The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest to Industrial Forest Acacia Crassicarpa on Physical and Chemical Properties of Peat Soil

dokumen-dokumen yang mirip
The Lands Use Change from Natural Forest to Plantation Forest Acacia crassicarpa on Some Chemical Properties in Peat Soil

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN HUTAN ALAM MENJADI HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan

Pengelolaan lahan gambut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanah Gambut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Bahan Gambut Riau

PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH TERHADAP KARAKTERISTIK GAMBUT. Teguh Nugroho dan Budi Mulyanto Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

ANALISIS SIFAT KIMIA TANAH GAMBUT PADA TIGA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI DESA PANGKALAN PANDUK KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS KARAKTERISTIK LAHAN GAMBUT DI BAWAH TEGAKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU

LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

ANALISIS KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT USIA 28 TAHUN DI PT. ASAM JAWA KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT (SLUDGE) PABRIK PULP DAN PAPER

II. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut berasal dari pelapukan vegetasi yang tumbuh di sekitarnya. Proses

PERUBAHAN SIFAT FISIKA ULTISOL AKIBAT KONVERSI HUTAN MENJADI LAHAN PERTANIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMADATAN TANAH GAMBUT TERHADAP SIFAT FISIK PADA DUA LOKASI YANG BERBEDA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

III. BAHAN DAN METODE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Zahrawani., R.A, Tang., U.M, Suwondo 2015:9 (2) ANALISIS DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI AREAL PT. SATRIA PERKASA AGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanah Gambut

PENDAHULUAN Latar Belakang

Setitik Harapan dari Ajamu

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION

I. PENDAHULUAN. - Karet (Hevea Brasiliemis) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TERHADAP KERUSAKAN TANAH 1) (Impact of forest and land fire on soil degradation) ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENUTUP. Status terkini lahan gambut

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS SIFAT KIMIA TANAH GAMBUT YANG DIKONVERSI MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATAN KAMPAR

PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA LAHAN USAHATANI KARET DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI DAS BATANG PELEPAT

KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE

BAB IV METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

Penetapan Cadangan Karbon Bahan Gambut Saprik, Hemik, dan Fibrik

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 )

OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT MENGGUNAKAN AMELIORAN TANAH MINERAL DAN TANAMAN PENUTUP LAHAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

IV. METODE PENELITIAN

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH. Litterfall Production, and Decomposition Rate of

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

BAB I. PENDAHULUAN A.

EFEK TINGGI MUKA AIR TANAH DAN PEMUPUKAN TERHADAP EMISI CO 2 PADA TANAH GAMBUT DENGAN SERASAH DAUN AKASIA (Acacia crassicarpa)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. Lahan gambut di dunia mencapai luas 400 juta ha. Sekitar350 juta ha dari

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

KAJIAN SIFAT KIMIA LAHAN GAMBUT PADA BERBAGAI LANDUSE CHEMICAL PROPERTIES STUDYS OF PEATLANDON VARIOUS LANDUSE ABSTRACT

PERUBAHAN KARAKTERISTIK TANAH AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN GAMBUT MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA PETANI KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS

Karakteristik Lahan Gambut dan Pola Agroforestri Di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Lahan Gambut

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

KARAKTERISASI FISIK DAN KELEMBABAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013.

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Lampiran 1. Flow chart penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

PENGUKURAN RETENSI AIR TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN KOMBINASI THREE PHASE METER DAN CERAMIC PLATE

Transkripsi:

Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Hutan Rawa Gambut Menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) Acacia Crassicarpa Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah Gambut The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest to Industrial Forest Acacia Crassicarpa on Physical and Chemical Properties of Peat Soil Al Ikhsan Amri 1* 1 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau Diterima 25 Januari 2014/Disetujui 21 Maret 2013 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan lahan hutan rawa gambut menjadi lahan HTI Acacia crassicarpa terhadap sifat fisika dan sifat kimia tanah gambut. Penelitian dilaksanakan di areal konsesi PT Bukit Batu Hutani Alam (PT. BBHA) di Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis, dari Bulan Mei sampai Juli 2013. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan lokasi pengambilan sampel ditetapkan secara purposif. Data dianalisis secara deskriptif yang disajikan dalam grafik. Parameter yang diamati adalah distribusi ukuran partikel, kerapatan isi, kerapatan partikel, total ruang pori, ph tanah, C-organik, N-total, P-total dan basa-basa dapat ditukar (K, Ca, Mg, Na). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan hutan rawa gambut menjadi HTI Acacia crassicarpa meningkatkan dan memperbaiki beberapa sifat fisika dan kimia tanah gambut. Partikel tanah semakin berukuran halus, kerapatan isi (bulk density) dan kerapatan partikel (particle density) semakin meningkat, sehingga nilai total ruang pori mengalami penurunan. Kemudian ph, C organik, N total, P total dan basa-basa (K, Ca, Mg, Na) dapat ditukar juga semakin meningkat dan semakin lebih baik. Kata kunci : rawa gambut, hutan tanaman, sifat fisik, sifat kimia ABSTRACT This research to know lands use change from peat bog forest to industrial forest Acacia crassicarpa on physical and chemical properties of peat soil. This research had been done in area of PT. BBHA, Bukit Batu subdistrict, Bengkalis, started from May until July 2013. Method of this research was survey with use purposive sampling. The data was analysed by descriptive and graphics model. The parameters were detected namely particle size distribution, bulk density, particle density, porosity, ph, organic carbon, total nitrogen, total phosphor and Base Cations (K, Ca, Mg, Na). The result of research show that lands use change from peat bog forest to industrial forest Acacia crassicarpa was increasing and repairing some physical and chemical properties of peat soil, total of smalles particle, bulk density, particle density, ph, organic carbon, total nitrogen, total phosphor and Base Cations (K, Ca, Mg, Na). Keywords: peat bog, plantation forest, physical properties, chemical properties PENDAHULUAN Hutan rawa gambut merupakan sumberdaya alam yang sangat penting. Dewasa ini gambut memiliki banyak fungsi antara lain fungsi ekologis dan ekonomis (produksi biomassa). Dalam kaitan fungsi ekologis gambut dapat berperan sebagai pengatur tata air (hidro-orologi), penyimpan karbon, dan dalam bentuk hutan rawa gambut berperan dalam rosot karbon dari udara, dan penyimpan keragaman hayati. Dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat, gambut dapat dimanfaatkan untuk produksi biomassa seperti untuk perkebunan kelapa, kelapa sawit, karet, dan hutan tanaman industri (HTI). Oleh karena itu, Penulis korespondensi. e-mail: iksan.amri@ymail.com lahan gambut harus dikelola dengan baik sehingga manfaat ekonomi, sosial dan ekologi dapat dicapai secara seimbang. Disamping itu pengelolaan hutan dan lahan gambut perlu dilakukan secara bijaksana dan hati-hati,hal ini disebabkan karena hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang mudah rapuh, sehingga kalau pengelolaan tidak dilakukan secara benar, hutan tersebut tidak akan lestari. Salah satu pemanfaatan gambut yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah HTI untuk menghasilkan kayu guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp dan kertas. Peningkatan kebutuhan bahan baku dalam bidang industri perkayuan seperti pulp and paper telah mendorong perluasan hutan tanaman industri (HTI). Penggunaan lahan mineral untuk HTI mengalami kompetisi dengan penggunaan lahan lainnya, seperti perkebunan kelapa 17

sawit, karet, dan pertanian sayuran, sehingga lahan gambut menjadi alternatif dalam perluasan HTI. Perubahan penggunaan lahan hutan rawa gambut menjadi lahan pertanian termasuk HTI memiliki beberapa tantangan. Menurut berbagai pihak dapat menyebabkan kerusakan (degradasi) lahan. Kegiatan pembukaan lahan dan pembuatan saluran drainase telah ditengarai sebagai penyebab kerusakan lahan gambut. Di sisi lain dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, berbagai pihak yang mengelolah lahan hutan rawa gambut berpandangan sebagai lahan potensial. Seperti contoh pengelola HTI yang mengembangkan usahanya di lahan gambut. Mereka terus mengembangkan teknologi untuk meminimalisasi kerusakan lahan. Salah satu teknologi yang telah ditemukan dan diterapkan adalah mengatur air pada level tertentu dan memungkinkan pertumbuhan tanaman optimum dengan dampak lingkungan minimum. Perubahan penggunaan lahan hutan rawa gambut menjadi lahan HTI Akasia diduga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah gambut. Pembangunan saluran drainase serta pemberian amelioran dan pupuk akan meningkatkan dekomposisi sehingga ketersediaan unsur hara meningkat, gambut menjadi lebih halus, bobot isi meningkat, total ruang pori menurun namun justru positif bagi keseimbangan air dan udara. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di lahan gambut. Lahan hutan rawa gambut yang digunakan satu hamparan dengan Tabel 1. Gambaran kondisi lapangan saat kegiatan survei penggunaan lahan gambut untuk HTI di areal konsesi PT Bukit Batu Hutani Alam (PT. BBHA) Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Mei sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan pada hutan rawa gambut dan HTI berbeda umur sejak pembukaan lahan yaitu 3 tahun, 5 tahun dan 8 tahun. Sampel untuk analisis sifat fisika tanah gambut dilakukan dengan pengambilan sampel tanah tidak terganggu dengan menggunakan ring sampel dan terganggu dengan bor gambut. Sampel tanah terganggu dan tidak terganggu diambil dari kedalaman per 10 cm sampai batas muka air tanah (water level). Pengambilan sampel analisis kimia tanah gambut dilakukan dengan menggunakan bor gambut. Sampel diambil pada kedalaman 0-20 cm, 20-40 cm, dan 40-60 cm. Kegiatan penelitian meliputi penetapan lokasi pengambilan sampel secara purposive, pengambilan sampel tanah, analisis sifat fisika dan sifat kimia tanah gambut di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Riau, dan analisis data secara deskriptif. Parameter yang diamati adalah sifat fisik tanah gambut yang meliputi distribusi ukuran partikel, kerapatan isi (Bulk Density), kerapatan partikel (Particle Density) dan total ruang pori, serta sifat kimia gambut yang meliputi ph, C organik, N total, P total dan basa-basa dapat ditukar (K, Ca, Mg, Na). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Kondisi Lapangan dan Kadar Air Lokasi Penelitian Tabel 2. Kadar air lokasi penelitian 18

Sifat Fisika (Distribusi Ukuran Partikel, Kerapatan Isi, Kerapatan Partikel dan Total Ruang Pori) Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan dari hutan rawa gambut menjadi HTI Acacia crassicarpa meningkatkan partikel tanah gambut yang berukuran halus (Gambar 1-4), meningkatkan kerapatan isi (Gambar 5), meningkatkan kerapatan partikel (Gambar 6) serta menurunkan total ruang pori tanah gambut (Gambar 7). Gambar 4. Distribusi ukuran partikel tanah hutan rawa gambut dan HTI Acacia crassicarpa pada HTI 8 tahun Gambar 1. Distribusi ukuran partikel tanah hutan rawa gambut dan HTI Acacia crassicarpa pada hutan rawa gambut Gambar 5. Nilai kerapatan isi (bulk density) tanah gambut hutan rawa gambut dan HTI Acacia crassicarpa berbagai umur penggunaan lahan. (A) Hutan rawa gambut, (B) HTI Acacia crassicarpa umur perubahan penggunaan lahan 3 tahun, (C) HTI Acacia crassicarpa umur perubahan penggunaan lahan 5 tahun dan (D) HTI Acacia crassicarpa umur perubahan penggunaan lahan 8 tahun Gambar 2. Distribusi ukuran partikel tanah hutan rawa gambut dan HTI Acacia crassicarpa pada HTI 3 tahun Gambar 6. Nilai kerapatan partikel (particle density) tanah gambut hutan rawa gambut dan HTI Acacia crassicarpa berbagai umur penggunaan lahan Gambar 3. Distribusi ukuran partikel tanah hutan rawa gambut dan HTI Acacia crassicarpa pad HTI 5 tahun Gambar 7. Total ruang pori tanah gambut hutan rawa gambut dan HTI Acacia crassicarpa berbagai umur penggunaan lahan 19

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah terjadi perubahan penggunaan lahan hutan rawa gambut menjadi HTI Acacia crassicarpa, sifat fisika tanah gambut yaitu jumlah partikel tanah gambut berukuran halus, kerapatan isi (bulk density) serta kerapatan partikel (particle density) mengalami peningkatan, baik pada HTI Acacia crassicarpa umur perubahan penggunaan lahan 3 tahun, 5 tahun maupun 8 tahun, sehingga menyebabkan total ruang pori tanah mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan aktivitas penggunaan lahan hutan rawa gambut menjadi HTI Acacia crassicarpa yang melibatkan kegiatan seperti pembukaan lahan dan pembuatan saluran drainase untuk mengatur muka air tanah sehingga berpengaruh terhadap kondisi lapisan yang menjadi lebih oksidatif. Radjagukguk (2000) menyatakan bahwa setelah drainase dan pengolahan tanah, laju dekomposisi gambut meningkat dikarenakan fauna tanah akan lebih berkembang pada keadaan tanah gambut yang tidak tergenang. Selanjutnya, Noor (2001) menyatakan bahwa semakin tinggi laju dekomposisi maka semakin tinggi particle density dan bulk density tanah gambut, begitu juga sebaliknya. Sifat fisika tanah gambut satu sama lain saling berkaitan. Semakin tinggi bulk density dan particle density menandakan bahwa kematangan tanah gambut semakin meningkat. Hal tersebut akan menyebakan porositas menjadi semakin menurun, begitu juga sebaliknya. Handayani (2005) menyebutkan bahwa semakin tinggi bobot isi maka semakin rendah total ruang pori dan semakin rendah bobot isi maka semakin tinggi total ruang pori. Menurunnya total ruang pori tanah gambut menandakan partikel tanah gambut yang berukuran halus semakin bertambah. Suprayogo et al., (2004) menyebutkan bahwa meningkatnya partikel tanah gambut yang berukuran halus menandakan semakin matang tanah gambut tersebut yang kemudian akan mempengaruhi kerapatan tanah dan jumlah ruang pori. Sifat Kimia (ph, C-organik, N-total, P-total dan Basa- Basa dapat ditukar) Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan dari hutan rawa gambut menjadi HTI Acacia crassicarpa meningkatkan ph tanah gambut (Gambar 8), C organik (Gambar 9), N total (Gambar 10), P total (Gambar 11) dan basa-basa dapat ditukar (Gambar 12). Gambar 9. Grafik nilai C organik tanah di hutan rawa gambut dan HTI pada berbagai lama perubahan penggunaan lahan Gambar 10. N total tanah di hutan rawa gambut dan HTI pada berbagai lama perubahan penggunaan lahan Gambar 11. P total tanah di hutan rawa gambut dan HTI pada berbagai lama perubahan penggunaan lahan Gambar 12. Nilai basa-basa dapat ditukar tanah di hutan rawa gambut dan HTI pada berbagai lama perubahan penggunaan lahan Gambar 8. Nilai ph tanah di hutan rawa gambut dan HTI pada berbagai lama perubahan penggunaan lahan 20

Perubahan penggunaan lahan dari hutan rawa gambut menjadi hutan tanaman industri (HTI) Acacia crassicarpa menyebabkan perubahan pada beberapa sifat kimia tanah gambut. Hutan rawa gambut umumnya memiliki kondisi tanah yang reduktif (tergenang). Menurut Najiati et al. (2005), dekomposisi bahan organik pada kondisi anaerob menghasilkan senyawa organik berupa asam-asam organik yang menyebabkan tanah menjadi sangat masam. Masih menurut Najiati et al. (2005), bahwa rendahnya ph tanah gambut menyebabkan sejumlah unsur hara seperti N, P, K, Ca dan Mg menjadi sangat rendah dan tidak tersedia. Hasil pengamatan untuk water level pada hutan rawa gambut yaitu -66 cm (Tabel 1) dan kadar air yang cukup tinggi yaitu 292% (0-20 cm) (Tabel 2). Perubahan hutan rawa gambut menjadi HTI menyebabkan kondisi tanah menjadi oksidatif pada lapisan permukaan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pembuatan saluran drainase pada pembukaan HTI yang dapat menurunkan permukaan air tanah gambut. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian bahwa lebar kanal pada lokasi HTI antara 5-8 m dan kedalaman 2-4 m. Hasil pengamatan water level untuk lokasi HTI yaitu > -70 cm (Tabel 1) dan kadar air pada kedalaman 0-20 cm berkisar antara 181-241% (Tabel 2). Sifat kimia tanah gambut (kedalaman 0-20 cm) untuk lokasi yang telah mengalami perubahan penggunaan lahan menjadi HTI selama 3 tahun mengalami peningkatan. Peningkatan beberapa sifat kimia tanah gambut tersebut dipengaruhi oleh perubahan kondisi tanah yang lebih oksidatif, sehingga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme untuk melakukan dekomposisi bahan organik. Dekomposisi ini akan berpengaruh terhadap peningkatan beberapa unsur hara. Selain itu sumber unsur hara pada HTI yaitu berasal dari pemupukan dan ameliorasi menggunakan limbah pulp abu boiler. Bintang et al. (2005) menyatakan bahwa berbagai jenis pupuk dan amelioran dapat meningkatkan ph tanah gambut. Sifat kimia tanah gambut (kedalaman 0-20 cm) untuk lokasi yang telah mengalami perubahan menjadi HTI selama 5 tahun yaitu ph sangat masam, C organik sangat tinggi, N total sedang, P total sedang, basa-basa K rendah, Na rendah, Ca dan Mg sedang. Penurunan beberapa sifat kimia seperti unsur hara dikarenakan unsur hara tersebut telah dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman. Rotasi pemanenan tanaman Acacia crassicarpa di lokasi penelitian adalah umur 5 tahun. Pemanenan ini dapat menurunkan beberapa unsur hara di dalam tanah. Menurut Aprianis et al. (2009) bahwa semakin tua tanaman Acacia crassicarpa maka tanaman akan menyerap unsur hara dari dalam tanah semakin besar. Sifat kimia tanah gambut (kedalaman 0-20 cm) pada lokasi HTI lama perubahan penggunaan lahan 8 tahun yaitu ph sangat masam, C organik sangat tinggi, N total sangat tinggi, P total tinggi, basa-basa dapat ditukar K rendah, Ca, Mg dan Na sedang. Peningkatan ini dipengaruhi tingkat dekomposisi yang semakin lanjut dan penambahan sumber hara di dalam tanah, seperti pemupukan dan ameliorasi limbah pulp abu boiler pada penanaman rotasi kedua. Peningkatan dekomposisi yang dilakukan oleh biota tanah berpengaruh terhadap tingkat kematangan tanah gambut. Menurut Dariah et al. (2011) semakin tinggi tingkat kematangan gambut, maka C organik per satuan volume gambut menjadi semakin tinggi. KESIMPULAN Perubahan penggunaan lahan dari hutan alam menjadi hutan tanaman industri (HTI) Acacia crassicarpa secara umum meningkatkan dan memperbaiki beberapa sifat fisika dan kimia tanah gambut. Setelah terjadi perubahan penggunaan lahan hutan rawa gambut menjadi HTI Acacia crassicarpa selama 3 tahun sampai 5 tahun nilai kerapatan isi (bulk density) dan kerapatan partikel (particle density) meningkat namun masih ke dalam kategori rendah dengan tingkat kematangan fibrik sampai hemik, sedangkan pertambahan umur HTI Acacia crassicarpa menjadi 8 tahun peningkatan nilai kerapatan isi (bulk density) dan kerapatan partikel (particle density) termasuk ke dalam kategori tinggi dengan tingkat kematangan saprik. Dengan demikian, semakin lama umur perubahan penggunaan lahan hutan rawa menjadi HTI Acacia crassicarpa meningkatkan kematangan tanah gambut sehingga memperbaiki sifat fisika tanah gambut. Nilai ph, N total, P total, dan basa-basa dapat ditukar (K, Ca, Mg, dan Na) terjadi perubahan yang fluktuatif. Sedangkan untuk C organik terlihat meningkat secara linier dengan semakin lama perubahan penggunaan lahan menjadi HTI. DAFTAR PUSTAKA Agus, F., dan I. G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Aprianis, Y., A. B. Supangat, A. D. Barata, dan E. Sutrisno. 2009. Potensi, Produktivitas dan Laju Dekomposisi Serasah Acacia crassicarpa di Lahan Gambut. Dalam. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian. Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Riau. Bintang, B. Rusman, Basyarudin, dan E.M Harahap. 2005. Kajian subsidensi pada lahan gambut di labuhan batu sumatera utara. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian Agrisol 1(4). Dariah, A., E. Susanti dan F. Agus. 2011. Simpanan Karbon dan Emisi CO 2 Lahan Gambut. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Bogor. 21

Handayani, D. 2005. Karakteristik Gambut Tropika: Tingkat Dekomposisi Gambut, Distribusi Ukuran Partikel, dan Kandungan Karbon. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Johan, D. 2003. Evaluasi Sifat Kimia Tanah Gambut pada Berbagai Praktek Pengelolaan Lahan di Kalampangan, Kalimantan Tengah. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Najiati, S., L. Muslihat., dan I. N. N. Suryadiputra. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Wetlands International. Indonesia Programme. Bogor. Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Potensi dan Kendala. Kansius, Yogyakarta. Radjaguguk, B. 2000. Perubahan sifat-sifat fiisk dan kimia tanah gambut akibat reklamasi lahan gambut untk pertanian. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 2 (1). Suprayogo, D., Widianto, P. Purnomosidi, R. H. Widodo, F. Rusiana, Z. Z. Aini, N. Khasanah, dan Z. Kusuma. 2004. Degradasi Sifat Fisik Tanah sebagai Akibat Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Sistem Kopi Monokultur. Kajian Perubahan Makroporositas Tanah. World Agroforestry Centre ICRAF Asia. Bogor. 22