 4,14 51,49 5,14 B 0,048 0,1023 250 5.000 3,35 40,93 4,09 C 0,061 0,1152 250 5.000 4,28 46,44 4,64 D 0,049 0,1006 250 5.000 3,42 42,49 4,24 E 0,034 0,1050 250 5.000 2,35 27,97 2,79 F 0,044 0,3491 50 1.000 3,07 0,43 0,04 G 0,077 0,1042 250 5.000 5,42 65,01 6,50 I 0,063 0,2267 100 10.000 6,21 27,37 2,74 J 0,074 0,3163 100 10.000 7,33 23,15 2,32 K 0,051 0,2446 100 10.000 4,93 20,15 2,02 Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Pengujian Kandungan Merkuri dalam... 77 Analisis merkuri secara kuantitatif selain pada krim pemutih yang di dapat dari toko kosmetik, dilakukan juga terhadap krim pemutih buatan yang dibuat sendiri. Pengukuran terhadap krim buatan bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan sudah baik. Pembuatan krim buatan mengacu pada salah satu sampel yang mempunyai kadar senyawa merkuri yang besar yaitu sampel G. Hasil pengukuran senyawa merkuri pada krim buatan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Penetapan Kadar Merkuri pada Krim Buatan No. Sampel Serapan Berat Sampel (g) Pelarutan (ml) Pengenceran (kali) Konsentrasi (µg/l) Kadar (mg/g) Kadar (%) H 0,077 0,1041 250 5000 5,42 65,08 6,50 Sampel krim buatan dibuat menggunakan Hg(NO 3 ) 2. H 2 O sebagai zat aktifnya. Hg(NO 3 ) 2. H 2 O digunakan sebanyak 1,11 g dalam 10 g krim buatan untuk mendapatkan kadar menyerupai sampel G yaitu sebesar 65,01 mg/g. Pada sampel H terdapat kandungan senyawa merkuri sebesar 0,64 g dan berdasarkan hasil pengukuran dengan kondisi yang sama, krim H menghasilkan kadar merkuri sebesar 65,08 mg/g seperti pada Tabel 4. Pengukuran SSA menunjukkan bahwa sampel H dan sampel G memiliki kadar merkuri terukur yang menunjukkan persen perolehan kembali sebesar 0,12 %, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan sudah baik. Hasil analisis merkuri pada krim pemutih dengan kadar antara 0,43 65,01 mg/g, dari hasil tersebut menunjukkan kadar senyawa merkuri pada sediaan krim pemutih besar dan mengingat PerMenKes RI No.376/MenKes/Per/VIII/1990 yang isinya melarang penggunaan merkuri dalam sediaan kosmetik, krim pemutih ini dapat membahayakan kesehatan manusia. 4. Penutup Analisis keberadaan senyawa merkuri pada krim kosmetik dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif memberikan hasil keberadaan senyawa merkuri pada seluruh krim kosmetik tidak terdeteksi. Analisis kuantitatif menggunakan metoda SSA, dengan kondisi analisis menggunakan SSA tanpa nyala, diatur pada sumber cahaya lampu katoda Hg berongga, lebar celah 0,5 nm, arus lampu 3 ma, pendeteksian pada panjang gelombang 253,7 nm. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan semua krim kosmetik mengandung senyawa merkuri dengan kadar antar rentang 0,43 65,01 mg/g. Kadar merkuri terbesar terdapat pada sampel G sebesar 65,01 mg/g sedangkan kadar terendah terdapat pada sampel F sebesar 0,43 mg/g. Akurasi 99,45 %, presisi 99,54 %, dengan limit deteksi hingga 0,064 ppb. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa pada krim kosmetik yang teliti semuanya mengandung logam merkuri, dengan kadar yang cukup signifikan. Namun, hasil kuesioner menunjukkan bahwa konsumen kosmetik umumnya masih belum menyadari bahaya keberadaan merkuri dalam kosmetik, untuk itu diperlukan suatu media penyuluhan atau seminar yang memberikan edukasi pada konsemuen tersebut. ISSN:2089-3582 Vol 2, No.1, Th, 2011

78 Livia Syafnir et al. 4.1 Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Bandung, atas bantuan dana penelitian melalui Program Penelitian Unggulan I. 5. Daftar Pustaka Connell D. W., Miller J. G., 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran, penerjemah Yanti Koestoer, Penerbit UI, 359, 371-372. Darmono, 1995. Logam dalam Sistem Biologi makhluk Hidup, Penerbit UI, 60-61, 128-129. Dieter, W. Guenwedel., 1987. Food Analysis Principle and Techniques, Departement of Food Science technology, University of California. Harry R. G., 1968. Modern Cosmeticology, Vol. 1, Chemical Publishing CO, Inc., New York, 27, 29. Huber, Ludwig., 2001. Validation of Analytical Methods: Review and Strategy, labcompliance. Jia, Xiaoyu, Yi Han, Chao Wei, Taicheng Duan and Hangting Chen. (2011). Speciation of mercury in liquid cosmetic samples by ionic liquid based dispersive liquid-liquid microextraction combine with high-performance liquid chromatography-inductively coupled plasma mass spectrometry, J. Anal. At. Spectom, 26, 1380-1386. Khopkar, 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik, penerjemah saptohardjo A., Penerbit UI, 275-283. Peraturan Mentri kesehatan Republik Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Priyanto, 2009. Toksikologi, Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko, Leskonfi (Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi), Bogor, 94. Sampurno, 2003. Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, 1-13. Sawitri, 1990. Pigmen Coklat Tua pada Kulit, Pharos Bulletin No. 4-90, 22. Shevlin, E. J., 1972. Skin Lighteners and Bleach Creams, Chapter VI; Cosmetic Science and Technologi, second adition, Vol I, Wiley Interscience, USA, 223-228. Sulistia, G., 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi ke-4, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 826-827, 834. Thenawidhjaya, M., 1990. Dasar-Dasar Biokimia, Airlangga, 297. Underwood, D., 1996. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi ke-5, penerjemah Aloysius H., Penerbit Erlangga, 421-423. Vogel, 1990. Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, penerjemah Setiono dan Pudjaatmaka H., jilid 1, edisi ke-2, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta, 216, 224. Wang, Lai-Hao, and Hsien-Ju Tien. (2007). Determination of lead, arsenic and mercury in cosmetic formulation at modified electrode, J. of Cosmetic Sci., 16, 29-38. Warta, 1987. Kimia Analitik No. 4, Puslitbang Kilia Terapan-LIPI, Bandung, 12. Widowati, W., 2008. Efek Toksik Logam, Penerbit ANDI Yogya, 127-148. Xi-zhu, Wang and Jiang Zhi-gang. (1999). Determination of Mercury in Cosmetic by Atomic Fluorescence Spectrometry, J. of Fuzhou Univ. S1. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan