BAB I PENDAHULUAN. biasa (suhu kamar) daya tahannya rata-rata 1 2 hari saja. Setelah lebih dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU

BAB I PENDAHULUAN. gula oleh bakteri pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum. Bakteri nata dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian obat tradisional untuk analgesik (mengurangi rasa nyeri)

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan bahan pangan yang sangat cepat mengalami proses. pembusukan (perishable food). Pembusukan ikan terjadi setelah ikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. protein hewani yang mengandung omega-3 dan protein yang cukup tinggi sebesar

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP PENGHAMBATAN MIKROBA PERUSAK PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sehat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Bebas dari segala penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein nabati dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Uji Daya Hambat Infusa Rimpang Kunyit Terhadap E. coli dan Vibrio sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari seduhan tanaman teh ( Camelia sinensis ). Secara umum teh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman terpopuler di

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang tinggi seperti protein, lemak vitamin B (vitamin B 6 /pridoksin, vitamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu sebagai bahan pangan masih dihadapkan pada masalah daya simpan yang masih rendah. Tahu bersifat mudah rusak (busuk). Pada kondisi biasa (suhu kamar) daya tahannya rata-rata 1 2 hari saja. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya menjadi asam lalu berangsur-angsur busuk, sehingga tidak layak dikonsumsi lagi. Hal ini disebabkan oleh kadar air tahu relatif tinggi yaitu kisaran 86-89 %, dan kadar protein tahu berkisar 8 12 %. Tahu juga mengandung lemak sebanyak 4,8 % dan karbohidrat 1,6%. Dengan komposisi seperti itu, tahu merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme pembusuk, terutama bakteri. 1 Salah satu kemajuan ilmu dan teknologi yang menguntungkan dalam sejarah manusia adalah teknik pengawetan makanan. Bahan pengawet makanan dapat berupa pengawet alami dan sintesis. Bahan pengawet terdiri dari senyawa-senyawa kimia baik organik maupun anorganik berupa asam atau garamnya. Menurut FDA ( Food And Drug Admministration), yang disebut pengawet kimia adalah senyawa-senyawa yang mampu menghambat, memperlambat, atau menahan segala proses fermentasi, pengasaman, oksidasi dan proses dekomposisi lainnya dalam bahan pangan seperti mencegah terjadinya interaksi antara bahan-bahan kimia yang terkandung di dalam campuran bahan pangan tersebut. Namun yang dimaksud FDA ini tidak hlm. 7. 1 Hanifah ayu, Penerapan Proses Thermal Dalam Pengawetan Tahu, IPB, Bogor, 2013,

termasuk bahan-bahan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat seperti garam, gula, asam laktat, asam asetat, gliserin, dan alkohol, sekalipun bahanbahan tersebut mampu mengawetkan makanan. 2 Belakangan ini kita sering mendengar, baik dari media cetak ataupun media online bahwa penggunaan bahan pengawet makanan yang digunakan adalah formalin. Maraknya penggunaan formalin sebagai pengawet makanan karena harganya yang relatif murah dan mampu meningkatkan kualitas umur simpan suatu makanan, padahal formalin biasanya digunakan sebagai pembunuh hama, pengawet mayat, bahan desinfektan pada industri plastik, busa, kayu, dan resin untuk kertas. Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet sangat merugikan konsumen, gejala kronis orang yang mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin antara lain iritasi saluran pernafasan, muntah, pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, serta dapat memicu kanker. Dan salah satu penggunaan formalin pada makanan yaitu dalam proses pembuatan tahu. 3 Menurut Winarno dan Rahayu dalam Ria menyatakan perendaman tahu selama satu malam dengan larutan formalin 0.1-0.15% mampu mengawetkan tahu sampai tiga minggu dengan tekstur yang kempal dan apabila konsentrasi formalin ditingkatkan menjadi 0.2%, tahu dapat tahan sampai satu bulan tetapi setelah dicuci dan digoreng adanya formalin masih dapat dideteksi. Walaupun formalin mempunyai kemampuan mengawetkan tahu sampai beberapa minggu, penggunaannya dalam makanan dilarang. Di 2 Leni Herliani Afriani, Pengawet Makanan Alami dan Sintesis, Alfabetha, Bandung, 2010, hlm. 10. 3 ibid., hlm. 41.

Indonesia, penggunaan formalin dilarang seperti diatur dalam peraturan Permenkes No.722/Menkes/1988 yang diperbaharui dengan Permenkes No.1168/Per/IX/1999. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengganti formalin sebagai pengawet makanan. 4 Kecenderungan back to nature, yaitu mengoptimalkan bahan-bahan kimia alam sebagai pengawet makanan alami telah banyak dilakukan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa hasil penelitian in vitro terhadap efek anti bakteri bahan alam yang dilakukan antara lain batang belimbing wuluh dan buah belimbing wuluh, mempunyai potensi sebagai antimikroba. 5 Keuntungan antimikroba alami untuk produk makanan adalah lebih aman digunakan daripada bahan pengawet kimia sintetis. Senyawa antimikroba alami dapat menghambat dan mencegah aktifitas mikroba perusak dan patogen. Sebagian besar senyawa antimikroba dalam makanan dapat larut dan berikatan dengan lemak dan protein mikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba tersebut didalam makanan. Antimikroba alami juga lebih efektif dan stabil saat diproses dan pada saat penyimpanan. Pengujian assay terhadap aktivitas standarisasi membutuhkan pengembangan yang menjamin adanya potensi komponen dalam antimikroba alami, sehingga tidak ada keluhan dari produsen maupun konsumen. 6 4 Ria Mariana Mustafa, Studi Efektifitas Bahan Pengawet Alami Dalam Pengawetan Tahu, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006, hlm.7. 5 Elok Kamilah Hayati, Natural Product Chemistry, http://elokkamilah.wordpress.com/kimia-farmasi-dan-medisinal-2/chemistry-in-our-food/. (diakses pada 13 mei 2013). 6 Leni Herliani Afriani, Op. Cit., hlm. 14.

Daun jambu biji merupakan daun yang memiliki kandungan senyawa antimikroba alami di dalamnya. Daun Jambu Biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi, terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenik, flavonoid, dan alkaloid. 7 Penelitian yang dilakukan oleh Ajizah memberikan data bahwa pertumbuhan Salmonella typhimurium secara in vitro dapat dihambat dengan ekstrak daun jambu biji ( Psidium guajava L.) sampai pada konsentrasi 200 mg/ml. 8 Penelitian lain menyatakan bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun jambu biji memiliki efek bakteriostatik terhadap bakteri yang menyebabkan pembusukan pada makanan seperti Bacillus Stearothermophilus termasuk, Brochothrix Thermosphacta, Escherichia Coli, Listeria Monocytogenes, Pseudomonas Fluorescens, Salmonella Enterica, Staphylococcus Aureus dan Vibrio Cholerae. 9 Sedangkan penambahan ekstrak daun jambu biji pada ikan nila dinyatakan berpengaruh terhadap umur simpan ikan nila. 10 7 Anonim, Kandungan Daun Jambu Biji. http://organ1k.blogspot.com/2012/11/kandungan-daun-jambu-biji. (diakses pada tanggal 30 april 2013). 8 Aulia Ajizah, Sensitivitas Salmonella Typhimurium terhadap Ekstrak Daun Psidium Guajava L, Universitas Lambung Mangkurat, Palembang, hlm. 37. 9 Pongsak Rattanachaikunsopon dan Parichat Phumkhachorn, Contents And Antibacterial Activity Of Flavonoids Extracted From Leaves Of Psidium Guajava, Jurnal : Medicinal Plants Research Vol. 4(5), pp. 393-396.2010). 10 Nurhadi, Mirna Ihza dan Syahrul, Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) Terhadap Peningkatan Kualitas Ikan Nila Segar ( Oreochromis Niloticus, Universitas Riau, Pekanbaru, 2012.

Dalam perspektif islam juga dijelaskan bahwa Allah S.W.T menciptakan segala hal dengan sempurna dan tanpa kesia-sian. Termasuk didalam ciptaan Allah tersebut adalah tumbuhan, yang diciptakan dengan manfaat dan kegunaannya bagi kebaikan manusia. Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 11, yaitu : Artinya: Dia (Allah) menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh perendaman ekstrak etanol daun jambu biji dalam menambah usia simpan tahu, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet yang lebih baik. B. Penegasan Istilah 1. Tahu Adalah makanan yang dibuat dari kedelai putih yangg digiling halus, direbus,kemudian dicetak. 2. Daun Jambu biji Adalah bagian tanaman yang tumbuh berhelai-helai pada ranting (biasanya berwarna hijau) sebagai alat bernafas dan mengolah zat makanan yang terdapat pada pohon jambu biji.

3. Ekstrak Adalah sediaan yang diperoleh dari jaringan hewan atau tumbuhan dengan menarik sari aktifnya dengan pelarut yang sesuai, kemudian dipekatkan hingga tahap tertentu. 4. Keawetan Adalah ketahanan sesuatu terhadap pembusukan, dan pengrusakan. C. Batasan Masalah Pada penelitian ini akan dilakukan uji ketahanan masa simpan tahu setelah dilakukan perendaman 2, 4, dan 6 hari pada ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava L.) pada variasi konsentrasi 1, 2, dan 3 mg/ml dan pengaruhnya terhadap mutu tahu yang meliputi kadar air, ph, total bakteri e.coli dan sifat organoleptik yang meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah rendaman ekstrak etanol daun jambu biji ( P. Guajava L.) dapat dijadikan pengawet alami bagi tahu? 2. Apakah ekstrak etanol daun jambu biji ( P. Guajava L.) berpengaruh bagi pertumbuhan mikroba yang terdapat di dalam tahu? 3. Bagaimana pengaruhnya terhadap sifat organoleptik tahu yang meliputi warna, rasa tekstur dan aroma tahu? 4. Pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol daun jambu biji (P. Guajava L.) yang lebih baik dalam meningkatkan umur simpan tahu?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah ekstrak daun jambu biji ( P. Guajava L.) dapat dijadikan pengawet alami dalam meningkatkan umur simpan tahu. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh perendaman ekstrak etanol daun jambu biji bagi pertumbuhan mikroba yang terdapat di dalam tahu. 3. Mengetahui pengaruh perendaman ekstrak etanol daun jambu biji terhadap sifat organoleptik tahu yang meliputi warna, rasa aroma dan tekstur tahu. 4. Mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol daun jambu biji (P. Guajava L.) yang lebih baik dalam meningkatkan umur simpan tahu. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai pengaruh perendaman tahu pada ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium Guajava L.) dan diharapkan daun jambu biji dapat dijadikan sebagai bahan pengawet alami pengganti formalin ataupun pengawet berbahaya lainnya.