Karakterisasi Ekstrak Antosianin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) sebagai Fotosensitiser pada Sel Surya Pewarna Tersensitisasi

dokumen-dokumen yang mirip
FABRIKASI SEL SURYA PEWARNA TERSENSITISASI (SSPT) DENGAN MEMANFAATKAN EKSTRAK ANTOSIANIN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L)

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC

PEMANFAATAN EKSTRAK ANTOSIANIN KOL MERAH (Brassica oleracea var) SEBAGAI DYE SENSITIZED DALAM PEMBUATAN PROTOTIPE SOLAR CELL(DSSC)

PEMBUATAN PROTOTIPE DYE SENSITIZED SOLAR CELL(DSSC) DENGAN MEMANFAATKAN EKSTRAK ANTOSIANIN STRAWBERRY

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SEL SURYA FOTOELEKTROKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL PLATINUM SEBAGAI ELEKTRODA COUNTER GROWTH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) X 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil berupa

PREPARASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAK ANTOSIANIN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.)

VARIASI KECEPATAN PUTAR DAN WAKTU PEMUTARAN SPIN COATING

Studi Eksperimental Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Performa DSSC (Dye Sensitized Solar Cell) dengan Ekstrak Buah dan Sayur sebagai Dye Sensitizer

Pengaruh ph Larutan Antosianin Strawberry dalam Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI KLOROFIL TERHADAP DAYA KELUARAN DYE-SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

Konstruksi Sel Surya Bio menggunakan Campuran Klorofil-Karotenoid sebagai Sensitizer

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahapan penelitian ini secara garis besar ditunjukkan oleh Gambar 3.1. Preparasi sampel. Pembuatan pasta ZnO dan TiO2

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Pengaruh Konsentrasi Ruthenium (N719) sebagai Fotosensitizer dalam Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) Transparan

DYE - SENSITIZED SOLAR CELLS (DSSC) MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI DARI EKSTRAK KOL MERAH DAN COUNTER ELECTRODE BERBASIS KOMPOSIT TiO2-GRAFIT

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL

PEMANFAATAN EKSTRAK ANTOSIANIN KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa) SEBAGAI SENSITIZER DALAM PEMBUATAN DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

PENGARUH LAMA PERENDAMAN TERHADAP EFISIENSI SEL SURYA TERSENSITISASI DYE DARI TINTA SOTONG DAN EKSTRAK TEH HITAM

EKSTRAK ANTOSIANIN KOLL MERAH (BRASSICA OLERACEA VAR) TERHADAP KINERJA PROTOTIPE DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

PENGAWETAN KLOROFIL DAUN KATUK SEBAGAI ZAT PEWARNA UNTUK BAHAN DSSC (DYE SENSITIZED SOLAR CELL) DENGAN MENGGUNAKAN FREEZE DRYING ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

KESTABILAN SEL SURYA DENGAN FOTOSENSITIZER EKSTRAK ZAT WARNA KULIT JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Pembuatan Prototipe Dari Dye Sentized Solar Cell (DSSC) Yang Menggunakan Antosianin Daun Miana/Iler ( Coleus Scutellariodes

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

APLIKASI EKSTRAKSI ANTOSIANIN UBI JALAR UNGU DENGAN VARIASI PH PELARUT SEBAGAI DYE DALAM SEL SURYA PEWARNA TERSENSITISASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI ph LARUTAN EKSTRAK ANTOSIANIN KOL MERAH (BRASSICA OLERACEA VAR) TERHADAP KINERJA PROTOTIPE DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI DYE SENSITISER ALAMI PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL

Peranan Elektrolit Pada Performa Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA

Pengaruh Penggunaan Elektrolit Gel Terhadap Arus dan Tegangan DSSC Prototipe DSSC Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L

SINTESIS DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN SENSITIZER ANTOSIANIN DARI BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA)

Sintesis dan Karakterisasi Dye Sensitized Solar Cells (DSSC) dengan Sensitizer Antosianin dari Bunga Rosella

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

UJI BEDA KESTABILAN TEGANGAN DAN ARUS ANTARA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) YANG MENGGUNAKAN COUNTER ELECTRODE JELAGA LILIN DAN GRAFIT PENSIL

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) ( X Print) B-15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Fabriksi Dye Sensitized Solar Cells(DSSC)Mengunakan Ekstraksi Bahan-bahan Organik Alam Celosia Argentums dan Lagerstromia sp

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

PREPARASI DYE SENSITIZED SOLAR CEL MENGGUNAKAN EKSTRAK ANTOSIANIN KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia Mangostana L)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan aspek kehidupan yang kini menjadi sorotan manusia di

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) ( X Print)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

PENGARUH WAKTU SPIN COATING TERHADAP STRUKTUR DAN SIFAT LISTRIK SEL SURYA PEWARNA TERSENSITASI SKRIPSI

SEL SURYA BERBASIS TITANIA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF

PENGARUH ph LARUTAN ANTOSIANIN STRAWBERRY DALAM FABRIKASI PROTOTIPE DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

Transkripsi:

Karakterisasi Ekstrak Antosianin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) sebagai Fotosensitiser pada Sel Surya Pewarna Tersensitisasi Dwi Susmiyanto 1, Nur Aji Wibowo 1,2, Adita Sutresno 1,2,* * E-mail : adita@staff.uksw.edu 1 Progam Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika 2 Progam Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jln. Diponegoro No. 52-6 Salatiga Abstrak Salah satu terobosan untuk mengubah energi cahaya menjadi listrik yaitu menggunakan Sel Surya Pewarna Tersensitisasi. Sel Surya Pewarna Tersensitisasi tersusun dari kaca konduktor, TiO 2, cairan elektrolit, dye antosianin sebagai sensitiser, dan elektroda karbon. Pada penelitian ini telah dilakukan ekstraksi antosianin ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) dengan variasi perbandingan pelarut untuk mengekstrak. Sebanyak 4 gr ubi jalar ungu direndam dalam pelarut selama 24 jam. Pelarut yang digunakan adalah methanol:asam asetat:aquades dengan nilai perbandingan 2:4:26, 25:4:21, dan 3:4:16. Dari hasil penelitian diperoleh ekstrak antosianin dari ubi jalar ungu tertinggi yaitu 31,16 mg/1 gr pada saat ekstraksi menggunakan perbandingan larutan methanol:asam asetat:aquades = 3:4:16. Konsentrasi antosianin yang terendah yaitu 14,725 mg/1 gr pada pebandingan larutan methanol:asam asetat:aquades = 2:4:25. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi proporsi methanol dan semakin rendah proporsi aquades yang digunakan dapat meningkatkan konsentrasi antosianin yang dihasilkan. Kata Kunci Sel Surya Pewarna Tersensitisasi, TiO 2, Dye antosianin. I. PENDAHULUAN Permasalahan tentang energi akhir-akhir ini banyak menjadi sorotan karena persediaannya yang semakin menipis. Terutama tentang energi yang berasal dari fosil karena merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui (non renewable). Sehingga banyak para ahli yang melakukan penelitian untuk menciptakan energi alternatif yang dapat diperbaharui. Dimana nantinya energi alternatif ini dapat memenuhi kebutuhan energi manusia. Salah satu energi yang keberadaannya melimpah adalah energi matahari, karena tersedia dalam jumlah yang besar dan tersedia dalam kurun waktu yang lama. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan cara merubah energi matahari ini menjadi energi listrik seperti pembuatan sel surya/solar cell. Sel surya sangat cocok untuk dikembangkan di Indonesia karena merupakan negara tropis. Sehingga intensitas matahari yang diterima cukup besar. Berdasarkan bahan pembuatannya sel surya ada dua macam. Yang pertama yaitu sel surya yang terbuat dari silikon, tetapi biaya pembuatan sel surya yang berbahan silikon sangatlah mahal. Yang kedua adalah Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) atau Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT). SSPT merupakan sel surya yang dikembangkan pertama kali oleh Gratzel et.al, sehingga disebut juga sel Gratzel [1]. Sistem kerja SSPT meniru sistem kerja fotosintesis pada tumbuhan. Keunggulan SSPT yaitu bahan dasar pembuatannya relatif lebih murah dan ramah lingkungan. SSPT terdiri dari sepasang kaca elektroda yaitu elektroda kerja dan elektroda lawan yang mengapit elektrolit. Elektroda kerja merupakan kaca TCO (transparent conducting oxide) yang dilapisi semikonduktor celah lebar seperti TiO 2 yang kemudian direndam dalam dye antosianin sebagai fotosensitizer sebagai transport pembawa muatan. Sedangkan elektroda lawan merupakan TCO yang dilapisi karbon yang berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi redoks dengan elektrolit. Pasangan redoks yang biasa digunakan yaitu, I/I 3 (iodide/triiodide) [2]. Ilustrasi bentuk SSPT dapat dilihat pada Gbr. 1. Sistem kerja SSPT dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada Gbr. 2 dimulai dari dye (D) menyerap sebuah foton sehingga elektron tereksitasi. Pada keadaan tereksitasi dye (D * ) menginjeksi elektron menuju pita konduksi semi konduktor TiO 2. Kemudian elektron tersebut melewati TiO 2 menuju elektroda kerja dan selanjutnya elektron mengalir menuju elektroda lawan melalui rangkaian eksternal. Setelah itu elektron masuk kembali ke dalam sel dan mereduksi sebuah donor teroksidasi (I + ) yang ada dalam elektrolit. Terakhir dye teroksidasi (D + ) akhirnya menerima elektron dari donor tereduksi (I 3 - ) dan tergenerasi kembali menjadi molekul awal (D) [4]. Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah, biru dan ungu pada buah, bunga dan daun. Salah satu sumber antosianin yang murah dan banyak terdapat di Indonesia adalah pada ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu merupakan tumbuhan merambat yang tumbuh disegala cuaca. Jenis antosianin yang terkandung dalam ubi jalar ungu yaitu peonidin dan sianidin. Antosianin bersifat tidak stabil dan mudah terdegradasi. Sifat dari antosianin adalah polar dan akan mudah larut dalam pelarut yang bersifat polar [5]. Gbr. 1. Skema SSPT [3] dengan modifikasi.

The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again. gelas ukur, kertas saring, tisu, alumunium foil, PH meter, lampu halogen 1 watt, multi meter digital FLUKE, dan spektrofotometer OPTIZEN 212 UV (UV-Vis). Gbr 2. Skema prinsip kerja SSPT. (1) Dye tereksitasi, (2) elektron melewati TiO 2 menuju elektroda kerja, (3) elektron menuju elektroda lawan, (4) elektron tereduksi, (5) dye tereduksi tergenerasi kembali [4] dengan modifikasi gambar. Penggunaan perbandingan pelarut yang tepat dapat mengoptimalkan proses ekstraksi antosianin, sehingga antosianin yang didapatkan akan semakin banyak. Telah banyak penelitian yang bertujuan mendapatkan cara terbaik untuk mengekstrak antosianin. Salah satunya adalah Sri Winarti, et.al, [5] telah menggunakan beberapa perbandingan pelarut ethanol:asam asetat:air (5:1:25; 1:1:2; 15:1:15; 2:1:1 dan 25:1:5). Didapatkan antosianin 1,317 mg/1 gr dengan perbandingan pelarut ethanol:asam-asetat:air (25:1:5). Dalam penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan yang paling optimal untuk mengekstrak antosianin jika pelarut yang digunakan adalah methanol:asam asetat:aquades. B. Ektraksi Antosianin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Ubi jalar ungu ditimbang menggunakan timbangan digital sebanyak 4 gram. Selanjutnya ubi jalar ungu digerus dan dihaluskan mengunakan mortar. Ubi jalar ungu yang telah halus dimasukkan dalam erlenmeyer yang telah dilapisi alumunium foil, kemudian direndam selama 24 jam dengan campuran pelarut methanol:asam asetat:aquades dengan perbandingan 2:4:26, 25:4:21, dan 3:4:16. Selama proses perendaman erlenmeyer di simpan dalam tempat yang gelap. Setelah 24 jam cairan ekstrak disaring menggunakan kertas saring dan dimasukkan dalam botol yang dilapisi alumunium foil. Hal ini bertujuan agar antosianin tidak terkena cahaya sehingga mudah terdegradasi. C. Membuat cairan PH Sebanyak,186 gram KCl ditambah 98 ml aquades dimasukkan dalam beker gelas kemudian ditambah HCl sediki demi sedikit sampai menjadi PH 1. Untuk membuat PH 4,5 yaitu 5,4439 gram CH 3 CO 2 Na.3H 2 O, dan aquades dicampur dalam beker gelas. Kemudian ditambahkan HCl sampai menjadi PH 4,5. Untuk mengukur PH digunakan PH meter. D. Uji Spektrum Absorbansi Antosianin Ubi Jalar Ungu Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Cairan ekstraksi antosianin yang diekstrak dengan perbandingan pelarut 2:4:26 dimasukkan ke dalam kuvet. Dimasukkan juga cairan perbandingan pelarut 2:4:26 ke dalam kuvet. Gbr. 4 merupakan cairan ekstraksi antosianin yang dimasukkan ke dalam kuvet. Gbr. 3. Struktur peonidin, Struktur Sianidin. II. METODOLOGI A. Menyiapkan Alat dan Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L), methanol PA, asam asetat PA, aquades, KCl, CH 3 CO 2 Na.3H 2 O, HCl, kaca TCO (transparent conducting oxide), deterjen, pensil 8B, TiO 2, Polietilen Glikol 4 (PEG 4), KI, dan I 2. Peralatan yang digunakan antara lain timbangan digital, mortar, erlenmeyer, beker gelas, corong, spatula, pipet, Gbr. 4. Cairan antosianin yang telah diencerkan dengan larutan buffer dengan PH 1. Dari kiri ke kanan merupakan perbedaan larutan ekstrak dengan perbandingan 2:4:26, 25:4:21, dan 3:4:16. Cairan antosianin yang telah diencerkan dengan larutan buffer dengan PH 4,5. Dari kiri ke kanan merupakan perbedaan larutan ekstrak dengan perbandingan 2:4:26, 25:4:21, dan 3:4:16.

Setelah itu kedua kuvet dimasukkan dalam spektrofotometer OPTIZEN 212 UV kemudian diuji absorbansinya. Panjang gelombang yang digunakan antara 4-7 nm. kemudian hal yang sama juga dilakukan pada cairan ekstraksi dengan perbandingan pelarut 25:4:21 dan 3:4:16. Dari spektrum antosianin yang telah diperoleh kemudian dicari panjang gelombang yang merupakan letak dimana nilai puncak absorbansi berada. Nilai dari panjang gelombang inilah yang disebut λ max yang kemudian akan digunakan dalam proses analisis jumlah antosianin. Setelah itu dilakukan juga analisis total antosianin menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Untuk setiap cairan ekstrak diambil,2 ml, kemudian diencerkan menggunakan cairan PH 1 sampai menjadi 1,8 ml. Setelah diencerkan lalu dimasukkan ke dalam kuvet. Dengan Hal yang sama juga dilakukan dengan menggunakan PH 4,5. Setelah itu analisis jumlah antosianin dilakukan dengan mengukur absorbansi sampel menggunakan λ max = 53 nm dan λ = 7 nm [6]. G. Pembuatan elektrolit Untuk membuat larutan elektrolit iodida/triiodida (I - /I 3 - ) yaitu dengan mencampurkan 8,3 gr KI dengan 1,269 gr I 2 dalam beker gelas. Kemudian ditambahkan sebanyak 1 ml Polietilen Glikol 4 (PEG 4). Campuran tersebut diaduk sebentar kemudian distirer selama 2 menit. H. Perangkaian dan Pengujian SSPT Elektroda TCO yang berlapis TiO 2 direndam masingmasing dalam cairan antosianin dengan perbandingan pelarut 2:4:26, 25:4:21, dan 3:4:16 dalam waktu yang sama yaitu 1 jam. Setelah itu angkat dan keringkan di udara terbuka. Kemudian pasangkan elektroda kaca TCO berlapis TiO 2 dan elektroda kaca TCO yang telah dilapisi karbon. Setelah itu di sela kedua elektroda ditetesi larutan elektrolit. Terakhir agar kedua elektroda tidak bergeser maka dijepit menggunakan klip pada kedua sisinya. SSPT yang telah siap uji dapat dilihat pada Gbr. 6. Selanjutnya SSPT siap untuk diuji. E. Pembuatan lapisan TiO 2 Sebanyak 2 gram serbuk TiO 2 dihaluskan dalam mortar. Sambil terus dihaluskan kemudian ditambahkan asam asetat sebayak 5 ml. Setelah itu ditambahkan juga 1 tetes deterjen dan diaduk sampai rata selama 1 menit. Selanjutnya disiapkan kaca TCO dan diukur terlebih dahulu resistansinya menggunakan multimeter digital. Kemudian pada sisi konduktif ditempel selotip di sekeliling tepi kaca seperti yang nampak pada Gbr. 5. Gbr. 6. Struktur SSPT siap uji. Gbr. 5. Kaca TCO yang disolatip pada tepinya, Kaca TCO yang telah selesai dilapisi pasta TiO 2 dan dioven dalam suhu 3 o C selama 3 menit. Setelah itu pasta TiO 2 diteteskan pada permukaan kaca dan diratakan dengan menggunakan batang pipet lalu ditunggu sampai kering. Setelah kering semua selotip yang menempel dilepas, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 3 o C selama 3 menit. Matikan oven dan lapisan TiO 2 dibiarkan agar menjadi dingin. F. Pembuatan elektroda karbon Kaca TCO diukur resistansinya menggunakan multimeter digital. Kemudian pada sisi konduktifnya diarsir menggunakan pensil 8B. Setelah itu bagian yang diarsir diletakkan diatas nyala api lilin sehingga muncul lapisan jelaga. Selanjutnya salah satu tepinya dibersihkan menggunakan kertas tisu. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Spektrofotometer UV-Vis pada Antosianin Ubi Jalar Ungu Untuk mengetahui nilai absorbansinya dilakukan pengujian antosianin ubi jalar ungu menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Dari hasil spektrofotometer UV- Vis tersebut dapat diketahui bahwa puncak absorbansi dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah cairan ekstrak dengan perbandingan pelarut 3:4:16 kemudian 2:4:26, dan yang terakhir 25:4:21. Daerah serapan antosianin ubi jalar ungu terletak pada panjang gelombang 45-6 nm. Dan puncak serapan terletak pada panjang gelombang 53 nm. Puncak serapan atau λ max inilah yang kemudian digunakan untuk menguji cairan ekstrak yang telah diencerkan menggunakan PH 1 dan PH 4,5 pada metode analisa jumlah antosianin. B. Analisis Total Antosianin Ubi Jalar Ungu Setelah dilakukan pengenceran menggukana cairan PH 1 dan PH 4,5 kemudian dilakukan pengujian menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan menggunakan panjang gelombang 53 nm dan 7 nm. Hasil uji spektrofotometer UV-Vis dapat dilihat pada Gbr. 7 dan Gbr. 8.

Absorbansi 1.2 1.8.6.4.2 4 45 5 55 6 65 7 Panjang gelombang (nm) Gbr. 7. Spektrum antosianin yang diencerkan menggunakan PH 1. perbandingan pelarut 2:4:26, perbandingan pelarut 25:4:21, dan perbandingan pelarut 3:4:16. diamati dan dicatat tegangan yang muncul di multi meter setiap 5 menit. Pengambilan data dilakukan selama 1 jam. Setelah dilakukan pengujian tegangan keluaran dari SSPT, data yang diperoleh dapat digrafikkan menjadi seperti Gbr. 9. Tegangan (mv) 7 6 5 4 3 2 1 Absorbansi 1.2 1.8.6.4.2 4 45 5 55 6 65 7 Panjang gelombang (nm) Gbr. 8. Spektrum antosianin yang diencerkan menggunakan PH 4,5. perbandingan pelarut 2:4:26, perbandingan pelarut 25:4:21, dan perbandingan pelarut 3:4:16. Jumlah antosianin yang terkandung dalam cairan ekstrak kemudian dihitung dengan menggunakan persamaan Ref. [6]. A ( Aλvis max A7 ) ( A max 7 ) ( 1) PH1 λvis A PH 4.5 = ( A MW DF 1 ) ( ε 1) ( 2) = Antosianin Dengan menggunakan persamaan (1) dan persamaan (2) diperoleh hasil perhitungan jumlah antosianin yaitu untuk perbandingan pelarut methanol:asam asetat:aquades (2:4:26) menghasilkan jumlah antosianin sebanyak 14,725 mg/1 gr. Untuk perbandingan pelarut methanol:asam asetat:aquades (25:4:21) menghasilkan antosianin 27,85 mg/1 gr. Dan yang terakhir perbandingan pelarut methanol:asam asetat:aquades (3:4:16) antosianin yang dihasilkan sebanyak 31,16 mg/1 gr. Dari data diatas hubungan perbandingan pelarut dengan jumlah antosianin adalah semakin sedikit methanol dan semakin banyak aquades yang digunakan maka jumlah antosianin yang deporoleh akan semakin sedikit. Sebaliknya, semakin banyak menthanol yang digunakan dan semakin sedikit aquades maka jumlah antosisnin yang didapatkan akan semakin banyak. C. Pengujian Tegangan SSPT Dilakukan pengujian tegangan keluaran dari SSPT menggunakan multi meter digital FLUKE. Kemudian 1 2 3 4 5 6 Waktu (menit) Dye direndam dalam larutan perbandingan 2:4:26 Dye direndam dalam larutan perbandingan 25:4:21 Dye direndam dalam larutan perbandingan 3:4:16 Gbr. 9. Grafik tegangan terhadap waktu. Dari Gbr. 9 dapat dilihat bahwa tegangan keluaran yang dihasilkan SSPT untuk TiO 2 yang direndam dalam cairan antosianin dengan perbandingan pelarut 2:4:26 adalah yang paling kecil. Rata-rata tegangan yang muncul adalah 53 mv. Kemudian untuk TiO 2 yang direndam dalam cairan antosianin dengan perbandingan pelarut 25:4:21 tegangannya lebih tinggi dengan rata-rata teganganya 617 mv. Dan yang terakhir TiO 2 yang direndam dalam cairan antosianin dengan perbandingan pelarut 3:4:16 menghasilkan tegangan yang paling tinggi diantara yang lainnya dengan rata-rata sebesar 679,3 mv. Selain itu tegangan yang dihasilkan oleh tiga SSPT tegangannya relatif konstan dan tidak mengalami penurunan tegangan yang signifikan. Tegangannya mampu bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama. IV. KESIMPULAN Perbandingan pelarut yang optimal untuk mengekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) adalah methanol:asamasetat:aquades = 3:4:16 yang menghasilkan antosianin sebanyak 31,16 mg /1 gr. Semakin banyak jumlah antosianin yang digunakan untuk merendam TiO 2 maka tegangan yang dihasilkan oleh SSPT menjadi semakin besar. DAFTAR PUSTAKA [1] Akhiruddin Maddu, Mahfuddin Zuhri, dan Irmansyah, 27, Penggunaan Ekstrak Antosianin Kol Merah sebagai Fotosensitizer pada Sel Surya TiO2 Nanokristal Tersensitisasi Dye, Makara, Teknologi, Vol. 11 No. 2. [2] M. Gratzel, 23, Dye-sensitized solar cells, Journal of Photochemistry and Photobiology C: Photochemistry Reviews 4 (23) 145-153. [3] Maya. S.W.K, Gontjang. P, 212, Studi Awal Fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan Menggunakan Ekstraksi Daun

Bayam (Amaranthus hibridus L.) Sebagai Dye Sensitizer dengan Variasi Jarak Sumber Cahaya Pada DSSC, ITS, Surabaya. [4] T. Marinado, 29, Photoelectrochemical Stidies of Dye-Sensitized Solar Cell Using Organik Dyes, Stockholm. [5] Sri Winarti, Ulya Sarofa, Dhini Anggraeni, 28, Ektraksi dan Stabilitas Warna Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Sebagai Pewarna Alami, Jurnal Teknik Kimia. Vol.3, No.1. [6] M. Monica Giusti, Ronald E. Wrolstad, 21, Characterization and Measurement of Anthocyanins by UV-Visible Spectroscopy, Current Protocols in Food Analytical Chemistry F1.2.1-F1.2.13.