BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PERUMAHAN NASIONAL DI KOTA MEDAN. Wahyu Fahreza 1, Restu 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

ABSTRAK 1. PENDAHULUAN

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOMPLEKS PERUMAHAN BUMI PERMATA SUDIANG KOTA MAKASSAR

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

Vol. III No Mei Oleh Agus Yadi ABSTRAK

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MERAUKE

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan ruang baik ruang untuk tempat tinggal dan aktivitas lainnya juga semakin meningkat. Kawasan perkotaan di Indonesia pada saat ini mengalami permasalahan pada tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan meningkatnya permintaan akan lahan-lahan di perkotaan sebagai tempat tinggal dan aktivitas lainnya. Hal itu menyebabkan ruang-ruang terbuka di perkotaan dan pengelolaan untuk ruang kota semakin berat. Meningkatnya pembangunan fisik kota, pertumbuhan penduduk serta berbagai aktivitas kota menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) dan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem alami. Keberadaan dari vegetasi yang berada di RTHK dapat mempengaruhi kondisi atmosfer setempat, mampu menurunkan suhu dan kelembaban udara juga mengurangi kecepatan angin (Martopo dkk, 1995). Sehubungan dengan pernyataan tersebut, memberi indikasi bahwa berkurangnya daerah hijau atau ruang-ruang kosong yang ditumbuhi pepohonan didaerah perkotaan akan membuat dampak-dampak negatif pada kawasan tesebut 1

2 antara lain polusi udara, berkurangnya debit sumber air untuk kebutuhan penduduk, banjir dan suhu kota semakin panas. Pembangunan berkelanjutan dikawasan perkotaan pada saat ini semakin besar. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya pembangunan perumahan-perumahan dikawasan perkotaan, Kebutuhan perumahan yang cukup besar mendesak pemerintah untuk membangun perumahan dengan massal, cepat, dan murah. Pembangunan ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan perumahan yang dapat dijangkau oleh mereka yang mempunyai pendapatan menengah ke bawah, sehingga pertumbuhan pembangunan perumahan yang terjadi bersifat sporadis kurang melihat dan memperhatikan pembangunannya dari aspek lingkungan dan kondisinya. Semakin meningkatnya pertumbuhan pembangunan dikawasan perkotaan yang tidak melihat dari sisi kelingkungannya akan mengakibatkan kawasan yang kumuh dan tidak teratur. Akibatnya banjir dikawasan perumahan dan kota. Maka dari itu pertumbuhan pembangunan harus diselaraskan dengan pembangun ruang terbuka hijau agar tercipta manfaat ruang terbuka hijau. Penyediaan ruang terbuka hijau di suatu kota tidak hanya selalu dari pemerintah, seperti penyediaan taman kota, jalur hijau, dan lainnya. Namun, penyediaan ruang terbuka hijau juga dapat dilakukan di lahan privat milik masyarakat atau swasta. Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyediaan ruang terbuka hijau kota adalah keberadaan ruang terbuka hijau pemukiman. Baik dalam bentuk taman lingkungan maupun penghijauan pekarangan. Penyelenggaraan ruang

3 terbuka hijau di pemukiman, terutama di perkotaan, dapat berfungsi secara estetis, hidrologis, klimatologis, protektif maupun sosial budaya (Hastuti, 2011) Pada suatu perumahan kebutuhan akan ruang terbuka hijau (RTH) merupakan hal yang sangat penting untuk dibuat karena sebagai penghijauan pada kawasan atau perumahan tersebut. Pada beberapa kompleks perumahan ruang terbuka hijau (RTH) bisa dijadikan noods area perumahan tersebut yang bisa dimanfaatkan sebagai area untuk bermain dan juga area untuk berkumpul bersama keluarga teman, dan bias juga dijadikan tempat untuk berekreasi. Dalam perkembangannya, masyarakat berusaha untuk memaksimalkan ruang untuk kebutuhan dan aktivitas mereka, terutama kebutuhan ruang untuk perumahan sehingga terjadi persaingan penggunaan lahan yang mengakibatkan berkurangnya ruang untuk kebutuhan ruang terbuka publik. Di lain pihak, keberadaan ruang terbuka publik sangat penting untuk menunjang kualitas lingkungan dan merupakan sarana pembentuk serta membina mental masyarakat utamanya dengan keberadaan ruang terbuka publik pada lingkungan perumahan. Meskipun hanya sebagai fasilitas penunjang, ruang terbuka publik menjadi salah satu bagian yang penting dan perlu diperhatikan dalam pembangunan suatu kawasan perumahan. Pada kenyataannya banyak perumahan yang kurang memperhatikan dan membangun kondisi ruang terbuka hijau dengan peraturan dari kementrian PU yang berlaku. Hal itu menyebabkan fungsi ruang terbuka hijau tersebut kurang di nikmati atau dirasakan oleh masyarakat penghuni di perumahan tersebut. ketersediaan Ruang

4 Terbuka Hijau pada kawasan perumahan juga menjadi penting dalam rangka menjaga keseimbangan ekologis sehingga keberadaan Ruang Terbuka Hijau dan ruang publik dapat memenuhi kebutuhan masyarakat penghuninya. Andjelicus (2008) dalam Salikha 2012 menyatakan bahwa vegetasi yang tumbuh di ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi, yaitu fungsi hidrologis dan fungsi klimatologis terkait pengaturan iklim dan hidrologi kota. Ruang terbuka hijau sebagai penyeimbang ekosistem, baik itu sistem hidrologi, klimatologi, keanekaragaman hayati bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan pendapat tersebut, RTH sangat penting keberadaannya di dalam tata ruang kota, RTH tersebut mempunyai fungsi yang sangat vital bagi kelangsungan lingkungan dimana fungsi dari RTH tersebut antara lain: 1) sebagai daya dukung ekosistem 2) Pengendalian gas berbahaya dari kendaraan bermotor, gasgas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor sebagai gas buangan bersifat menurunkan kesehatan manusia (dan makhluk hidup lainnya), 3) Pengamanan lingkungan hidrologis, 4) Pengendalian suhu udara perkotaan5) Pengendalian Thermoscape di kawasan perkotaan, keadaan panas suatu lansekap (thermoscpe) dapat dijadikan sebagai suatu model untuk perhitungan kebutuhan RTH 6) Pengendalian bahaya-bahaya lingkungan, 7) Sebagai tempat rekreasi, 8) Sebagai tempat berkarya ruang pemeliharaan dan penunjang pelestarian. Demikian pentingnya RTH ini, maka hendaknya semua pihak yang terkait harus mempertahankan

5 keberadaannya dari keinginan untuk merubahnya (Hakim 2000 dalam I Gede made 2012). RTH merupakan penunjang bagi aktivitas warga, seperti karya, wisma, marga dan suaka memerlukan penyempurna untuk mengikat dan menunujang kegiatan tersebut. Penghijauan merupakan bentuk penyempurna yang meamsukkan kegiatan manusia di dalamnya, sehingga secara langsung memberi manfaat kepada kehidupan kotanya, karena dalam penghijauan perumahan, tanaman adalah materi pokok yang dominan, maka manfaat sebesar-besarnya diambil dari tanaman. Ruang terbuka tidak hanya berfungsi untuk mengembangkan interaksi sosial dalam sebuah kawasan, tetapi juga berperan penting dalam menjaga sistem ekologis lingkungan secara keseluruhan di samping mendukung terbentuknya unsur estetis lingkungan. Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan area lahan kosong yang banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. RTH sangat berperan untuk mengendalikan iklim secara mikro dikawasan tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Royal Institution of Chartered Surveyors (RICS) tahun 2011, pertambahan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dapat mengurangi suhu udara mencapai 2,5 0 C, sementara itu setiap 10% terjadinya pengurangan luas ruang terbuka hijau dapat menaikkan suhu udara mencapai 7 0 C. Kebutuhan RTH secara umum dapat diperhitungkan berdasar Undang-Undang Tata Ruang Nomor 26 Tahun 2007, yang mensyaratkan luas RTH minimal 30 % dari

6 total wilayah kota dengan proporsi RTH berdasarkan kepemilikan adalah 20% RTH milik publik dan 10 % RTH milik privat. Sementara berdasarkan pada Peraturan Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, luas ruang terbuka pada kawasan permukiman diperoleh faktor pengali sebesar yaitu 20 m2/penduduk. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 2.122.804 jiwa (tahun 2013). Kota Medan terbagi dalam 21 kecamatan dengan 151 kelurahan. Pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang terjadi di sekitar Kota medan menyebabkan perkembangan pembangunan fisik di sekitaran Kota Medan yang semakin meningkat dan berkembang sehingga banyak lahan terbuka dengan sejumlah pepohonan dan tanaman-tanaman yang beralih fungsi secara besar-besaran menjadi menjadi gedung- gedung. Banyak areal pertanian maupun lahan terbuka yang beralih fungsi dan dibangun gedung-gedung guna memenuhi tempat tinggal masyarakat. Melihat perkembangan Kota Medan yang sangat pesat sehingga untuk menampung beberapa warga luar yang ingin tinggal di Medan maka dibangunlah beberapa perumahan. Hampir disetiap sekitaran Kota Medan banyak terdapat beberapa perumahan. Pengadaan perumahan yang berpenghasilan menengah kebawah ada 2 jenis yaitu perumahan yang dikelola oleh pemerintah dan perumahan yang dikelola oleh pihak swasta. Kebutuhan dasar manusia akan perumahan sangat tinggi sehingga dibangun pengadaan perumahan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Untuk memenuhi

7 kebutuhan tersebut, Pemerintah mendirikan Perusahaan Umum Pembangunan Peumahan Nasional (Perum Perumnas). Perumahan yang dikelola oleh perum perumnas di kota Medan yaitu perumahan nasional martubung dan perumahan nasional helvetia Namun pembangunan perumahan di kota Medan kurang memperhatikan dari sisi kelingkungannya yaitu ruang terbuka hijau. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau pada kawasan perumahan nasional (Perumnas) juga menjadi penting dalam rangka menjaga keseimbangan ekologis sehingga keberadaan Ruang Terbuka Hijau dan ruang publik dapat memenuhi kebutuhan masyarakat penghuninya. Pembangunan perumahan nasional (Perumnas) di Kota Medan berdasarkan pengamatan sementara terlihat bahwa keberadaan RTH masih kurang memadai. Hal ini terlihat dari lahan-lahan kosong yang ditumbuhi pepohonan, lapangan olahraga, taman, sempadan jalan dan sungai, dan lain-lain yang belum memedai. Peruahaan umum yang mengelola perumahan nasional masih kurang memperhatikan kondisi-kondisi pada ruang terbuka hijau sehingga masyarakat atau penghuni kompleks perumahan kurang merasakan manfaat ruang terbuka hijau tersebut. Pemerintah sudah menetapkan perturan untuk kompleks perumahan yang dibanguan agar semestinya dibangun juga ruang terbuka hijau (RTH) pada perumahan tersebut. Pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) harus memperhatikan kondisi RTH yaitu luasannya, sebarannya, bentuknya, tanamannya, fungsi, dan perawatannya. Banyak manfaat dari ruang terbuka hijau tersebut yaitu sebagai pengatur iklim mikro dikawasan tersebut, sebagai fungsi dari ekologis dan estetik, dan sebagai sarana untuk

8 olahraga sosial bahkan rekreasi dapat dan berjalan didalam kawasan tersebut. Agar tercipta kompleks perumahan yang sejuk, nyaman dan asri. B. Identifikasi Masalah Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah tentang penataaan ruang terbuka hijau pada kawasan perumahan nasional yang meliputi bagaimana kondisi ruang terbuka hijau (luasannya, sebarannya, bentuknya, tanamannya, fungsinya, perawatannya,) aktivitas manfaat yang dirasakan penghuni kawasan perumahan nasional (iklim mikro, olahraga, ekologis, estetik, hidrologis, klimatologis, orologis, edaphis, protektif, hygienis, edukatif, rekreasi, social), fasilitas-fasilatas yang ada, bagaimana peran pengembang untuk ruang terbuka hijau pada perumahan nasional di Kota Medan. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan di teliti yaitu tentang penataan ruang terbuka hijau mengenai bagaimana kondisi ruang terbuka hijau publik meliputi (luasannya, jenisnya, tanaman/vegetasi dan perawatannya) lalu apa saja aktivitas pemanfaatan ruang terbuka hijau publik. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi permasalahan pokok dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi ruang terbuka hijau publik pada Perumahan Nasional (Perumnas) di Kota Medan ditinjau dari luasan, jenis, vegetasi, dan perawatan?

9 2. Aktifitas apa sajakah yang dimanfaatkan pada ruang terbuka hijau publik Perumahan Nasional (Perumnas) di Kota Medan? E. Tujuan Penelitian Bertitik tolak dari perumusan masalah, adapun yang akan menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Kondisi ruang terbuka hijau publik pada perumahan nasional (perumnas) Kota Medan ditinjau dari luasan, vegetasi, jenis dan perawatan. 2. Aktifitas yang dimanfaatkan pada ruang terbuka hijau publik perumahan nasional (perumnas) di Kota Medan F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dan perum perumnas dalam menyusun perencanaan RTH yang sudah disyaratkan agar dapat dipergunakan masyarakat dengan semestinya. 2. Bahan bandingan bagi peneliti lain khususnya objek yang sama pada tempat dan waktu yang berbeda. 3. Sebagai referensi dan sajian informasi bagi seluruh stakeholder tentang kondisi ruang terbuka hijau. 4. Menambah wawasan bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah dalam bentuk skripsi.