SERI KEJUARAAN NASIONAL RC ADVENTURE 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KOMPETISI RC ROCK CRAWLING

IRC² INDONESIAN RC CRAWLERS

PERATURAN ROBOT. Prodistik Competition in IT New Generation

P U P SCO 4X4 INDONESIAN SUPER SPECIAL STAGE COMPETITION 2012

Peraturan Lomba Jaringan Komputer

ROBOTICS REGIONAL COMPETITION 2018

The Food Expert s Rescue

Peraturan Lomba Robot dan Arduino: Fun with S.T.E.M 2018 Versi 1 1. TRANSPORTER-BOT

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

WWBP INDURO 2017 INFORMASI TEMPAT ACARA DAN PETA TRACK

PANDUAN LOMBA TUNJUKKAN KARYAMU

PERATURAN SPEED OFF ROAD

MUHAMMADIYAH LINE TRACER COMPETITION

REGULASI INDONESIA GRAVITY SERIES KLANGON RELOAD ) Jenis lomba : Individual Downhill - DHI. 2) Kategori peserta : No Kategori Tahun lahir Umur

SOAL PSIKOTEST KEMAMPUAN TEKNIKAL

PERATURAN SPEED OFF ROAD

PENGEMBANGAN PENYAMBUNGAN BODY DAN CHASSIS MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA)

LATAR BELAKANG Automation Week 2017 Fire Fighting Roboboat (FFR)

RANGKAIAN KEJUARAAN NASIONAL SPEED OFF ROAD b. Kejuaraan ini memperebutkan gelar :

MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II

KATA PENGANTAR. Surabaya, Juli 2017

IKATAN MOTOR INDONESIA EDISI : 2013 PERLOMBAAN SPEED OFF ROAD

PERATURAN ADVENTURE OFF ROAD

PANDUAN ROBO LINE CONTEST 2011

J S T C JAPAN SUPER TOURING CHAMPIONSHIP

PERATURAN UMUM SERI Indonesia Night City Slalom 2014

REGULASI SOUND FIGHTER 2015 ATURAN UMUM

TOR [Term of Reference] Kontes Robo Line Follower

REGULASI OLD SKOOL RACING CHAMPIONSHIP 2016

PERATURAN PERLOMBAAN MUD RACING INDONESIAN OFFROAD FEDERATION. PMR-IOF-2009 Rev 04 Date 21-April-2009

Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno

BUKU PANDUAN E-TIME 2018

SEMANGAT MUDA ROBOT INDONESIA

INDONESIA PERATURAN PERMAINAN

PERATURAN UMUM SERI Indonesia Extreem Slalom Challenge 2014

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KATEGORI 1-2 SD Wedo Speed Building and Programming (Roaring Lion)

Simple & Powered Machines Category Ball in Box

INDONESIA PERATURAN PERMAINAN

RACE BOOK. MTB ENDURO SERI Desember 2016 Cikole, Lembang, Jawa Barat

REGULASI SOUND FIGHTER 2016 ATURAN UMUM JADWAL KONTES JUMLAH PESERTA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

2. Syarat dan Ketentuan 2.1 Peserta RC Transporter adalah yang berumur <14 tahun (Primary). 2.2 Satu Tim terdiri dari (MAX) 2 orang.

Mazesolving Programming 1

LINE FOLLOWER ROBOTICS COMPETITION

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

Apabila berat roda didistribusikan merata pada poros roda, titik tertentu dari roda akan dapat berhenti pada segala posisi. Dalam kondisi semacam ini

Volume F3U-INA Radio Control Drone Racing Edisi 2017

Bab 7 MENGGUNAKAN JACKING, BLOCKING AND LIFTING PADA BENGKEL OTOMOTIF

Regulasi balap Vespa Balap Indonesia tahun Dibukukan pada tanggal 30, bulan Januari 2016 REV KE 8, Januari 2016 REGULASI BALAP 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SUNDAY RACE SPRINT RALLY 2014

SOAL PREDIKSI MATEMATIKA TEKNIK 2011 TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 MATEMATIKA TEKNIK

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

TOR [Term Of Reference] Kontes Robo Line Follower

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN TEKNIK OTOMOTIF

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

MECHANICAL AND MARINE ENGINEERING NATIONAL EXPOSITION 2017 HOVERCRAFT COMPETITION HANDBOOK

PETUNJUK PELAKSANAAN LOMBA LF (LINE FOLLOWER)

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear )

BAB II SIRKUIT DRAG RACE

MECHANICAL AND MARINE ENGINEERING NATIONAL EXPOSITION 2017 AEROMODELLING COMPETITION HANDBOOK

4/20/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University

BAB III BALANS RODA/BAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gambar 4.1 Seteering gear box

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN

PERATURAN UMUM SERI. Permanent Office Address : Jl. Petogogan I/IV No. 5 Gandaria Utara - Kebayoran Baru Jakarta Selatan

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.

Kecepatan rata-rata perjalanan = jarak total : waktu total = 80 km : 8 jam = 10 km/jam (C)

GERAK MELINGKAR. = S R radian

Pilihlah jawaban yang paling benar!

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

INDEX PERATURAN KEJUARAAN NASIONAL SLALOM. IKATAN MOTOR INDONESIA Edisi : 2013

PERATURAN PELENGKAP PERLOMBAAN (draft update 4414)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAIHATSU DRESS-UP CHALLENGE (DDC) 2017 REGULATION

ECO RACE RC BOAT COMPETITION HANDBOOK MECHANICAL & MARINE NATIONAL EXPOSITION 2016

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

Panduan Kompetisi GO IRO [IMAC 2015]

MODIFIKASI SISTEM HEADLAMP LIVINA DENGAN PERGERAKAN ADAPTIVE

Lompat jangkit ( Triple Jump ) 1

KISI KISI UJI COBA SOAL

PERATURAN KEJUARAAN NASIONAL SPRINT RALLY

2 sektoral semata, namun lebih dimaksudkan untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana diuraikan di atas. Pemer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMPLE MACHINE ROBOT Robotic Competitions EEDAYS ITB 2017

PERUBAHAN PERATURAN BALAP MOTOR TAHUN 2017

REGULASI SOUND FIGHTER 2016 ATURAN UMUM JADWAL KONTES JUMLAH PESERTA

2. Di antara bilangan-bilangan berikut, hanya ada satu yang habis membagi , yaitu. c. 1 d.

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP

BAB III METODE PENELITIAN. semata-mata bertujuan mengetahui keadaan objek atau peristiwa tanpa suatu

Indonesia Electric Vehicle Competition 2009 (IEVC 2009) ini mengangkat tema : Green Energy for Better Life.

TUGAS AKHIR ) Pembimbing MSIE. 1. Ir. Farry Firman, 2. Ir. Rakhma Oktavina, MT. Universitas Gunadarma 1. Teknik Industri

Transkripsi:

I. REGULASI 1. Pembagian Kelas : Kelas yang akan di lombakan dubagi menjadi 2 : - Kelas Scale 1.9 - Kelas FFA (bebas) 2. Ketentuan Kelas Scale 1.9 : A. Sasis : A.1. Pada kelas scale 1.9, harus menggunakan sasis model ladder frame. A.2. Tidak diperbolehkan menggunakan sasis tubular. A.3. Penambahan frame tubular yang ditempelkan langsung pada sasis ladder diperbolehkan. A.4. modifikasi sasis diperbolehkan seperti pemotongan sasis depan, dan pemotongan sasis belakang, asalkan pemotongan sasis pada bagian depan tidak lebih pendek dari link steering, dan pada bagian belakang tidak lebih pendek dari bonggol gardan belakang. Bila hal tersebut terjadi maka kendaraan akan di masukkan kedalam kelas FFA sasis ladder frame standar bonggol gardan sasis ladder frame dipotong pada bagian depan & belakang link steering SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 1

A.5. Penggunaan Bumper depan dan belakang bebas (boleh digunakan atau tidak), asalkan bumper ditempelkan pada sasis. B. Body : B.1. Body yang digunakan bebas, baik hard body maupun body polycarbonad. B.2. Ukuran body yang diperbolehkan lebih kurang body 1 : 10. B.3. Body tidak boleh lebih kecil dari sasis. B.4. pemotongan bodi diperbolehkan asalkan bentuk utuh dari bodi masih terlihat. B.5. penggunaan body open wheel (tanpa spakbord) tidak diperbolehkan pada kelas ini. penggunaan body pick up penggunaan body dengan at deck spakbord spakbord yg dipotong penggunaan body yang dipotong bagian belakangnya dan sasis serta roda belakang dibiarkan terbuka penggunaan body yang dipotong bagian depan & belakangnya sasis serta roda belakang dibiarkan terbuka open wheel open wheel SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 2

C. Roda: C.1. Pada kelas ini ukuran lingkar veleg yang di perbolehkan adalah 1.9 inch C.2. Ukuran lingkar terluar dari ban sesuai dengan bawaan pabrikan C.3. Tidak diperbolehkan menggunakan ban yang dimodifikasi baik bentuk kembangan tapak ban, ukuran ban. C.4. Tidak diperbolehkan menambahkan alat bantu pada ban (seperti rante, paku). C.5. Penggunaan pemberat dibagian dalam ban diperbolehkan D. Penggerak Roda: D.1. Pada kelas diwajibkan menggunakan mobil berpenggerak roda 4x4 dengan sistem shaft driven axle D.2. Penggerak roda dengan sistem motor on axle tidak diperbolehkan D.3. Tidak diperbolehkan menggunakan sistem disconect pada transmisi, yang dapat memutuskan daya gerak masing-masing roda. gear box motor penggerak as penghubung (kopel) motor penggerak transmisi Gardan (axle) E. Sistem elektrikal dan pembangkit tenaga: E.1. Kendaraan yang diperbolehkan hanyalah kendaraan dengan tenaga battery E.2. Penggunaan jenis batttery dan tegangan yang dipergunakan bebas E.3. Penggunaan Motor Penggerak dan ESC bebas E.4. Penggunaan servo dan peletakannya bebas E.5. Penggunaan alat elektrikal tambahan yang bertujuan meningkatkan kemampuan diperbolehkan SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 3

E.6. E.7. Demi keamanan seluruh perangkat elektronik dianjurkan untuk dibuat menjadi tahan air (water proof), atau menggunakan perangkat elektronik yang water proof. Demi keamanan seluruh perangkat elektronik harus di tata dengan baik Apabila kendaraan tidak memenuhi salah satu ketentuan di atas maka kendaraan tersebut akan di masukkan ke dalam kelas FFA 3. Ketentuan Kelas Scale FFA : A. Sasis : A.1. Pada kelas FFA, penggunaan sasis bebas A.2. Diperbolehkan menggunakan sasis tubular. A.3. modifikasi sasis diperbolehkan seperti pemotongan sasis depan, dan pemotongan sasis belakang. B. Body : B.1. Body yang digunakan bebas, baik hard body maupun body polycarbonad. B.2. Penggunaan sasis bodyless diperbolehkan B.3. Body tidak boleh lebih kecil dari sasis. B.4. Pemotongan bodi diperbolehkan B.5. Penggunaan body open wheel diperbolehkan C. Roda: C.1. Pada kelas ini ukuran lingkar veleg maksimal yang di perbolehkan adalah 2.2 inch C.2. Diperbolehkan menggunakan ban yang dimodifikasi baik bentuk kembangan tapak ban, ukuran ban. C.3. Tidak diperbolehkan menambahkan alat bantu pada ban (seperti rante, paku). C.4. Penggunaan pemberat dibagian dalam ban diperbolehkan D. Penggerak Roda: D.1. Pada kelas diwajibkan menggunakan mobil berpenggerak roda 4x4 dengan sistem shaft driven axle D.2. Penggerak roda dengan sistem motor on axle tidak diperbolehkan D.3. Tidak diperbolehkan menggunakan sistem disconect pada transmisi, yang dapat memutuskan daya gerak masing-masing roda. SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 4

E. Sistem elektrikal dan pembangkit tenaga: E.1. Kendaraan yang diperbolehkan hanyalah kendaraan dengan tenaga battery E.2. Penggunaan jenis batttery dan tegangan yang dipergunakan bebas E.3. Penggunaan Motor Penggerak dan ESC bebas E.4. Penggunaan servo dan peletakannya bebas E.5. Penggunaan alat elektrikal tambahan yang bertujuan meningkatkan kemampuan diperbolehkan. E.6. Demi keamanan seluruh perangkat elektronik dianjurkan untuk dibuat menjadi tahan air (water proof), atau menggunakan perangkat elektronik yang water proof. E.7. Demi keamanan seluruh perangkat elektronik harus di tata dengan baik 4. Ketentuan Lintasan lomba (track) 1. Lintasan terbuat dari tanah dengan kontur yang disesuaikan pada kebutuhan masingmasing lomba. 2. Banyaknya lintasan pada setiap lomba disesuaikan dengan jumlah Special Stage (SS) pada masing masing kelas. Misalnya tiap kelas terdiri dari 4 SS, maka jumlah lintasan bisa berjumlah 8 lintasan, artinya masing masing kelas tiap SS nya berlomba pada lintasan yang berbeda-beda. Bisa juga tiap kelas terdiri dari 4 SS, namun jumlah lintasannya hanya 4 buah, artinya tiap lintasan di jadikan SS yang sama untuk masingmasing kelas. sebagai contoh : - Lintasan I, Ss1 : kelas Scale 1.9 kemudian kelas FFA - Lintasan II, Ss1 : kelas Scale 1.9 kemudian kelas FFA - Lintasan III, Ss1 : kelas Scale 1.9 kemudian kelas FFA - Lintasan IV, Ss1 : kelas Scale 1.9 kemudian kelas FFA 3. Panjang lintasan disesuaikan dengan waktu pelaksanaan lomba dan jumlah peserta 4. Penambahan lintasan berupa rintangan berupa kolam lumpur, jembatan kayu, jugkatjungkit, sungai buatan, hamparan batu diperbolehkan 5. Pembatas lintasan menggunakan Police line yang di tempelkan dengan tiang patok penyangga dengan ketinggian maksimal tidak melebihi dari kap motor kendaraan scale 1.9 (lebih kurang 10 cm dari tanah). 6. Lebar lintasan minimal 16 inch atau lebih kurang 40 cm 7. Pada lintasan lomba harus bersih dari rumput atau alang-alang yang menutupi lintasan lomba. 8. Apabila memungkinkan lintasan terbebas dari blank spot 9. Lintasan harus mengutamakan keselamatan dan keamanan peserta. SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 5

SERI KEJUARAAN NASIONAL min 16 ine police l inch / 4 0 cm pat ok 10 cm SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 6

II. SISTEM PENILAIAN Penilaian peserta hanya ditentukan oleh akumulasi waktu tempuh dan pinalti yang dikenakan pada tiap tiap SS. Artinya pemenang lomba pada tiap seri hanya ditentukan oleh waktu tempuh tercepat dan pinalti terkecil. 1. Jenis Penalti dan jumlah hukuman : 1. Banner (memutuskan Banner), hukuman waktu 5 detik : Apabila kendaraan ataupun peserta sengaja ataupun tidak sengaja memutuskan banner pada lintasan pada saat berlangsungnya suatu SS 2. Patok (merubuhkan Patok), hukuman waktu 5 detik Apabila kendaraan ataupun peserta sengaja ataupun tidak sengaja merubuhkan patok pada lintasan pada saat berlangsungnya suatu SS 3. Reposisi, hukuman waktu 10 detik : Apabila kendaraan peserta terbalik (klontang) didalam lintasan dan hanya apabila kendaraannya tidak bisa membalikkan sendiri, maka pada saat kendaraan di balikkan oleh Marshal, peserta mendapatkan penalti Reposisi. 4. Recovery, hukuman waktu 20 detik Penalti Recovery diberikan kepada peserta yang tidak mampu melewati rintangan pada lintasan, dengan syarat peserta harus mencoba rintangan tersebut sebanyak 3 kali percobaan, apabila pada percobaan ke-3 peserta masih juga tidak dapat melewati rintangan tersebut, makla kendaraan akan dipindahkan oleh marshal melewati rintangan tersebut, dan peserta mendapatkan penalti Recovery. 5. OUT (Keluar Lintasan) hukuman waktu Reposisi, 10 detik Peserta dinyatakan OUT apa bila ke 4 roda kendaraan berada di luar lintasan yang dibatasi oleh Banner. 6. Reparasi Reparasi tidak diberikan penalti waktu tambahan Pada saat reparasi dilakukan waktu tempuh terus berjalan. Reparasi hanya dilakukan di lintasan dan diberikan waktu 3 menit. Apabila reparasi selesai dibawah 3 menit, maka peserta dapat melanjutkan SS tersebut SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 7

dengan waktu terus berjalan. Apabila reparasi tidak selesai dalam waktu 3 menit, maka peserta dinyatakan DNF. dan ditambahkan penalti BWTM (Batas Tempuh Waktu Maksimum) 7. BWTM (Batas Waktu Tempuh Maksimum) Penalti BWT diberikan kepada peserta yang tidak mampu menyelesaikan SS di bawah batas waktu tempuh maksimum yang telah ditentukan pada masing-masing SS. Lamanya BWTM pada masing-masing SS berbeda beda. Penentuan BWTM didasari pada lamanya waktu tempuh Zero Car melintasi SS dikalikan 2.5 ditambah 1 menit 30 detik Misalnya Zero Car menempuh SS tersebut dengan waktu 2 menit 15 detik, maka BWTM menjadi 2 15 X 2,5 = 4 30, 4 30 + 1 30 = 6, Jadi lamanya BWTM adalah 6 menit 8. DNF (Dit Not Finish), dengan hukuman waktu BWTM : Apabila karna suatu sebab kendaraan tidak dapat menyelesaikan lintasan, maka peserta dinyatakan DNF, dan diberikan hukuman waktu tambahan sebesar lamanya BWTM. Misalnya peserta menempuh suatu SS dengan BWTM 7 menit, dan ditengah SS kendaraan peserta mengalami ESC jebol peserta sudah menempuh waktu 1 menit 30 detik dan belum terkena penalti lainnya, peserta tidak dapat menyelesaikan SS tersebut, maka peserta langsung dinyatakan DNF dan hasil waktu tempuh peserta tersebut ditambahkan pinalti BWTM jadi waktu tempuh :1 30 + BWTM : 7 = total waktu peserta pada SS tersebut adalah 8 30 9. DNS (Did Not Start), dengan hukuman waktu DNS : Pinalti DNS diberikan kepada peserta yang seharusnya Start pada suatu SS namun karena satu hal peserta tidak dapat mengikuti SS tersebut, maka peserta dinyatakan DNS dan dan pada score card peserta langsung dekenakan pinalti DNS. Besarnya Pinalti DNS ditentukan dari Waktu BWTM + 2 menit 30 detik. misalnya besarnya BWTM adalah 7 menit, maka DNS adalah 7 + 2 30 = 9 30 Bentuk Score Card (terlampir) SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 8

KEJUARAAN NASIONAL SERI... Kota, Hari, Bulan, Tahun Nama : No. Lambung : Kelas : SS : Banner Patok Reposisi Recovery BWTM TTD Marshal TTD Peserta Waktu Tempuh Total Waktu

III. PENENTUAN PEMENANG Pemenang pada masing-masing seri ditentukan dari total waktu tercepat pada masingmasing kelas. 1. Pada Kelas Scale 1.9, urutan pemenang adalah sebagai berikut. - Urutan waktu tercepat 1 s/d 10 dikelompokkan pada kategori Sidit. Pemenangnya diambil dari urutan I, II, III dari kelompok tersebut. - Urutan waktu tercepat 11 s/d 20 dikelompokkan pada kategori Non Sidit. Pemenangnya diambil dari urutan I, II, III dari kelompok tersebut. 2. Pada Kelas FFA tidak ada pengelompokan pemenang seperti Kelas Scale 1.9. Total waktu tercepat I, II, III adalah pemenangnya. IV. PENENTUAN JUARA UMUM Juara umum ditentukan oleh jumlah point tertinggi yang di kumpulkan dari keseluruhan seri oleh masing-masing peserta pada tiap kelasnya, tanpa melihat kategori sidit maupun non sidit. Adapun point yang di peroleh oleh peserta pada tiap-tiap seri kejurnas adalah sebagai berikut : A. Posisi 1s/d 5 selisih point adalah 4 point - Posisi 1 = 100 Point (juara I) - Posisi 2 = 96 Point (juara II) - Posisi 3 = 92 Point (Juara III) - Posisi 4 = 88 Point - Posisi 5 = 84 Point B. Posisi 6 s/d 10 selisih point adalah 2 point - Posisi 6 = 82 Point - Posisi 7 = 80 Point - Posisi 8 = 78 Point - Posisi 9 = 76 Point - Posisi 10 = 74 Point SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 10

C. Posisi 11 s/d seterusnya selisih point adalah 1 point - Posisi 11 = 73 Point - Posisi 12 = 72 Point - Posisi 13 = 71 Point - Posisi 14 = 70 Point - Posisi 15 = 69 Point dan seterusnya SERI KEJUARAAN NASIONAL HAL : 11