BAB 4 HASIL SIMULASI DAN DISKUSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN SISTEM

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

PENGUKURAN LEVEL PERMUKAAN CAIRAN DENGAN PRINSIP KAPASITANSI MENGGUNAKAN PLAT SEJAJAR

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 FISIKA TERMAL. Gambar 2.1 Perpindahan panas melalui proses konduksi [12]

BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU. mengenai diameter dan kedalaman pondasi, kedalaman air laut, dan kedalaman

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Tabel 4.1 Perbandingan desain

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1


Sumber :

FISIKA. Sesi DUA KEPING SEJAJAR DAN KAPASITOR A. DUA KEPING SEJAJAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber

I. Tujuan Praktikum. kapasitor. muatan listrik pada kapasitor. 1. Mengetahui bentuk dan jenis Kapasitor.

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. RUMAH TINGGAL PERUMAHAN YANG MENGGUNAKAN PENUTUP ATAP MATERIAL GENTENG CISANGKAN

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

LATIHAN UJIAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

RANCANG BANGUN SIMULATOR CNC MULTIAXIS DENGAN MOTOR STEPPER AC

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD

PETA KONSEP ELEKTROSTATIS ENERGI KUAT MEDAN LISTRIK KEPING SEJAJAR HUKUM GAUSS POTENSIAL LISTRIK KAPASITOR POTENSIAL LISTRIK MEDAN LISTRIK DUA KEPING

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II LANDASAN TEORI

Materi ajar. Kapasitor

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

Kategori Sifat Material

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT)

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

ENERGI DAN DAYA LISTRIK

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK SEBARAN AIR PANAS SPRAY POND MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA

SIMAK UI Fisika

Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

KISI-KISI PENULISAN SOAL FISIKA SMA KELAS XII IPA ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL

Sifat Sifat Material

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN).

2 A (C) - (D) - (E) -

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1 Latar Belakang I-1

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar...

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB III. METODE PENELITIAN

1. BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN N/in^2

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

KAPASITOR dan SIFAT BAHAN DIELEKTRIK

MEMPERSEMBAHKAN. Kelompok. Achmad Ferdiyan R Anne Farida R U ( ) ( )

PERHITUNGAN KEAUSAN PADA SISTEM KONTAK ROLLING-SLIDING MENGGUNAKAN FINITE ELEMENT METHOD

Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 Kv

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Transkripsi:

BAB 4 HASIL SIMULASI DAN DISKUSI Dari pembahasan di bab 3 dimana telah didapatkan beberapa persamaan yang menjelaskan tentang analisa disain thermal actuator dengan dua lengan panas baik analisa elektrotermal dan juga analisa mekanik. Pada bab 4 ini akan dibuat simulasi berdasarkan persamaan-persamaan yang telah didapatkan, sehingga nantinya dapat dipergunakan untuk melihat kecenderungan baik dari elektrotermalnya juga dari sisi mekanis dari thermal actuator dengan dua lengan panas. 4.1. SIMULASI ELEKTROTERMAL Untuk dapat mensimulasikan distribusi temperatur dari termal aktuator dengan dua lengan panas maka digunakan beberapa parameter. Parameter-parameter yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.1 serta Gambar 4.1. Gambar 4.1 Bentuk dan ukuran (dalam μm) disain thermal actuator dengan dua lengan panas 28

Tabel 4.1 Parameter-parameter bahan Properti Bahan Nilai Modulus Young E 169 x 10 9 Pa Rasio Poisson υ 0.22 Koefisien ekspansi termal 2.9 x 10-6 C -1 Konduktivitas termal polisikon k p 41 x 10-6 W.μm -1. C -1 Konduktivitas termal udara k υ 0.026 x 10-6 W.μm -1. C -1 Konduktivitas termal nitrit k n 2.25 x 10-6 W.μm -1. C -1 Resitivitas polisilokon 23 Ωμm Untuk perhitungan analitik digunakan matlab, dengan menggunakan Persamaan 3.9 dan 3.10 akan didapatkan distribusi temperatur sepanjang lengan panas dalam dan luar untuk tegangan masukan sebesar 1volt. Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa temperatur maksimum terdapat pada bagian tengah lengan panas luar, dari gambar ini juga terlihat bahwa temperatur bagian tengah lengan panas dalam lebih rendah dibanding temperatur maksimum, hal ini disebabkan karena lengan panas dalam lebih pendek dibanding lengan panas luar sehingga hambatan dari lengan panas luar lebih besar dibanding dengan lengan panas dalam. Daerah pertemuan antara lengan panas luar dan lengan panas dalam menunjukkan terjadinya penurunan temperatur. Hal ini terjadi karena daerah tersebut juga terhubung dengan lengan dingin. Lengan dingin berfungsi sebagai penyerap panas sehingga menyebabkan terjadinya penurunan temperatur. Gambar 4.2 Distribusi temperatur terhadap posisi pada lengan panas hasil perhitungan analitik 29

Untuk perhitungan numerik digunakan software Ansys, pada simulasi ini digunakan tiga buah besaran fisis yang nilainya sudah ditetapkan yaitu, tegangan masukan (1volt), termal dan mekanik. Untuk batasan kondisi elektrik, tegangan listrik di aplikasikan pada lengan panas dan luar. Temperatur pada ketiga anchor ditentukan memiliki nilai yang sama dengan temperatur substrat karena ketiganya terhubung dengan substrat. Untuk batasan kondisi mekanik, ketiga anchor akan dibuat tetap untuk semua arah. Gambar 4.3 Distribusi temperatur terhadap posisi pada lengan panas hasil perhitungan numerik Gambar 4.3 memperlihatkan hasil simulasi distribusi temperatur dari termal aktuator dengan dua lengan panas. Seperti yang didapatkan dari perhitungan analitik yang dilakukan di atas, terlihat bahwa temperatur tertinggi terdapat pada daerah tengah lengan panas luar, sedangkan temperatur terendah terdapat pada anchor lengan dingin. Pada daerah pertemuan antara lengan panas luar dan dalam memperlihatkan penurunan temperatur. Untuk perhitungan analitik distribusi tegangan terhadap posisi pada lengan panas digunakan Persamaan 3.11. Dari hasil perhitungan didapatkan hubungan yang liner antara perubahan tegangan dengan posisi lengan panas. Hal ini bisa di jelaskan dengan diambil titik acuan dari anchor lengan panas dalam, semakin jauh jarak dari titik acuan akan semakin besar hambatan pada posisi tersebut, mengingat bahwa nilai hambatan sebuah penghantar listrik berbanding lurus dengan panjang penghantar tersebut. Dengan nilai hambatan yang semakin besar maka besarnya tegangan yang jatuh pada posisi tersebut juga semakin besar, hal ini disebabkan hubungan antara hambatan dengan tegangan berbanding lurus. 30

Gambar 4.4 Distribusi Tegangan terhadap posisi lengan dengan metode analitik Gambar 4.5 memperlihatkan hasil simulasi distribusi tegangan dari termal aktuator dengan dua lengan panas ketika diberikan tegangan masukan sebesar 1V. Dari gambar ini terlihat anchor untuk lengan panas dalam dan luar memiliki warna yang berbeda yang menunjukkan beda tegangan antara kedua anchor tersebut.terlihat juga terjadi degradasi perubahan warna diantara kedua anchor yang menunjukkan terjadinya penurunan tegangan dari anchor lengan panas dalam menuju anchor lengan panas luar. Sedangkan untuk lengan dingin tegangan yang jatuh padanya besarnya merupakan nilai tengah antara tegangan maksimum dan minimum. Dari kedua jenis perhitungan baik analitik maupun numerik dapat dilihat kecenderungan yang sama dalam distribusi tegangan terhadap posisi pada lengan panas aktuator. Gambar 4.5 Distribusi tegangan terhadap posisi lengan dengan metode numerik 31

4.2. SIMULASI MEKANIK Dari hasil perhitungan secara analitik dengan menggunakan Persamaan 3.21 didapatkan hubungan antara tegangan masukan dengan besarnya simpangan. Grafik hubungan antara tegangan masukan dengan besarnya pergeseran dari hasil perhitungan secara analitik dapat dilihat pada Gambar 4.6. Tabel 4.2 Data variasi tegangan dengan simpangan metode analitik Tegangan (V) Simpangan (μm) 0.1 0.00167 0.2 0.00669 0.3 0.01506 0.4 0.02677 0.5 0.04184 0.6 0.06027 0.7 0.08207 0.8 0.10724 0.9 0.13580 1.0 0.16774 Grafik Hubungan Tegangan dengan Simpangan Metode Analitik Simpangan (μm) 0.18 0.16 0.14 0.12 0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Tegangan (V) Gambar 4.6 Grafik Hubungan Tegangan dengan Simpangan Metode analitik Untuk perhitungan numerik digunakan software Ansys. Data diambil pada tegangan antara 0-1 V untuk setiap penaikan tegangan 0,1 volt. Gambar 4.7 memperlihatkan salah satu data hasil pengambilan dari metode numerik, dimana data ini diambil ketika tegangan masukan sebesar 1 V 32

Gambar 4.7 Grafik hubungan Tegangan masukan (1V) dengan simpangan. Grafik hubungan antara tegangan masukan dengan besarnya pergeseran dari hasil perhitungan secara numerik dapat dilihat pada Gambar 4.8 di bawah ini. Tabel 4.3 Data variasi tegangan dengan simpangan metode numerik Tegangan (V) Simpangan (μm) 0.1 0.002234 0.2 0.007256 0.3 0.016621 0.4 0.028335 0.5 0.044406 0.6 0.062832 0.7 0.084612 0.8 0.109806 0.9 0.13836 1 0.170306 33

Grafik Hubungan Tegangan dengan Simpangan Metode Numerik Simpangan ( μm) 0.18 0.16 0.14 0.12 0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Tegangan (V) Gambar 4.8 Grafik Hubungan Tegangan dengan Simpangan Metode numerik Dari kedua jenis hasil perhitungan didapatkan nilai pertambahan simpangan untuk setiap pertambahan tegangan dari 0 sampai 1 volt memiliki kecenderungan nilai yang hampir sama, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.9. Simpangan (μm) Grafik Hubungan Tegangan dengan Simpangan Metode Numerik dan Analitik 0.18 0.16 0.14 0.12 0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Tegangan (V) Analitik Numerik Gambar 4.9 Grafik Hubungan Tegangan dengan Simpangan Metode numerik Meskipun demikian masih ada perbedaan yang terdapat pada kedua jenis perhitungan tersebut, hal ini disebabkan dalam perhitungan analitik untuk menyelesaikan persamaan nonlinier pada Persamaan 3.7 digunakan persamaan deret tylor, dimana pendekatan yang dilakukan tidak cukup baik untuk dapat mewakili seluruh persamaan non-linier. 34

4.3. PERHITUNGAN KAPASITAS KAPASITOR Dari data simpangan yang telah diperoleh selanjutnya dapat ditentukan ukuran dari keping sejajar yang akan dipergunakan sebagai kapasitor. Untuk mempermudah perhitungan kapasitas kapasitor maka akan dipergunakan data hasil perhitungan analitik, mengingat dari kedua data yang dihasilkan baik secara analitik maupun numerik memiliki kecenderungan data yang sama. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat maka pengambilan data simpangan dilakukan dengan meningkatkan sampel data, data antara 0-1 V akan diambil untuk setiap kenaikan 0,01 V untuk di ambil besar simpangan yang terjadi. Dari data-data simpangan ini dan dengan menggunakan Persamaan 2.13 maka dapat ditentukan luas penampang keping serta jarak awal antar keping sejajar yang akan menghasilkan nilai kapasitas kapasitor yang sesuai dengan spesifikasi dari VCO yang digunakan (Gambar 2.12). Dari hasil perhitungan didapatkan luas penampang yang cocok untuk disain ini adalah 500 2 μm 2. Gambar 4.10 Rancangan aktuator termal Dengan memasukkan variabel data yang telah diketahui dan dengan menggunakan Persamaan 2.13 maka didapatkan variasi kapasitas kapasitor terhadap tegangan masukan (Tabel 4.4). Tabel 4.4 Variasi Kapasitas kapasitor terhadap Tegangan masukan Tegangan (V) Simpangan (μm) Kapasitas Kapasitor Farad 0,00 0,000000 2,213E-09 2,213 nf 0,01 0,000017 2,176E-09 2,176 nf 0,02 0,000067 2,074E-09 2,074 nf 0,03 0,000151 1,923E-09 1,923 nf 0,04 0,000268 1,745E-09 1,745 nf 0,05 0,000418 1,560E-09 1,56 nf 0,06 0,000602 1,381E-09 1,381 nf 0,07 0,000820 1,216E-09 1,216 nf 0,08 0,001070 1,069E-09 1,069 nf 0,09 0,001355 9,396E-10 939,61 pf 35

Tegangan (V) Simpangan (μm) Kapasitas Kapasitor Farad 0,11 0,002024 7,317E-10 731,695 pf 0,12 0,002409 6,491E-10 649,113 pf 0,13 0,002827 5,782E-10 578,19 pf 0,14 0,003278 5,172E-10 517,157 pf 0,15 0,003763 4,645E-10 464,489 pf 0,16 0,004282 4,189E-10 418,883 pf 0,17 0,004834 3,792E-10 379,249 pf 0,18 0,005419 3,447E-10 344,664 pf 0,19 0,006038 3,144E-10 314,351 pf 0,20 0,006691 2,877E-10 287,685 pf 0,21 0,007377 2,641E-10 264,129 pf 0,22 0,008096 2,432E-10 243,241 pf 0,23 0,008849 2,246E-10 224,647 pf 0,24 0,009635 2,080E-10 208,038 pf 0,25 0,010455 1,931E-10 193,147 pf 0,26 0,011308 1,798E-10 179,761 pf 0,27 0,012195 1,677E-10 167,677 pf 0,28 0,013115 1,567E-10 156,748 pf 0,29 0,014069 1,468E-10 146,825 pf 0,30 0,015056 1,378E-10 137,799 pf 0,31 0,016077 1,296E-10 129,56 pf 0,32 0,017131 1,220E-10 122,029 pf 0,33 0,018219 1,151E-10 115,12 pf 0,34 0,019340 1,088E-10 108,776 pf 0,35 0,020495 1,029E-10 102,931 pf 0,36 0,021684 9,754E-11 97,536 pf 0,37 0,022905 9,255E-11 92,554 pf 0,38 0,024161 8,793E-11 87,934 pf 0,39 0,025450 8,365E-11 83,648 pf 0,40 0,026772 7,967E-11 79,667 pf 0,41 0,028128 7,596E-11 75,958 pf 0,42 0,029518 7,250E-11 72,498 pf 0,43 0,030941 6,927E-11 69,268 pf 0,44 0,032398 6,625E-11 66,246 pf 0,45 0,033888 6,342E-11 63,417 pf 0,46 0,035412 6,076E-11 60,763 pf 0,47 0,036969 5,827E-11 58,271 pf 0,48 0,038560 5,593E-11 55,928 pf 0,49 0,040185 5,372E-11 53,721 pf 0,50 0,041843 5,164E-11 51,642 pf 0,51 0,043535 4,968E-11 49,68 pf 0,52 0,045260 4,783E-11 47,827 pf 0,53 0,047019 4,608E-11 46,076 pf 0,54 0,048811 4,442E-11 44,418 pf 0,55 0,050638 4,285E-11 42,846 pf 0,56 0,052497 4,136E-11 41,357 pf 0,57 0,054391 3,994E-11 39,943 pf 0,58 0,056318 3,860E-11 38,6 pf 36

Tegangan (V) Simpangan (μm) Kapasitas Kapasitor Farad 0,60 0,060273 3,611E-11 36,109 pf 0,61 0,062301 3,495E-11 34,952 pf 0,62 0,064363 3,385E-11 33,849 pf 0,63 0,066459 3,280E-11 32,798 pf 0,64 0,068588 3,179E-11 31,794 pf 0,65 0,070750 3,084E-11 30,836 pf 0,66 0,072947 2,992E-11 29,92 pf 0,67 0,075177 2,904E-11 29,044 pf 0,68 0,077441 2,821E-11 28,206 pf 0,69 0,079739 2,740E-11 27,403 pf 0,70 0,082070 2,663E-11 26,634 pf 0,71 0,084435 2,590E-11 25,897 pf 0,72 0,086834 2,519E-11 25,19 pf 0,73 0,089267 2,451E-11 24,511 pf 0,74 0,091733 2,386E-11 23,859 pf 0,75 0,094234 2,323E-11 23,232 pf 0,76 0,096767 2,263E-11 22,63 pf 0,77 0,099335 2,205E-11 22,051 pf 0,78 0,101940 2,149E-11 21,493 pf 0,79 0,104570 2,096E-11 20,958 pf 0,80 0,107240 2,044E-11 20,441 pf 0,81 0,109940 1,994E-11 19,943 pf 0,82 0,112680 1,946E-11 19,463 pf 0,83 0,115450 1,900E-11 19 pf 0,84 0,118260 1,855E-11 18,552 pf 0,85 0,121100 1,812E-11 18,12 pf 0,86 0,123970 1,770E-11 17,704 pf 0,87 0,126870 1,730E-11 17,303 pf 0,88 0,129810 1,691E-11 16,914 pf 0,89 0,132790 1,654E-11 16,537 pf 0,90 0,135800 1,617E-11 16,173 pf 0,91 0,138840 1,582E-11 15,822 pf 0,92 0,141910 1,548E-11 15,482 pf 0,93 0,145020 1,515E-11 15,152 pf 0,94 0,148170 1,483E-11 14,832 pf 0,95 0,151350 1,452E-11 14,522 pf 0,96 0,154560 1,422E-11 14,223 pf 0,97 0,157800 1,393E-11 13,933 pf 0,98 0,161080 1,365E-11 13,651 pf 0,99 0,164400 1,338E-11 13,377 pf 1,00 0,167740 1,311E-11 13,112 pf Dari data yang telah diperoleh terlihat bahwa hanya tiga buah kapasitas kapasitor yang dapat dipenuhi oleh disain ini yaitu kapasitas kapitor 33pF, 100 pf dan 330pF, dimana untuk dapat menghasilkan kapasitas sebesar 33pF diperlukan tegangan 37

masukan sebesar 0,62V, untuk kapasitas sebesar 100pF diperlukan tegangan masukan sebesar 0,35V dan untuk kapasitas 330pF diperlukan tegangan masukan sebesar 0,18V. Keterbatasan variasi dari kapasitor ini disebabkan karena bentuk dari variabel kapasitor hanya berupa dua buah keping sejajar. Untuk mendapatkan kapasitas kapasitor yang nilainya lebih kecil dibutuhkan variasi disain dari keping kapasitor. Dari data yang diperoleh terlihat bahwa hubungan antara tegangan masukan dengan kapasitas kapasitor yang dihasilkan tidak linier, hal ini lebih disebabkan karena faktor geometris dari rancangan termal aktuator itu sendiri. Dari hasil perhitungan distribusi panas terlihat bahwa kedua lengan panas memiliki temperatur yang berbeda sehingga pertambahan panas untuk kedua lengan tersebut juga akan berbeda sehingga meskipun kedua lengan tersebut terbuat dari bahan yang sama (polisilikon) selisih pertambahan panjang antar kedua lengan panas tidak linier. Perbedaan pertambahan panjang pada kedua lengan panas ini menyebabkan pergerakan simpangan dari aktuator ini tidak liner terhadap perubahan tegangan masukan. Hubungan antara simpangan aktuator dengan tegangan yang tidak linier menyebabkan hubungan antara tegangan masukan dengan kapasitas kapasitor juga tidak linier. 38