BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter komposisi modifikasi material terhadap kekuatan mekanik dari spesimen serta koefisien gesek dari hasil pengujian. Selain itu, analisis juga dilakukan dengan membandingkan parameter perbedaan waktu curing terhadap kekuatan mekanik spesimen. Hal ini dilakukan agar didapat lama waktu curing optimum berdasarkan pengujian. Kemudian, analisis dilakukan pada desain blok rem komposit dengan atau tanpa center groove dengan menggunakan perangkat lunak ANSYS 10. Kemudian hasil analisis tersebut dibandingkan satu sama lain. V.1 Analisis Modifikasi Reinforcement Berikut ini hasil pengujian dari modifikasi reinforcement: Tabel 5. 1 Hasil pengujian bending modifikasi reinforcement KODE Komposisi Bahan Kekuatan Bending (MPa) R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

2 Tabel 5. 2 Hasil pengujian tekan modifikasi reinforcement KODE Komposisi Kekuatan Tekan Bahan (MPa) R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Tabel 5. 3 Hasil pengujian gesek modifikasi reinforcement KODE Komposisi Bahan μ R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

3 Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap persentase komposisi modifikasi reinforcement. Modifikasi reinforcement berupa penggantian persentase material serat gelas dengan serabut kelapa. a b Gambar 5. 1 Serat gelas (a), serabut kelapa untuk memodifikasi serat gelas (b) V.1.1 Perbandingan Kekuatan Bending Berikut ini adalah grafik perbandingan kekuatan tekan terhadap persentase komposisi serabut kelapa sebagai pengganti serat gelas: kekuatan bending (MPa) Perbandingan Serabut Kelapa Terhadap Serat Gelas 0% 25% 50% 75% 100% persentase komposisi serabut kelapa terhadap serat gelas 30 menit 60 menit 120 menit Gambar 5. 2 Grafik perbandingan kekuatan bending terhadap persentase komposisi serabut kelapa Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa kecenderungan penggunaan serabut kelapa akan membuat kekuatan bending dari spesimen meningkat. Peningkatan 69

4 yang signifikan terdapat di persentase 50% hingga 75% di semua variasi waktu curing. Kekuatan bending spesimen dengan menggunakan serat gelas sebagai reinforcement berkisar antara 5-10 MPa. Rata-rata dari kekuatan bending tersebut adalah 9,18 MPa. Harga kekuatan bending ini masih jauh dibawah spesimen rem komposit dengan persentase 50% yaitu berkisar MPa dengan rata-rata kekuatannya adalah 23,06 MPa. Sedangkan kekuatan bending dengan persentase serabut kelapa 75% berkisar antara MPa dengan ratarata 22,96 MPa. Dari data-data pengujian bending tersebut dapat disimpulkan persentase serabut kelapa yang paling optimum adalah 50% 75%. Pada grafik waktu curing 30 menit dan komposisi serabut kelapa 100% kekuatan bending spesimen turun drastis. Hal ini dapat disebabkan kesalahan dalam proses produksi yang menyebabkan belum menyatunya bahan-bahan penyusun rem komposit tersebut. Salah satu bahan penyusun rem komposit yang membutuhkan waktu untuk menyatukan keseluruhan bahan-bahan penyusun rem komposit adalah resin (binder). Fungsi dari resin ini adalah mengikat bahan-bahan penyusun rem komposit. Jika terdapat kesalahan sehingga resin tidak bekerja sepenuhnya sebagai binder, bahan-bahan penyusun rem komposit tersebut tidak akan menyatu dengan sempurna. Hal tersebut akan menyebabkan kekuatan mekanik dari spesimen akan menurun. V.1.2 Perbandingan Kekuatan Tekan Berikut ini adalah grafik perbandingan kekuatan tekan terhadap persentase penggunaan serabut kelapa sebagai pengganti serat gelas pada modifikasi reinforcement: 70

5 60 Perbandingan Serabut Kelapa Terhadap Serat Gelas kekuatan tekan (MPa) % 25% 50% 75% 100% persentase komposisi serabut kelapa terhadap serat gelas 30 menit 60 menit 120 menit Gambar 5. 3 Grafik perbandingan kekuatan tekan terhadap persentase komposisi serabut kelapa Seperti pada grafik pengujian bending, terdapat kecenderungan kenaikan kekuatan tekan terhadap modifikasi serat kaca dengan serabut kelapa. Pada grafik kekuatan tekan, kenaikan terjadi hingga pada komposisi 100% serabut kelapa. Sedangkan kenaikan drastis tetap terjadi pada persentase 50% - 75% yaitu dari 20 MPa menjadi 40 MPa. Rata-rata kekuatan tekan pada persentase 50% adalah 41,32 MPa, sedangkan pada persentase 75% adalah 41,16 MPa. Peningkatan kekuatan tekan rata-rata terjadi hingga pada persentase 100% yaitu menjadi 45,85 MPa. Dari grafik dan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa persentase sabut kelapa yang paling optimum adalah 50% hingga 100%. V.1.3 Perbandingan Koefisien Gesek Salah satu karakteristik yang sangat penting pada blok rem komposit adalah koefisien gesek. Dari hasil pengujian gesek, didapatkan hasil yang bervariasi dari setiap persentase komposisi serabut kelapa. Variasi dari koefisien gesek ini cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3 yang menampilkan harga koefisien gesek secara keseluruhan yang berkisar 0,29 sampai 0,36. Dari hasil tersebut, 71

6 sebagian besar nilainya lebih tinggi dari blok rem komposit yang ada di pasaran. Berikut ini adalah perbandingan koefisien gesek terhadap persentase penggunaan serabut kelapa dari hasil pengujian gesek: 0.40 Perbandingan Serabut Kelapa Terhadap Serat Gelas 0.35 koefisien gesek % 25% 50% 75% 100% persentase komposisi serabut kelapa terhadap serat gelas 30 menit 60 menit 120 menit Gambar 5. 4 Grafik perbandingan koefisien gesek terhadap persentase komposisi serabut kelapa Dari grafik di atas, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa tidak ada kecenderungan hubungan koefisien gesek dengan modifikasi serabut kelapa pada material komposit tersebut. Garis grafik pada setiap persentase komposisi memiliki bentuk yang bervariasi. Dari data dan grafik tersebut dapat disimpulkan modifikasi reinforcement berupa penggantian serat gelas dengan serabut kelapa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap koefisien gesek yang ada. Tingginya harga koefisien gesek hasil pengujian dapat disebabkan oleh adanya fenomena perubahan koefisien gesek akibat peningkatan temperatur saat pengujian. Tingginya temperatur spesimen akan menyebabkan struktur material rem komposit berubah. Perubahan tersebut akan menyebabkan kenaikan koefisien gesek. 72

7 V.1.4 Pengaruh Temperatur Curing Selain variasi parameter persentase komposisi serabut kelapa, dilakukan juga analisis pengaruh waktu curing terhadap kekuatan bending dan tekan. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui waktu curing optimum dari material rem komposit dengan modifikasi reinforcement. Berikut ini adalah grafik kekuatan bending dan tekan terhadap waktu curing: kekuatan bending (MPa) Perbandingan Kekuatan Bending terhadap Waktu Curing waktu curing (menit) 0% 25% 50% 75% 100% Gambar 5. 5 Grafik perbandingan kekuatan bending terhadap waktu curing pada modifikasi reinforcement Dari grafik di atas, terdapat beberapa kecenderungan perubahan kekuatan bending dan tekan terhadap waktu curing. Pada grafik tersebut, kecenderungan dari sebagian besar garis tidak mengalami kenaikan dan penurunan. Data garis grafik tersebut yaitu persentase 0%, 25%, dan 75%. Sedangkan pada persentase serabut kelapa 50%, kekuatan bending mengalami penurunan jika waktu curing dinaikkan. Hal ini bertolak belakang dengan grafik persentase 100% yang mempunyai kecenderungan kenaikan kekuatan bending. Dari data-data dan grafik tersebut masih belum dapat disimpulkan waktu curing paling optimum. 73

8 kekuatan tekan (MPa) Perbandingan Kekuatan Tekan terhadap Waktu Curing waktu curing (menit) 0% 25% 50% 75% 100% Gambar 5. 6 Grafik perbandingan kekuatan tekan terhadap waktu curing pada modifikasi reinforcement Pada grafik di atas, terdapat beberapa garis grafik yang tidak menunjukkan pengaruh waktu curing terhadap kekuatan. Garis grafik tersebut adalah garis persentase 0%, 50% dan 100%. Sedangkan kedua garis dengan persentase 25% dan 75% mengalami kecenderungan peningkatan kekuatan tekan material komposit terhadap peningkatan waktu curing. Salah satu faktor yang berpengaruh pada naiknya kekuatan tekan ini adalah tepolarisasinya resin sebagai binder pada material penyusun rem komposit. Dengan meningkatnya waktu curing, maka resin lebih mempunyai banyak waktu untuk mengikat material penyusun lain agar struktur dari rem komposit tersebut menjadi lebih kuat. Dari data-data dan grafik di atas, waktu curing paling optimum pada proses produksi rem komposit adalah 120 menit. V.2 Analisis Modifikasi Friction Modifier Berikut ini hasil pengujian pada spesimen modifikasi friction modifier dalam bentuk tabel: 74

9 Tabel 5. 4 Hasil pengujian bending modifikasi friction modifier KODE Komposisi Bahan Kekuatan Bending (MPa) FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM Tabel 5. 5 Hasil pengujian tekan modifikasi friction modifier KODE Komposisi Bahan Kekuatan Tekan (MPa) FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM

10 Tabel 5. 6 Hasil pengujian gesek modifikasi friction modifier KODE Komposisi Bahan μ FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM FM Dari data di atas, analisis dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap persentase modifikasi material yang telah dilakukan. Kemudian, hasil analisis tersebut dianalisis kembali untuk mengetahui persentase komposisi modifikasi friction modifier yang paling optimum. Modifikasi friction modifier yang dilakukan adalah penggantian grafit dengan arang tempurung kelapa. a b Gambar 5. 7 Grafit (a), arang tempurung kelapa untuk menggantikan grafit (b) 76

11 V.2.1 Perbandingan Kekuatan Bending Berikut ini adalah grafik perbandingan kekuatan bending hasil pengujian terhadap presentase komposisi arang tempurung kelapa sebagai modifikasi friction modifier: 25 Perbandingan Arang Kelapa Terhadap Grafit kekuatan bending (MPa) % 25% 50% 75% 100% persentase komposisi arang kelapa terhadap grafit 30 menit 60 menit 120 menit Gambar 5. 8 Grafik perbandingan kekuatan bending terhadap persentase komposisi arang tempurung kelapa Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa modifikasi friction modifier pada rem komposit memiliki kecenderungan untuk menurunkan kekuatan bending. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan garis grafik yang menurun pada setiap parameter waktu curing. Pada garis grafik waktu curing 30 menit dan 120 menit, kecenderungan penurunan terlihat sangat jelas. Sedangkan pada parameter waktu curing 60 menit, hasil yang didapatkan agak bervariasi. Akan tetapi, kecenderungan dari grafik tersebut tetap terjadi penurunan kekuatan bending dengan penambahan arang tempurung kelapa. Dari data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan arang tempurung kelapa untuk menggantikan grafit sebagai friction modifier akan menurunkan kekuatan bending dari material rem komposit. 77

12 V.2.2 Perbandingan Kekuatan Tekan Berikut ini adalah grafik perbandingan kekuatan tekan dari hasil pengujian terhadap persentase komposisi arang tempurung kelapa: kekuatan tekan (MPa) Perbandingan Arang Kelapa Terhadap Grafit 0% 25% 50% 75% 100% persentase komposisi arang kelapa terhadap grafit 30 menit 60 menit 120 menit Gambar 5. 9 Grafik perbandingan kekuatan tekan terhadap persentase komposisi arang tempurung kelapa Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan garis grafik yang menurun pada komposisi arang tempurung kelapa rendah. Kemudian kecenderungan tersebut naik pada persentase 50% hingga 75%. Akan tetapi kecenderungan tersebut mulai turun pada persentase 100%. Jika dilihat secara keseluruhan, kecenderungan kekuatan tekan dari semua garis tersebut menurun. Hal ini dapat disebabkan penambahan komposisi arang tempurung kelapa menyebabkan ikatan antar struktur komposisi menjadi relatif kurang stabil yang menyebabkan kekuatan tekan menjadi turun. Dari data-data dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa persentase paling optimum dari komposisi arang tempurung kelapa adalah 0% atau hanya menggunakan grafit saja. 78

13 V.2.3 Perbandingan Koefisien Gesek Berikut ini adalah grafik perbandingan koefisien gesek dari pengujian terhadap persentase komposisi arang tempurung kelapa pada modifikasi friction modifier: Perbandingan Arang Kelapa Terhadap Grafit koefisien gesek % 25% 50% 75% 100% persentase komposisi arang kelapa terhadap grafit 30 menit 60 menit 120 menit Gambar Grafik perbandingan koefisien gesek terhadap persentase komposisi arang tempurung kelapa Hasil koefisien gesek dari pengujian tersebut termasuk tinggi. Hal ini dapat dikarenakan peningkatan temperatur saat pengujian. Selain itu, dapat disebabkan faktor teknis saat pengujian gesek seperti piringan putar yang kurang simetris, tidak rata, dan lain-lain. Faktor teknis ini cukup sulit dihilangkan karena merupakan keadaan awal dari mesin uji geseknya. Grafik di atas menunjukkan kecenderungan penurunan koefisien gesek terhadap penambahan persentase komposisi arang tempurung kelapa walaupun cukup kecil yaitu sekitar 0,03. Dari grafik dapat dilihat bahwa penurunan koefisien gesek terdapat pada persentase komposisi arang tempurung kelapa 25%, 50%, dan 75%. Sedangkan pada persentase 100% sedikit meningkat daripada persentase sebelumnya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa penggunaan 79

14 arang tempurung kelapa dapat menurunkan koefisien gesek dari rem komposit. Persentase komposisi arang kelapa paling optimum terhadap hasil pengujian gesek di atas adalah 50% hingga 75%. V.2.4 Pengaruh Temperatur Curing Seperti yang telah dilakukan pada modifikasi reinforcement, analisis pengaruh temperatur curing juga dilakukan pada spesimen modifikasi friction modifier. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperatur curing terhadap kekuatan mekanik dari material komposit dengan modifikasi friction modifier. Berikut ini adalah grafik kekuatan bending terhadap variasi waktu curing: Perbandingan Kekuatan Bending terhadap Waktu Curing kekuatan bending (MPa) waktu curing (menit) 0% 25% 50% 75% 100% Gambar Grafik perbandingan kekuatan bending terhadap waktu curing pada modifikasi friction modifier Grafik di atas menunjukkan kecenderungan peningkatan kekuatan bending seiring dengan meningkatnya waktu curing. Hanya terdapat satu garis grafik yang memiliki kecenderungan kekuatan bending yang menurun yaitu pada persentase 80

15 arang tempurung kelapa 0%. Sedangkan persentase arang tempurung kelapa yang lain mengalami kenaikan kekuatan bending. Hal ini menunjukkan penambahan waktu curing cukup mempengaruhi kekuatan bending dari material komposit tersebut karena dengan meningkatkan waktu curing, resin (binder) lebih mempunyai banyak waktu untuk mengikat bahan lain. Jika resin mengikat lebih kuat, maka kekuatan mekanik material komposit secara keseluruhan akan meningkat. Waktu curing paling optimum untuk proses produksi rem komposit berdasarkan pengujian bending spesimen modifikasi friction modifier adalah 120 menit. kekuatan tekan (MPa) Perbandingan Kekuatan Tekan terhadap Waktu Curing waktu curing (menit) 0% 25% 50% 75% 100% Gambar Grafik perbandingan kekuatan tekan terhadap waktu curing pada modifikasi friction modifier Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan kekuatan tekan naik dan turun. Pada garis grafik persentase arang tempurung kelapa 0% dan 25%, terjadi penurunan kekuatan tekan terhadap naiknya waktu curing. Sedangkan garis grafik persentase lainnya mengalami kenaikan kekuatan tekan jika waktu curing dinaikkan. Seperti pada analisis yang telah dilakukan 81

16 sebelumnya, hal ini dapat disebabkan oleh material binder dari komposisi komposit tersebut yang mengikat material lain dengan lebih kuat jika waktu curing dinaikkan. Jika waktu curing dinaikkan, material binder mempunyai waktu lebih lama untuk mengikat material lainnya sehingga kekuatan mekanik dari komposit tersebut meningkat. Waktu curing paling optimum untuk proses produksi rem komposit berdasarkan hasil pengujian tekan adalah 120 menit. V.3 Analisis Modifikasi Desain Blok Rem Komposit Pada desain blok rem komposit yang diinginkan konsumen dalam hal ini PT. KAI, terdapat beberapa kelemahan yang cukup menonjol. Salah satunya adalah adanya center groove. Menurut PT. KAI, center groove ini berfungsi untuk membuang geram dan sebagai pendingin konveksi. Dari penelitian dan pengujian lapangan yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa tingkat keausan blok rem komposit sangat rendah. Dengan tingkat keausan yang sangat rendah, fungsi center groove sebagai tempat pembuangan geram tersebut dirasa kurang tepat. Pembuangan geram tidak perlu melewati center groove. Keberadaan center groove pada blok rem komposit akan mengakibatkan berkurangnya luas permukaan kontak antara blok rem dengan roda kereta api. Dengan berkurangnya luas permukaan kontak blok rem, maka berkurang juga kemampuan rem untuk menyerap panas yang dihasilkan dari gesekan saat pengereman. Dengan demikian, temperatur akan menjadi lebih tinggi dibanding dengan blok rem yang tidak menggunakan center groove. 82

17 Center groove Fillet Key Bridge Back guide Gambar Desain blok rem komposit sesuai dengan spesifikasi teknik PT KAI. Selain itu, keberadaan center groove juga akan membuat ketahanan blok rem komposit terhadap beban bending menjadi rendah. Hal ini disebabkan oleh karena adanya konsentrasi tegangan yang terjadi di center groove. Untuk mengetahui konsentrasi tegangan yang terjadi pada center groove, maka dilakukan pemodelan elemen hingga dengan perangkat lunak ANSYS 10. Modifikasi yang dilakukan terhadap desain blok rem komposit adalah dengan menghilangkan center groove. Hal ini dilakukan karena dengan menghilangkan center groove, luas permukaan kontak dari blok rem terhadap roda kereta menjadi lebih besar. Akibatnya, temperatur pada saat pengereman akan lebih rendah dibandingkan desain lama. Gambar Modeling blok rem komposit dengan perangkat lunak ANSYS 10 83

18 Pemodelan dilakukan untuk mengetahui konsenstrasi tegangan pada center groove terhadap beban pengereman. Beban pengereman didapatkan dari perhitungan batang penghubung dari silinder pneumatik hingga blok rem. Perhitungan secara detail dapat dilihat pada lampiran. Kemudian, hasil dari pemodelan dibandingkan dengan blok rem yang tidak menggunakan center groove dengan beban yang sama. Beban pengereman pada pemodelan diaplikasikan pada dua kasus. Pertama adalah pengereman normal dan yang kedua adalah kasus kesalahan pemasangan blok rem. Perbedaan dari kedua kasus tersebut adalah pada pengereman normal, batasan (constraint) yang diaplikasikan keseluruhan bagian belakang. Sedangkan pada kasus kesalahan pemasangan blok rem, batasan yang diaplikasikan hanya pada bagian key bridge sehingga blok rem mengalami beban bending. Pada kondisi kenyataannya, hal ini sering terjadi pada blok rem komposit dengan center groove yang banyak mengalami kegagalan akibat beban bending. Berikut ini adalah gambar pembebanan yang dilakukan pada kasus pertama dan kedua: fixed constraint fixed constraint Gaya Pengereman Gambar Pemodelan pada kasus pertama 84

19 fixed constraint Gaya Pengereman Gambar Pemodelan pada kasus kedua Kemudian, analisis dilakukan dengan menentukan safety factor dari blok rem tersebut akibat pembebanan yang terjadi. Dari spesifikasi teknik PT. KAI, cross bending strength minimum yang diperbolehkan untuk digunakan di kereta api adalah 480 N/cm 2 atau 4,8 MPa. Dari literatur tersebut, dapat ditentukan faktor keamanan dari blok rem pada saat pengereman penuh. Berikut ini adalah contohcontoh blok rem komposit yang mengalami kegagalan akibat beban bending: Gambar Kegagalan blok rem akibat beban bending Berikut ini adalah hasil pemodelan dan analisis yang telah dilakukan: V.3.1 Pemodelan Blok Rem Komposit dengan Center Groove 1. Pemodelan Kasus Pertama Beban pengereman penuh adalah: Tekanan silinder : 3,8 kg/cm 2 Gaya tekan rem : 3965 N Faktor dinamik : 1,4 Gaya Tekan Pemodelan : 5551 N Sedangkan kekuatan material terhadap beban bending adalah: 85

20 Cross breaking strength : 4,8 MPa Pembebanan yang diaplikasikan ke blok rem komposit seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu bagian belakang dari blok rem diberi fixed constrain. Hasil yang didapatkan dari pemodelan dengan perangkat lunak ANSYS 10 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar Hasil pemodelan kasus pertama pada blok rem dengan center groove Dari pemodelan didapatkan tegangan maksimum sebesar 0,46 MPa. Dari tegangan maksimum akibat beban pengereman penuh tersebut, faktor keamanannya adalah 10,43. Faktor keamanan tersebut sangat tinggi sehingga pada kasus ini jika dilakukan beban pengereman penuh, blok rem komposit tidak akan mengalami kegagalan. 2. Pemodelan Kasus Kedua Beban pengereman penuh adalah: Tekanan silinder : 3,8 kg/cm 2 Gaya tekan rem : 3965 N Faktor dinamik : 1,4 Gaya Tekan Pemodelan : 5551 N Sedangkan kekuatan material terhadap beban bending adalah: Cross breaking strength : 4,8 MPa Beban pengereman diaplikasikan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu bagian yang menumpu fixed hanya di bagian key bridge. Hasil dari pemodelan dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 86

21 Gambar Hasil pemodelan kasus kedua pada blok rem dengan center groove Dari pemodelah yang telah dilakukan, didapatkan tegangan maksimum 12,28 MPa. Faktor keamanan berdasarkan tegangan maksimal yang terjadi adalah 0,39. Berdasarkan faktor keamanan tersebut, rem akan mengalami kegagalan jika blok rem menerima beban pengereman dengan seperti kasus kedua. V.3.2 Pemodelan Blok Rem Komposit tanpa Center Groove Selain pemodelan yang dilakukan pada blok rem dengan center groove, pemodelan juga dilakukan pada blok rem tanpa center groove. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui tingkat keamanan dari desain tanpa center groove jika dibandingkan dengan desain yang sesuai spesifikasi teknik PT. KAI. Gambar Desain blok rem tanpa center groove 1. Pemodelan Kasus Pertama Beban pengereman penuh adalah: Tekanan silinder : 3,8 kg/cm 2 87

22 Gaya tekan rem : 3965 N Faktor dinamik : 1,4 Gaya Tekan Pemodelan : 5551 N Sedangkan kekuatan material terhadap beban bending adalah: Cross breaking strength : 4,8 MPa Pemodelan dilakukan sama seperti pada blok rem tanpa center groove. Blok rem komposit diberi beban dan fixed constrain. Berikut ini adalah hasil pemodelannya: Gambar Hasil pemodelan kasus pertama pada blok rem tanpa center groove Dari pemodelan yang telah dilakukan, didapat tegangan maksimum yang terjadi pada blok rem tanpa center groove sebesar 0,56 MPa. Faktor keamanan yang didapat adalah 8,57. Faktor keamanan ini sangat besar sehingga jika blok rem mendapatkan pembebanan penuh kasus pertama, blok rem tidak akan gagal. 2. Pemodelan Kasus Kedua Beban pengereman penuh adalah: Tekanan silinder : 3,8 kg/cm 2 Gaya tekan rem : 3965 N Faktor dinamik : 1,4 Gaya Tekan Pemodelan : 5551 N Sedangkan kekuatan material terhadap beban bending adalah: Cross breaking strength : 4,8 MPa 88

23 Beban yang diaplikasikan adalah beban bending akibat kesalahan pemasangan sehingga bagian ujung dari rem tidak menumpu dengan sempurna. Hasil pemodelan dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar Hasil pemodelan kasus kedua pada blok rem tanpa center groove Dari pemodelan yang telah dilakukan, kemudian didapatkan harga tegangan maksimum yang terjadi adalah 2,25 MPa. Faktor keamanan yang didapatkan dari perhitungan adalah Berdasarkan faktor keamanan tersebut, blok rem tanpa center groove masih aman ketika mendapatkan beban bending pada kasus kedua. 89

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT IV.1 Pemilihan Material Penyusun Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan kesimpulan bahwa material penyusun dari rem komposit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kereta Api di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kereta Api di Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu bagian terpenting dari kehidupan adalah transportasi. Hal ini dikarenakan setiap individu manusia memiliki mobilitas tersendiri. Mobilitas tersebut membutuhkan

Lebih terperinci

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni ANALISA MEKANIK BRAKE SHOE TIPE T-360 DAN TIPE T-359 KK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Nana Supriyana 1), Alim Sya bani 2) 1,2) Teknik Mesin STT Wiworotomo Email: Nana.sttw@gmail.com, Email: Alim7pato@gmail.com

Lebih terperinci

Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga

Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga Nana Supriyana 1, Alim Sya bani 2 1,2 Progam Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Email: Nana.sttw@gmail.com 1,Alim7pato@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK MATERIAL BLOK REM KOMPOSIT

BAB III KARAKTERISTIK MATERIAL BLOK REM KOMPOSIT BAB III KARAKTERISTIK MATERIAL BLOK REM KOMPOSIT III.1 Karakteristik Blok Rem Komposit Sub bab ini akan membahas karakteristik material komposit dari blok rem yang dipakai pada kereta api di Indonesia.

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENGEMBANGAN DESAIN DAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT KERETA API MENGGUNAKAN BAHAN ALAMI TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: Tri Nugraha Setianto

Lebih terperinci

MODIFIKASI PIN ON DISK TEST UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN GESEK BLOK REM KOMPOSIT KERETA API

MODIFIKASI PIN ON DISK TEST UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN GESEK BLOK REM KOMPOSIT KERETA API MODIFIKASI PIN ON DISK TEST UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN GESEK BLOK REM KOMPOSIT KERETA API Agus Triono 1,2, IGN Wiratmaja Puja 2, Satryo Soemantri B. 2 1 Jurusan Teknik Mesin Universitas Jember, Jl. Slamet

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERAT SERABUT KELAPA, PLASTIK PET, SERBUK ALUMUNIUM PADA SIFAT FISIK DAN KOEFESIEN GESEK BAHAN KAMPAS REM GESEK

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERAT SERABUT KELAPA, PLASTIK PET, SERBUK ALUMUNIUM PADA SIFAT FISIK DAN KOEFESIEN GESEK BAHAN KAMPAS REM GESEK TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERAT SERABUT KELAPA, PLASTIK PET, SERBUK ALUMUNIUM PADA SIFAT FISIK DAN KOEFESIEN GESEK BAHAN KAMPAS REM GESEK Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini 42 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini dilakukan di : 1. Pembuatan spesimen kampas rem berbahan ( fly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rem merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk menurunkan kecepatan atau menghentikan sebuah benda atau kendaraan yang bergerak. Salah satu jenis rem yaitu rem gesek

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilaboratorium Material Teknik Mesin Universitas Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia Depok. B. Alat

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL Kode/Nama Rumpun Ilmu : 431/Teknik Mesin EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REM KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN TEKNIK METAMODELING DAN OPTIMASI BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DISERTASI DOKTOR

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DISERTASI DOKTOR Kode/Nama Rumpun Ilmu : 431/Teknik Mesin EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DISERTASI DOKTOR APLIKASI SUGAR CANE BAGASSE (SERAT AMPAS TEBU) SEBAGAI REINFORCEMENT (PENGUAT) PADA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REM

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin, 28 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan laboratorium uji material Jurusan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Teknologi Produksi Pelat Komposit Kanvas Rem Cakram 5.1.1. Peralatan produksi (kompaktor) komposit kanvas rem cakram Luaran yang ditargetkan pada peneitian Tahun 1 ini yaitu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi umur pakai sebuah mesin adalah adanya gesekan satu sama lain yang terjadi bila komponen-komponen dalam permesinan saling kontak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit mengalami kemajuan yang sangat

Lebih terperinci

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2 47 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Tabel 6. Data input simulasi Kecepatan putar Gerak makan 433 rpm 635 rpm 970 rpm 0.10 mm/rev 0.18 mm/rev 0.24 mm/rev Shear friction factor 0.2 Coeficient Convection

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi ramah lingkungan semakin serius dikembangkan oleh negaranegara di dunia saat ini. Hal ini menjadikan suatu tantangan yang terus diteliti oleh pakar-pakar untuk

Lebih terperinci

Inovasi Penggunaan Serbuk Kayu Berpenguat Serbuk Kuningan Terhadap Sifat Mekanis Kampas Rem

Inovasi Penggunaan Serbuk Kayu Berpenguat Serbuk Kuningan Terhadap Sifat Mekanis Kampas Rem Inovasi Penggunaan Serbuk Kayu Berpenguat Serbuk Kuningan Terhadap Sifat Mekanis Kampas Rem Tarsono Dwi Sutanto 1, Ahmad Azis 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto

Lebih terperinci

Penyempurnaan Rancangan dan Produksi Blok Rem Komposit untuk Kereta Api

Penyempurnaan Rancangan dan Produksi Blok Rem Komposit untuk Kereta Api Penyempurnaan Rancangan dan Produksi Blok Rem Komposit untuk Kereta Api Pendahuluan Kereta api merupakan salah satu Guided Transportation yang memiliki beberapa kelebihan, seperti memiliki kapasitas angkut

Lebih terperinci

DATAR PUSTAKA 1. Ashby, Michael., Materials Selection in Mechanical Design: Third Edition. Butterworth Heinemann, Oxford. 2005. 2. Budiarko, Andriadi, "Pengembangan Desain dan Material Komposit Partikulat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSIT SERAT BAMBU TERHADAP KETAHANAN AUS PADA KONDISI KERING DAN BASAH

PENGEMBANGAN BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSIT SERAT BAMBU TERHADAP KETAHANAN AUS PADA KONDISI KERING DAN BASAH PENGEMBANGAN BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSIT SERAT BAMBU TERHADAP KETAHANAN AUS PADA KONDISI KERING DAN BASAH Pramuko Ilmu Purboputro Department of Mechanical Engineering, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA PADA KOMPOSIT Al 2O 3-EPOXY

PEMANFAATAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA PADA KOMPOSIT Al 2O 3-EPOXY PEMANFAATAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA PADA KOMPOSIT Al 2O 3-EPOXY Ahmad Syafruddin Zohri 1, Nasmi Herlina Sari 2, Sujita 3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram Email : syafruddinzohri@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi komposit mengalami kemajuan yang sangat

Lebih terperinci

Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif

Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-911 Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif Eskaridho Gultom dan Yusuf Kaelani

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL Pada pemodelan numerik (FEM) dibutuhkan input berupa sifat material dari bahan yang dimodelkan. Sedangkan pada tugas akhir ini digunakan material komposit alami

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

Pengembangan Bahan Kampas Rem Sepeda Motor dari Komposit Serat Bambu terhadap Ketahanan Aus Pada Kondisi Kering dan Basah

Pengembangan Bahan Kampas Rem Sepeda Motor dari Komposit Serat Bambu terhadap Ketahanan Aus Pada Kondisi Kering dan Basah Pengembangan Bahan Kampas Rem Sepeda Motor dari Komposit Serat Bambu terhadap Ketahanan Aus Pada Kondisi Kering dan Basah Pramuko Ilmu Purboputro 1 1 Jurusan Teknik Mesin UMS Email: pip272@ums.ac.id Keywords:

Lebih terperinci

ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS

ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS Darmanto 1, Wahid Nasruddin 2 dan Imam Syafa at 3 1,3 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TAHAN SINTERING (EKSOTERM) TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS NON ASBES DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER

PENGARUH WAKTU TAHAN SINTERING (EKSOTERM) TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS NON ASBES DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU TAHAN SINTERING (EKSOTERM) TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS NON ASBES DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER Disusun : EDY SYAHPUTRA D 200 050 006 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentunya perekonomian indonesia, maka para produsen otomotif. dapat di jadikan solusi untuk masalah ini, Material komposit dapat

BAB I PENDAHULUAN. menentunya perekonomian indonesia, maka para produsen otomotif. dapat di jadikan solusi untuk masalah ini, Material komposit dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi industri di indonesia, dan jumlah kendaraan bermotor di indonesia, kebutuhan akan produk material otomotif juga semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan

Lebih terperinci

KARAKTRISASI MEKANIK BAHAN KAMPAS KOPLING DARI BAHAN SERAT KELAPA, SERBUK TEMPURUNG ARANG KELAPA, SERBUK TEMBAGA DENGAN MATRIK RESIN PHENOLIC

KARAKTRISASI MEKANIK BAHAN KAMPAS KOPLING DARI BAHAN SERAT KELAPA, SERBUK TEMPURUNG ARANG KELAPA, SERBUK TEMBAGA DENGAN MATRIK RESIN PHENOLIC TUGAS AKHIR KARAKTRISASI MEKANIK BAHAN KAMPAS KOPLING DARI BAHAN SERAT KELAPA, SERBUK TEMPURUNG ARANG KELAPA, SERBUK TEMBAGA DENGAN MATRIK RESIN PHENOLIC Diajukan untuk memenuhi tugas Dan Syarat- Syarat

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Ilmu mekanika kontak merupakan bagian dari ilmu tribologi yang membahas mengenai deformasi dan tegangan dua benda yang bersinggungan satu sama lain. Kontak yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi penggunaan, maupun teknologinya. Penggunaannya tidak terbatas pada bidang otomotif saja, namun sekarang

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LITERATUR Explorasi Material Serat Sabut Kelapa

STUDI KOMPARASI LITERATUR Explorasi Material Serat Sabut Kelapa STUDI KOMPARASI LITERATUR Explorasi Material Serat Sabut Kelapa Elna Wahyuning Tyas 3411100094 Desain Produk Konseptual Desain Tas Kantor Wanita Berbahan Lembaran Sabut Kelapa (Leskap) UII, 2014 PARAMETER

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa Untuk mengetahui nilai kekuatan tarik dari komposit maka perlu di lakukan pengujian kekuatan tarik pada komposit tersebut.

Lebih terperinci

Pemanfaatan Ampas Tebu sebagai Reinforcement pada Pembuatan Rem Komposit Berbahan Alami

Pemanfaatan Ampas Tebu sebagai Reinforcement pada Pembuatan Rem Komposit Berbahan Alami Pemanfaatan Ampas Tebu sebagai Reinforcement pada Pembuatan Rem Komposit Berbahan Alami Agus Triono 1)* 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Jember Jl. Kalimantan no. 37 Jember Email: agustriono1@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERBUK ALUMINIUM DAN SERBUK KARBON TERHADAP KEKUATAN AUS DAN KEKERASAN KAMPAS REM DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERBUK ALUMINIUM DAN SERBUK KARBON TERHADAP KEKUATAN AUS DAN KEKERASAN KAMPAS REM DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERBUK ALUMINIUM DAN SERBUK KARBON TERHADAP KEKUATAN AUS DAN KEKERASAN KAMPAS REM DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER Disusun : ANDESKA WIJAYA NIM : D200050180 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan saat ini serta kondisi semakin terbatasnya bahan tambang khususnya logam juga mengakibatkan harga bahan tersebut

Lebih terperinci

Perancangan Kampas Rem Beralur dalam Usaha Meningkatkan Kinerja serta Umur dari Kampas Rem

Perancangan Kampas Rem Beralur dalam Usaha Meningkatkan Kinerja serta Umur dari Kampas Rem Perancangan Kampas Rem Beralur dalam Usaha Meningkatkan Kinerja serta Umur dari Kampas Rem L u b i Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya Abstrak Kendaraan adalah merupakan salah satu media atau sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material konvensional yang ada telah berkembang dengan sangat. pesat dan semakin banyaknya tipe, merk, dan jumlah kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. material konvensional yang ada telah berkembang dengan sangat. pesat dan semakin banyaknya tipe, merk, dan jumlah kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan material-material baru pada industri otomotif untuk mendapatkan material dengan sifat yang lebih baik dari material konvensional yang ada telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin beragamnya tipe, merk, dan jumlah. juga semakin besar. Dengan makin tidak menentunya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin beragamnya tipe, merk, dan jumlah. juga semakin besar. Dengan makin tidak menentunya kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dengan semakin beragamnya tipe, merk, dan jumlah transportasi di Indonesia, kebutuhan akan produk material otomotif juga semakin besar. Dengan makin tidak menentunya

Lebih terperinci

ANALISA GAYA SISTEM REM DEPAN DAIHATSU XENIA TIPE R TAHUN 2012

ANALISA GAYA SISTEM REM DEPAN DAIHATSU XENIA TIPE R TAHUN 2012 ANALISA GAYA SISTEM REM DEPAN DAIHATSU XENIA TIPE R TAHUN 2012 Qomaruddin 1, Taufiq Hidayat 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR KERJA PADA SIFAT KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS REM BERBAHAN SERABUT KELAPA 20% ALUMINA PHENOLIC RESIN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR KERJA PADA SIFAT KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS REM BERBAHAN SERABUT KELAPA 20% ALUMINA PHENOLIC RESIN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR KERJA PADA SIFAT KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS REM BERBAHAN SERABUT KELAPA 20% ALUMINA PHENOLIC RESIN Author : Steven Ferinata Sancoko Guidance : I Dewa Gede Ary Subagia,ST.,MT.,Ph.D

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat memberi pengaruh yang baik serta manfaat yang besar bagi manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini

Lebih terperinci

PRAKATA. Pekanbaru, 26 November Tim Peneliti

PRAKATA. Pekanbaru, 26 November Tim Peneliti PRAKATA Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-nya tim peneliti dapat menyelesaikan Laporan TahunanPenelitian, Tahun ke 1 dari rencanan 3 tahun tentang Peningkatan Perekonomian

Lebih terperinci

BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK 2012

BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK 2012 kode kegiatan: V.13 PEMBUATAN KANVAS REM KERETA API DARI BAHAN KOMPOSIT POIMER NON ASBESTOS Nama Peneliti : 1. Kuntari Adi Suhardjo S.Teks, MSc, 2. Ariyadi Basuki ST, MT, 3. Surasno BE, SE, 4. Ir Kosasih,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini menggunakan metode Eksperimen di Laboratorium PT. Beton Elemenindo Perkasa dan Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAKTWO- DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAKTWO- DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAKTWO- DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Anang Hadi Saputro Program StudiTeknik Mesin, FakultasTeknik UniversitasMuria Kudus Email: ananghadisaputro7@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia otomotif zaman sekarang khususnya kendaraan roda dua

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia otomotif zaman sekarang khususnya kendaraan roda dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan dunia otomotif zaman sekarang khususnya kendaraan roda dua kini semakin gencar. Belum genap dua bulan setelah memproduksi merek terbaru, kini telah dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA IV.1 UJI BANDING Uji banding dilakukan di laboratorium PERTAMINA dan laboratorium Polimer Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUI. Sampel yang digunakan dalam uji banding ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1 Foto Makro dan Foto Mikro Foto Makro dan Mikro digunakan untuk mengetahui dan membedakan kerusakan yang terjadi pada spesimen dan digunakan juga untuk mengetahui

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486 TUGAS AKHIR TM091486 STUDI EKSPERIMENTAL UMUR LELAH BAJA AISI 1045 AKIBAT PERLAKUAN PANAS HASIL FULL ANNEALING DAN NORMALIZING DENGAN BEBAN LENTUR PUTAR PADA HIGH CYCLE FATIGUE Oleh: Adrian Maulana 2104.100.106

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN Untuk menghasilkan kanvas rem komposit dengan pengisi limbah kelapa sawit makan tim akan melakukan serangkaian kegiatan penelitian yang akan berlangsung secara multi tahun (tiga

Lebih terperinci

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta PENGARUH KOMPOSISI SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KOEFISIEN GESEK DAN TEMPERATUR GESEK PADA BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN DARI KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA SERBUK TEMBAGA FIBERGLASS DENGAN MATRIK PHENOL Pramuko

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil serta analisa dari pengujianpengujian yang telah dilakukan. 4.1. HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN TERHADAP AGREGAT 4.1.1. Hasil dan Analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sekarang ini yang semakin. berkembang diberbagai bidang terutama dalam bidang otomotif,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sekarang ini yang semakin. berkembang diberbagai bidang terutama dalam bidang otomotif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi sekarang ini yang semakin berkembang diberbagai bidang terutama dalam bidang otomotif, memicu para produsen perakitan kendaraan bermotor untuk

Lebih terperinci

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A111 Menggunakan Mata Bor HSS Arinal Hamni, Anjar Tri Gunadi, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SERABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN (Sahrudin - Nadia) PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON oleh: Sahrudin Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses percampuran dua atau lebih material dalam suatu industri yang berbahan dasar thermoplastik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dewasa ini telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. dari dunia industri, sebab adanya ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. pesat dewasa ini telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. dari dunia industri, sebab adanya ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat dewasa ini telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari dunia industri, sebab adanya ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

VARIASI KUNINGAN 2 GRAM, 4 GRAM, 6 GRAM PADA PEMBUATAN DAN KEKERASAN DENGAN PERBANDINGAN KAMPAS REM YAMAHAPART

VARIASI KUNINGAN 2 GRAM, 4 GRAM, 6 GRAM PADA PEMBUATAN DAN KEKERASAN DENGAN PERBANDINGAN KAMPAS REM YAMAHAPART TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KUNINGAN 2 GRAM, 4 GRAM, 6 GRAM PADA PEMBUATAN KAMPAS REM TERHADAP KEAUSAN, SUHU, DAN KEKERASAN DENGAN PERBANDINGAN KAMPAS REM YAMAHAPART Diajukan guna memenuhi sebagian syarat

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN Pramuko Ilmu Purboputro 1, Bambang Waluyo F. 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN Pramuko Ilmu Purboputro, Rahmat Kusuma Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri komposit di Indonesia dengan mencari bahan komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan komposit di Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dinamik dari komposit hybrid serat karbon dan serat gelas yang diwakili oleh frekuensi natural dan rasio redaman. Pengujian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang waktu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan material di dunia industri khususnya manufaktur semakin lama semakin meningkat. Material yang memiliki karakteristik tertentu seperti kekuatan, keuletan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komposit tidak hanya dari komposit sintetis tetapi juga mengarah ke komposit

BAB 1 PENDAHULUAN. komposit tidak hanya dari komposit sintetis tetapi juga mengarah ke komposit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi komposit mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan komposit tidak hanya dari komposit sintetis tetapi juga mengarah ke komposit natural dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini kebutuhan akan material yang memiliki sifat mekanik yang baik sangat banyak. Selain itu juga dibutuhkan material dengan massa jenis yang kecil serta

Lebih terperinci

PENELETIAN PEMBUATAN REM KOMPOSIT KERETA API MENGGUNAKAN SERBUK PASIR BESI NON FERRO DAN SERAT KULIT KELAPA

PENELETIAN PEMBUATAN REM KOMPOSIT KERETA API MENGGUNAKAN SERBUK PASIR BESI NON FERRO DAN SERAT KULIT KELAPA TUGAS AKHIR PENELETIAN PEMBUATAN REM KOMPOSIT KERETA API MENGGUNAKAN SERBUK PASIR BESI NON FERRO DAN SERAT KULIT KELAPA Tugas Akhir Ini Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komposit merupakan hasil penggabungan antara dua atau lebih material yang berbeda secara fisis dengan tujuan untuk menemukan material baru yang mempunyai sifat lebih

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM KOMPOSIT SERBUK TEMPURUNG KELAPA

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM KOMPOSIT SERBUK TEMPURUNG KELAPA KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM KOMPOSIT SERBUK TEMPURUNG KELAPA Hanung Fredianto, Ranto, Yuyun Estriyanto Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting TUGAS AKHIR Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sambungan material komposit yang telah dilakukan banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan sambungan ikat, tetapi pada zaman sekarang para rekayasawan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab IV Pengujian dan Analisis 47 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Dalam melakukan pengujian menggunakan BOCLE, diperlukan perangkat data akuisisi. Perangkat ini akan mengambil data dan memindahkannya ke komputer

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU. mengenai diameter dan kedalaman pondasi, kedalaman air laut, dan kedalaman

BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU. mengenai diameter dan kedalaman pondasi, kedalaman air laut, dan kedalaman 36 BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU 4.1 Data-Data Teknis Pondasi Suramadu Pada proses pemodelan struktur pondasi Jembatan Suramadu elemen-elemen diinput menggunakan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman, untuk mengoptimalkan nilai efisiensi terhadap suatu produk maka dimulailah suatu pengembangan terhadap material, dan para ahli mulai

Lebih terperinci

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( ) 1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI Pramuko Ilmu Purboputro 1, Rahmat Kusuma 2 1 2 Jurusan

Lebih terperinci

Studi Kekuatan Spur Gear Dengan Profil Gigi Cycloid dan Involute

Studi Kekuatan Spur Gear Dengan Profil Gigi Cycloid dan Involute JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Studi Kekuatan Spur Gear Dengan Profil Gigi Cycloid dan Involute Novreza Aditya Taufan dan Agus Sigit Pramono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi Sampel Pada proses preparasi sampel terdapat tiga tahapan utama, yaitu proses rheomix, crushing, dan juga pembentukan spesimen. Dari hasil pencampuran dengan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIS KOPLING GESEK SEPEDA MOTOR DENGAN BAHAN DASAR FIBERGLASS

PENGARUH VARIASI BAHAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIS KOPLING GESEK SEPEDA MOTOR DENGAN BAHAN DASAR FIBERGLASS PENGARUH VARIASI BAHAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIS KOPLING GESEK SEPEDA MOTOR DENGAN BAHAN DASAR FIBERGLASS, SERBUK ALUMUNIUM, SERBUK TEMBAGA DAN RESIN PHENOLIC Pramuko Ilmu Purboputro, Rahmat

Lebih terperinci

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) 1. Nama Mata Kuliah : Bahan Teknik I 2. Kode/SKS : DTM 1105, 2 SKS, 32 jam 3. Prasyarat : - 4. Status Matakuliah : Pilihan / Wajib (coret yang

Lebih terperinci