Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (PENPRINAS MP3EI )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : Perubahan lahan, nilai tanah.

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

Buku Pedoman Pemanfaatan Aplikasi Simotandi. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISA POTENSI SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

Sistem Informasi Lahan Subak Berbasis Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografi Di Kota Denpasar

ABSTRAK MODEL KLASIFIKASI NUMERIK SPASIAL PADA KAWASAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Ketahanan Pangan Nasional

ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

III. BAHAN DAN METODE

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

MATERI DAN METODE. Prosedur

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SIG UNTUK ESTIMASI PRODUKSI PADI BERDASARKAN POLA TANAM DI KABUPATEN BANTUL

KAJIAN KORELASI ANTARA KELEMBABAN TANAH DENGAN TATA GUNA LAHAN BERBASIS CITRA SATELIT. (Studi Kasus Daerah Bandung dan Sekitarnya) IRLAND FARDANI

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB III METODE PENELITIAN

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. RINGKASAN... v. HALAMAN PERSETUJUAN...

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013

Sigit Heru Murti

BAB I PENDAHULUAN I-1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

III. METODE PENELITIAN

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung


ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

Geo Image 5 (1) (2016) Geo Image.

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS HASIL PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kota Denpasar)

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. ANALISIS TINGKAT SWASEMBADA WILAYAH DI KABUPATEN SEMARANG5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

I. PENDAHULUAN. umum disebabkan dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

Transkripsi:

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar RUNIA CHRISTINA GULTOM INDAYATI LANYA*) I WAYAN NUARSA Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana *) Corresponding author at : Jln. PB.Sudirman, Denpasar 80362 Bali Email: indahnet@yahoo.co.id ABSTRACT Quickbird Satellite Imagery Applications for study of rice field conversion in the city of Denpasar The experiment aimed to find out the rice field conversion on QuickBird satellite imagery and its relation to food availability in the city of Denpasar. This experiment was conducted in the city of Denpasar and agricultural faculty campus, Udayana University. The method used is literature, QuickBird satellite image analysis, and food balance analysis. The result showed that the rice field conversion by QuickBird satellite image analysis results in Denpasar, in the period of five years (2002-2006) amounted to 21 hectares, for the year 2006-2012 268,69 hectares, and for the last ten years (2002-2012) at 270,79 hectares ha. In the Year 2012 City of Denpasar has a deficit of 94.221,62 tonnes of food crops for 1 times harvest, 94.212,55 tonnes for two times harvest, and 94.203,47 tonnes for three times harvest. Denpasar City remain in deficit despite experiencing three times food crops in a year. Denpasar in 2020 deficit amounted to 100.876,57 tonnes of food for one times harvest, 100,869.00 tonnes for the two times harvest, and 100.861,43 tons for three times harvest. Like the 2020, the 2030 growing higher deficit that is 129.702,50 tonnes crop for one times harvest, 129.696,82 tonnes for the two times harvest, and 129.691,14 tonnes for three times harvest. Keywords: rice field conversion, QuickBird, satellite image, food ability, 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali mengalami perkembangan pembangunan yang pesat khususnya pembangunan non pertanian. Persediaan lahan pertanian di wilayah Kota Denpasar berupa lahan persawahan, oleh karena itu pesatnya pembangunan berdampak pada alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lainnya seperti pemukiman dan sarana prasarana perkotaan seperti sarana pariwisata. Alih Fungsi lahan dari sawah ke non pertanian tercantum di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar (Pemerintah Kota Denpasar, 2011). Luas 100 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

lahan sawah di Kota Denpasar dalam kurun waktu lima tahun (2006 2012) mengalami penyusutan luas lahan sawah sebesar 120 ha (BPS Kota Denpasar, 2012). Fenomena ini muncul seiring semakin tingginya kebutuhan terhadap lahan di sektor non pertanian, terutama akibat dari pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan. Dampak dari alih fungsi lahan sawah tersebut akan mempengaruhi ketahanan pangan, khususnya penyediaan pangan. Semakin tinggi alih fungsi lahan sawah akan semakin menurunkan ketersediaan pangan di Kota Denpasar. Data luas sawah secara spasial sangat langka, pada umumnya data yang ada berupa data statistik dengan kumpulan angka-angka dan masih perlu diverifikasi dengan data lapangan. Untuk menguatkan ketelitian dari data statistik tersebut, dapat diatasi dengan menggunakan data dari citra satelit yang beresolusi tinggi. Data citra ini dapat merekam seluruh gambaran obyek dan atau kumpulan obyek secara geografis. Oleh karena itu data citra satelit dianggap lebih akurat dibanding dengan data yang hanya berupa angka saja. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian alih fungsi lahan sawah secara spasial dengan menggunakan sarana penginderaan jauh seperti Citra Satelit QuickBird sangat diperlukan untuk memperoleh data luas sawah dengan ketelitian yang tinggi (Anang, 2013). 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah mengetaui pola penyebaran lahan sawah secara spasial pada tahun 2002, 2006, dan 2012 di Kota Denpasar, mengetahui luas lahan sawah pada Citra Satelit QuickBird, dan luas alih fungsi lahan sawah selama lima sampai sepuluh tahun terakhir di masing-masing kecamatan dan Kota Denpasar? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuat peta lahan sawah Kota Denpasar pada tahun 2002, 2006,dan 2012, menghitung luas lahan sawah di masing-masing kecamatan dan Kota Denpasar pada tahun 2002, 2006, dan 2012, dan menghitung luas alih fungsi lahan sawah selama lima sampai sepuluh tahun terakhir di masingmasing kecamatan dan di Kota Denpasar. 2. Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar untuk pengecekan lapangan dan Kampus Sudirman Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang berlangsung dari bulan Januari 2014 sampai dengan April 2014. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Citra Satelit QuickBird (Google Earth Pro) Tahun 2002, 2006, dan 2012 Kota Denpasar, Peta RTRW tahun 2011 skala 1 : 15.000, software ArcView Versi 3.3, Peta Rupa Bumi Kota Denpasar skala 1 : 25.000 tahun 2002, data statistik BPS Kota Denpasar Tahun 2002, 2006, 2012, seperangkat laptop, alat tulis, kompas, dan kamera. Penelitian ini dilaksanakan dengan dengan metode http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 101

analisis Citra Satelit QuickBird dan analisis neraca pangan (beras). Metode pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut: 2.1. Analisis Citra Satelit QuickBird Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Satelit QuickBird yang bersumber dari Google Earth Pro tahun 2002, 2006, dan 2012. Interpretasi alih fungsi lahan dari Citra Satelit QuickBird dilakukan secara on-screen digitasi terhadap penggunaan lahan dan selanjutnya dilakukan cek lapangan untuk membuktikan kebenaran hasil interpretasi citra. Citra Satelit QuickBird merekam lokasi penelitian pada tanggal 05 Desember 2002, 16 Mei 2006, dan 16 November 2012. 2.2. Perhitungan Luas Sawah Pada Citra Satelit QuickBird Perhitungan luas sawah dilakukan setelah Citra Satelit QuickBird terkoreksi geometrik dengan menggunakan titik koordinat dari peta Rupa Bumi. Citra yang sudah terkoreksi akan mudah dianalisis dengan titik koordinat yang muncul pada citra, digitasi on screen diperlukan untuk membatasi petakan sawah pada citra. Kemudian dilakukan pengelompokkan (delimitasi) dan pembatasan lahan sawah (deliniasi). Lahan sawah dapat kita lihat pada citra dengan unsur-unsur interpretasi seperti bentuk yang berpetak-petak dengan ukuran yang kecil sampai sedang dengan tekstur yang halus. Kemudian setelah digitasi selesai maka dengan bantuan image analysis pada software Arcview 3.3., akan membantu untuk menghitung luas secara otomatis pada ArcView dengan memasukkan persamaan Luas Sawah = ReturnArea/100000 2.3. Perhitungan Neraca Pangan (Beras) Neraca pangan diperoleh berdasarkan dari selisih antara ketersediaan pangan dengan kebutuhan pangan di masing-masing kecamatan dan di Kota Denpasar. Neraca Pangan = Ketersediaan pangan - Kebutuhan pangan (1) - Ketersediaan Pangan Ketersediaan pangan (beras) diperoleh dari luas sawah dan produksi rata-rata beras/ha/tahun. Bobot beras diasumsikan 50 % dari Gabah Kering Panen (GKP). Ketersediaan Pangan = Luas sawah x Produksi rata-rata (2) - Kebutuhan Pangan Kebutuhan pangan (beras) diperoleh berdasarkan jumlah penduduk dikali dengan kebutuhan beras perjiwa/tahun sebesar 113 Kg/jiwa/tahun (BPS Kota Denpasar, 2012). Kebutuhan Pangan = Jumlah Penduduk x Kebutuhan beras perjiwa/tahun (3) 102 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

- Proyeksi Pangan Proyeksi neraca pangan tahun 2012, 2020, dan 2030 didasarkan pada proyeksi jumlah penduduk, luas sawah dalam Perda No 27 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Denpasar pasal 56 ayat 3 menyatakan bahwa pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan sebesar 1.560 Ha pada tahun 2030. Pada tahun 2020 luas sawah dihitung berdasarkan selisih luas sawah tahun 2012 dengan tahun 2030 dibagi dengan periode waktu (18 tahun) atau 2012-2030. 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan analisa data Citra Satelit QuickBird diperoleh hasil berupa: (a).ciri-ciri lahan sawah Citra QuickBird Kota Denpasar Gambar 1-5, (a). Peta lahan sawah Kota Denpasar tahun 2002, 2006, dan 2012 dari Citra Satelit QuickBird (Gambar 6,7,8), (c). Data luas sawah di masing-masing kecamatan tahun dan di Kota Denpasar 2002, 2006, dan 2012 (Tabel 1) dan grafik hubungan luas dari Citra Satelit QuickBird dan Data BPS Kota Denpasar (Gambar 9). (d). Data alih fungsi lahan sawah untuk lima tahun terakhir (2002-2006 ; 2006-2012) dan sepuluh tahun terakhir 2002-2012 di masing-masing kecamatan dan di Kota Denpasar (Tabel 2), (e). Data neraca pangan Kota Denpasar di masing-masing kecamatan dan Kota Denpasar tahun 2012 (Tabel 3). Lahan sawah pada Citra Satelit QuickBird dicirikan oleh bentuk berpetak segi empat, pola teratur, dan ukuran tergolong kecil sampai sedang. Warna (rona) bervariasi dari terang yang menunjukkan reflektan tanah, warna biru mencirikan reflektan air, dan warna hijau mencirikan reflektan vegetasi. Kombinasi ketiga warna sangat ditentukan oleh fase pertumbuhan padi pada lahan sawah, fase pertumbuhan padi meliputi fase pengolahan tanah, fase penanaman, fase pertumbuhan vegetatif sampai fase pertumbuhan vegetatif penuh, kemudian fase generatif dan fase panen. Masing-masing fase pertumbuhan pada Citra Satelit QuickBird disajikan dalam Gambar 1-5 dan dilengkapi dengan unsur-unsur interpretasi. Gambar 1. Fase Pengolahan Tanah http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 103

Pada fase pengolahan tanah, unsur yang nampak dipermukaan didominansi oleh tanah dibanding dengan unsur air dan belum ada tanaman padi. Oleh karena itu pantulan warna yang dipancarkan didominasi oleh unsur tanah. warna terang yang dominan warna biru yang mencirikan unsur air dan warna hijau yang mencirikan unsur vegetasi disekitar lahan seperti rumput-rumput, bukan padi. Gambar 2. Fase Penanaman Fase penanaman masih dicirikan oleh unsur tanah dan unsur air, oleh karena itu warnanya lebih gelap dibanding fase pengolahan tanah. Namun demikian bentuk petak terlihat dengan jelas. Gambar 3 Fase Pertumbuhan Vegetatif Fase pertumbuhan vegetatif dicirikan oleh tutupan vegetasi yang bervariasi semakin hijau warna yang terdapat pada citra satelit, semakin rapat tutupan vegetasinya. Oleh karena itu bentuk petak semakin berkurang. 104 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

Gambar 4. Fase Pembentukan Generatif Fase pertumbuhan generatif dicirikan oleh warna hijau yang memudar, terlihat warna vegetasi yang hijau kekuningan. Bentuk petak-petak semakin tidak terlihat. Ini menunjukkan bahwa hamparan sawah dengan padi telah menguning. Gambar 5. Fase Panen Fase panen dicirikan oleh warna hijau vegetasi yang memudar dengan warna kuning kecoklatan, menyebabkan munculnya butiran padi dan jerami. Bentuk petakpetak sawah sulit terlihat. Hasil digitasi on screen lahan sawah pada Citra Satelit QuickBird pada tahun 2002, 2006 dan 2012 disajikan pada Gambar 6 (Tahun 2002), Gambar 7 (Tahun 2006), dan Gambar 8 (Tahun 2012). Pola penyebaran lahan sawah pada umumnya terdapat di pinggir kota, penyebaran lahan sawah terbanyak terdapat di Kecamatan Denpasar Timur pada tahun 2002, selanjutnya Kecamatan Denpasar Selatan pada tahun 2006 dan 2012. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 105

Gambar 6. Peta Lahan Sawah di Kota Denpasar Tahun 2002 Gambar 7. Peta Lahan Sawah di Kota Denpasar Tahun 2006 106 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

Gambar 8. Peta Lahan Sawah di Kota Denpasar Tahun 2012 Luas lahan sawah hasil analisis Citra Satelit QuickBird diperoleh luas sawah tertinggi di Kecamatan Denpasar Timur sebesar 1.175,45 Ha pada tahun 2002, Kecamatan Denpasar Selatan sebesar 922,36 Ha pada tahun 2006, dan juga Kecamatan Denpasar Selatan sebesar 816,95Ha pada tahun 2012. Terendah di Kecamatan Denpasar Barat sebesar 634,33 Ha tahun 2002, 356,47 Ha tahun 2006, dan 331,25 Ha tahun 2012. Untuk Kota Denpasar diperoleh hasil sebesar 2.763,75 Ha tahun 2002, 2.761,65 Ha tahun 2006, dan 2.492,96 Ha tahun 2012 sebagaimana disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Data Luas Lahan Sawah Menurut Hasil BPS dan Hasil Analisis Citra Satelit di Kota Denpasar No. Kecamatan Hasil BPS (Ha) Hasil Citra (Ha) *2002 *2006 *2012 2002 2006 2012 1 Denpasar Utara 772,51 751,00 765,36 676,46 2 Denpasar Timur 1.128,00 726,00 694,00 1.175,45 717,46 668,3 3 Denpasar Barat 777,00 283,58 256,00 634,33 356,47 331,25 4 Denpasar Selatan 977,00 935,00 847,00 953,97 922,36 816,95 5 Kota Denpasar 2.882,00 2.717,09 2.548,00 2.763,75 2.761,65 2.492,96 Sumber: *Data BPS Kota Denpasar http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 107

Perbedaan data luas sawah dari hasil analisis Citra Satelit QuickBird dengan data BPS Kota Denpasar berkisar antara angka 0, 89% pada tahun 2002, 2,16 % pada tahun 2012, dan 7,57 % pada tahun 2012. Hasil analisis regresi luas sawah dari hasil data BPS Kota Denpasar dan analisis Citra Satelit QuickBird diperoleh nilai regresi sebesar 0.9896 yang disajikan dalam Gambar 9. Artinya bahwa tingkat ketelitian hasil analisis Citra Satelit QuickBird dibanding dengan data BPS Kota Denpasar berkisar antara antara angka 92,43 % sampai 99,11 %. BPS 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 y = 1,031x 42,74 R² = 0,989 0 200 400 600 800 1000 1200 QuickBird Gambar 9. Hubungan Luas Sawah Dari Citra QuickBird Dengan Data BPS Kota Denpasar Luas alih fungsi lahan sawah hasil analisis Citra QuickBird di Kota Denpasar dalam kurun waktu lima tahun (2002-2006) sebesar 2,1 (0,075%), tahun 2006-2012 sebesar 268,69 Ha, dan untuk sepuluh tahun terakhir (2002-2012) sebesar 270,79 Ha (9,79%). Menurut Data BPS Kota Denpasar luas alih fungsi lahan sawah di Kota Denpasar dalam kurun waktu lima tahun (2002-2006) sebesar 165 Ha (5,71%), tahun 2006-2012 sebesar 169,00 Ha (6,22%), dan untuk sepuluh tahun terakhir (2002-2012) sebesar 334 Ha (11,58%). Data dini disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut: Alih fungsi lahan terbesar terdapat di Kecamatan Denpasar Barat, hal ini disebabkan oleh pembangunan yang pesat dan lokasi lahan sawah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ditetapkan sebagai kawasan nonpertanian. Konversi lahan sawah terkecil terjadi di Kecamatan Denpasar Selatan, disusul oleh Kecamatan Denpasar Timur, dan Kecamatan Denpasar Utara. Rendahnya konversi lahan di Kecamatan Denpasar Selatan dan Denpasar Timur, karena dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar luas lahan sawah ditetapkan sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK). Pada Tahun 2012 Kota Denpasar telah mengalami defisit pangan sebesar 94.221,62 ton untuk 1x panen, 94.212,55 ton untuk 2x panen, dan 94.203,47 ton untuk 3x panen. Kota Denpasar tetap mengalami defisit pangan walaupun mengalami 3x panen dalam setahun. Tahun 2020 Kota Denpasar mengalami defisit pangan sebesar 100.876,57 ton untuk 1x panen, 100.869,00 ton untuk 2x panen, dan 108 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

100.861,43 ton untuk 3x panen. Layaknya tahun 2020, pada tahun 2030 Kota Denpasar mengalami defisit pangan yang semakin besar yaitu129.702,50 ton untuk 1x panen, 129.696,82 ton untuk 2x panen, dan 129.691,14 ton untuk 3x panen. Data neraca pangan Tabel 3. Tabel 2. Data Luas Alih Fungsi Lahan Sawah Hasil Citra QuicBird di Kota Denpasar Periode 5 sampai 10 Tahun Terakhir No. 1 2 3 4 Kecamatan Denpasar Utara Denpasar Timur Denpasar Barat Denpasar Selatan Kota Denpasar Luas Sawah (Ha) Hasil Citra (Ha) Hasil BPS (Ha) Periode Citra BPS Penyusutan % Penyusutan % 2002 = - 2002= - 2002-2006 2006 =765,36 2006=772,51 2006-2012 88,9 11,61% 21,51 2,78% 2012= 676,46 2012=751,00 2002-2012 2002=1.175,45 2002= 1.128 2002-2006 457,99 38,96% 402,00 35,6% 2006= 717,46 2006=726,00 2006-2012 49,16 6,85% 32,00 4,40% 2012= 668,3 2012=694,00 2002-2012 507,15 43,14% 434,00 38,47% 2002=634,33 2002=777,00 2002-2006 277,86 43,80% 493,42 63,50 2006= 356,47 2006=283,58 2006-2012 25,22 7,07% 27,56 9,71% 2012= 331,25 2012=256,00 2002-2012 303,08 47,77% 521,00 67,05 2002= 953,97 2002=977,00 2002-2006 31,61 3,31% 42,00 4,29% 2006= 922,36 2006=935,00 2006-2012 105,41 11,42% 88,00 9,41 2012= 816,95 2012=847,00 2002-2012 137,02 14,36% 130,00 13,3% 2002= 2763,75 2002=2.882,00 2002-2006 2,1 0,075% 165,00 5,71% 2006= 2761,65 2006= 2717,09 2006-2012 268,69 9,72% 169,00 6,22% 2012=2.492,96 2012=2.548,00 2002-2012 270,79 9,79% 334,00 11,58% Tabel 3. Neraca Pangan Kota Denpasar Tahun 2012, 2020, 2030 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1). Pola Penyebaran lahan sawah pada umumnya terdapat di pinggir Kota Denpasar, pola persebaran terbesar http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 109

terdapat di Kecamatan Denpasar Timur pada tahun 2002 dan Kecamatan Denpasar Selatan pada tahun 2006 dan 2012. Lahan sawah pada Citra Satelit QuickBird dicirikan oleh bentuk berpetak-petak segi empat, pola teratur, ukuran tergolong kecil sampai sedang, (2). Luas lahan sawah di Kota Denpasar hasil analisis Citra Satelit QuickBird sebesar 2.763,75 Ha tahun 2002,2.761,65 Ha tahun 2006, dan 2.492,96 Ha tahun 2012.Perbedaan ketelitian data luas sawah dari hasi interpretasi Citra Satelit QuickBird dengan data BPS Kota Denpasar berkisar antara 92,43 % - 99,11 % dengan nilai regresi (R 2 ) sebesar 0,9896, (3).Alih fungsi lahan di Kota Denpasar selama sepuluh tahun terakhir (2002-2012) sebesar 270,79 Ha. Tertinggi di Kecamatan Denpasar Barat (47,77%) dan terendah di Kecamatan Denpasar Selatan (14,36%). Berdasarkan hasil dan pembahasan pada skripsi ini, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan Citra QuickBird olah mentah dalam menganalisis alih fungsi luas lahan sawah untuk mendapatkan kualitas citra dan akurasi data yang baik. Alih fungsi lahan di Kota Denpasar sangat meningkat pesat dari tahun ke tahun, ini perlu diminimalkan dengan membuat peraturan daerah untuk mempertahankan dan melestarikan lahan sawah, serta memberi perhatian khusus terhadap petani supaya lahan sawah mereka tidak mudah untuk dialih fungsikan. 5. Ucapan Terima Kasih Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu dan Bapak Pembimbing Prof.Dr.Ir.Indayati Lanya, MS dan Dr. Ir. I Wayan Nuarsa, M.Si yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam pelaksanaan penelitian ini semoga penelitian ini dapat bermanfaat kedepannya. Daftar Pustaka Anang, M. 2013. Aplikasi Citra Satelit QuickBitd Untuk Pemetaan Lingkungan, Yayasan Andi. Jakarta BPS. 2002. Denpasar Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Kota Denpasar BPS. 2006. Denpasar Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Kota Denpasar BPS. 2012. Denpasar Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Kota Denpasar Lanya. I. 2004. Teknologi Remote Sensing Dalam Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan.Universitas Udayana. Denpasar Pemerintah Kota Denpasar. 2011. Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011-2031. Pemerintah Kota Denpasar.Denpasar 110 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat