Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

III. METODE PENELITIAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

DIALOG KEHUTANAN. Model Proses ILCF. Dominic Elson

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

BAB 2 Perencanaan Kinerja

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM)

Renstra BKP5K Tahun

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

ANALISIS KESIAPAN TIGA KABUPATEN DI KALIMANTAN DALAM UPAYA MENDUKUNG IMPLEMENTASI REDD+ Suryanto Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Oleh : Pusat Sosial Ekonomi Kebijakan Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

Alang-alang dan Manusia

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

Strategi Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat. Didik Suharjito

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama Peningkatan Ketahanan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global Malang, 17 Mei

BAB III METODOLOGI KAJIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila

IV. METODE PENELITIAN

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Governance Brief. Dampak Kebijakan IPPK dan IUPHHK Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Malinau

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

PERAN STRATEGIS KPH. Oleh : M.Rizon, S.Hut, M.Si (KPHP Model Mukomuko) Presentasi Pada BAPPEDA Mukomuko September 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

METODOLOGI PENELITIAN

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK. Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang November 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Definisi menurut FAO: Forest tenure detemines who can use what resources, for how long and under what conditions. Forest tenure is abroad concept

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

BUKU RENCANA MANAJEMEN PLAN SUB DAS GOPGOPAN

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebijakan Pelaksanaan REDD

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN MENGHAMBAT PEMBENTUKAN HUTAN DESA. terbentuknya Hutan Desa Di Desa Sungai Pelang, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel Skor Air Limbah Domestik Skor

BAB III METODE KAJIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS SWOT. Analisis Data Input

Disajikan oleh: MRPP Team Seite 1

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

Transkripsi:

ANALISIS SOSIAL BUDAYA REDD+ 2011 Penyusunan Kriteria Indikator Pemilihan Lokasi dan Strategi Keberhasilan Implementasi REDD dari Perspektif Struktur Sosial Budaya Tim Peneliti PUSPIJAK Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

19.420 desa = +/- 2 juta orang berada di dalam atau sekitar hutan menjadi tantangan tersendiri implementasi REDD Kendala Implentasi dan Implikasi Implementasi

Kerangka Penelitian 2010 2012 Rasional 2011 2010 Perspektif nilai dan struktur sosial budaya masyarakat -lokasi studi terhadap REDD Kriteria dan Indikator dan Strategi Keberhasilan REDD dari Perspektif Nilai dan Struktur Sosial Budaya Tradisional 2012 Social Engineering Masyarakat dalam Implementasi REDD

Tujuan Penelitian Umum : menganalisis struktur sosial budaya masyarakat untuk menyusun pengetahuan, dan rekomendasi kebijakan untuk keberhasilan REDD+ Khusus : Merumuskan kriteria dan indikator keberhasilan REDD+ Merumuskan strategi keberhasilan REDD+

Sintesa hasil penelitian 2010 dan hasil studi literatur Kriteria dan indikator Kerangka Pikir Penelitian Kajian lapangan Analisis SWOT Verifikasi dan validasi Penyusuanan Strategi keberhasilan

Lokasi Penelitian: Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur Taman Nasional Meru Betiri, Provinsi Jawa Timur Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat

Keberhasilan implementasi REDD+ memerlukan dukungan empat aspek, yakni aspek tata kelola (governance), aspek biofisik hutan, aspek sosial ekonomi dan budaya, serta aspek data dan sistem MRV. Aspek tersebut digunakan dalam penentuan kriteria dan indikator untuk pemilihan Provinsi Pilot (percontohan) REDD+ terkait LoI Norwegia-Indonesia Penelitian ini mengadopsi perspektif sosial budaya untuk pemilihan Provinsi Pilot

K & I Sintesa hasil penelitian 2010 dan hasil studi literatur Kriteria 1. Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan 2. Ketergantungan Masyarakat terhadap Hutan Indikator a. Hutan memiliki kandungan karbon tinggi b. Potensi investasi di sektor kehutanan dan non-kehutanan namun terkait hutan tinggi c. Adanya mata rantai ekonomi yang tinggi d. Sektor kehutanan berkontribusi tinggi pada PDRB a. Sebagian masyarakat sekitar hutan memiliki mata pencaharian terkait hutan b. Keterlibatan parapihak dalam pengelolaan hutan c. Kepedulian pemerintah daerah dan masyarakat d. Hutan memiliki nilai budaya/adat 3. Kapasitas Masyarakat a. Organisasi/institusi pengelola hutan yang mandiri 4 Potensi Konflik Sumberdaya Hutan 5 Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Masyarakat (di dalam dan sekitar hutan) b. Masyarakat memiliki kapasitas kelembagaan dan organisasi yang baik a. Terdapat potensi konflik dalam batas yang bisa dikelola b. Memiliki mekanisme resolusi konflik yang baik a. Ketersediaan perangkat hukum yang melindungi hak-hak masyarakat adat dan masyarakat sekitar hutan b. Kapasitas aparat pem dalam mengakui dan melindungi hak masyarakat c. Terdapat mekanisme yang terpercaya untuk memastikan bahwa setiap kegiatan disetujui masyarakat

Analisis Data Kriteria dan indikator yang diperoleh dari sintesa hasil penelitian 2010 dan studi literatur dan dikembangkan dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari perspektif sosial budaya masyarakat yang dianalisis menggunakan SWOT Melakukan perbandingan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki oleh suatu institusi Hasil analisis tersebut diambil keputusan strategi keberhasilan REDD+ yang memaksimalkan kekuatan dan peluang dengan meminimalkan kelemahan dan ancaman dari perspektif sosial budaya masyarakat

Hasil dan Pembahasan Perkembangan Program REDD+ Berau: 1. Program Karbon Hutan Berau (PKHB) Penyusunan Rencana Pelibatan Masyarakat Penjangkauan dan Konsultasi Masyarakat : hulu Sungai Kelay (Desember 2010) Hutan Lindung Sungai Lesan (Februari 2011) hulu Sungai Segah (Maret 2011) 2. Forest and Climate Change Programme (ForClime) IUPHHK PT. Inhutani 1 Labanan IUPHHK PT. Sumalindo Lestari Jaya IV (PT. SLJ IV) Inception

Hasil dan Pembahasan Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan di TNMB - Sejak tahun 1999 terlibat dengan masyarakat sekitar hutan, TNMB setidaknya sudah cukup berpengalaman dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang mengikutsertakan masyarakat. - Kegiatan-kegiatan pengelolaan TNMB yang melibatkan masyarakat yang telah dilakukan setidaknya dapat dijadikan bekal yang cukup ketika di masa yang akan datang REDD akan implementasikan.

Skoring Kriteria dan Indikator Masyarakat di Kabupaten Berau No. Item Poin Nilai 1. Kriteria: Nilai ekonomi sumberdaya hutan a. Hutan memiliki kandungan karbon tinggi 5 Sangat tinggi b. Potensi investasi di sektor kehutanan dan non-kehutanan namun terkait hutan tinggi 4 Tinggi c. Adanya mata rantai ekonomi yang tinggi 4 Tinggi d. Sektor kehutanan berkontribusi tinggi pada PDRB 3 Sedang 2. Kriteria: Ketergantungan masyarakat terhadap hutan a. Sebagian masyarakat sekitar hutan memiliki mata pencaharian terkait hutan 4 Tinggi b. Keterlibatan parapihak dalam pengelolaan hutan 4 Tinggi c. Kepedulian pemerintah daerah dan masyarakat 4 Tinggi d. Hutan memiliki nilai budaya/adat 4 Tinggi 3. Kriteria: Kapasitas masyarakat a. Organisasi/institusi pengelola hutan yang mandiri 3 Sedang b. Masyarakat memiliki kapasitas kelembagaan dan organisasi yang baik 3 Sedang 4. Kriteria: Potensi konflik terhadap sumberdaya hutan a. Terdapat potensi konflik dalam batas yang bisa dikelola 4 Tinggi b. Memiliki mekanisme resolusi konflik yang baik 3 Sedang 5. Kriteria: Pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat (di dalam dan sekitar hutan) a. Ketersediaan perangkat hukum yang melindungi hak-hak masyarakat adat dan masyarakat sekitar hutan 2 Rendah b. Kapasitas aparat pemda dalam mengakui dan melindungi hak masyarakat 3 Sedang c. Terdapat mekanisme yang terpercaya untuk memastikan bahwa setiap kegiatan disetujui masyarakat 3 Sedang

Peluang (opportunities, O) 1.Hutan memiliki kandungan karbon tinggi 2.Potensi investasi di sektor kehutanan dan non-kehutanan namun terkait hutan tinggi 3.Adanya mata rantai ekonomi yang tinggi 4.Sektor kehutanan berkontribusi tinggi pada PDRB 5.Keterlibatan parapihak dalam pengelolaan hutan 6.Kepedulian pemerintah daerah dan masyarakat 7.Terdapat mekanisme yang terpercaya untuk memastikan bahwa setiap kegiatan disetujui masyarakat Ancaman (threats, T) 1.Terdapat potensi konflik dalam batas yang bisa dikelola Strategi Keberhasilan Implementasi REDD+ Kabupaten Berau Kekuatan (strength, S) 1.Sebagian masyarakat sekitar hutan memiliki mata pencaharian terkait hutan 2.Hutan memiliki nilai budaya/adat 3.Masyarakat memiliki kapasitas kelembagaan dan organisasi yang baik Strategi S-O 1.Menarik investasi di sektor kehutanan dan yang terkait dengan kehutanan yang menambah alternatif mata pencaharian masyarakat dan berkontribusi terhadap perekonomian daerah 2.Bersikap terbuka dan melibatkan para pihak terutama masyarakat dalam berbagai upaya pemanfaatan hutan melalui kelembagaan yang ada Strategi S-T 1.Memelihara budaya masyarakat yang baik dalam mengelola hutan sehingga terjaga kelestarian mata pencahariannya 2.Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat sehingga mampu mengelola konflik dengan baik Kelemahan (weaknesses, W) 1.Organisasi/institusi pengelola hutan yang mandiri 2.Memiliki mekanisme resolusi konflik yang baik 3.Ketersediaan perangkat hukum yang melindungi hak-hak masyarakat adat dan masyarakat sekitar hutan 4.Kapasitas aparat pemda dalam mengakui dan melindungi hak masyarakat Strategi W-O 1.Meningkatkan kapasitas institusi pengelola hutan sehingga dapat memanfaatkan potensi karbon dari hutan dan berbagai potensi investasi lain yang memiliki mata rantai ekonomi yang tinggi 2.Menciptakan mekanisme resolusi konflik dengan melibatkan parapihak 3.Meningkatkan kapasitas aparat pemda sehingga mampu meningkatkan kepedulian pemda dan masyarakat dan membangun mekanisme yang terpercaya guna melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan Strategi W-T 1.Melakukan penguatan kapasitas pemda agar hak masyarakat adat diakui dan dilindungi melalui lembaga pengelola hutan yang mandiri 2.Melakukan management konflik sehingga terhindar dari konflik yang kritis dan berkepanjangan

Skoring Kriteria dan Indikator Masyarakat di TNMB No. Item Poin Nilai 1. Kriteria: Nilai ekonomi sumberdaya hutan a. Hutan memiliki kandungan karbon tinggi 5 Sangat tinggi b. Potensi investasi di sektor kehutanan dan non-kehutanan namun terkait hutan tinggi 4 Tinggi c. Adanya mata rantai ekonomi yang tinggi 4 Tinggi d. Sektor kehutanan berkontribusi tinggi pada PDRB 3 Sedang 2. Kriteria: Ketergantungan masyarakat terhadap hutan a. Sebagian masyarakat sekitar hutan memiliki mata pencaharian terkait hutan 4 Tinggi b. Keterlibatan parapihak dalam pengelolaan hutan 3 Sedang c. Kepedulian pemerintah daerah dan masyarakat 3 Sedang d. Hutan memiliki nilai budaya/adat 3 Sedang 3. Kriteria: Kapasitas masyarakat a. Organisasi/institusi pengelola hutan yang mandiri 2 Rendah b. Masyarakat memiliki kapasitas kelembagaan dan organisasi yang baik 3 Sedang 4. Kriteria: Potensi konflik terhadap sumberdaya hutan a. Terdapat potensi konflik dalam batas yang bisa dikelola 2 Rendah b. Memiliki mekanisme resolusi konflik yang baik 3 Sedang 5. Kriteria: Pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat (di dalam dan sekitar hutan) a. Ketersediaan perangkat hukum yang melindungi hak-hak masyarakat adat dan masyarakat sekitar hutan 2 Rendah b. Kapasitas aparat pemda dalam mengakui dan melindungi hak masyarakat 2 Rendah c. Terdapat mekanisme yang terpercaya untuk memastikan bahwa setiap kegiatan disetujui masyarakat 2 Rendah

Strategi Keberhasilan Implementasi REDD+ di TNMB Kekuatan (strength, S) 1.Hutan memiliki kandungan karbon tinggi 2.Keterlibatan parapihak dalam pengelolaan hutan 3.Kepedulian pemerintah daerah dan masyarakat 4.Hutan memiliki nilai budaya/adat 5.Organisasi/institusi pengelola hutan yang mandiri 6.Masyarakat memiliki kapasitas kelembagaan dan organisasi yang baik 7.Memiliki mekanisme resolusi konflik yang baik 8.Kapasitas aparat pemda dalam mengakui dan melindungi hak masyarakat Peluang (opportunities, O) Strategi S-O Strategi W-O 1.Potensi investasi di sektor kehutanan dan non-kehutanan namun terkait hutan tinggi 2.Adanya mata rantai ekonomi yang tinggi 3.Sektor kehutanan berkontribusi tinggi pada PDRB Ancaman (threats, T) - 1. Memasarkan potensi karbon yang tinggi untuk menarik investor sehingga meningkatkan keterlibatan parapihak dalam pengelolaan hutan. 2. Meningkatkan kerjasama dengan LSM atau instansi lain sebagai motivator masyarakat dalam melaksanakan kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan dan SDM serta melakukan pendampingan kepada masyarakat secara intensif 3. Mendorong kinerja berbagai organisasi masyarakat yang sudah ada agar bisa menjadi mitra kerjasama bagi investor baik di sektor kehutanan maupun non kehutanan yang memiliki mata rantai ekonomi yang tinggi. Strategi S-T - Kelemahan (weaknesses, W) 1. Sebagian masyarakat sekitar hutan memiliki mata pencaharian terkait hutan 2. Terdapat potensi konflik dalam batas yang bisa dikelola 3. Ketersediaan perangkat hukum yang melindungi hak-hak masyarakat adat dan masyarakat sekitar hutan 4. Terdapat mekanisme yang terpercaya untuk memastikan bahwa setiap kegiatan disetujui masyarakat 1.Meningkatkan kerjasama dan koordinasi serta sinkronisasi program dan kegiatan oleh parapihak agar tercipta kelestarian sumberdaya hutan dan kesejahteraan masyarakat 2.Mengurangi ketegantungan masyarakat terhadap hutan dengan menarik investor sehingga dapat menciptakan alternatif mata pencaharian. 3.Selalu membuka dialog dengan masyarakat untuk memastikan kegiatan disetujui masyarakat dan meminimalkan potensi konflik 4.Mengupayakan aturan formal dan jaminan hukum atas keterlibatan masyarakat dalam mengelola lahan rehabilitasi untuk menggairahkan investasi Strategi W-T -

Hasil dan Pembahasan Lokasi Kabupaten Sumedang penelitian awal Hasil: Masyarakat umumnya bermata pencaharian sebagai petani sehingga mempengaruhi penggunaan lahan yang sebagian besar untuk pertanian dengan rata-rata luas yang diolah tiap petani adalah 0,7 ha. Namun, kegiatan budidaya tidak dapat dilakukan maksimal karena ketiadaan sumber air. Ketergantungan terhadap hutan relatif rendah karena tidak banyak lagi yang menggunakan kayu bakar. Hasil budidaya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian berusaha ditutupi dengan mengusahakan ternak.

Hasil dan Pembahasan Tingkat kebersamaan yang tinggi, keaktifan bergotongroyong dan mengikuti kegiatan keagamaan dan menjadikan tokoh agama dan pemuka desa sebagai panutan (paternalistik). Kegiatan Proyek Penanaman untuk Carbon Sink dilaksanakan dalam jangka waktu 10 tahun dengan melibatkan masyarakat sebagai petani penggarap pada lahan yang disewa oleh seorang tokoh agama dan pendampingan dari LSM. Sistem agroforestri dipilih untuk memberi kesempatan petani memanfaatkan lahan di bawah tegakan selain memelihara tanaman pokok. Penentuan jenis tanaman pokok dilakukan melalui diskusi.

Terima Kasih