BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Raden Ario Wicaksono/

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

GEOLOGI DAERAH KLABANG

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Ciri Litologi

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.5 Klasifikasi Batugamping berdasarkan Dunham, 1964 ( Loucks et. Al, 2003)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

dalam Zonasi Bolli & Saunders (1985), berdasarkan kandungan plangton tersebut maka kisaran umur satuan batuan ini adalah N21 atau Pliosen Atas.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN STUDI SEDIMENTOLOGI DAERAH WADO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat destruktif antara lain berupa erosi, pelapukan, dan sebagainya, sedangkan proses endogen adalah proses yang antara lain berupa pengangkatan, pelipatan, pensesaran dan sebagainya. Analisis geomorfologi dilakukan untuk mengetahui proses-proses apa saja yang telah terjadi dan membentuk bentang alam sekarang. Metode yang digunakan dalam melakukan analisis ini adalah dengan analisis interpretasi peta topografi, citra satelit, pola aliran sungai sehingga didapatkan data kelurusan lereng, kelurusan sungai, pola kontur topografi, pola sungai, bentukan lembah sungai dan tingkat erosi yang terjadi. Hasil analisis dari metode diatas dapat menentukan satuan geomorfologi yang didasarkan dari klasifikasi Lobeck (1939) sehingga dapat menganalisis proses geomorfik yang telah terjadi. Sungai-sungai utama di daerah ini tidak jarang yang berbentuk aliran antiseden (sungai yang dapat mengimbangi pengangkatan daerah lapisan batuan yang dilaluinya. Setiap terjadi pengangkatan, air sungai mengikis batuan tersebut) terhadap struktur batuan yang ada (Sungai Ci Manuk terhadap struktur Baribis lokasinya pada bagian atas diluar dari daerah penelitian). Aliran sungai utama berarah dari selatan ke utara. Anak-anak sungai di daerah yang terlipat umumnya bersifat subsekuen terhadap jurus perlipatan (Martodjojo, 1984). 3.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Secara umum daerah penelitian berupa perbukitan memanjang dengan dataran pada bagian tengah dan bagian atas daerah penelitian. Terdapat perbedaan ketinggian yang tidak terlalu signifikan dimana pada dataran rendah ketinggian berkisar 237 m hingga 275 m diatas permukaan laut (mdpl). Sedangkan pada daerah perbukitan perbedaan ketinggian berkisar antara 300 m hingga 541 m diatas permukaan laut (mdpl). Raden Ario Wicaksono/12005043 13

Bentukan morfologi pada pengamatan di lapangan menunjukan proses geologi yang berperan morfologi adalah struktur geologi berupa sesar dan proses denudasi. Bentuk morfologi perbukitan memanjang disusun oleh breksi, sedangkan morfologi dataran dibentuk oleh litologi batupasir dan batu lempung. Tata guna lahan daerah penelitian adalah sebagai areal pertanian, perkebunan, pemukiman dan kawasan hutan. Keadaan tata guna lahan di daerah penelitian dari citra satelit (Gambar 3.1) yang diambil melalui Google Earth terlihat adanya perbedaan warna dan pola yang menujukkan adanya perbedaan tata guna lahan berdasarkan morfologinya. Morfologi dataran dan punggungan sebagian besar digunakan sebagai areal perkebunan dan hutan lindung pada daerah bagian utara. Pada gambar terlihat bahwa warna coklat sampai hijau dan memiliki tekstur yang relatif lebih kasar menunjukkan daerah bukit dan hutan yang mempunyai morfologi dengan relief lebih tinggi, ditafsirkan sebagai litologi yang memiliki tingkat resistensi yang kuat terhadap pelapukan. Morfologi dengan relief lebih rendah atau landai ditafsirkan sebagai litologi yang mempunyai resistensi lemah, pada gambar ditandai oleh warna hijau muda dan memiliki tekstur yang relatif lebih halus yang merupakan areal persawahan. Warna biru dengan pola berkelok-kelok menunjukkan daerah sungai, pada beberapa lokasi terdapat lembah cukup terjal karena sungai memotong kontur yang cukup tinggi dan ditempat lainnya sungai-sungai berbatasan dengan sawah maupun lingkungan pemukiman warga. Sedangkan areal pemukiman ditandai warna coklah-kehitaman serta membentuk pola kumpulan/kelompok yang berada di utara dan selatan daerah penelitian memanjang ke arah barat-timur mengikuti keberadaan litologi batupasir serta sepanjang aliran sungai, hal ini erat kaitannya dengan keberadaan sumber air berasal dari air tanah maupun sungai. Raden Ario Wicaksono/12005043 14

umumnya berupa sesar dan kekar (Thornbury, 1954). Pada daerah penelitian pola aliran trelis di bagaian barat terdiri dari Sungai Ci Budah, Sungai Ci Muja, Sungai Ci Belah dan Sungai Ci Honje. Sedangkan pola aliran dendritik di utara, selatan serta timur daerah penelitian terdiri dari Sungai Ci Bunut, Sungai Ci Bodas, Sungai Ci Aling,Sungai Ci Bogo dan Sungai Ci Nambo. 3.1.3 Analisis Topografi Analisis Topografi berdasarkan dari Peta Lintasan skala 1:15.000 (Lampiran E-1), didapatkan tiga kriteria kerapatan kontur pada daerah penelitian, yaitu: a. Kontur berpola rapat Kontur ini menunjukkan daerah dengan morfologi curam serta ciri litologi yang relatif keras dan masif, menempati sekitar 25% daerah penelitian, tersebar di daerah Sukakersa, Cisurat, Pasir Cipondoh, Pasir Anggaranu, Pasir Nunggal, Pasir Kerud, Pasir Landak, Leuwihideung, Sukamenak, Ranggon, Marongpong dan Cijeruk. b. Kontur berpola sedang Kontur ini menunjukkan daerah dengan morfologi sedikit curam serta ciri litologi yang relatif lunak, menempati sekitar 20% daerah penelitian, terdapat di daerah Padajaya, Cipaok, Jatibungur. c. Kontur berpola jarang Kontur ini menunjukkan daerah dengan morfologi landai dengan ciri litologi yang relatif lunak, menempati sekitar 55% daerah penelitian. Terdapat di daerah Betok, Nangkod, Maleber, Sundulan, Sawahjambe, dan Citapen. 3.1.4 Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian Dilihat dari kondisi struktur geologi, kemiringan lapisan, serta jenis batuan penyusun pada daerah penelitian maka dilakukan klasifikasi geomorfologi, klasifikasi ini berdasarkan pada tipe genetik atau proses dan faktor penyebab bentukan morfologi. Berdasarkan klasifikasi Lobeck (1939), daerah penelitian dapat dibagi menjadi 6 satuan geomorfologi, yaitu: satuan lembah homoklin, satuan perbukitan homoklin, satuan perbukitan lipatan, satuan perbukitan volkanik, satuan perbukitan intrusi, dan satuan dataran aluvial. Raden Ario Wicaksono/12005043 17

3.1.4.1 Satuan Lembah Homoklin BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Satuan ini mencakup ± 63% dari luas daerah penelitian dan memiliki ketinggian mulai dari ± 237.5 m hingga mencapai 275 m diatas muka laut, pada peta geomorfologi satuan ini diberi warna hijau (Lampiran E-2). Satuan ini menempati bagian utara, bagian barat dan timur di tengah dari daerah penelitian di sepanjang aliran sungai besar (Sungai Ci Manuk) serta sungai-sungai sedang-kecil seperti Sungai Ci Cacaban, Sungai Ci Aling, Sungai Ci Bogo, Sungai Ci Belah, Sungai Ci Muja, dan Sungai Ci Bodas (Foto 3.1). Satuan ini ditandai oleh dataran yang landai dan di beberapa tempat dijumpai lereng dengan kemiringan sedikit terjal dan terdapat sungai-sungai dengan lembah berbentuk U (Foto 3.2), dan di beberapa tempat berkelok tajam yang menunjukkan tahapan geomorfik dewasa. Tata guna lahan pada satuan ini adalah sebagai areal perkebunan, persawahan dan tempat pemukiman. B T Foto 3.1 Satuan Lembah Homoklin, Foto Diambil dari Selatan Menghadap ke Arah Utara (Daerah Desa Pawenang). B T Foto 3.2 Sungai Ci Manuk dengan Lembah Berbentuk U, Foto Diambil dari Utara Menghadap ke Arah Selatan. Raden Ario Wicaksono/12005043 18

3.1.4.2 Satuan Perbukitan Homoklin BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Satuan ini mencakup ± 18% dari luas daerah penelitian dan memiliki ketinggian mulai dari ± 250 m hingga mencapai 400 m diatas muka laut, pada peta geomorfologi satuan ini diberi warna cokelat (Lampiran E-2). Satuan ini menempati bagian tengah sampai utara daerah penelitian, ditandai dengan kenampakan berupa kemiringan lapisan batuan yang relatif searah (kemiringan relatif ke arah selatan), memiliki kemiringan lereng sedang-terjal. Satuan geomorfologi ini tersusun atas litologi breksi dan batupasir serta batulempung. Secara litologi, satuan ini memiliki ketahanan terhadap erosi yang cukup tinggi dan tampak sebagai morfologi yang berbukit-bukit (Foto 3.3) Proses eksogen pada satuan ini adalah berupa pelapukan, erosi alur, erosi tepi sungai, dan erosi lembar (sheet erosion). Sungai yang mengalir di satuan ini umumnya memiliki tahapan geomorfik muda yang dicirikan oleh lembah sungai yang sempit dan dalam berbentuk V serta erosi ke arah hulu. Tata guna lahan pada satuan ini adalah sebagai areal perkebunan dan perhutanan. B T Foto 3.3 Satuan Perbukitan Homoklin, Foto Diambil dari Selatan Menghadap ke Arah Utara (Daerah Desa Wado). 3.1.4.3 Satuan Perbukitan Lipatan Satuan perbukitan lipatan meliputi ± 12% dari luas daerah penelitian dan memiliki ketinggian mulai dari ± 250 m hingga mencapai 355 m diatas muka laut. Pada peta geomorfologi satuan ini diberi warna jingga/orange (Lampiran E-2). Satuan ini menempati bagian barat daya daerah penelitian berupa perbukitan antiklin ditandai oleh kenampakan perbukitan dengan kemiringan lereng sedang-terjal (Foto 3.4). Raden Ario Wicaksono/12005043 19

Perbukitan ini memiliki ketahanan terhadap erosi cukup tinggi dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar dan perlipatan dengan litologi penyusun satuan ini adalah breksi, batupasir dan batulempung. Sungai yang mengalir di daerah ini memiliki tahapan geomorfik muda yang dicirikan oleh lembah sungai yang sempit dan dalam berbentuk V serta erosi ke arah hulu (Foto 3.5). Lembah-lembah sungai yang sempit dan dalam tersebut rawan akan bahaya longsor maupun jatuhan batu. Tata guna lahan pada satuan ini adalah sebagai areal pertanian. S U Pasir Kerud Pasir Nunggal Foto 3.4 Satuan Perbukitan Lipatan Terdapat Bukit Pasir Kerud dan Pasir Nunggal, Foto Diambil dari Timur Menghadap ke Arah Barat (Daerah Cijati). S U Foto 3.5 Sungai Ci Budah dengan Lembah Berbentuk V, Lembah Curam dan Dalam Mencirikan Tahapan Geomorfik Muda (Foto Diambil dari Timur Menghadap ke Arah Barat). Raden Ario Wicaksono/12005043 20

3.1.4.4 Satuan Perbukitan Volkanik BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Satuan perbukitan volkanik menempati + 20% dari luas daerah penelitian terutama dibagian barat, memanjang dari tengah sampai ke arah selatan yaitu dibagian timur daerah Darmaraja (tengah daerah penelitian) dan satuan ini juga didapatkan di daerah Cijeruk (bagian selatan sebelah timur peta). Morfologinya dicirikan oleh punggungan-punggungan (Foto 3.6 dan Foto 3.7) dengan kemiringan sangat terjal. Ketinggian maksimum adalah 500 m. Pada peta geomorfologi satuan ini diberi warna merah muda/pink (Lampiran E-2). S U Pasir Landak Foto 3.6 Satuan Perbukitan Volkanik di Daerah Pasir Landak, Foto Diambil dari Timur Menghadap ke Arah Barat di Jalan Sumedang-Bantarujeg (Sekitar Daerah Betok). S U Foto 3.7 Satuan Perbukitan Volkanik, Foto Diambil dari Timur Menghadap ke Arah Barat (Daerah Ranggon). Satuan ini disusun oleh breksi piroklastik yang monomik dengan fragmen batuan beku dan lava batuan beku. Proses eksogen yang bekerja pada satuan ini adalah berupa pelapukan, longsoran, dan erosi ke hulu. Raden Ario Wicaksono/12005043 21

3.1.4.5 Satuan Bukit Intrusi BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Satuan bukit intrusi menempati + 2% dari luas daerah penelitian terutama dibagian tengah, berupa bukit yang berdiri sendiri/tunggal. Morfologinya dicirikan oleh punggungan (Foto 3.8) dengan kemiringan sedang sampai terjal. Ketinggian maksimum adalah 272 m. Pada peta geomorfologi satuan ini diberi warna merah (Lampiran E-2). Satuan di daerah ini disusun oleh batuan beku (Foto 3.9) yang terdapat pada sisi tebing Sungai Ci Manuk. U S Foto 3.8 Satuan Bukit Intrusi, Foto Diambil dari Barat Menghadap ke Arah Timur (Jalan Raya Sumedang- Bantarujeg). Foto 3.9 Batuan Beku Yang Terdapat Pada Sisi Tebing Sungai Ci Manuk. Raden Ario Wicaksono/12005043 22

3.1.4.6 Satuan Aluvial BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Satuan aluvial menempati + 5% dari luas daerah penelitian, terletak di bagian tengah dari daerah penelitian sepanjang sungai Ci Manuk berbentuk U (Foto3.10). Satuan ini membentuk morfologi kemiringan lereng hampir datar dan disusun oleh material lepas berukuran pasirkerakal. Pada peta geomorfologi satuan berwarna abu-abu (Lampiran E-2). B T Foto 3.10 Sungai Ci Manuk Berbentuk U Foto Diambil dari Selatan Menghadap ke Arah Utara (Daerah Sekitar Nangewer). 3.2 Lintasan Geologi Lintasan geologi yang dimaksud merupakan lintasan dimana dilakukan pengamatan geologi detil dan pengukuran penampang stratigrafi yang disintesa dalam kolom pengukuran penampang stratigrafi terinci, serta pada lintasan ini juga dilakukan pengambilan sampel untuk analisis-analisis petrografi dan mikropaleontologi. 3.2.1 Lintasan 1 (Sungai Ci Manuk Hilir-Sungai Ci Bodas) Jalur Lintasan 1 (Gambar 3.3) ini berada dibagian tengah dari daerah penelitian, berarah dari utara ke selatan dengan menempuh jarak ± 6,18 km. Pengamatan singkapan dimulai dari lokasi Bp-28 hingga berakhir di lokasi Cp-1 yang berada di timur dari lokasi daerah penelitian dengan kemiringan lapisan secara umum ke arah selatan. Ketebalan tiap lapisan batuan dapat dilihat secara lebih rinci pada kolom pengukuran penampang stratigrafi (Lampiran D-1). Raden Ario Wicaksono/12005043 23

A B C Gambar 3.3 Lintasan 1 (Sungai Ci Manuk Hilir-Sungai Ci Bodas). Raden Ario Wicaksono/12005043 24

Poin-poin lokasi Bp-28 sampai Bp-22 merupakan singkapan-singkapan dari satuan batulempung-batupasir. Poin lokasi Bp-27 terdapat pada Sungai Ci Manuk di bagian utara peta, singkapan yang berada di poin ini adalah singkapan perselingan batulempung-batupasir (Foto 3.11). Singkapannya segar terdapat pada tepi sungai dengan tebal 28 m. Pada bagian bawah adalah batulempung, coklat-hitam, getas, tebalnya 60-80 cm. Kemudian membentuk perselingan yang monoton dengan batupasir, abu-abu, ukuran butir pasir sedang, karbonatan, membundar, pemilahan baik, kemas tertutup, kompak, porositas sedang, struktur sedimen laminasi sejajar, graded bedding, ripple dan bioturbasi. tebal batu pasir 8-40 cm. Batupasir yang terdapat di lokasi ini menunjukan adanya pola lapisan yang semakin menipis ke atas (thinning upward sequence). Kedudukan lapisan N90 E/20 S. Foto 3.11 Singkapan Perselingan Batulempung-Batupasir Lokasi Bp-27 Sungai Ci Manuk. Berikutnya adalah lokasi dari poin Bp-26 pada Sungai Ci Manuk letaknya berada di selatan dari poin sebelumnya, singkapan segar terdapat pada tepi sungai berupa singkapan perselingan batulempung-batupasir dengan kedudukan lapisan N110 E/12 SE. Hasil deskripsi menunjukkan batulempung, bewarna abu-abu gelap, kompak, karbonatan mengandung foraminifera kecil, porositas buruk. Sedangkan batupasir bewarna coklat terang dengan ukuran butiran sedang, pemilahan buruk, bentuk butir membundar tanggung-membundar, kemas tertutup setempat terbuka, porositas baik, kompak, karbonatan, struktur sedimen graded bedding, laminasi sejajar, ripple dan bioturbasi (Foto 3.12). Bioturbasi terlihat dengan sangat jelas dan berukuran besar. Raden Ario Wicaksono/12005043 25

Bioturbasi Ripple Laminasi Sejajar Graded Bedding Foto 3.12 Graded Bedding, Laminasi sejajar dan Bioturbasi pada Perselingan Batupasir-Batu Lempung di Lokasi Bp-26 Sungai Ci Manuk. Lokasi selanjutnya adalah lokasi poin Bp-22 berada pada tebing sungai tepat di kelokan Sungai Ci Manuk bagian utara yang letaknya sebelah selatan dari poin sebelumnya, singkapan pada daerah ini adalah singkapan perselingan batulempung-batupasir (Foto 3.13) dengan tebal 24 m, kedudukan lapisan N73 E/12 SE dan kondisi singkapannya segar. Foto 3.13 Singkapan Perselingan Batulempung-Batupasir Lokasi Bp-22 Sungai Ci Manuk. Batupasir, abu-abu, ukuran butir pasir kasar, tidak karbonatan, membundar, pemilahan baik, kemas tertutup, kompak, porositas sedang, struktur sedimen laminasi sejajar, graded bedding, tebalnya 2 m. Sedangkan batulempung, coklat-hitam, kompak, tidak karbonatan, getas kemas tertutup, porositas buruk, tebalnya 2 m. Jika dibandingkan dengan poin-poin sebelumnya di lokasi ini Raden Ario Wicaksono/12005043 26

batupasir dan batulempung semakin menebal (thickening) serta keduanya memiliki ketebalan yang relatif sama. Singkapan dari satuan breksi-batupasir dapat diperoleh pada lokasi poin Bp-21 sampai Bp-15. Di sepanjang poin-poin ini terjadi perubahan litologi secara berangsur yang semula merupakan singkapan dari perselingan batulempung-batupasir menjadi perselingan breksibatupasir. Singkapan perselingan breksi-batupasir lokasi Bp-21 Sungai Ci Manuk (Foto 3.14) merupakan lokasi pertama kali ditemukannya breksi, singkapan terdapat pada dasar sungai sampai sisi tebing dengan kondisi singkapan sangat segar dengan kedudukan lapisan N125 E/25 SE. Foto 3.14 Singkapan Perselingan Breksi-Batupasir Lokasi Bp-21 Sungai Ci Manuk. Hasil deskripsi pada singkapan ini adalah breksi, abu-abu, ukuran butir kerikil-bongkah, tidak karbonatan, menyudut, pemilahan buruk, kemas terbuka, kompak, porositas buruk, fragmen berukuran bongkah berupa batuan beku, batupasir, koral (Foto 3.15) matriks pasir kasar-sangat kasar. Kemudian membentuk perselingan dengan batupasir, abu-abu, ukuran butir pasir halussedang, tidak karbonatan, membundar, pemilahan baik, kemas tertutup, kompak, porositas sedang, struktur sedimen laminasi sejajar, graded bedding yang semakin mengkasar ke atas. Pada lokasi ini juga terdapat sisipan tipis dari batulempung, coklat-hitam, ukuran butir lempung, tidak karbonatan, getas. Raden Ario Wicaksono/12005043 27