BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 Tinjauan Pustaka

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN STATE DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA ISTERI TNI ANGKATAN DARAT YANG SUAMINYA BERTUGAS DI DAERAH KONFLIK

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi politik yang telah berlangsung selama tiga belas tahun telah

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber daya manusia itu sendiri dapat dirincikan menjadi seorang

BABI PENDAHULUAN. Dalam hidupnya manusia mengalami proses perkembangan, yaitu dari kecil

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN A. Alat Ukur

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidik yang kemudian terjadi interaksi di antara keduanya. Interaksi tersebut. didik atau siswa, dalam suatu konteks tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2014), terlebih bagi individu yang sudah bekerja dan hanya memiliki latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, didapatkan data jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 87% memeluk agama

BAB I PENDAHULUAN. periode terakhir dalam kehidupan manusia yaitu sekitar 60 tahun keatas (UU No.13, 1998). Data

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia adalah kecemasan neurotik. yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Unsur jasmani manusia terdiri dari badan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. menengah, peserta didik dapat melanjutkan pendidikan ke berbagai pilihan pendidikan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

Transkripsi:

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa, menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang, serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional dan juga menyatakan bahwa TNI terdiri dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, dimana Angkatan Darat memiliki personil yang paling banyak. Adapun tugas-tugas Angkatan Darat menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, adalah: melaksanakan tugas TNI matra darat di bidang pertahanan, melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat dengan negara lain, dan melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Berdasarkan wawancara dengan Inspektur Jenderal TNI, Bapak Letjen TNI Geerhan Lantara (tanggal 11 Maret 2014), menjadi TNI sungguhlah tugas yang tidak mudah karena selalu dihadapkan dengan masalah genting dan tidak terduga, dari tugas tersebut dapat mengacu pada resiko-resiko seperti pulang dengan sukses, pulang dengan keadaan cacat atau pulang tinggal nama. Resiko-resiko tersebut tidak hanya berdampak pada prajurit TNI Angkatan Darat tetapi juga akan menjadi suatu masalah bagi keluarganya. Ketika harus bertugas di daerah konflik para prajurit tidak selalu dapat membawa keluarga mereka dengan pertimbangan fasilitas tempat tinggal dan hal penting lainnya yang tersedia. Hal ini menyebabkan prajurit TNI Angkatan Darat harus tinggal berpisah dengan keluarganya. Kondisi suami yang ditugaskan ke daerah konflik menyebabkan jarangnya pertemuan pasangan suami isteri, sehingga dapat menyebabkan kurangnya komunikasi yang dilakukan antara keduanya. Kurangnya komunikasi dapat berdampak pada 1

2 keharmonisan pernikahan.terdapat kasus dimana seorang isteri tentara mengeluhkan suaminya memiliki wanita lain saat dinas ke luar daerah, bahkan sampai terjadi pernikahan di bawah tangan (Kartini No. 511 tahun 2003). Resiko ketidak harmonisan dalam pernikahan dapat menimbulkan kecemasan pada isteri prajurit. Selain itu kecemasan dapat muncul karena kepulangan suami yang tidak pasti, suaminya harus mengemban tugas dalam jangka waktu yang lama atau kadang tidak dapat ditentukan, komunikasi yang sulit untuk memberi kabar pada istrinya termasuk untuk memberi kepastian keselamatan (Kalimah, 2011). Sebenarnya resiko-resiko yang dihadapi menjadi isteri prajurit telah dipahami sebelum menikah. Ketua Harian Dharma Pertiwi, Ibu Herawati (16 Maret 2014) mengatakan bahwa sebelum menjadi isteri prajurit memang terdapat beberapa persyaratan yang harus dijalankan oleh calon isteri prajurit tersebut, dimulai dari tes kesehatan, tes psikologi dan wawancara khusus seputar dunia pekerjaan suaminya. Pada wawancara khusus tersebut telah diberitahukan bahwa hal terpenting yang harus dipersiapkan ialah menerima kenyataan akan resiko-resiko yang mungkin terjadi pada suaminya kelak dalam periode masa tugas. Pekerjaan suami mereka dan penempatan tugasnya merupakan suatu hal yang dapat menjadi konflik dalam dirinya, selain pemindahan tugas yang cukup sering dialami, keamanan tempat suaminya bertugas juga menjadi hal yang sulit untuk diterima, serta bagaimana isteri prajurit harus beradaptasi secara cepat di tempat tugas yang baru. Meskipun demikian, kecemasan tidak dapat dielakkan. Menurut Sunarsih (2009), ketidakpastian nasib suami yang dikirim ke daerah konflik menimbulkan kecemasan pada isteri ABRI yang berwujud pada ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Seorang narasumber yang berinisial TK" (49 tahun) (wawancara pada 10 Mei 2014), menyatakan bahwa narasumber merasakan cemas saat suaminya bertugas di Aceh, karena di wilayah itu sedang terjadi darurat militer. Kecemasannya itu terbukti ketika suaminya meninggal dalam tugas tersebut. Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan narasumber yang lainnya berinisial RN (32 tahun) yang mempunyai suami kini tengah bertugas di daerah konflik di Sudan, Afrika (tanggal 30 Mei 2014) mengatakan bahwa memang mengalami kecemasan yang mengganggu kehidupan sehari-harinya, ditambah harus mengurus dua putranya yang masih kecil, perasaan rindu

3 dan sangat membutuhkan peran suami kerap dirasakan oleh narasumber apabila anak sedang ada yang sakit dan narasumber mengatakan bahwa semua akan lebih mudah bila ada suami berada dekat dengan keluarga. Kecemasan adalah suatu tekanan, perasaan tidak menyenangkan dan tidak tenang yang dialami seseorang terhadap suatu objek yang tidak konkret atau tidak diketahui secara pasti, dimana setiap orang dapat mengalami kecemasan, termasuk seorang isteri prajurit yang ditinggal bertugas suaminya ke daerah konflik (Anwar, 2008). Tugas seorang prajurit adalah menjaga suasana aman dan terkendali, sehingga anggota prajurit harus siap dan bersedia ditempatkan dimanapun diperlukan, sebagai seorang prajurit terkadang harus berpisah dengan keluarga tercinta demi melaksanakan tugasnya tersebut, kepergian suami untuk bertugas bagi istri prajurit merupakan hal yang tidak menyenangkan dikarenakan harus berpisah jauh dengan orang yang dicintai, akibat kepergian suami dalam jangka waktu yang lama dan kondisi dalam rumah tangga menyebabkan para istri mengalami fenomena kecemasan (Ismanto, 2009). Selama ditinggal suami bertugas di daerah konflik terdapat perasaan yang bercampur antara bangga maupun ketakutan ataupun kecemasan tentang apa yang nanti akan dialami oleh sang suami. Menurut Spielberger (2004), kecemasan dibagi dua, yaitu State Anxiety (kecemasan situasional) dan Trait Anxiety (kecemasan bawaan). Kecemasan situasional (state anxiety) akan meningkat apabila individu merasa dirinya dalam keadaan terancam dan akan menurun kembali jika individu sudah merasa aman. Individu menghayati kecemasan situasional ini secara subjektif, mengalami perasaan ketakutan, khawatir dan gelisah. Kecemasan situasional (state anxiety) timbul sebagai suatu reaksi terhadap situasi tertentu maupun pada situasi yang mengancam seperti masa penugasan didaerah konfik yang akan dihadapi suami para isteri prajurit. Sebagian besar isteri yang ditinggal suaminya bertugas ke daerah konflik cenderung mengalami kecemasan situasional (state anxiety), karena isteri merasa suaminya berada di daerah yang tidak aman. Gejala ini akan tetap tampak selama kondisi menyebabkan kecemasan masih ada. Jika penyebabnya hilang maka kecemasan akan hilang (Sunarsih, 2009). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang terjadi pada isteri prajurit yang ditinggal suami ke daerah konflik merupakan kecemasan situasional (state anxiety). Hal ini disebabkan ketidakpastian akan nasib suami. Ketika suami kembali ke rumah, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan

4 kepada narasumber RN (32 tahun) (30 Mei 2014), narasumber merasa semua perasaan cemasnya hilang dan berganti dengan perasaan lega dan aman. Itu sebabnya peneliti merasa kecemasan yang dialami oleh para isteri tentara yang bertugas di daerah konflik adalah kecemasan state atau kecemasan situasional. Anwar & Hidayat (2008) dalam penelitiannya terhadap pilot pesawat terbang menyatakan, kecemasan yang tinggi, baik kecemasan umum maupun spesifik pada halhal tertentu dapat mempengaruhi psychological well being seseorang. Bardburn (1969; dalam Anwar, 2008) menambahkan bahwa orang-orang yang memiliki tingkat kecemasan yang besar, baik kecemasan secara umum ataupun khusus pada hal tertentu, cenderung memiliki tingkat afek negatif yang tinggi yang akhirnya mempengaruhi psychological well being dirinya, afek negatif adalah suatu kondisi yang dialami manusia yang membuatnya merasa tidak bahagia (Bradburn & Caplovitz, 1965; Bradburn, 1969; dalam Anwar, 2008). Afek negatif yang terjadi pada isteri prajurit adalah dimana timbul perasaan yang tidak menyenangkan seperti ditinggalkan suaminya bertugas dengan resiko kematian yang terberatnya. Sedangkan dari kecemasan atas resiko-resiko yang harus dihadapi isteri prajurit tersebut menurut narasumber RN (32 tahun) (wawancara tanggal 30 Mei 2014) mempengaruhi kehidupan sehari-harinya yakni lebih banyak melamunkan keadaan suami yang sedang bertugas dan merasa kesepian dan membutuhkan sosok suami yang selalu berada di sisi keluarga dan kerap kali memikirkan bahwa betapa lebih mudahnya hidupnya bila suami berada di dekat keluarga sehingga dapat mengurus anak-anak berdua. Cemas yang dirasakan pun kerap membuatnya sering melamun, menjadi lebih sensitif dan mudah menangis memikirkan keadaan suami, dan juga bukan masalah kematian saja yang membuatnya cemas melainkan ada perasaan takut suami pulang cacat yang akan berakibat menghambat karier suami itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat bahwa kecemasan pada isteri prajurit yang terjadi akibat resiko yang dihadapi suaminya dapat mempengaruhi ketenangan hidup yang berkaitan dengan psychological well being. Kemudian Ryff (dalam Anwar, 2008) mengatakan bahwa psychological well being sebagai hasil atau penilaian seseorang terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Dalam pengertiannya menurut Ryff (dalam Rahayu, 2008) psychological well being merupakan suatu keadaan dimana individu mampu menerima dirinya apa adanya, mampu membentuk hubungan yang hangat

5 dengan orang lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, mampu mengontorol lingkungan eksternal, memiliki arti hidup, serta mampu merealisasikan potensi diri secara kontinyu. Psychological well being merupakan komponen yang penting bagi kehidupan setiap orang, hal tersebut menjadi suatu tolak ukur dari kebahagian dan keberhasilan seseorang pada dirinya maupun lingkungannya (Anwar, 2008). Menurut Ryff & Keyes (dalam Rahayu, 2012), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi psychological well being, yaitu faktor demografis, seperti usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, budaya, serta faktor dukungan sosial, evaluasi terhadap pengalaman hidup, kepribadian, religiusitas. Psychological well being terdiri atas enam dimensi, yaitu self acceptance atau kemampuan seseorang untuk menerima diri apa adanya, personal growth atau kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya, positive relation with other people atau kemampuan untuk mencintai orang lain, autonomy atau kemampuan untuk mengatur tingkah laku, purpose in life atau kemampuan seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya, dan environmental mastery atau kemampuan untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisik dirinya. Menurut Ryff (dalam Mardiah, 2010) gambaran tentang karakteristik orang yang memiliki psychological well being dapat ditandai dengan diperolehnya kebahagiaan, kepuasan hidup dan tidak adanya gejala-gejala depresi. Dalam dunia isteri prajurit sesuai dengan Persit Kartika Chandra Kirana (2004) mengatakan bahwa terdapat banyak kegiatan yang diselenggarakan guna memperkaya pengetahuan, pergaulan serta keterampilan isteri prajurit, sehingga bila kecemasan state yang dirasakan oleh isteri TNI Angkatan Darat tinggi dengan adanya wadah organisasi Persit Kartika Chandra Kirana dapat membantu isteri-isteri untuk tetap sosialisasi dengan normal sehingga tetap memenuhi kebutuhannya dengan baik sehingga isteri tetap memperoleh kebahagian dan kepuasan hidup. Menurut Bradburn, dkk (dalam Ryff, 1995) kebahagian merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap manusia. Sehingga menjadikan psychological well being merupakan hal yang penting bagi isteri prajurit dalam penantiannya terhadap keselamatan jiwa suaminya yang sedang bertugas di daerah konflik. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kedua variabel tersebut dan peneliti menduga terdapat hubungan antara kecemasan state

6 pada isteri prajurit dengan psychological well being dirinya. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kedua variabel yaitu kecemasan state dan psychological well being. Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat memberikan pengetahuan bagi khalayak luas sehingga dapat menyediakan informasi yang bermanfaat mengenai gambaran dan keterkaitan antara kecemasan state dan psychological well being pada isteri-isteri TNI Angkatan Darat yang suaminya bertugas di daerah konflik. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian tersebut sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara kecemasan state dengan psychological well being pada isteri TNI Angkatan Darat yang suaminya bertugas di daerah konflik? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan pada penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan state dengan psychological well being pada isteri TNI Angkatan Darat yang suaminya bertugas di daerah konflik.

7