BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laporan tahunan selama periode pengamatan yakni Selain itu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bekerja untuk pemegang saham dan diberikan kekuasaan untuk membuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dapat bersifat material dan merugikan pihak pihak berkepentingan, seperti

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. sekadar kumpulan angka-angka, namun menjadi alat yang sangat berguna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kontrak dimana satu atau lebih pemegang saham (principle) melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan cara bagaimana harus kembali pada kondisi yang baik. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjelma menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia tenggara. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau kinerja manager. Informasi tentang laba dapat digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan (agency theory) sekarang sangat penting dari penelitian akuntansi.

BAB II TELAAH PUSTAKA

PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI DALAM SAS NO.99

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau

1. Pengertian Agency Theory

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

saji yang material akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Persaingan dunia yang semakin ketat dan perekonomian dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pihak atau lebih, dimana pihak tersebut disebut agent dan principal.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat menyembunyikan dan mengubah metode informasi dengan. mempermainkan besar kecilnya angka-angka yang ada pada laporan

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Komang Agung Surya Parimana, I Gede Suparta Wisadha (2015)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Hubungan keagenan yakni dimana agent dan principal atau manajer dengan pemilik memiliki sebuah kontrak kerja sama atau sebagainya (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan tersebut muncul ketika pemilik memperkerjakan orang lain atau agent, dimana agent tersebut diberikan wewenang untuk melakukan pengambilan keputusan dalam menjalankan kontrak yang telah disepakati. Dengan kata lain, manajer memiliki tanggung jawab atas keputusan yang di ambil demi mengoptimalkan keuntungan pemilik. Akan tetapi manajer juga memiliki keinginan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Pada akhirnya, hal tersebut memunculkan perbedaan kepentingan antara principal dan agent sehngga memicu adanya masalah keagenan yang dapat berpengaruh terhadap kualitas dari laba yang dilaporkan. Terdapat 3 sifat manusia yang digunakan sebagai dasar teori agensi (Eisenhardt, 1989), yaitu: a. Self interest, yakni umumnya manusia hanya mementingkan diri sendiri. b. Bounded rationality, yakni daya pikir manusia akan persepsi di masa yang akan datang yang terbatas c. Risk averse, yakni sikap manusia yang selalu berusaha untuk menghindar dari risiko yang ada 9

10 Atas dasar sifat-sifat tersebut maka manusia atau dapat dikatakan seorang manajer, cenderung mementingkan kepentingan pribadinya. Padahal manajer memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pemegang saham, dimana sinyal ini diberikan dalam bentuk informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Apabila manajer mementingkan kepentingan pribadinya, maka informasi yang disampaikan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga mengakibat munculnya asimetri informasi. Adanya asimetri informasi informasi tersebut menjadikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Apabila tindakan manajemen laba ini dibiarkan maka akan menjadi financial statement fraud. Dengan demikian disimpulkan bahwa masalah keagenan dapat memunculkan asimetri informasi, manajemen laba serta financial statement fraud. 2. Financial Statement Fraud Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), financial statement fraud adalah suatu kelalaian atau kesengajaan yang mengakibatkan laporan keuangan tersebut salah saji sehingga menyesatkan para penggunanya (AICPA, 2002). Sedangkan menurut Australian Auditing Standar (AAS), financial statement fraud adalah suatu tindakan yang disengaja maupun suatu kelalaian dalam pengungkapan pelaporan keuangan yang digunakan untuk mengecoh para

11 pemakai laporan keuangan (Brennan dan Mary, 2007). Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa financial statement fraud merupakan suatu tindakan yang disengaja ataupun tidak disengaja dalam pelaporan keuangan sehingga menyesatkan para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Suatu laporan keuangan yang telah dimanipulasi atau telah dilakukan kecurangan didalamnya akan dapat menurunkan integritas informasi keuangan serta dapat berpengaruh kepada banyak pihak. Statement on Auditing Standards atau SAS No.99 telah menjelaskan bahwa Financial Statement Fraud dapat dilakukan dalam beberapa cara, yakni dengan: a. Melakukan perubahan catatan akuntansi, pemalsuan atau memanipulasi dokumen pendukung dari laporan keuangan yang telah disusun. b. Kelalaian atau keliruan yang sengaja dilakukan terhadap informasi laporan keuangan. c. Secara sengaja telah menyalahgunakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan cara penyajian atau pengungkapan, klasifikasi serta jumlah. 3. Fraud Triangle Terdapat beberapa model yang sering digunakan untuk menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi financial statement fraud, salah satunya adalah Fraud Triangle.

12 Gambar 2.1 Fraud Triangle Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953) Fraud triangle theory merupakan suatu teori yang dapat digunakan untuk meneliti mengenai penyebab terjadinya fraud. Gagasan ini diciptakan pertama kali oleh Cressey pada tahun 1953 yang kemudian diberi nama fraud triangle. Fraud triangle ini terdiri dari tiga faktor yang ada disetiap situasi fraud, yakni pressure atau tekanan, opportunity atau peluang dan rationalization atau rasionalisasi. a. Pressure (Tekanan) Pressure atau Tekanan, adalah suatu tekanan atau kebutuhan yang mendorong seseorang melakukan fraud. Tekanan dapat berupa berbagai hal, baik tuntutan ekonomi atau hal yang berkaitan dengan keuangan maupun non keuangan. Dalam SAS No.99, menyatakan bahwa kategori kondisi dari pressure yakni financial stability, external pressure, personal financial need dan financial target dapat mengakibatkan timbulnya kecurangan. 1) Financial stablity adalah keadaan dimana keuangan perusahaan sedang dalam kondisi yang stabil. Artinya, stabilitas keuangan

13 perusahaan tidak terganggu oleh kondisi ekonomi atau industri entitas tersebut. 2) Personal financial need adalah kondisi dimana keuangan eksekutif perusahaan mempengaruhi keuangan perusahaan. 3) External pressure adalah tekanan yang diterima pihak manajemen dalam memenuhi harapan atau persyaratan pihak ketiga. Persyaratan tersebut dapat berupa tuntutan untuk memperoleh tambahan modal agar perusahaan tetap kompetitif. 4) Financial target adalah suatu keadaan dimana manajemen menerima terkanan secara berlebihan untuk mencapai target perusahaan.tekanan berlebih yang diterima pihak manajemen dapat berupa target keuangan, penjualan, atau return yang tinggi. b. Opportunity (Peluang) Opportunity atau peluang adalah suatu situasi atau kondisi yang memberikan kesempatan bagi pihak-pihak tertentu untuk melakukan kecurangan. Peluang atau opportunity dapat memicu timbulnya fraud. Karena ketidak efektifan pengawasan manajemen, penyalah gunaan posisi atau kelemahan pengendalian internal mengakibatkan adanya peluang-peluang tersebut. Dari tiga faktor yang dapat berakibat terhadap kecurangan, opportunity atau peluang yang paling memerlukan pengawasan berlebih karena dapat terjadi kapanpun (Norbarani dan Rahardjo, 2012). Dalam SAS No.99, menyatakan bahwa kategori kondisi dari

14 opportunity yakni effective monitoring dapat mengakibatkan timbulnya kecurangan. Effective monitoring merupakan kondisi dimana perusahaan memiliki unit pengawas yang secara efektif mampu memantau kinerja perusahaan. Pengawasan yang baik akan mampu meminimalkan financial statement fraud. c. Rationalization (Rasionalisasi) Rationalization atau rasionalisasi, adalah suatu sikap atau karakter seseorang yang memperbolehkan tindakan kecurangan atau bahkan menerima dorongan dari berbagai pihak sehingga seseorang tersebut terdorong untuk merasionalkan tindakan fraud. Rasionalisasi adalah yang paling sulit untuk diukur dari berbagai faktor fraud triangle (Skousen et al., 2008). Dalam SAS No.99, rasionalisasi diukur dengan auditor opinion, auditor changes serta total akrual dibagi dengan total aktiva. 1) Auditor opinion adalah pendapat atau opini auditor atas laporan keuangan perusahaan. 2) Auditor changes merupakan pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan.

15 4. Manajemen Laba Salah satu tindakan disfunctional behaviour adalah tindakan manipulasi laba atau manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menaikkan atau menurunkan laba perusahaan yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen untuk tujuan tertentu (Utari dan Widiastuti, 2014). Manajemen laba merupakan tindakan kecil dari Fraud (Puspatrisnanti, 2014). Menurut Burgstahler dan Eames (dalam Puspatrisnanti, 2014), manajer dapat melakukan menipulasi terhadap laporan keuangan ketika pencapaian atas kinerja perusahaan tidak sesuai dengan target yang diberikan. Hal tersebut seringkali dilakukan demi tercapainya tujuan perusahaan, sehingga laporan keuangan dinilai baik oleh para pemakainya. Terdapat 3 motivasi yang menyebabkan terjadinya menajemen laba, yakni motivasi pasar modal, motivasi kontrakual dan motivasi regulasi (Healy and Wahlen, 1999). a. Motivasi pasar modal, motivasi ini timbul akibat adanya keinginan manajer untuk menarik minat investor untuk merespon penawaran perusahaan secara positif dengan cara melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan. b. Motivasi kontraktual, motivasi ini timbul akibat adanya perjanjian antara manajer dengan pihak lain dimana dalam perjanjian tersebut terdapat kompensasi yang akan diterima oleh manajer.

16 c. Motivasi regulasi, motivasi dimana manajer berusaha mencari celah untuk menghindari peraturan pemerintah dengan memanfaatkan kelemahan akuntansi menggunakan dasar akrual. 5. Asimetri Informasi Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki informasi mengenai perusahaan lebih dibandingkan pemilik. Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dengan pemilik (principal). Apabila agen dan principal berupaya memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka manajemen tidak akan selalu bertindak sesuai dengan keinginan principal. Dengan demikian, hal tersebut akan memperburuk keadaan perusahaan dan mendorong manajemen untuk tidak melaporkan keadaan yang sebenarnya demi melindungi kepentingannya. Menurut Rahmawati dkk. (2006), terdapat dua tipe asimetri informasi, yakni: a. Moral Hazard : satu pihak atau lebih dapat mengamati tindakantindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. b. Adverse Selection : satu atau lebih pihak memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain.

17 6. Spesialisasi Auditor Untuk memperoleh kepercayaan pada pihak pemakai laporan keuangan maka sangat diharapkan adanya kualitas audit yang baik (Luhgiatno, 2010). Auditor yang memiliki banyak klien dalam indusri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai risiko audit khusus pada industri tertentu. Menurut Maletta dan Wright (1996), auditor spesialis adalah auditor yang memiliki pengetahuan secara mendasar mengenai suatu industri sehingga pemahaman yang dimilikinya lebih baik daripada auditor non spesialis. Carcello dan Nagy (2004) menyatakan bahwa auditor yang memiliki spesialisasi pada suatu industri mampu memberikan jasa pengauditan yang lebih berkualitas jika dibandingkan dengan auditor yang tidak spesialis pada industri tersebut. B. Pengembangan Hipotesis 1. Financial Stability dan Financial Statement Fraud. Financial stability merupakan suatu keadaan dimana keuangan perusahaan sedang dalam kondisi yang stabil. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen (2008) menunjukkan bahwa financial stability berpengaruh positip terhadap financial statement fraud. Hasil tersebut senada dengan penelitian Tiffani (2015) dimana financial stability berpengaruh positif terhadap financial statement fraud. Menurut Skousen (2008) dan Tiffani (2015) manajemen memiliki potensi yang lebih besar

18 untuk melakukan financial statement fraud dalam kondisi perusahaan yang tidak stabil. Stabilitas keuangan perusahaan yang terganggu oleh kondisi ekonomi atau industri entitas dapat menyebabkan terjadinya financial statement fraud. Hal tersebut dikarenakan manajer merasa tertekan sehingga terdorong untuk melakukan kecurangan (AICPA, 2002). Perusahaan sering kali dituntut untuk menunjukkan kondisi perusahaan yang baik sehingga laba yang dihasilkan serta return yang diberikan kepada para investor tinggi. Akan tetapi,untuk memperoleh laba serta return yang tinggi tersebut sulit di peroleh apabila stabilitas keuang perusahaan sedang terganggu. Keadaaan tersebut menjadi tekanan bagi para manajer untuk melakukan kecurangan. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Financial Stability berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud 2. Personal Financial Need dan Financial Statement Fraud. Personal financial need adalah kondisi keuangan eksekutif perusahaan mempengaruhi keuangan perusahaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) menunjukkan hasil bahwa personal financial need berpengaruh positif terhadap financial statement fraud. Semakin banyak pihak dalam perusahaan yang memiliki saham atas perusahaan, semakin besar kemungkinan terjadinya fraud. Hasil tersebut

19 berlawanan dengan hasil penelitian Tiffani (2015) bahwa personal financial need tidak berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Pihak dalam perusahaan yang ikut memiliki saham dapat menyebabkan pihak tersebut merasa memiliki hak atas perusahaan sehingga pihak tersebut memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi pelaporan keuangan perusahaan. Apabila pihak dalam perusahaan yang memiliki saham semakin tinggi, maka hal tersebut dapat mengakibatkan fraud yang dilakukan semakin bertambah. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pemisah antara kontrol dan pemilik dari perusahaan sehingga menyebabkan manajer merasa dapat memenuhi kepentingan pribadi mereka dengan menggunakan aset perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kerugian, ada kemungkinan pihak dalam akan memberikan laporan palsu demi menciptakan tampilan perusahaan dalam kondisi baik sehingga investor tetap tertarik dan memberikan tambahan dana. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut H 2 : Personal Financial Need berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud 3. External Pressure dan Financial Statement Fraud External pressure adalah tekanan yang diterima pihak manajemen dalam memenuhi harapan atau persyaratan pihak ketiga. Penelitian

20 sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) serta Tiffani (2015) menunjukkan hasil bahwa external pressure berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud. Menurut Skousen et al. (2008) dan Tiffani (2015), pihak yang menerima external pressure yang tinggi memiliki potensi lebih besar untuk melakukan financial statement fraud. Menurut SAS No.99, Risiko akan terjadinya financial statement fraud disebabkan oleh tekanan secara berlebihan dari pihak eksternal (AICPA, 2002). Selain tuntutan untuk memberikan laba serta return yang tinggi, perusahaan juga dituntut untuk tetap kompetitif sehingga dapat bersaing dengan berbagai perusahaan yang lainnya. Untuk menjaga agar perusahaan tetap kompetitif, perusahaan memerlukan tambahan dana untuk dapat berkembang mengikuti tren yang ada (Skousen et al., 2008). Jika leverage semakin tinggi, kemampuan perusahaan dalam mencari tambahan modal semakin rendah serta kemungkinan melakukan kecurangan serta pelanggaran perjanjian kredit semakin tinggi (Persons, 1999). Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut : H 3 : External Pressure berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud 4. Financial Target dan Financial Statement Fraud Financial target merupakan suatu keadaan dimana manajemen menerima terkanan secara berlebihan untuk mencapai target perusahaan (AICPA, 2002). Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

21 Summers dan Sweeney (1998) dan Martyanta dan Daljono (2013) menunjukkan hasil bahwa financial target berpengaruh positif terhadap financial statement fraud. Perusahaan biasanya memberikan target laba yang harus diperoleh atas seluruh usaha yang telah dilakukan dan dikeluarkan untuk memperoleh laba tersebut. Apabila suatu target perusahaan semakin tinggi maka semakin sulit bagi perusahaan untuk mencapainya. Semakin tinggi suatu target tersebut, maka manajer akan cenderung melakukan manipulasi laba. Dengan demikian, financial targets memiliki hubungan yang positif terhadap financial statement fraud. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut : H 4 : Financial Targets berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud 5. Effective Monitoring dan Financial Statement Fraud Effective monitoring merupakan kondisi dimana perusahaan memiliki unit pengawas yang secara efektif mampu memantau kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) dan Tiffani (2015) menunjukkan bahwa effective monitoring berpengaruh negatif terhadap financial statement fraud. Menurut Skousen et al. (2009) dan Tiffani (2015) pengawasan yang baik akan mampu meminimalkan financial statement fraud.

22 Komite audit dipercaya dapat meningkatkan efektifitas pengawasan perusahaan. Seorang komite audit yang bersifat independen akan mampu melakukan pengawasan lebih baik sehingga kinerja perusahaan menjadi semakin efektif. Jika dilihat lebih lanjut, semakin banyak komite audit maka semakin efektif pengawasan perusahaan. Pengawasan perusahaan yang efektif dan juga maksimal akan mampu mengurangi terjadinya kecurangan terhadap laporan keuangan. Semakin banyak anggota komite audit independen, maka kemungkinan terjadinya fraud semakin kecil. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut : H 5 : Effective monitoring berpengaruh negatif terhadap Financial Statement Fraud 6. Rationalization dan Financial Statement Fraud Rationalization atau rasionalisasi adalah suatu sikap seseorang yang merasionalkan atau membenarkan tindakan kecurangan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Skousen et al. (2008) serta Tiffani (2015) gagal membuktikan bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap financial statement fraud. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sukirman dan Sari (2013) memberikan hasil bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap financial statment fraud. Rasionalisasi merupakan faktor dari fraud triangle yang paling sulit diuji (Skousen et al., 2008)

23 Sikap atau karakter seseorang yang memperbolehkan tindakan kecurangan atau bahkan menerima dorongan dari berbagai pihak untuk merasionalkan tindakan fraud. Untuk mendukung tindakannya tersebut, perusahaan akan melakukan penggantian auditor sesering mungkin. Ketika suatu perusahaan memiliki tingkat perubahan auditor yang tinggi, tingkat kecurangan keuangan perusahaan juga akan meningkat. Penggantian auditor ini dimaksudkan untuk mengurangi pendeteksian oleh auditor lama terkait kecurangan terhadap laporan keuangan yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut : H 6 : Rationalization berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud 7. Manajemen laba dan Financial Statement Fraud Manajemen laba merupakan suatu tindakan pengelolaan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen dengan tujuan tertentu (Utari dan Widiastuti, 2014). Puspatrisnanti (2014) dan Utami (2005) mampu membuktikan adanya hubungan antara manajemen laba dengan financial statement fraud. Semakin tinggi penggelembungan atau pengelolaan laba terdahulu maka kemungkinan terjadinya financial statement fraud semakin besar. Menurut Burgstahler dan Eames (dalam Puspatrisnanti, 2014), manajer dapat melakukan menipulasi terhadap laporan keuangan ketika

24 pencapaian atas kinerja perusahaan tidak sesuai dengan target yang diberikan. Hal tersebut seringkali dilakukan demi tercapainya tujuan perusahaan, sehingga laporan keuangan dinilai baik oleh para pemakainya. Manajemen laba timbul sebagai dampak persoalan keagenan. Apabila manajer mementingkan kepentingan pribadinya, maka informasi yang disampaikan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Dengan perbedaan informasi yang dimiliki tersebut, manajer dapat dengan mudah melakukan tindakan manajemen laba. Jika tindakan manajemen laba ini dibiarkan maka akan menjadi financial statement fraud. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut : H 7 : Manajemen laba berpengaruh positif terhadap financial statement fraud 8. Asimetri Informasi dan Financial Statement Fraud Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki informasi mengenai perusahaan lebih dibandingkan pemilik. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aranta (2013) dan Zainal (2013) menemukan bahwa asimetri informasi berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud. Asimetri informasi tersebut mendorong agent untuk memberikan informasi palsu, terutama apabila informasi yang diberikan mengenai pengukuran kinerja agent.

25 Pada dasarnya manajer memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pemegang saham, dimana sinyal ini diberikan tersebut berupa informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Apabila agent dan principal berupaya memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka manajer tidak akan selalu bertindak sesuai dengan keinginan principal. Dengan demikian, hal tersebut akan memperburuk keadaan perusahaan serta mendorong manajer untuk tidak melaporkan keadaan yang sebenarnya. Tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melindungi kepentingannya. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut : H 8 : Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap financial statement fraud 9. Spesialisasi Auditor dan Financial Statement Fraud Menurut Maletta dan Wright (1996), auditor spesialis adalah auditor yang memiliki pengetahuan secara mendasar mengenai suatu industri sehingga pemahaman yang dimilikinya lebih baik daripada auditor non spesialis. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aulia dan Fitriany (2013) serta Carcello dan Nagy (2004) menembukan bahwa spesialisasi auditor berpengaruh terhadap financial statement fraud. Hubungan tersebut karena keahlian auditor spesialis yang lebih baik dalam

26 mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh upaya fraud akan mampu mengurangi opportunity manajer untuk melakukan fraud. Carcello dan Nagy (2004) menyatakan bahwa auditor yang memiliki spesialisasi pada suatu industri mampu memberikan jasa pengauditan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan auditor yang tidak spesialis pada industri tersebut. Dengan demikian, auditor yang memiliki banyak klien dalam indusri yang sama maka akan memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai risiko audit khusus pada industri tertentu. Semakin spesialis suatu auditor maka kemungkinan terjadinya kecurangan terhadap laporan keuangan akan semakin rendah. Kemungkinan terjadinya financial statement fraud diprediksi akan semakin rendah apabila perusahaan menggunakan audit spesialis. Hal tersebut dikarenakan keahlian dan pemahaman auditor spesialis yang lebih superior dalam mendeteksi fraud. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut : H 9 : Spesialisasi auditor berpengaruh negatif terhadap financial statement fraud.

27 C. Kerangka Penelitian Model penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pemahaman konsep analisis fraud triangle, manajemen laba, asimetri informasi dan spesialisasi auditor yang bertujuan untuk menguji adanya financial statement fraud. Penelitian ini menggunakan 9 variabel independen dan 1 variabel dependen. Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Pressure Financial Stability Personal Financial Need External Pressure Financial Target Opportunity Effiective monitoring Rationalization Rationalization Financial Statement Fraud Manajemen Laba Asimetri Informasi Spesialisasi Auditor Gambar 2.2. Kerangka Penelitian