Konsep Dasar. Modul 1 PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1 Besaran dan Pengukuran

BESARAN, SATUAN & DIMENSI

Pentalogy BIOLOGI SMA

Fisika Umum (MA 301)

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

Fisika Dasar I (FI-321)

Pengukuran Besaran Fisis

Angka Penting. Sumber Gambar : site: gurumuda.files.wordpress.com. Angka Penting

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

Rudi Susanto, M.Si VEKTOR

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

MODUL PERTEMUAN KE 2. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Definisi Vektor, Komponen Vektor, Penjumlahan Vektor, Perkalian Vektor.

TKS-4101: Fisika. Kontrak Kuliah dan Pendahuluan J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS OLEH

BESARAN, SATUAN, DIMENSI DAN ANGKA PENTING 1.1

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

A x pada sumbu x dan. Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com. 2. Vektor. 2.1 Representasi grafis sebuah vektor

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan.

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

BAB I BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

Komponen Perkuliahan dan Evaluasi: UTS dan UAS Kuis sebelum UTS dan sebelum UAS Tugas & Tes

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan.

Tabel 1.1. Jenis-jenis Besaran Pokok

BESARAN VEKTOR B A B B A B

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran

BESARAN DAN PENGUKURAN

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

B a b 2. Vektor. Sumber:

RUANG LINGKUP ILMU FISIKA

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI

FISIKA 9/13/2012. Physics for Scientists and Engineers - Serway/Jewett 6 th Ed/7 th Ed. *TUGAS (PR 2 setelah UTS) = 10% *UTS = 30%

BESARAN, SATUAN DAN VEKTOR

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

BAB II BESARAN VEKTOR

PENGUKURAN DIMENSI DAN KONVERSI SATUAN

TUJUAN UMUM. Memberikan konsep-konsep dan prinsipprinsip dasar fisika yang diperlukan untuk belajar fisika lebih lanjut atau ilmu

Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya

BAB I OBJEK ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN PENGAMATANNYA

BAB I BESARAN DAN SATUAN

Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran.

MENGUKUR: membandingkan sesuatu dengansesuatu lain yang sejenisyang ditetapkan sebagai satuan

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

BAB I BESARAN SATUAN DAN ANGKA PENTING

BAB 2 ANALISIS VEKTOR

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

Vektor Ruang 2D dan 3D

MODUL MATA PELAJARAN IPA

Di unduh dari : Bukupaket.com

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll.

1. Besaran-besaran di bawah ini yang bukan termasuk besaran vektor adalah...

Selamat Datang Di Perkuliahan. Fisika Umum (MA 301) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN.

BAB I BESARAN & PENGUKURAN --- alifis.wordpress.com

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN

Analisis Vektor. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

BESARAN SKALAR DAN VEKTOR. Besaran Skalar. Besaran Vektor. Sifat besaran fisis : Skalar Vektor

Fis i ik i a k Dasar F ku k l u t l a t s Fa F rmasi 23:06:40 K nt n ra r k Pe P r e ku k liahan Fisika k Dasar ( 2 S K S S K )

BAB 1 : Besaran Dan Vektor

HIDROLIKA I. Yulyana Aurdin, ST., M.Eng

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

BAB II DEFINISI DAN SATUAN. Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International

fi5080-by-khbasar BAB 1 Analisa Vektor 1.1 Notasi dan Deskripsi

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B

Mengukur Besaran dan Menerapkan Satuannya

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Pengantar KULIAH MEDAN ELEKTROMAGNETIK MATERI I ANALISIS VEKTOR DAN SISTEM KOORDINAT

ujung vektor A bertemu dengan pangkal vektor B

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

BESARAN, SATUAN DAN DIMENSI. Silabus

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

Standar Kompetensi Lulusan. Memahami prinsip-prinsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif

BAB 1 PENDAHULUAN. Diktat-elemen mesin-agustinus purna irawan-tm.ft.untar

LATIHAN UJIAN NASIONAL

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GENAP

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

BAB I BESARAN DAN SATUAN

Pengukuran, Besaran, dan Satuan

DIMENSI, BESARAN DAN SATUAN. MUH. ARAFAH, S.Pd. website://arafahtgb.wordpress.com

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

Pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan.

MATERI PENGAYAAN FISIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL

FISIKA XI SMA 3

VEKTOR. Besaran skalar (scalar quantities) : besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Contoh: jarak, luas, isi dan waktu.

L mba b ng n g d a d n n n o n t o asi Ve V ktor

Transkripsi:

Modul 1 Konsep Dasar Drs. Yurizal Rahman Drs. Mulyatno, M.Si. F PENDAHULUAN isika adalah ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatian pada fenomena-fenomena alam. Sebagai ilmu pengetahuan alam, fisika didasarkan pada eksperimen dan pengukuran kuantitatif, atau dengan kata lain, fisika didasarkan pada pengamatan empiris. Dari sejarah perkembangan ilmu fisika ternyata bahwa teori fisika dapat menjelaskan perilaku alam dengan menggunakan hukum-hukum dasar yang bentuknya sederhana dan tidak terlalu banyak. Hukum-hukum dasar fisika pada umumnya diformulasikan dalam bahasa matematika dengan maksud agar dapat menjembatani antara teori dan eksperimen. Dalam sejarah perkembangannya, sering muncul perbedaan antara teori dan eksperimen. Hal ini memotiasi para fisikawan untuk menemukan teori atau konsep-konsep baru agar lebih dapat menjelaskan hasil eksperimen. Sebagai contoh, hukum-hukum dasar fisika tentang gerak, yang ditemukan oleh Newton pada abad ke-17, ternyata tidak cocok untuk mendeskripsikan gerak dengan kecepatan yang sangat tinggi (mendekati kecepatan cahaya, di mana kecepatan cahaya besarnya 3 10 8 meter per detik). Oleh karena itu, muncul teori baru yang dikenal sebagai teori relatiitas Einstein yang dapat menjelaskan sifat gerak pada kecepatan yang sangat tinggi, sekaligus merupakan bentuk yang lebih umum dari hukum-hukum Newton. Demikian teori-teori baru terus bermunculan hingga saat ini, sebagai upaya para fisikawan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang ada di alam semesta. Dalam modul ini Anda akan mempelajari secara garis besar ruang lingkup ilmu fisika serta pengantar ke mekanika, yaitu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang gerak benda. Di sini dapat Anda pelajari pengertian dasar tentang besaran, satuan dan dimensi. Selain itu juga akan Anda pelajari tentang hitung ektor, yaitu perangkat matematika yang

1. Fisika Dasar I dipergunakan untuk membahas mekanika. Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan ruang lingkup ilmu fisika dan perkembangannya;. menjelaskan tentang besaran, satuan dan dimensi; 3. menjelaskan dan menggunakan sistem satuan standar; 4. menggunakan konsep hitung ektor dalam menyelesaikan masalah fisika.

FISD411/MODUL 1 1.3 Kegiatan Belajar 1 Besaran, Satuan, dan Dimensi A. BESARAN DAN SATUAN Suatu sistem yang diamati di dalam fisika mempunyai sifat-sifat sistem. Sifat sistem yang dapat diukur secara kuantitatif di dalam fisika dikenal sebagai besaran (quantity). Dalam fisika dikenal adanya besaran dasar dan besaran turunan. Dalam fisika dikenal beberapa besaran dasar antara lain panjang, massa, waktu, temperatur mutlak, kuat arus listrik, intensitas cahaya, dan sebagainya. Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran dasar. Contoh besaran turunan adalah luas, olume, kecepatan, percepatan, dan energi. Karena sifatnya yang kuantitatif (dapat diukur) maka setiap besaran mempunyai ukuran yang disebut satuan (unit). Mengukur pada dasarnya adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang sudah dianggap standar. Setiap negara, atau setiap daerah, mempunyai sistem satuan masing-masing sebagai cara menyatakan ukuran dari besaran sehingga setiap besaran dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk satuan. Sebagai contoh, besaran panjang, dapat dinyatakan dengan satuan meter, kilometer, hasta, feet. Karena ada banyak sistem satuan di dunia ini maka para fisikawan menganggap perlu menyusun suatu sistem satuan standar. Pada tahun 1960 suatu komite internasional menetapkan suatu sistem satuan untuk besaranbesaran dasar. Sistem satuan ini kemudian dikenal sebagai Sistem Internasional (SI). Satuan dari besaran dasar menurut SI seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Besaran dasar dan sistem satuan (SI). Besaran Simbol Besaran Satuan Simbol Satuan Massa m kilogram kg Panjang l meter m Waktu t detik (second) s Arus Listrik I ampere A Temperatur Mutlak T kelin K Jumlah Zat n mol mol Intensitas Cahaya I candela cd Catatan: Simbol besaran ditulis dengan huruf miring (italic) dan simbol satuan ditulis dengan huruf tegak (normal).

1.4 Fisika Dasar I B. BEBERAPA DEFINISI SATUAN STANDAR 1. Kilogram Pada awalnya satu kilogram didefinisikan sebagai besarnya massa yang sama dengan massa sebuah silinder yang terbuat dari bahan platina-iridium yang tersimpan di Biro Pengukuran dan Satuan Standar di Seres, Perancis. Besarnya massa ini sama dengan massa satu liter air murni pada temperatur 0 o C. Pada perkembangan selanjutnya, sesuai dengan perkembangan ilmu fisika modern, satu kilogram didefinisikan sebagai massa yang sama dengan 1 massa sebuah proton. Proton adalah partikel elementer 7 6,7 10 penyusun inti atom (nuklir).. Meter Pada awalnya satu meter didefinisikan sebagai panjang yang sama dengan panjang meter standar yang berupa sebuah batang yang terbuat dari bahan platina-iridium yang tersimpan di Biro Pengukuran dan Satuan Standar 1 di Seres, Perancis. Panjang meter standar ini sama dengan 7 4 10 panjang diameter bumi. Pada perkembangan selanjutnya, sesuai dengan perkembangan ilmu fisika modern, panjang satu meter didefinisikan sebagai panjang yang sama dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombang radiasi merah-jingga yang dihasilkan atom Kripton. 3. Detik Pada awalnya satu detik didefinisikan sebagai interal waktu yang sama 1 dengan rata-rata hari matahari (mean solar day). Dengan 86.400 perkembangan ilmu fisika, saat ini satu detik didefinisikan sebagai interal waktu yang sama dengan waktu yang dibutuhkan oleh atom cesium (Cs 133 ) untuk bergetar sebanyak 9.19.631.770 kali. Untuk keperluan praktis sehari-hari, masih dipergunakan ukuran standar yang tersimpan di Seres, Perancis, dan setiap negara menduplikasinya untuk keperluan negaranya masing-masing.

FISD411/MODUL 1 1.5 C. KONVERSI SATUAN Suatu bentuk satuan dapat dinyatakan ke dalam bentuk satuan lainnya yang dikenal sebagai konersi satuan. Contoh salah satu bentuk konersi satuan yang menggunakan kelipatan 10 adalah yang menggunakan istilah (awalan) dan simbol, seperti pada Tabel 1.. Tabel 1.. Beberapa istilah untuk konersi satuan. Istilah Simbol Kuantitas Istilah Simbol Kuantita s giga G 10 9 deci d 10-1 mega M 10 6 centi c 10 - kilo k 10 3 mili m 10-3 hekto h 10 mikro µ 10-6 deka da 10 1 nano n 10-9 Sebagai contoh konersi satuan dengan menggunakan Tabel 1. adalah sebagai berikut. 3 1 kg =10 g 1 hg =10 g - 1 cg =10 g -3 1 mg = 10 g 3 1 km =10 m -1 1 dm =10 m - 1 cm =10 m -6 1 µm = 10 m 9 1 Gs= 10 s 3 1 ks= 10 s -3 1 ms= 10 s -9 1 ns = 10 s Selain bentuk konersi seperti di atas, ada pula bentuk konersi yang sifatnya spesifik, seperti contoh berikut ini. 1 1 jam = 60 menit =3600 s = hari 4 1 mil = 1609 m 1 ft = 0,3048 m 1 slug = 14600 g

1.6 Fisika Dasar I D. DIMENSI Dimensi adalah suatu cara menyatakan suatu besaran ke dalam besaran dasarnya. Dimensi dituliskan dengan simbol besaran di dalam tanda kurung tegak. Dimensi besaran dasar, yaitu panjang, massa dan waktu dituliskan sebagai [l], [m] dan [t]. Dimensi berguna untuk menentukan satuan dari suatu besaran turunan. Contohnya diberikan pada Tabel 1.3 berikut ini. Tabel 1.3. Dimensi dan satuan. Besaran Simbol Rumus Dimensi Satuan (SI) Luas A A = panjang lebar [] l [] l= [] l Volume V V = A tinggi [] l [] l= [] l Kecepatan = jarak/waktu 3 [][] l / t= [][] l t 1 (meter kuadrat, atau meter persegi) 3 m (meter kubik) m -1 m/s, atau ms Percepatan a a= / t ( = perubahan) ([][] l / t)[] / t = [][] l / t [][] = l t - m/s, atau ms Gaya F F m a = [ m] [][] l / t = = [ m][][] l / t [ ][][] m l t kg.m/s, atau kg.ms - Contoh 1 Sebuah bola dengan diameter 15 cm massanya 50 g. Tentukan dalam satuan SI: a. Luas permukaan bola. b. Volume bola. c. Massa jenis bola.

FISD411/MODUL 1 1.7 Penyelesaian: Misalkan r adalah jejari bola dan m adalah massa bola, maka 15 15 r= cm= 10 m= 7, 5 10 m -3 m = 50g = 50 10 kg = 0,5 kg a. Luas permukaan bola (A) A= 4 π r = (4)(3,14)(7, 5 10 ) m 7, 07 10 m - b. Volume bola (V) 4 4 V= π r = (3,14)(7,5 10 ) m 1,77 10 m 3 3 3 3 3 3 3 c. Massa jenis bola (ρ) adalah massa bola per satuan olume bola m 0,5 ρ= = kg / m 1,41 10 kg.m 3 V 1, 77 10 3 3 LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 60 km/jam. Berapa kecepatannya dalam m/s? ) Seorang pelari maraton dapat berlari nonstop selama,5 jam. Berapa menitkah itu? 3) Massa sebuah atom tembaga (Cu) adalah 1,06 10 - g. Berapa besar massanya jika dinyatakan dalam SI? 4) Sebuah kubus terbuat dari bahan aluminium (Al) mempunyai olume 0, cm 3 dan massa jenis,7 g/cm 3. Jika berat atom aluminium, M Al = 7 g/mol, dan setiap mol aluminium mengandung 6,03 10 3 atom, berapa banyak atom yang terkandung dalam kubus aluminium tersebut?

1.8 Fisika Dasar I Petunjuk Jawaban Latihan 1) Dengan menggunakan konersi satuan, 1 km = 10 3 m dan 1 jam = 3600 s maka dapat ditentukan besarnya kecepatan mobil dalam satuan m/s. (Jawab: 16,7 m/s). ) (Jawab: 150 menit). 3) Dengan menggunakan konersi satuan, 1 g = 10-3 kg dapat ditentukan massa tembaga dalam satuan kg. (Jawab: 1,06 10-5 kg) 4) Dengan diketahui besarnya massa jenis (ρ) dan olume (V) maka dapat dihitung massa aluminium. m ρ= m= ρv V Kemudian jumlah mol dari aluminium dapat ditentukan dengan rumus, m n= M A1 dan akhirnya dapat ditentukan jumlah atom aluminium tersebut. (Jawab: 1, 10 3 atom). RANGKUMAN Ciri khas dari fisika adalah bahwa ilmu ini didasarkan pada pengukuran. Mengukur suatu besaran adalah membandingkan besaran tersebut dengan besaran standar. Besaran-besaran dasar pada fisika antara lain adalah massa (m), panjang (l) dan waktu (t), masing-masing menurut SI mempunyai satuan kilogram (kg), meter (m) dan detik (s). TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Dimensi dari olume adalah. A. [l][t] B. [l] 3 C. [l][t] D. [l][m][t]

FISD411/MODUL 1 1.9 ) Jika diketahui kecepatan cahaya besarnya 3 10 8 m/s, dan kita definisikan satuan waktu baru, yaitu 1 kedipan = 10 µs maka besarnya kecepatan cahaya dalam satuan m/kedipan adalah. A. 3 10 3 m/kedipan B. 3 10 7 m/kedipan C. 3 10 9 m/kedipan D. 3 10 13 m/kedipan 3) Apabila persamaan gerak suatu partikel dinyatakan dengan s = at, di mana s adalah perpindahan (lintasan) partikel, a adalah konstanta dan t adalah waktu maka dimensi a adalah. A. [l][t] B. [l][t] C. [l] [t] -1 D. [l][t] - 4) Sebuah kapal laut bergerak dengan kecepatan 0 knot. Jika diketahui 1 knot = 1 mil/jam, dan 1 mil = 1,6 km maka besarnya kecepatan kapal tersebut dalam satuan km/jam adalah. A. 0 km/jam B. 7 km/jam C. 3 km/jam D. 37 km/jam 5) Suatu teori atau model fisika yang baik haruslah. A. menggunakan satuan SI B. dapat diuji kebenarannya secara eksperimen C. untuk benda yang berukuran kecil D. menggunakan hukum-hukum Newton Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal

1.10 Fisika Dasar I Arti tingkat penguasaan: 90-100% = baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

FISD411/MODUL 1 1.11 S Kegiatan Belajar Pengantar Hitung Vektor eperti telah disebutkan sebelumnya, dalam mempelajari fisika kita menggunakan matematika sebagai alat untuk mendeskripsikan keadaan suatu sistem maupun hukum-hukum alam. Salah satu metode matematika yang banyak dipergunakan dalam fisika adalah hitung ektor. Metode ini khususnya dipergunakan untuk mendeskripsikan besaran-besaran fisika yang mengandung arah. Besaran fisika yang mempunyai arah disebut besaran ektor. Contohnya adalah kecepatan, percepatan, gaya, momentum, dan sebagainya. Pada mata kuliah Aljabar Linear Elementer, teori ektor dibahas secara luas. Pada modul ini akan diberikan pula bahasan yang sederhana sekadar untuk mengingat kembali materi yang sudah Anda pelajari pada mata kuliah Aljabar Linear Elementer. Dalam Pengantar Hitung Vektor, yang diberikan pada modul ini, Anda akan mempelajari dasar-dasar hitung ektor yang mencakup pengertian dasar dan operasi ektor, dan pembahasannya mengarah pada penerapannya di dalam fisika. A. SISTEM KOORDINAT DAN KERANGKA ACUAN Posisi suatu titik dapat direpresentasikan dengan menggunakan sistem koordinat. Pada sistem koordinat Cartesian dipergunakan sumbu-sumbu koordinat, yang berupa garis lurus (garis bilangan), sebagai garis acuan. Untuk sistem satu dimensi (garis lurus), posisi suatu titik selalu terletak pada garis sumbu. Untuk sistem dua dimensi (bidang datar) dipergunakan dua sumbu koordinat yang saling tegak lurus, biasanya dikenal sebagai sumbu-x dan sumbu-y. Posisi suatu titik P dalam sistem koordinat dinyatakan dengan (x p, y p ), yaitu koordinat titik tersebut terhadap sumbu-x dan sumbu-y. Contoh posisi dari beberapa titik pada sistem koordinat Cartesian diberikan pada Gambar 1.1.

1.1 Fisika Dasar I Gambar 1.1. Titik P, Q dan R pada koordinat Cartesian dua dimensi. Dalam sistem tiga dimensi dipergunakan tiga sumbu koordinat, misalkan sumbu x, y dan z pada sistem koordinat Cartesian. Posisi suatu titik P dinyatakan dengan (x P, y P, z P ), yaitu koordinat titik tersebut terhadap sumbusumbu x, y dan z. Selain sistem koordinat Cartesian juga dikenal sistem koordinat polar. Pada sistem koordinat polar posisi suatu titik dinyatakan dalam (r, θ), di mana r adalah jarak titik terhadap pusat sumbu koordinat, dan θ adalah sudut antara r dan sumbu-x positif (lihat Gambar 1.). Dari Gambar 1. kita dapatkan hubungan: x= r cosθ (1.1) y= r sinθ (1.) y tanθ= (1.3) x r= x + y (1.4) Gambar 1.. Titik P pada koordinat polar.

FISD411/MODUL 1 1.13 Contoh Koordinat sebuah titik pada koordinat Cartesian adalah ( 3, ). Tentukan koordinat titik tersebut pada koordinat polar. Penyelesaian: Lihat Gambar 1.3. x= 3, y= ( ) ( ) r= 3 + = 3,6 y tanθ= = 0, 67 x 3 θ= arctan 0,67 33,7 ( ) Gambar 1.3. Titik P dengan koordinat (-3,-). o Jadi koordinat polar titik tersebut adalah ( 3,6;33,7 ). o B. VEKTOR DAN SKALAR 1. Vektor Dalam fisika dikenal dua macam besaran, yaitu besaran skalar dan besaran ektor. Besaran skalar adalah besaran yang dicirikan oleh besarnya saja dan tidak mempunyai arah. Contohnya adalah massa, olume, energi, dan sebagainya. Besaran ektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Contohnya adalah kecepatan, percepatan, dan gaya.

1.14 Fisika Dasar I Dalam fisika, besaran ektor direpresentasikan dengan gambar anak panah. Arah panah menunjukkan arah ektor, dan panjang anak panah menunjukkan perbandingan besar ektor. Simbol ektor dituliskan dengan huruf cetak tebal atau dengan tanda garis di atasnya. Contoh, ektor kecepatan dituliskan dengan simbol atau. Dua ektor yang berlawanan arah mempunyai tanda yang berlawanan. Contoh representasi ektor dengan gambar, seperti pada Gambar 1.4. Gambar 1.4. Representasi ektor dengan gambar. Contoh besaran ektor yang lain adalah ektor perpindahan atau lintasan yang dituliskan dengan simbol besaran s. Suatu partikel yang bergerak dari titik O ke titik P dapat melalui berbagai macam bentuk lintasan. Pada Gambar 1.5 digambarkan lintasan yang berkelok-kelok. Vektor perpindahan digambarkan sebagai anak panah yang berpangkal di titik O dan berujung di titik P. Jadi pada gambar tersebut ektor perpindahan s= OP. Gambar 1.5. Vektor perpindahan s= OP.

FISD411/MODUL 1 1.15. Vektor Satuan Setiap ektor dapat dituliskan ke dalam ektor satuannya. Sebagai contoh, misalkan û adalah ektor satuan yang searah dengan ektor, dan besar ektor adalah maka ektor dapat dituliskan dalam bentuk = uˆ (1.5) dengan besar ektor satuan u =1. (a) Vektor satuan û yang searah dengan ektor (b) Vektor satuan pada sistem koordinat Cartesian Gambar 1.6. Vektor satuan Gambar 1.6. menyatakan ektor satuan û yang searah dengan. Jadi ektor satuan didefinisikan sebagai ektor yang besarnya (harganya) satu. Vektor satuan dituliskan dengan simbol yang bertanda payung di atasnya. Vektor satuan pada arah sumbu x, y dan z, biasanya dinyatakan dengan simbol iˆ, ˆj dan k ˆ. 3. Penjumlahan Vektor Beberapa ektor (sejenis) dapat dijumlahkan sehingga menghasilkan sebuah ektor baru yang dikenal sebagai ektor resultan. Ada beberapa cara penjumlahan ektor, di antaranya adalah dengan metode jajaran genjang dan metode uraian. Di sini kita akan mempelajari kedua metode ini.

1.16 Fisika Dasar I a. Metode Jajaran Genjang Menjumlahkan ektor dengan metode ini pada prinsipnya adalah membentuk jajaran genjang dari setiap dua ektor yang akan dijumlahkan, dan diagonal panjangnya menyatakan ektor resultannya. Sebagai contoh, misalkan kita akan menjumlahkan dua buah ektor 1 dan, seperti pada Gambar 1.7. Cara menjumlahkan adalah sebagai berikut. 1) Letakkan titik pangkal kedua ektor pada satu titik pangkal (berimpit). ) Bentuklah jajaran genjang dengan sisi-sisi sejajarnya adalah ektor 1 dan. 3) Tariklah diagonal jajaran genjang melalui titik pangkalnya, dan diagonal ini menunjukkan ektor resultan r. Vektor resultan tersebut menyatakan hasil penjumlahan antara ektor 1 dan, atau kita tuliskan = + (1.6) r 1 Besar ektor resultan dinyatakan dengan = + + cosθ (1.7) r 1 1 dengan 1 dan menyatakan besar ektor 1 dan, dan θ adalah sudut yang dibentuk oleh ektor 1 dan. Gambar 1.7. Metode jajaran genjang.

FISD411/MODUL 1 1.17 Jika kita ingin menjumlahkan lebih dari dua ektor maka kita harus membuat jajaran genjang kedua, ketiga, dan seterusnya, dengan ektorektor resultan menjadi salah satu sisi jajaran genjang. Sebagai contoh, misalkan kita akan menjumlahkan tiga buah ektor 1,, 3, seperti pada Gambar 1.8. Gambar 1.8. Penjumlahan 3 buah ektor dengan metode jajaran genjang. Dengan metode jajaran genjang untuk penjumlahan ektor 1 dan kita dapatkan ektor resultan r1. Selanjutnya dengan cara yang sama kita jumlahkan ektor r1 dengan 3 dapat kita tuliskan, menghasilkan ektor resultan r. Jadi = + r1 1 = + = + + r r1 3 1 3 (1.8) (1.9) dengan besar ektornya = + + cosθ (1.10) r1 1 1 = + + cosθ (1.11) r r1 3 r1 3 Demikian dengan cara yang sama kita dapat menjumlahkan banyak ektor dengan metode jajaran genjang.

1.18 Fisika Dasar I Penjumlahan ektor dapat pula berupa pengurangan ektor. Jika ektor r merupakan hasil pengurangan ektor 1 dengan maka dapat kita tuliskan = = + ( ) (1.1) r 1 1 dengan ektor adalah ektor yang besarnya sama dengan tetapi arahnya berlawanan (berbeda 180 o ) dengan ektor. Gambar 1.9 menunjukkan pengurangan ektor yang dinyatakan oleh persamaan (1.1). Dari gambar tersebut besar ektor r dapat dinyatakan dengan = + cosθ (1.13) r 1 1 dengan θ adalah sudut antara ektor 1 dan. Gambar 1.9. Pengurangan ektor. b. Metode Uraian Kita ketahui bahwa dua buah ektor dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah ektor baru yang disebut ektor resultan. Secara logika kita dapat menganggap setiap ektor sebagai ektor resultan yang dapat diuraikan ke dalam komponen-komponennya. Gambar 1.10 menunjukkan penguraian sebuah ektor ke dalam komponen-komponennya. Gambar 1.10.a menunjukkan uraian ektor ke dalam komponen-komponennya pada arah sebarang. Vektor dan adalah komponen dari ektor. Gambar 1.10.b

FISD411/MODUL 1 1.19 menunjukkan uraian ektor pada sistem koordinat Cartesian dengan x dan y masing-masing adalah ektor komponen pada arah sumbu x dan y. Gambar 1.10. Uraian ektor. (a) pada sebarang arah, (b) pada arah sumbu x dan y. Vektor dapat dinyatakan sebagai = + x y (1.14) Jika iˆ dan ˆj menyatakan ektor-ektor satuan pada arah sumbu x dan y maka komponen ektor dapat kita tuliskan sebagai ˆ = i dan = ˆj x x y y (1.15) dengan x dan y masing-masing menyatakan besar ektor dengan menggunakan ektor satuan dapat kita tuliskan x dan. Jadi y = iˆ+ ˆj x y (1.16) Jika ektor arahnya membentuk sudut θ terhadap sumbu x positif maka besarnya ektor komponen dapat dinyatakan dengan x = cos θ (1.17) y = sin θ (1.18) dengan adalah besar ektor.

1.0 Fisika Dasar I Dengan metode uraian kita dapat menjumlahkan beberapa ektor dengan terlebih dahulu menguraikan masing-masing ektor ke dalam komponennya pada arah sumbu x dan y. Sebagai contoh, misalkan kita akan menjumlahkan dua buah ektor 1 dan, seperti pada Gambar 1.11. Cara menjumlahkannya adalah sebagai berikut. Gambar 1.11. Penjumlahan dua buah ektor dengan metode uraian. i) Uraikan ektor 1 dan ke dalam komponennya pada arah sumbu x dan y sehingga kita dapatkan ektor komponen 1 x,, 1 y, x dan y. ii) Jumlahkan ektor-ektor komponen pada arah sumbu x sehingga dihasilkan ektor resultan pada arah sumbu x. = + (1.19) rx 1x x dengan besar ektor = + (1.0) rx 1x x iii) Jumlahkan ektor-ektor komponen pada arah sumbu y sehingga dihasilkan ektor resultan pada arah sumbu y. = + (1.1) ry 1y y dengan besar ektor ry= 1 y+ y (1.) i) Vektor resultan r didapat dengan menjumlahkan ektor resultan rx dan ry dengan metode jajaran genjang.

FISD411/MODUL 1 1.1 = + dengan besar ektor r rx ry r rx ry (1.3) = + (1.4) Arah ektor resultan terhadap sumbu x positif adalah ry tanθr= (1.5) atau rx 1 ry θr= tan rx (1.6) Secara umum, jika kita akan menjumlahkan n buah ektor, misalkan,,,..., n maka besar ektor resultan pada arah x dan y dapat 1 3 dinyatakan dengan atau = + +... + = (1.7) rx 1x x nx ix i= 1 ry 1y y ny iy i= 1 n n = + +... + = (1.8) dan besar ektor resultannya dapat dicari dengan menggunakan persamaan (1.4). Contoh 3 Dua buah ektor yaitu 1 dan membentuk sudut θ, dan besar masingmasing ektor adalah 1 = 4 satuan dan = 6 satuan. Gambarkan dengan metode jajaran genjang dan tentukan besarnya ektor resultan dari a. 1+ untuk θ = 60 o c) 1 untuk θ = 60 o b. 1+ untuk θ = 10 o d) 1 untuk θ = 10 o Penyelesaian: Dengan metode jajaran genjang dapat kita tentukan resultannya sebagai berikut.

1. Fisika Dasar I a. = + + cosθ r 1 1 = 4 + 6 + (4)(6) cos 60 o 8,7 satuan b. = + + cosθ r 1 1 = 4 + 6 + (4)(6) cos10 o 5,9 satuan c. = + cosθ r 1 1 = 4 + 6 (4)(6) cos 60 o 5,9 satuan d. = + cosθ r 1 1 = 4 + 6 (4)(6) cos10 o 8,7 satuan Contoh 4 Tiga buah ektor 1, dan, masing-masing membentuk sudut 30 o, 10 o 3 dan 70 o dengan sumbu x positif, dan besarnya adalah 1 = 4 satuan, = satuan dan 3 = 5 satuan. Tentukan besar dan arah ektor resultan dengan metode uraian. Penyelesaian: Dengan metode uraian kita dapatkan o 1 = cos 30 = (4)( 3) = 3 satuan 1x 1 = sin 30 = (4)( ) = satuan o 1 1y 1 = cos10 = ()( ) = 1 satuan o 1 x = sin10 = ()( 3) = 3 satuan o 1 y o 3x= 3 cos 70 = (5)(0) = 0 o 3y= 3 sin 70 = (5)( 1) = 5satuan

FISD411/MODUL 1 1.3 Besar ektor resultan pada arah x dan y adalah = + + = 3 1+ 0, 46 satuan rx 1x x 3x = + + = + 3 5-1, 7 satuan ry 1y y 3y Besar ektor resultannya adalah = + = (, 46) + (-1, 7) =, 77 satuan r rx ry Arah ektor resultan (terhadap sumbu x positif) adalah ry -1,7 tanθ= = 0, 5, 46 rx θ tan (-0, 5) 7, 3 33, 7 1 o o Contoh 5 Dua buah ektor pada sistem koordinat Cartesian dinyatakan dengan = 3iˆ+ 4 ˆj dan = iˆ ˆj 1 Tentukan ektor resultan dari 1+ dalam ektor satuan î dan ĵ. Penyelesaian: = 3iˆ+ 4 ˆj = 3, = 4 1 1x 1y = iˆ ˆj = 1, = x y = + = 3+ 1= 4 rx 1x x ry= 1 y+ y= 4 = = + = iˆ+ ˆj = 4iˆ+ ˆj r 1 rx ry

1.4 Fisika Dasar I 4. Perkalian Vektor Perkalian ektor yang sudah kita kenal dari pembahasan sebelumnya adalah perkalian ektor dengan skalar. Suatu ektor 1 jika dikalikan dengan skalar k akan menghasilkan ektor baru, misalkan, yang panjangnya (besarnya) k kali panjang ektor 1, dan arahnya sama dengan arah 1 jika k positif, atau berlawanan dengan arah 1 jika k negatif. Gambar 1.1 menunjukkan contoh perkalian ektor dengan skalar. Gambar 1.1. Perkalian ektor dengan skalar. Selain perkalian ektor dengan skalar, dalam perkalian ektor juga dikenal perkalian antara ektor dan ektor. Ada dua macam perkalian ektor dengan ektor, yaitu perkalian titik (dot product) dan perkalian silang (cross product). Perkalian titik menghasilkan suatu skalar, dan karena itu perkalian ini disebut juga produk skalar (scalar product). Perkalian silang menghasilkan ektor baru dan karenanya perkalian ini disebut juga produk ektor (ector product). Perkalian titik antara dua buah ektor A dan B didefinisikan sebagai A B= AB cosθ (1.9) dengan A dan B adalah besar masing-masing ektor, dan θ adalah sudut yang dibentuk oleh kedua ektor. Perkalian silang antara A dan B didefinisikan sebagai A B= AB sinθ kˆ (1.30a) dengan ˆk adalah ektor satuan yang arahnya tegak lurus bidang yang dibentuk oleh ektor A dan B.

FISD411/MODUL 1 1.5 Besar ektor A B adalah A B = AB sinθ (1.30b) Gambar 1.13. Perkalian silang antara dua ektor. Gambar 1.13 menunjukkan perkalian silang antara dua ektor. Dalam menentukan arah A B atau B A dipergunakan aturan sekrup kanan atau aturan tangan kanan. Dengan aturan sekrup kanan perkalian silang diandaikan dengan pemasangan sekrup. Jika sekrup kita putar ke kanan maka sekrup akan bergerak maju. Perkalian silang A B diandaikan sebagai perputaran ke kanan ektor A ke ektor B sehingga A B seperti arah gerak sekrup jika diputar ke kanan. Analogi ini digambarkan seperti pada Gambar 1.14a. Aturan tangan kanan pada prinsipnya sama dengan aturan sekrup kanan. Dengan posisi tangan kanan seperti pada Gambar 1.14b, di mana perkalian silang digambarkan sebagai gerak mengepal jari-jari tangan (kecuali ibu jari), sedangkan arah ibu jari menunjukkan arah ektor hasil perkalian silangnya. Dari Gambar 1.13 dan Gambar 1.14 kita ketahui bahwa arah ektor A B berlawanan dengan arah B A, atau kita tuliskan A B= B A (1.31) sedangkan besar ektornya sama, yaitu AB sin θ, di mana θ adalah sudut antara ektor A B.

1.6 Fisika Dasar I (a) (b) Gambar 1.14. Aturan perkalian silang. (a) aturan sekrup kanan (b) aturan tangan kanan. Contoh 6 Dua buah ektor, yaitu 1 dan masing-masing besarnya satuan dan 3 satuan, dan keduanya membentuk sudut 60 o. a. Tentukan besarnya 1 b. Tentukan besar dan arah dari 1 Penyelesaian: Dari soal diketahui 1 = satuan, = 3 satuan dan θ = 60 o. a. Kita pergunakan persamaan (1.9): 1 = 1 cos θ = ()(3) cos 60 o = 3 satuan b. Kita pergunakan persamaan (1.30): = 1 sin θ ˆk 1 = ()(3) cos 60 o ˆk = 3 3 k ˆ Arah 1 (arah ˆk ) adalah seperti pada gambar. Contoh 7 Besar ektor hasil perkalian titik dan perkalian silang antara dua ektor dan adalah sebagai berikut. 1

FISD411/MODUL 1 1.7 1 1 = 3 satuan = satuan Tentukan besarnya sudut antara kedua ektor tersebut. Penyelesaian: Dari persamaan (1.9) dan (1.30) dapat kita tuliskan 1 1 = 1 cos θ = 3 = 1 sin θ = Dengan membagi kedua persamaan ini kita dapatkan sinθ = = tanθ= θ= tan = 33, 69 cosθ 3 3 1 1 o 1 Dalam operasi penjumlahan ektor, di mana ektor-ektornya merepresentasikan besaran fisika maka hanya ektor-ektor yang sejenis yang dapat dijumlahkan, misalkan antara sesama ektor kecepatan, sesama ektor gaya, dan seterusnya. Dalam operasi perkalian ektor kita dapat mengalikan dua buah ektor yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Sebagai contoh kita dapat mengalikan dua buah ektor panjang sehingga menghasilkan ektor luas, atau kita dapat mengalikan ektor panjang/jarak ( r ) dengan ektor gaya ( F ) dengan perkalian silang sehingga menghasilkan ektor momen gaya (τ ), atau dengan perkalian titik sehingga menghasilkan besaran skalar yaitu kerja (W). Contoh perkaliannya adalah berikut ini. τ= r F = r F sinθɵk W= r F = r F cosθ dengan θ adalah sudut antara ektor r dan F.

1.8 Fisika Dasar I LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Berapakah faktor konersi dari sentimeter kubik (cm 3 ) ke inci kubik (in 3 ) jika diketahui 1 cm = 0,3937 in. Berapakah faktor konersinya jika kita akan mengkonersi dari in 3 ke cm 3? ) Besaran gaya didefinisikan sebagai perkalian antara massa dan percepatan. Tentukan dimensi gaya! 3) Sebuah balok mempunyai ukuran panjang 16 cm, lebar 4 cm dan tebal 1 cm, dan massanya 00 g. Tentukan massa jenis balok dalam sistem cgs dan SI. 4) Diketahui dua ektor A dan B dengan besar ektor A = 3 satuan dan B = 5 satuan. Kedua ektor membentuk sudut 30 o. Tentukan: a. A+ B c. B+ A b. A B d. B A dengan metode jajaran genjang dan tentukan besar ektornya. 5) Dua buah ektor 1 dan membentuk sudut 45 o dan besar masingmasing ektor 1 = 3 satuan dan = 4 satuan. a. Tentukan besarnya 1 b. Tentukan besar dan arah dari 1 Petunjuk Jawaban Latihan 1) 1 cm = 0,3937 in 1 cm 3 = (0,3937) 3 in 3 =... in 3 1 in = 1 0,3937 cm 1 in 3 1 = 0, 3937 cm3 =... cm 3 ) [ F] = [ m][ a] = [ m][ l][ t] 3

FISD411/MODUL 1 1.9 3) V = (16 4 1) cm 3 = 64 cm 3 m 00 g g ρ = = = V 3 64 cm cm 4) a. A+ B= B+ A = A + B + AB Cos 30 o = 5 + 3 +.3.5 Cos 30 = o b. A B= B A = ( ) = A + B AB Cos 30 o = 5 + 3.5.3 Cos30 = o RANGKUMAN Besaran adalah sifat kuantitatif dari suatu benda/sistem. Dalam mekanika dikenal tiga besaran dasar, yaitu panjang, massa, dan waktu. Besaran lainnya merupakan turunan dari besaran-besaran dasar tersebut. Dimensi adalah cara menyatakan besaran ke dalam besaran dasarnya. Satuan adalah ukuran dari besaran. Satuan besaran dasar menurut SI adalah kilogram (kg) untuk satuan massa, meter (m) untuk satuan panjang dan detik (s) untuk satuan waktu.

1.30 Fisika Dasar I Besaran skalar adalah besaran yang hanya mempunyai besar dan tidak mempunyai arah. Besaran ektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Besaran-besaran ektor dapat dijumlahkan dengan menggunakan metode jajaran genjang maupun dengan metode uraian. Dua buah ektor dapat dikalikan dengan perkalian titik (dot product) dan perkalian silang (cross product). Perkalian titik menghasilkan sebuah besaran skalar, dan perkalian silang menghasilkan sebuah ektor baru dengan arah kedua ektor asal. TES FORMATIF Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Massa jenis adalah massa per satuan olume. Dimensi dari massa jenis adalah. A. [ ][] m l B. [ m][] l 3 C. [ m][] l D. [ m][] l 3 ) Sebuah papan mempunyai ukuran panjang 4 m, lebar 30 cm dan tebal 5 mm. Volume papan tersebut adalah. A. 3 m 3 B. 0,3 m 3 C. 0,03 m 3 D. 0,003 m 3 3) Dua buah ektor besarnya masing-masing satuan dan 3 satuan. Jika kedua ektor dijumlahkan dihasilkan ektor resultan yang besarnya 4 satuan. Besarnya sudut antara kedua ektor adalah. A. 75,5 o B. 65,5 o C. 15,5 o D. 45,5 o 4) Dua buah ektor besarnya masing-masing 4 satuan dan 6 satuan, dan masing-masing membentuk sudut 30 o dan 60 o terhadap sumbu x positif

FISD411/MODUL 1 1.31 pada sistem koordinat Cartesian. Jika kedua ektor dijumlahkan dengan cara uraian maka komponen resultan pada arah-x besarnya. A. + 3 3 satuan B. + 3 satuan C. 3+ 3 satuan D. 3+ satuan 5) Dari soal Nomor 4, komponen resultan pada arah-y besarnya. A. + 3 3 satuan B. + 3 satuan C. 3+ 3 satuan D. 3+ satuan 6) Dari soal Nomor 4, besarnya ektor resultan adalah. A. 9,7 satuan B. 7,93 satuan C. 5,8 satuan D. 3,9 satuan 7) Dua buah ektor besarnya masing-masing 4 satuan dan 5 satuan, dan keduanya membentuk sudut 60 o. Hasil perkalian titik kedua ektor tersebut adalah. A. 0 satuan B. 0 3 satuan C. 10 satuan D. 10 3 satuan 8) Dari soal Nomor 7, hasil perkalian silang kedua ektor besarnya. A. 0 satuan B. 0 3 satuan C. 10 satuan D. 10 3 satuan

1.3 Fisika Dasar I Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar. Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90-100% = baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar, terutama bagian yang belum dikuasai.

FISD411/MODUL 1 1.33 Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) B ) A 3) D 4) C 5) B Tes Formatif 1) D ) C 3) A 4) C 5) A 6) A 7) C 8) D

1.34 Fisika Dasar I Daftar Pustaka Cromer, A.H. (1981). Physics for the life science. (Second Edition). International Student Edition. Giancoli, D.C. (1985). Physics: Principles with applications. (Fourth Edition). New Jersey: Prentice-Hall International. Marion, J.B. (1979). General physics with bioscience essay. John Wiley & Sons. Marion, J.B., & Hornyak, W.F. (1984). Principles of physics. Student College Publishing. O Dwyer, J.J. (1984). College physics (Second Edition). Wadsworth Publishing Company. Serway, R.A. (1981). Physics for scientist and engineers. (Second Edition). Saunders College Publishing.