BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

BAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil tes dan angket

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

Bab 1. Pendahuluan. (interpersonal communication). Komunikasi inilah yang merupakan fungsi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. Luar angkasa adalah ruang hampa yang berada di luar bumi dan terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya, hubungan tersebut terjalin karena adanya komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna

BAB I PENDAHULUAN. kelompok pertempuran sesuai dengan golongan darahnya.

BAB III METODE PENELITIAN

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. media seperti buku, radio, televisi dan sebagainya. buku atau referensi dalam bahasa asing. Hal ini mengisyaratkan bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara tertentu. Pada awalnya majas lebih sering digunakan didalam karya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Tidak sedikit pula orang Indonesia yang menirukan gaya atau budaya luar itu.

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. Komik yang akan diterjemahkan pada Tugas Akhir ini adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa memungkinkan sesama manusia berkomunikasi satu sama lain begitu

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. berdekatan (Kedutaan Besar Jepang, 1985: 5). Jepang adalah salah satu negara

ANALISIS GEJALA KONTAMINASI, PENGGUNAAN BAHASA ASING DAN DAERAH DALAM BERITA POLITIK SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-NOVEMBER 2009 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan

Bab 1. Pendahuluan. sarana yang dipakai oleh manusia dalam berkomunikasi, sehingga bahasa itu menjadi

ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. satu kegunaan bahasa adalah sebagai alat komunikasi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMP DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik menggunakan kata maupun gerakan. Setiap negara pasti memiliki

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

Bahasa Inggris, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. minoritas bahasa), pemerintah dan dunia pendidikan. Mempelajari bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

Transkripsi:

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antar dua bahasa. Maksudnya adalah menyampaikan kembali maksud atau isi pesan dalam teks sumber sehingga dapat dimengerti oleh masyarakat bahasa sasaran. Sebuah terjemahan tidak dengan mudah dapat diproduksi menjadi sama dengan aslinya karena adanya perbedaan budaya dan struktur bahasa di dalam setiap bahasa. Penerjemahan merupakan reproduksi di dalam bahasa sasaran yang memiliki padanan pesan yang paling dekat dan wajar dari bahasa sumber, pertama dalam makna dan yang kedua dalam gaya bahasa (Nida dan Taber, 1969: 12). Oleh karena itu, proses komunikasi melalui penerjemahan harus menghasilkan terjemahan yang memiliki kesepadanan makna dengan teks sumber dan kewajaran bahasa dalam teks sasaran. Penerjemahan memiliki kaitan yang sangat erat dengan kebudayaan yang melatari bahasa sumber dan bahasa sasaran. Hal tersebut disebabkan bahasa merupakan penggambaran kebudayaan penutur. Unsur-unsur dan sistem-sistem kebudayaan, mulai dari unsur makanan, pakaian, pekerjaan, hiburan, olahraga sampai dengan sistem ekonomi, politik, agama, hukum serta filsafat, sering kali

12 tidak cocok diantara dua kebudayaan yang digambarkan oleh bahasa mereka masing-masing (Ranko Bugarski, 1985: 159). Dalam penerjemahan, kosakata dalam bahasa sumber bisa saja mengekspresikan sebuah konsep yang sama sekali tidak ditemukan dalam budaya bahasa sasaran. Konsep tersebut bisa berupa abstrak atau konkrit, yang berhubungan dengan kepercayaan/agama, adat istiadat atau bahkan jenis makanan (Baker, 1992: 21). Oleh karena itu penerjemahan bukan hanya sebuah pengoperasian antar dua bahasa tapi juga mencakup antar kebudayaan. Seseorang yang berhubungan dengan penerjemahan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain harus benar-benar mengetahui perbedaan budaya di segala aspek yang diwakili oleh dua bahasa tersebut. Pada saat melakukan tindak penerjemahan, berarti berurusan dengan perbedaan dua kebudayaan yang harus dapat disepadankan. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Para sarjana antropologi membagi kebudayaan, sebagai keseluruhan yang terintegrasi, ke dalam unsur-unsur besar yang disebut unsurunsur kebudayaan universal. Unsur-unsur tersebut bersifat universal karena unsurunsur tadi ada dan bisa didapatkan di dalam semua kebudayaan dari semua bangsa di mana pun di dunia. Ketujuh unsur kebudayaan universal masing-masing mempunyai wujud fisik. Semua unsur kebudayaan fisik sudah tentu secara khusus terdiri dari benda-benda kebudayaan. Kebudayaan fisik merupakan wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Bahasa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari budaya para penuturnya. Perbedaan budaya yang diperlihatkan oleh bahasa terlihat lebih jelas pada kosakatanya. Setiap bahasa memiliki kosakata yang mencerminkan kekhasan budaya penuturnya yang belum tentu dimiliki oleh bahasa lain (Simatupang,1999: 56). Salah satu masalah yang paling sulit bagi penerjemah adalah cara menemukan padanan leksikal/kata untuk benda dan kejadian yang tidak dikenal dalam kebudayaan sasaran. Konsep dalam bahasa sumber tidak mempunyai

13 padanan kata dalam bahasa sasaran disebabkan perbedaan geografis, adat istiadat, kepercayaan, wawasan, dan lain-lain (Larson,1988: 169). Kendala dalam menerjemahkan kosakata yang mengandung unsur kebudayaan yaitu unsur kebudayaan yang terdapat dalam teks sumber sering sulit dicari padanannya yang tepat dalam bahasa sumber. Disinilah penerjemah diberi pilihan dalam menerjemahkan kosakata kebudayaan tersebut, yaitu menempuh penerjemahan dengan orientasi ke bahasa sumber atau ke bahasa sasaran. Yang dimaksud dengan berorientasi pada bahasa sumber yaitu bahwa penerjemahan yang menginginkan kehadiran kebudayaan bahasa sumber atau yang menganggap kehadiran kebudayaan asing bermanfaat bagi masyarakat. Sedangkan, berorientasi pada bahasa sasaran adalah penerjemahan yang menginginkan teks terjemahan yang sesuai dengan kebudayaan atau citarasa masyarakat bahasa sasaran (Hoed, 2006: 84-87). Seperti yang dikutip oleh Sheddy N Tjandra dalam bukunya Masalah Penerjemahan dan Terjemahan Jepang-Indonesia, Brannen (1997) menyatakan bahwa teknik penerjemahan kata dan ungkapan ada 5, salah satunya adalah merubah bentuk pemakaian bahasa bertujuan menghentikan usaha pengalihtulisan (translitrasi) terhadap kata yang maknanya terikat pada kebudayaan. Selain itu, Brannen juga mengemukakan prinsip penerjemahan materi bidang-bidang tertentu yang terdiri dari 4 bidang. Salah satunya adalah penerjemahan prosa pada dasarnya tidak boleh memakai catatan kaki atau penjelasan-penjelasan tambahan yang bisa mengganggu konsentrasi pembaca terjemahan, melainkan segala objek budaya dalam teks sumber harus diganti dengan kosakata yang sudah dikenal oleh masyarakat bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan yang melibatkan dua struktur bahasa dan budaya yang berbeda tidak dapat lepas dari pergeseran bentuk bahasa dan makna. Semua bahasa berbeda dalam bentuk maka secara alami bentuk-bentuk dalam bahasa sumber pasti berubah saat seorang penerjemah mengungkapkan kembali isi pesan ke bahasa sasaran. Pergeseran di bidang semantik terjadi karena perbedaan sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Pergeseran di bidang makna ini pun mengakibatkan bahwa tidaklah selalu

14 mungkin memindahkan makna yang terdapat di dalam teks atau bahasa sumber ke dalam teks atau bahasa sasaran secara tepat atau utuh (Simatupang, 1999: 78). Oleh karena itu, hasil terjemahan tidak dapat seratus persen sama dengan teks sumber. Khususnya penerjemahan kosakata yang mengandung unsur kebudayaan dalam bahasa sumber yang sulit dicarikan padanan katanya dalam bahasa sasaran. Penulis tertarik melakukan penelitian tentang penerjemahan yang berkaitan dengan kebudayaan, khususnya penerjemahan kosakata yang mengandung unsur-unsur kebudayaan fisik. Pada semester 5 penulis mengambil mata kuliah Penerjemahan Jepang-Indonesia. Saat melakukan praktek penerjemahan teks yang berupa cerita rakyat Jepang, penulis banyak menemui kosakata kebudayaan fisik yang sulit dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Salah satu contohnya yaitu kata katsuobushi dalam teks Nezumi no Mochitsuki yang penulis terjemahkan menjadi abon ikan. Katsuobushi adalah makanan khas Jepang yang terbuat dari ikan, berbentuk serutan-serutan tipis dan lebar serta rasanya asin. Katsuobushi merupakan bagian dari kebudayaan Jepang yang berupa makanan dan sangat populer dalam masyarakat Jepang. Sedangkan, abon ikan berbentuk serutan-serutan kecil seperti serabut dan rasanya agak manis. Abon yang terbuat dari ikan kurang populer di masyarakat Indonesia karena biasanya abon sapi lebih banyak dikenal. Dari perbandingan tersebut dapat terlihat perbedaan bentuk, rasa dan tingkat popularitas antara katsuobushi dengan abon ikan. Kata katsuobushi tidak memiliki padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia karena makanan yang berupa katsuobushi itu sendiri tidak terdapat di Indonesia, sehingga terpaksa dicarikan padanan kata yang mendekati makna sebenarnya. Oleh karena itu, hasil terjemahan kata katsuobushi yang berupa abon ikan menjadi masalah. Dengan demikian, penerjemahan bukan sekedar mengganti suatu teks sumber ke dalam bahasa lain, namun memindahkan makna atau pesan yang sepadan dan mewujudkan terjemahan yang wajar bagi masyarakat bahasa sasaran. Faktor perbedaan budaya dapat menjadi kendala dalam penerjemahan, salah

15 satunya adalah penerjemahan kosakata yang mengandung unsur kebudayaan fisik dalam bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. 1.2. Permasalahan Seringkali penerjemah menemui kesulitan dalam menerjemahkan kosakata yang mengandung unsur kebudayaan fisik karena adanya perbedaan budaya dan struktur bahasa di dalam setiap bahasa. Sulitnya mencari padanan kata dalam bahasa sasaran yang tepat menjadi kendala bagi penerjemah. Oleh karena itu, dalam penerjemahan sering terjadi pergeseran bentuk dan makna dalam pemilihan padanan kata bahasa sasaran. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu : Jenis pergeseran bentuk dan pergeseran makna yang terjadi dalam penerjemahan kosakata yang mengandung unsur kebudayaan fisik bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Pergeseran bentuk dan makna dalam penerjemahan kosakata yang mengandung unsur kebudayaan fisik mungkin dapat menyebabkan isi pesan kosakata berkurang. 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan adalah menunjukkan jenis pergeseran bentuk dan makna yang terjadi dalam penerjemahan kosakata yang mengandung unsur kebudayaan fisik bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Selain itu, penulisan ini juga bertujuan menunjukkan bahwa pergeseran bentuk dan makna dalam penerjemahan kosakata yang mengandung unsur kebudayaan fisik mengurangi isi pesan kosakata atau tidak. 1.4. Metode Penulisan Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu mempelajari materi tertulis yang mengandung informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Penulis melakukan studi kepustakaan terhadap buku-buku, artikel-artikel, maupun sumber tertulis lainnya di

16 Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya, Perpustakaan Pusat Studi Jepang, Perpustakaan Japan Foundation, internet dan sebagainya. 1.5. Sumber Data Sumber data yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data-data penelitian yaitu Akutagawa (Kumo no Ito, Kappa, Imogayu, Shiro) oleh Bambang Wibawarta. Buku tersebut merupakan terjemahan empat cerita pendek karya Akutagawa Ryunosuke dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia dan pembahasan ditinjau dari segi sastra. Penulis hanya mengambil data dari satu cerpen yaitu Imogayu. Kriteria data adalah kosakata dalam teks sumber yang mengandung unsur-unsur kebudayaan fisik menurut Koentjaraningrat, beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terdiri dari 4 bab, yaitu : Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan dan sumber data yang digunakan untuk penelitian ini. Bab II merupakan bab landasan teori yang membahas tentang teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari subbab pertama yang membahas landasan teori penerjemahan, yaitu teori penerjemahan, pergeseran bentuk dan pergeseran makna. Subbab kedua membahas tentang kosakata dan makna. Subbab ketiga yaitu teori kebudayaan. Bab III merupakan bab analisis. Analisis data dilakukan dengan cara menganalisis data secara bentuk bahasa untuk mengetahui pergeseran bentuk dan secara semantis untuk mengatahui pergeseran makna yang terjadi. Bab IV merupakan bab kesimpulan. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan bab-bab diatas.