Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

dokumen-dokumen yang mirip
Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus. Pimpinan: I Wayan Batan. Wakil Pimpinan: Muhsoni Fadli

Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing pada Penyimpanan Suhu Kamar

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ketahanan Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat Keasaman, Didih, dan Waktu Reduktase

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

Kualitas Susu Kambing Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang Berdasarkan Berat Jenis, Uji Didih, dan Kekentalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawa Selama Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Rasa, ph dan Uji Alkohol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

UJI KUALITAS SUSU Latar Belakang Tujuan Praktikum

Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 20-25, April 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

Kualitas Susu Kuda Sumbawa pada Penyimpanan Suhu Ruang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

PENDAHULUAN Latar Belakang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Pengaruh suhu dan lama pemeraman pada inkubator terhadap kualitas fisik kefir

Mutu Susu Kambing Peranakan Etawa yang Disimpan pada Suhu Ruang

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-1.

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

Ketahanan Susu Kuda Sumbawa Ditinjau dari Waktu Reduktase, Angka Katalase, Berat Jenis, dan Uji Kekentalan

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN. mengenakkan, karena merasa amis, mual dan sebagainya. Oleh karena itu,

VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGARUH BAHAN PENGEMAS DAN LAMA PENDINGINAN TERHADAP KEASAMAN DAN ANGKA REDUKTASE SUSU PASTEURISASI

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini.

Berikut tips mengenali dan memilih pangan yang berasal dari hewan yang memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

Kualitas Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Alkohol, Derajat Keasaman dan Angka Katalase

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000).

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

PASCA PANEN SUSU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998

KUALITAS PROTEIN SUSU SAPI SEGAR BERDASARKAN WAKTU PENYIMPANAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

KATEGORI KUALITAS SUSU SAPI SEGAR SECARA MIKROBIOLOGI DI PETERNAKAN X CISURUPAN - GARUT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi ternak dan pengetahuan peternak semakin

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. berbagai macam variasi, baik warna, bahan baku, maupun flavor. Bahan utama

Transkripsi:

Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar I GUSTI AYU FITRI DIASTARI DAN KADEK KARANG AGUSTINA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Jl. P.B Sudirman Denpasar Bali tlp.0361-223791 Email: fitridiastari@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas susu sapi kemasan yang dipasarkan di pasar tradisional yang terdapat di Kota Denpasar ditinjau dari uji organoleptik dan uji tingkat keasaman susu. Sampel yang dipergunakan berupa susu sapi kemasan 250 ml yang berasal dari empat wilayah di Kota Denpasar dengan merek yang sama, masing-masing kios diambil sebanyak tiga kemasan sebagai sampel penelitian. Sampel yang diambil adalah susu yang diletakkan tanpa menggunakan lemari gerai dan tidak diletakkan di dalam lemari pendingin. Seluruh sampel diperiksa secara organoleptik (warna, bau, rasa, dan kekentalan) dan dilakukan pengujian terhadap tingkat keasamannya. Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas susu sapi kemasan secara organoleptik yaitu warna putih kekuningan, bau khas susu sapi, rasa sedikit manis dan sedikit asin serta kekentalan yang encer. Uji tingkat keasaman, susu sapi kemasan memiliki ph 7. Dari penelitian ini dapat ditarik simpulan yaitu kualitas susu sapi kemasan yang dijual di pasar tradisional di Kota Denpasar dalam kondisi baik. Kata Kunci: Susu Sapi Kemasan, Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman PENDAHULUAN Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, karena susu mengandung nilai gizi berkualitas tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan manusia ada di dalamnya yaitu protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Semua zat-zat tersebut dapat dicerna dan diabsorbsi secara sempurna oleh tubuh (Ressang dan Nasution, 1982). Susu berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1994). Dihasilkan dari sekresi kelenjar ambing hewan, digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang dilahirkan oleh hewan tersebut, namun demikian manusia melihat adanya kemungkinan untuk memanfaatkan susu sebagai bahan pangan yang dapat dikonsumsi oleh manusia berbagai usia (Idris, 1992). Seiring dengan peningkatan ekonomi yang ditunjang oleh kesadaran masyarakat yang semakin meningkat khususnya di Kota Denpasar, kebutuhan akan susu pun semakin meningkat. Menurut keputusan Menteri Pertanian tentang petunjuk teknis pengawasan dan 453

pengujian kualitas susu, susu ternak sapi perah yang beredar dipasaran antara lain meliputi susu segar, susu pasteurisasi dan susu Ultra High Temperature (UHT). Susu merupakan bahan makanan yang memiliki kualitas protein yang dibutuhkan oleh tubuh, oleh karena itu masyarakat menjadikan susu sebagai bahan pangan yang dapat diandalkan. Namun dalam kehidupan sehari-hari tidak semua orang Indonesia meminum susu yang belum diolah. Hal ini karena tidak terbiasa mencium aroma susu segar atau mentah, atau sama sekali tidak suka rasa susu segar atau mentah. Susu hasil olahan sangat diminati oleh masyarakat umum, karena rasa dan baunya lebih dapat diterima oleh masyarakat (Sudono, et all., 2003). Agar masyarakat dapat dengan mudah menerima hasil susu olahan tersebut, dan rasanya dapat disenangi, maka penggunaan teknologi dalam memproduksinya akan sangat membantu. Dalam hal ini termasuk mensosialisasikan susu ke masyarakat yang belum atau tidak suka dengan rasa atau bau yang dimiliki oleh susu murni. Susu murni merupakan hasil dari proses pemerahan dan belum mendapat perlakuan apapun (Dirkeswan, 1983). Proses yang akan dilalui susu murni menjadi susu olahan harus sangat diperhatikan dengan baik, karena susu merupakan bahan higienis yang bernilai gizi tinggi dan apabila berada di luar dalam jangka waktu yang lama akan menjadikan kualitas susu menurun. Susu dapat tercemar oleh bakteri karena susu mengandung bahan-bahan yang diperlukan bakteri untuk hidup seperti protein, mineral, karbohidrat, lemak, dan vitamin dan apabila telah tercemar oleh bakteri maka secara otomatis susunan serta keadaan susu tersebut dapat berubah (Saleh, 2004). Bakteri penyebab meningkatnya keasaman susu bisa berasal dari sapi penderita mastitis, serta susu tercemar bakteri setelah pemerahan atau bakteri normal yang mampu memfermentasi laktosa menjadi asam laktat (Ressang dan Nasution, 1982). Tingkat keasaman susu dapat menurun yang berarti menurun pula kualitasnya akibat aktifitas bakteri dalam memanfaatkan laktosa menjadi asam laktat. Untuk itu susu dapat diberi perlakuan untuk mempertahankan kualitasnya seperti dengan melakukan pendinginan, pasteurisasi, kombinasi pemanasan dan pendinginan yang bertujuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri tersebut (Dasuki, et all., 1981). Susu dimasyarakat dipakai sebagai bahan pangan untuk pemenuhan gizi, sehingga jaminan atas kualitas susu harus lebih diperhatikan, seperti halnya dalam proses pemerahan sapi sampai pengolahan susu yang pada akhirnya menjadi produk siap konsumsi. Banyak permasalahan yang terjadi pada proses pengolahan, penyimpanan dan penggunaan susu karena stabilitas akan kualitas susu dapat dengan mudah menurun. Penurunan kualitas susu 454

dapat diakibatkan oleh cemaran mikroba yang dipengaruhi oleh keadaan saat produksi, penyimpanan, transportasi dan distribusinya (Yayasan Kanisius, 1980), sehingga harus mendapatkan pengawasan dan perhatian tentang kesehatan dan kualitas susu. Untuk menjaga susunan dan keadaan susu, diperlukan adanya kewaspadaan dan peraturan-peraturan untuk menjaga mutu, kemurnian dan kesehatan susu tersebut dalam mata rantai produksi dan peredarannya di pasaran (Arka,1988). Pemerintah Indonesia telah membuat peraturan yang dituangkan ke dalam Undangundang No.7 tahun 1996 tentang bahan pangan. Pada Undang-undang tersebut diatur cara dan mekanisme penanganan produk pangan meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan peredaran bahan pangan. Bagi warga Indonesia yang melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan tersebut di atas wajib menjaga sanitasi, monitoring dan menjaga kualitas produknya. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 mengatur tentang tata cara pemasaran produk pangan. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa tempat memajang susu yang baik dan memenuhi standar yaitu menggunakan lemari pendingin atau gerai pada ruangan yang memiliki pengaturan suhu yang konstan, mengendalikan stok serta memperhatikan masa kadaluwarsa produk yang dipasarkan. Sejauh ini masyarakat yang pola hidupnya masih tradisonal umumnya tidak memperhatikan standar yang ditetapkan pemerintah dalam memasarkan produk yang rawan mengalami kerusakan seperti halnya susu kemasan. Biasanya para pedagang hanya meletakkan susu dagangannya di atas meja tanpa menggunakan fasilitas pendingin. Melihat banyaknya kejadian tersebut dimasyarakat maka penting untuk dilakukan penelitian mengenai kualitas susu kemasan yang dijual diempat wilayah yang berada di Kota Denpasar. MATERI DAN METODE Sampel yang digunakan berupa susu sapi kemasan 250 ml yang berasal dari empat wilayah di Kota Denpasar dengan merk yang sama, masing-masing kios diambil sebanyak tiga kemasan sebagai sampel penelitian. Sampel yang diambil adalah susu yang diletakkan tanpa menggunakan lemari gerai dan tidak diletakkan di dalam lemari pendingin. Sampel berupa susu sapi kemasan dengan jenis merk yang sama, yang berasal dari empat wilayah di kawasan Kota Denpasar, dibawa ke Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Universitas Udayana dan dilakukan pengujian terhadap kualitas susu meliputi uji organoleptik (warna, bau, rasa dan kekentalan) dan uji tingkat keasaman. Dalam melakukan uji organoleptik melibatkan 10 orang panelis dengan kriteria yaitu mahasiswa FKH yang 455

memiliki pengetahuan serta sudah mendapatkan mata kuliah tentang susu di kesmavet II, tidak memiliki cacat fisik seperti buta warna, mata plus/minus atau indera penciuman dan pengecapnya terganggu serta panelis tidak boleh digantikan. a. Uji warna Ke dalam tabung reaksi dimasukkan kurang lebih 5 ml susu, kemudian dilihat dengan latar belakang putih. Diamati warna susu dan kemungkinan adanya kelainan pada warna susu.pengamatan dilakukan oleh 10 orang panelis, warna susu normal (putih kekuningan) diberi skor 2 sedangkan warna susu yang menyimpang diberi skor 1. b. Uji bau Ke dalam tabung reaksi dimasukkan kurang lebih 5 ml susu, kemudian dicium baunya. Pengamatan dilakukan oleh 10 orang panelis. Bau susu normal : khas bau susu diberi skor 2 sedangkan bau yang menyimpang diberi skor 1. c. Uji rasa Susu dituangkan sedikit ke gelas sloki kemudian dicicipi dan rasakan susu tersebut. Rasa susu yang menyimpang seperti rasa pahit (adanya kuman-kuman pembentuk pepton), rasa tengik (disebabkan oleh kuman asam mentega), rasa sabun (disebabkan oleh Bacillus lactic saponacei) rasa lobak (disebabkan oleh kuman coli), rasa anyir/amis (disebabkan oleh kuman tertentu pada mastitis) diberi skor 1. Sedangkan rasa susu normal : sedikit manis dan sedikit asin diberi skor 2. Uji rasa dilakukan oleh 10 orang panelis. d. Uji kekentalan Susu sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian dimiringkan secara perlahan-lahan. Diamati kecepatan susu mengalir dari dinding tabung. Pengamatan kekentalan susu dilakukan oleh 10 orang panelis. Susu normal akan membasahi dinding, tidak berlendir atau berbutir dan busa yg terbentuk akan segera hilang, diberi skor 2. Kekentalan susu menyimpang seperti mengental atau cair diberi skor 1. e. Uji tingkat keasaman (ph) Uji ini dilakukan untuk menentukan keasaman susu denan menghitung log konsentrasi ion hidrogen (asam) dalam susu. Pada prinsipnya Susu segar mempunyai ph netral. Tingkat keasaman susu menurun karena fermentasi laktose menjadi asam laktat oleh mikroba (Suardana dan Swacita, 2009). Susu sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dicelupkan kertas ph ke dalam tabung yang berisi susu. Hasilnya dibaca pada skala. Diulangi lagi pada tiap-tiap susu sapi kemasan, hasilnya dirata-ratakan. 456

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji organoleptik sebagai berikut: pada uji warna dari 32 kios di empat wilayah Kota Denpasar seluruhnya menunjukkan hasil warna yang normal (putih kekuningan). Hasil uji bau dari 32 kios di empat wilayah Kota Denpasar seluruhnya menunjukkan hasil yang normal yaitu memiliki bau khas susu sapi. Hasil uji rasa dari 32 kios di empat wilayah Kota Denpasar seluruhnya menunjukkan hasil yang normal yaitu memiliki rasa khas susu sapi yaitu rasa sedikit manis dan sedikit asin. Serta hasil uji kekentalan dari 32 kios di empat wilayah Kota Denpasar seluruhnya adalah encer (normal). Dari hasil uji organoleptik tersebut maka susu sapi kemasan yang dijual di empat wilayah Kota Denpasar dapat dikatakan baik, karena tidak ada penyimpangan terhadap warna, bau, rasa, dan kekentalan sehingga memenuhi persyaratan yang ditetapkan Pemerintah dalam SK No.17/Kpts/DJP/Deptan/83 (Dirjennak, 1983). Warna susu sapi kemasan ini sesuai dengan standar air susu menurut SK Direktorat Jendral Peternakan No.17/Kpts/DJP/Deptan/1983. Warna air susu disebabkan karena warna kasein. Warna kasein yang murni berwarna putih seperti salju. Di dalam susu, kasein ini merupakan disfersi koloid sehingga tidak tembus cahaya yang mengakibatkan air susu tersebut berwarna putih (Buda, et all., 1980). Kadang-kadang susu berwarna agak kekuningkuningan yang disebabkan oleh karoten. Karoten adalah pigmen kuning utama dari lemak susu, yang apabila dimetabolisme di dalam tubuh manusia akan membentuk dua molekul vitamin A. Karotenoid disintesa hanya oleh tumbuhan, oleh karenanya harus ada dalam pakan ternak perah. Banyaknya karoten dalam susu (warna kuning) tergantung dari bangsa, spesies, individu, umur, masa laktasi dan pakan hijauan yang dimakan oleh sapi. Semua bau dan rasa susu sapi kemasan adalah normal (aroma khas bau susu sapi) dan rasa susu yang tidak menyimpang (sedikit manis dan sedikit asin). Bau dan rasa susu sapi kemasan tersebut sesuai dengan standar air susu menurut SK Direktorat Jendral Peternakan No.17/Kpts/DJP/Deptan/1983. Citarasa susu dipengaruhi oleh kadar lemak, protein, dan mineral yang terdapat pada susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumudhita (1989) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi bau dan rasa susu adalah pemberian pakan, macam bahan pakan yang diberikan, persiapan sapi yang akan diperah. Pada akhir masa laktasi, kadar protein dan mineral sangat tinggi, sehingga rasa susu yang dihasilkan sedikit asin. Susu murni mempunyai rasa sedikit manis ini disebabkan oleh laktosa dan kadar Cl yang rendah. Jika terjadi penyimpangan terhadap bau susu maka dapat terjadi perubahan 457

seperti : bau asam, tengik dan busuk serta rasa susu akan berubah seperti : rasa tengik disebabkan oleh kuman asam mentega, rasa sabun disebabkan oleh Bacillus lactic saponacei, rasa lobak disebabkan oleh kuman coli. Semua konsistensi (kekentalan) susu sapi kemasan adalah encer. Kekentalan susu sapi kemasan yang dijual di empat wilayah Kota Denpasar tersebut sesuai dengan standar air susu menurut SK Direktorat Jendral Peternakan No.17/Kpts/DJP/Deptan/1983. Buckle, et all., (1987) menyatakan bahwa penggumpalan merupakan sifat susu yang paling khas. Penggumpalan dapat disebabkan oleh kegiatan enzim atau penambahan asam. Enzim Proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri dapat menyebabkan penggumpalan air susu. Kerja enzim ini biasanya terjadi dalam tiga tahap yaitu penyerapan enzim ke dalam partikel-partikel kasein, diikuti dengan perubahan keadaan partikel kasein itu sebagai akibat kerja enzim dan terakhir mengendapnya kasein yang telah berubah itu sebagai garam kalsium atau garam kompleks. Adanya ion-ion kalsium dalam air susu diperlukan untuk proses pengendapan. Jika terjadi penyimpangan maka susu dapat berubah cair bahkan dapat terlalu kental hal ini disebabkan karena faktor pemerahan dan faktor ternak tersebut. Hasil uji tingkat keasaman (ph) susu yang diperiksa seluruhnya memiliki ph 7. Semua tingkat keasaman (ph) susu sapi kemasan adalah tujuh. Berdasarkan SNI 01-3141- 1998, rataan ph susu adalah sekitar 6-7. Ini juga menggambarkan bahwa rataan ph susu cenderung normal. Dalam skala ph 1 sampai 14, asam mempunyai skala yang lebih rendah antara 0 sampai 7 sedangkan basa mempunyai skala yang lebih tinggi antara 7 sampai 14, maka dari itu ph 7 dianggap netral. Normalnya ph pada susu dapat disebabkan karena adanya kasein, buffer, fosfat, dan sitrat. Selain itu, kenaikan dan penurunan ph ditimbulkan dari hasil konversi laktosa menjadi asam laktat oleh mikroorganisme aktivitas enzimatik (Manik, 2006). Hasil dari uji organoleptik yang meliputi warna, bau, rasa dan kekentalan serta uji tingkat keasaman (ph) susu dengan perlakuan dan merk yang sama menunjukkan kualitas susu sapi kemasan dalam keadaan baik, karena kemasan susu yang masih utuh sehingga tidak ada bakteri dalam susu kemasan yang dapat menyebabkan warna, bau, rasa dan kekentalan menjadi menyimpang atau tidak normal. 458

SIMPULAN Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah kualitas susu sapi kemasan yang dijual dipasar tradisional dikota Denpasar masih dalam kondisi baik ditinjau dari uji organoleptik dan tingkat keasaman. SARAN Konsumen disarankan untuk membeli susu dengan kemasan yang masih utuh karena hal ini dapat menjamin kualitas susu dalam kemasan, dan hendaknya membeli susu sapi kemasan yang belum berakhir masa kadaluwarsanya DAFTAR PUSTAKA Arka, I. B. (1988). Peranan Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia. Pidato Guru Besar. PSKH UNUD. Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet, dan M. Wootton. (1987). Ilmu Pangan Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Prees. Jakarta. Buda, I K, I.B. Arka, I K. Sulandra, I G P. Jamasuta, dan I K Arnawa. (1980). Susu dan Hasil Pengolahanya. Bagian Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Universiyas Udayana. Denpasar. Dasuki, U., A. Lengkey, dan E. Setiadi. (1981). Pengaruh Perbedaan Metode Pasteurisasi Secara Sederhana dan Pabrik Terhadap Daya Awet, Jenis dan Jumlah Bakteri Susu (Kasus Susu Sapi Rakyat Pengalengan ). Dari Kumpulan Makalah Kongres Nasional Mikrobiologi ke-3, Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia. Jakarta. Dirjen Peternakan, 1983. Surat Keputusan Direktur Jendral Peternakan No. 17/KPTS/DJP/Deptan/83. Tentang Syarat-syarat Tata Cara Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Susu Produksi Dalam Negri. Dirkeswan, (1983). Manual Kesmavet. No. 28/II/1983. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta. Hal; 35-43. Hadiwiyoto, S (1994). Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Edisi ke-2. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Idris, S. (1992). Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Program Studi teknologi Hasil Ternak. LUW-Universitas Brawijaya. Malang. Manik, E. (2006). Olahan Susu. Jakarta : Pusat Unit Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Ressang, A. A, dan A. M. Nasution. (1982). Ilmu Kesehatan Susu (Milk Hygiene). Edisi ke-2 Institut Pertanian Bogor. 459

Saleh, E. (2004). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sudono. A., R.D. Rosdiana, dan B.S. Setiawan. (2003). Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Cetakan I. Penerbit PT. Agromedia Pustaka. Bogor. Suardana, IW., dan I.B.N Swacita, 2009. Higiene Makanan. Kajian Teori dan Prinsip Dasar. Udayana University Press. ISBN 978-979-8286-76-6 Sumudhita, M. W. (1989). Susu dan Penanganannya. Program Studi Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar. Susu. SNI 01-3141-1998. Yayasan Kanisius, (1980). Beternak Sapi Perah. Yogyakarta 460