JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BERITA RESMI STATISTIK

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 OLEH : DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan, SALINAN NOMOR 15 TAHUN 2017 Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA


BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

DAFTAR MoA USU TAHUN 2007

Pemerintahan Government

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

RAPAT KOORDINASI PELAPORAN RENCANA AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (PPK) B12 PEMERINTAH KOTATANJUNGBALAI TAHUN

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

Keikutsertaan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN SGD Bandung dalam Program Layanan Hukum di Melbourne, Australia

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov

KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan basis pembangunan bangsa. Apabila kita menginginkan

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

NSPK Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

Transkripsi:

STUDI DASAR AIPJ TENTANG IDENTITAS HUKUM JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA RINGKASAN DATA SUMATERA UTARA

3 ALASAN IDENTITAS HUKUM PENTING BAGI PEMBANGUNAN INDONESIA 1. DAMPAK Tidak dimilikinya akta kelahiran berkorelasi erat dengan pernikahan usia anak di Indonesia Sekolah saat ini cenderung tidak mendukung anak yang dinikahkan untuk meneruskan pendidikan Anak yang punya akta kelahiran memiliki akses lebih baik pada layanan kesehatan Luaran pendidikan yang lebih baik berkorelasi dengan dimilikinya akta kelahiran Dokumen identitas hukum penting untuk: Ikut pemilihan umum Melamar pekerjaan di sektor publik maupun swasta Mendapatkan paspor resmi agar pekerja migran lebih terlindungi Mengakses program perlindungan sosial 3. DATA 2. HAK Data yang lebih baik = luaran pembangunan yang lebih baik bagi anak, laki-laki dan perempuan Kecuali sensus yang diadakan 10 tahun sekali, pemerintah belum memiliki data akurat untuk secara efektif mengalokasikan sumber-sumber daya kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang saat ini 50-75% di antaranya tidak memiliki akta kelahiran Indonesia adalah penandatangan berbagai instrumen internasional yang menjamin hak setiap individu akan identitas hukum Pada 2013,) Laporan Panel Tingkat Tinggi Tokoh Terkemuka (High-Level Panel of Eminent Persons) untuk Agenda Pembangunan Pasca-2015 mengajukan usulan tujan - tujuan ke-10: Memastikan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Kelembagaan yang efektif agar Negara memberikan identitas hukum secara gratis dan universal, seperti pencatatan kelahiran

Studi dasar mencakup kegiatan kompilasi dan analisis data dari berbagai sumber dan studi Survei Rumah Tangga yang dilakukan oleh PEKKA terhadap lebih dari 320.000 orang di 17 provinsi Studi kuantitatif cross-sectional di Jawa Barat, NTB, dan NTT serta studi kualitatif di Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara yang dilakukan PUSKAPA Analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Analisis data dari penyedia layanan identitas hukum: Mahkamah Agung RI (Ditjen Badilag dan Badilum) Kemendagri Kemenag Kantor/Dinas terkait di 20 kabupaten/kota di Jabar, NTB, NTT, Sulsel dan Sumut Wawancara mendalam dengan para pemangku kepentingan yang merupakan pengambil kebijakan atau pihak penyedia layanan di 5 provinsi (Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara) dan 20 kabupaten/kota yang dilakukan oleh Program Identitas Hukum AIPJ dan PUSKAPA Tujuan dan Metodologi Studi Studi ini merupakan studi dasar (baseline study) yang dilakukan di tahun 2012-2013 oleh AIPJ (Australia Indonesia Partnership for Justice, Kemitraan Australia Indonesia untuk Keadilan) dan merupakan upaya penelitian kolaboratif yang menggabungkan data dan analisis dari berbagai sumber dan studi penelitian yang dilakukan oleh AIPJ dan beberapa organisasi mitra. memberikan informasi mengapa kepemilikan akta kelahiran merupakan hal yang penting bagi kesejahteraan dan pembangunan sosial anak-anak di Indonesia memberikan informasi mengapa akta/buku nikah dan akta cerai serta berbagai dokumen identitas hukum lainnya merupakan hal penting bagi kesejahteraan dan pembangunan sosial perempuan di Indonesia menguraikan berbagai tantangan yang dihadapi oleh warga masyarakat, khususnya perempuan miskin, anak-anak rentan, dan penyandang disabilitas, dalam upaya memperoleh akta kelahiran, akta/buku nikah, atau akta cerai di Indonesia memberikan usulan kebijakan strategis serta tanggapan dan pelaksanaan yang dapat diambil untuk mengatasi berbagai kendala dalam upaya memperoleh akta kelahiran, akta/buku nikah, atau akta cerai di Indonesia sebagaimana telah diidentifikasi sebelumnya Studi dasar dilakukan atas kerjasama Mahkamah Agung RI, termasuk Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi serta Pengadilan Tinggi Agama Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri), termasuk dinas-dinas yang ada di tingkat kabupaten/kota dan provinsi Kementrian Agama (Kemenag), termasuk dinas-dinas yang ada di tingkat kabupaten/kota dan provinsi Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan pemerintah daerah Pusat Kajian Perlindungan Anak Universitas Indonesia (PUSKAPA) LSM Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

ANAK TANPA AKTA KELAHIRAN di beberapa negara, termasuk Indonesia dokumen resmi yang menunjukkan status pernikahan orang tua adalah persyaratan akta kelahiran anak dengan nama ayah dan nama ibu akta kelahiran Buku/Akta Nikah/Akta Cerai akta kelahiran dengan nama kedua orang tua adalah hak anak dan memberikan perlindungan hukum yang lebih (waris, pengasuhan, dll.) 64% orang tua memandang negatif akta kelahiran dengan hanya nama ibu 47% anak tidak tercatat, secara nasional 50% pernikahan tidak tercatat, secara nasional di keluarga 30% termiskin 75% anak tidak punya akta kelahiran 55% pasangan tidak punya akta/buku nikah di pedesaan anak yang tidak punya akta kelahiran dua kali lipat jumlahnya dibanding di perkotaan berbagai persyaratan seperti KTP dan KK juga harus dipenuhi sebelum mengurus akta kelahiran anak akta kelahiran KTP padahal di antara perempuan pada 30% keluarga termiskin, hanya separuhnya yang memiliki KTP

ketiadaan identitas hukum diwariskan lintas generasi anak dari orang tua yang tidak punya akta kelahiran 3 kali lebih tidak mungkin punya akta kelahiran anak dari kakek-nenek yang tidak punya akta kelahiran 13 kali lebih tidak mungkin punya akta kelahiran keterkaitan ketiadaan identitas hukum dengan disabilitas anak dari orang tua yang memiliki disabilitas fisik 5 kali lebih tidak mungkin punya akta kelahiran ketiadaan akta kelahiran mempengaruhi kesempatan anak meneruskan pendidikan saat anak punya akta kelahiran, kemungkinan mereka meningkat 58% untuk berada di SMP saat anak punya akta kelahiran, kemungkinan mereka meningkat 89% untuk berada di SMA Akta kelahiran juga merupakan suatu dokumen hukum yang membuktikan usia seseorang, dan selayaknya dapat membantu mencegah anak dipekerjakan sebagai pekerja anak, mengalami perdagangan anak, ataupun diperlakukan sebagai orang dewasa dalam sistem pemidanaan secara nasional tidak ada perbedaan signifikan kepemilikan akta kelahiran secara gender, tetapi dampak lebih berat dialami anak perempuan

Secara nasional, 29% atau lebih dari 24 juta anak di Indonesia tidak memiliki Akta Kelahiran Di SUMATERA UTARA, anak yang tidak memiliki Akta Kelahiran sebesar 52% atau lebih dari 2,6 juta anak (SUSENAS 2012) 100 ANAK PEREMPUAN DI SUMATERA UTARA YANG HIDUP DI DALAM 30% Hanya 21 anak memiliki akta kelahiran sebelum berusia 1 tahun. Hanya 23 anak memiliki akta kelahiran sebelum 18 tahun. 20 anak dinikahkan pada usia 18 atau lebih muda. 19 dari 20 anak ini tidak punya akta kelahiran. Sekolah tidak mendukung anak yang telah menikah untuk meneruskan pendidikan 12 tahun. Hampir tidak ada (hanya 3 dari 1.000) anak yang tamat sekolah 12 tahun. 12 anak dinikahkan pada usia 17 atau lebih muda. Tidak seorangpun dari anak ini punya akta kelahiran. Hampir tak ada (hanya 1 dari 1.000) anak yang tamat sekolah 12 tahun. 6 anak dinikahkan pada usia 16 atau lebih muda. Tidak seorangpun dari anak ini punya akta kelahiran. Tidak seorangpun dari anak ini yang tamat pendidikan 12 tahun. 4 anak dinikahkan pada usia 15 atau lebih muda. Tidak seorangpun dari anak ini punya akta kelahiran. Tidak seorangpun dari anak ini yang tamat pendidikan 12 tahun. KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGATUR BAHWA SETIAP INDIVIDU UU Perkawinan (1/1974) menyatakan batas minimum usia menikah 32% pasangan tidak memiliki akta/ 90% anak-anak mereka tidak Anak hanya bisa mendapatkan akta kelahiran dengan nama 17 perempuan usia 19-29 tahun tamat pendidikan 12 tahun di Indonesia. Tidak ada dari mereka menikah sebelum usia 18 tahun. 1 Hanya 14% perempuan usia 19-29 tahun tanpa akta kelahiran yang bisa tamat pendidikan 12 tahun. 45% perempuan usia 19-29 tahun yang punya akta kelahiran dapat tamat pendidikan 12 tahun. 61 perempuan usia 19-29 tahun hanya bersekolah sampai SD. Di Sumatera Utara, orang tua yang lebih mungkin punya anak tanpa akta kelahiran, menunjukkan 1 Memotret pendidikan tertinggi kelompok 19-29 tahun menunjukkan akses pada pendidikan yang lebih akurat bagi laki-laki dan perempuan. Apabila seluruh populasi di atas 19 tahun dilihat maka angka menjadi semakin kecil karena kebanyakan orang yang lebih tua bahkan tidak tamat SD.

Secara nasional, 47% atau lebih dari 40 juta anak di Indonesia tidak memiliki akta kelahiran apabila turut memasukkan jumlah mereka yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya Secara nasional, 64% anak yang tidak memiliki Akta Kelahiran berasal dari keluarga termiskin Di SUMATERA UTARA, angka tersebut mencapai 63% atau lebih dari 3,2 juta anak bila turut memasukkan jumlah mereka yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya (SUSENAS 2012) 76% anak yang tidak memiliki akta kelahiran 30% keluarga termiskin di SUMATERA UTARA (PEKKA SPKBK 2012) 100 ANAK LAKI-LAKI DI SUMATERA UTARA KELUARGA TERMISKIN DI PROPINSINYA Hanya 22 anak memiliki akta kelahiran sebelum berusia 1 tahun. Hanya 25 anak memiliki akta kelahiran sebelum 18 tahun. 1 anak dinikahkan pada usia 18 atau lebih muda. 1 anak dinikahkan pada usia 17 atau lebih muda. Tidak ada anak dinikahkan pada usia 16 atau lebih muda. Tidak ada anak dinikahkan pada usia 15 atau lebih muda. (DIRATIFIKASI INDONESIA PADA 1990) DI BAWAH 18 TAHUN ADALAH ANAK. adalah 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki. buku nikah dari Capil atau KUA. memiliki akta kelahiran. kedua orang tua apabila akta/buku nikah orang tua disertakan. 12 laki-laki usia 19-29 tahun tamat pendidikan 12 tahun di Indonesia. Tidak ada dari mereka menikah sebelum usia 18 tahun. Hanya 10% laki-laki usia 19-29 tahun tanpa akta kelahiran yang bisa tamat pendidikan 12 tahun. 24% laki-laki usia 19-29 tahun yang punya akta kelahiran dapat tamat pendidikan 12 tahun. 68 laki-laki usia 19-29 tahun hanya bersekolah sampai SD. tidak punya akta kelahiran tiga kali ketiadaan identitas hukum diturunkan lintas generasi Sumber: PEKKA, Survei Rumah Tangga 2012 dan PUSKAPA-AIPJ, Studi Dasar Identitas Hukum 2013

KEPEMILIKAN SUSENAS 2012 menunjukkan bahwa dari 5.248.273 anak usia 0-17 tahun di Sumatera Utara, 50% diantaranya tidak memiliki akta kelahiran. Angka tersebut meningkat hingga 63% jika turut memasukkan jumlah mereka yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya. Sementara itu di tingkat Kabupaten, angka tersebut cukup bervariasi. Di Kabupaten Mandailing Natal misalnya, jumlah anak yang tidak memiliki akta kelahiran dan mengaku memiliki tetapi tidak dapat menunjukkannya mencapai 79% dari total populasi anak di tahun 2012. Sementara itu di Kabupaten Asahan data tersebut mencapai 53%, di Kabupaten Humbang Hasundutan 71%, dan di Kabupaten Langkat 72%. SUSENAS menanyakan perihal kepemilikan Akta Kelahiran pada penduduk usia 0-17 tahun dengan pilihan jawaban: i) Punya dan bisa menunjukkan ii) Punya tapi tidak bisa menunjukkan iii) Tidak Punya iv) Tidak Tahu Gambar di bawah ini menunjukkan persentase kepemilikan akta kelahiran anak usia 0-17 tahun (SUSENAS 2012) yang (i) memiliki akta kelahiran, (ii) tidak memiliki akta kelahiran dan (iii) tidak memiliki dan mengaku memiliki tetapi tidak dapat menunjukkan dokumen. Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Anak Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 37% 50% 63% Studi Dasar yang dilakukan PUSKAPA dan AIPJ pada 2013 menunjukkan bahwa 73% dari mereka yang menjawab Punya tapi tidak bisa menunjukkan pada akhirnya mengaku tidak pernah memiliki dokumen tersebut. Memiliki Akta Kelahiran Sumber: SUSENAS 2012 Tidak Memiliki Akta Kelahiran Tidak Memiliki + Mengaku Memiliki Tetapi Tidak Bisa Menunjukkan Akta Kelahiran Tabel 1. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran di Sumatera Utara (SUSENAS) Kabupaten/Kota Tidak Memiliki Tahun 2011 2012 2011 (%) 2012 (%) Tidak Memiliki + Mengaku Mebisa tunjukkan dokumen Tidak Memiliki Tidak Memiliki + Mengaku Mebisa tunjukkan dokumen Tidak Memiliki Tidak Memiliki + Mengaku Mebisa tunjukkan dokumen Tidak Memiliki Tidak Memiliki + Mengaku Mebisa tunjukkan dokumen Asahan 125,858 169,292 98,899 141,060 47% 63% 37% 53% Humbang Hasundutan 62,213 65,307 58,562 60,292 78% 82% 69% 71% Langkat 219,353 266,869 228,776 264,951 60% 73% 62% 72% Mandailing Natal 137,232 146,758 130,797 143,074 79% 84% 72% 79% Batu Bara 110,100 120,148 80,021 93,251 72% 79% 51% 60% Binjai 32,736 41,679 26,043 40,364 35% 44% 30% 46% Dairi 73,845 85,188 71,981 83,080 62% 72% 59% 69% Deli Serdang 388,100 458,427 310,398 410,268 55% 65% 44% 58% Gunungsitoli 25,870 32,351 22,166 27,333 49% 61% 33% 50% Karo 44,692 54,168 34,108 45,507 34% 41% 24% 32% Labuhan Batu 115,870 133,442 105,285 116,946 67% 77% 59% 65% Labuhan Batu Selatan 67,013 85,538 69,971 91,115 59% 75% 57% 74% Labuhan Batu Utara 92,710 97,497 84,954 90,861 69% 73% 60% 65% Medan 321,344 477,656 260,712 401,844 42% 63% 45% 57% Nias 50,175 53,923 49,644 52,456 83% 89% 79% 83% Nias Barat 26,230 29,300 26,793 29,551 72% 80% 69% 76% Nias Selatan 109,776 118,728 117,050 124,374 84% 90% 85% 90% Nias Utara 47,470 51,074 44,881 49,391 82% 88% 74% 81% Padang Lawas 64,225 69,380 57,284 75,763 64% 70% 52% 69% Padang Lawas Utara 61,797 73,510 46,830 71,990 63% 75% 43% 66% Padangsidimpuan 24,780 42,178 18,922 43,552 31% 53% 20% 54% Pakpak Bharat 14,531 15,085 14,663 14,880 80% 83% 74% 75% Pematang Siantar 34,856 54,166 22,295 38,484 37% 58% 25% 44% Samosir 25,828 32,094 27,425 31,175 49% 61% 50% 57% Serdang Bedagai 127,046 149,873 119,752 147,598 56% 66% 53% 65% Sibolga 16,570 25,759 6,120 11,160 46% 71% 18% 33% Simalungun 147,784 173,582 167,028 192,364 47% 56% 53% 61% Tanjung Balai 19,143 31,753 15,376 30,863 28% 46% 23% 46% Tapanuli Selatan 78,155 85,481 72,527 79,573 70% 77% 62% 68% Tapanuli Tengah 85,130 99,416 81,973 100,647 61% 71% 55% 67% Tapanuli Utara 80,611 91,250 84,380 87,147 66% 75% 67% 69% Tebing Tinggi 17,134 30,468 8,086 30,065 30% 53% 13% 55% Toba Samosir 39,464 50,346 36,899 45,665 54% 68% 49% 60% Total 2,887,641 3,511,686 2,600,601 3.266.645 55% 67% 50% 62%

ANGKA KELAHIRAN DAN AKTA KELAHIRAN Jumlah Kelahiran Hidup di Sumatera Utara pada tahun 2011 mencapai 298.746 anak. Jika data tersebut dibandingkan dengan data estimasi jumlah anak di bawah 1 tahun 1 yang memiliki dan dapat menunjukkan akta kelahiran pada tahun 2012, maka cakupan kepemilikan akta kelahiran di Sumatera Utara pada 2012 adalah sebesar 16%. Pada tahun berikutnya angka cakupan tersebut meningkat menjadi 40%. Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup di SUMATERA UTARA Tahun 2011 Estimasi jumlah anak usia di bawah 1 tahun yang memiliki akta kelahiran dan dapat menunjukkan dokumen di SUMATERA UTARA Tahun 2012 Cakupan 298.746 46.437 16% Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup di SUMATERA UTARA Tahun 2012 301.667 Estimasi jumlah anak usia di bawah 1 tahun yang memiliki akta kelahiran dan dapat menunjukkan dokumen di SUMUT Tahun 2013 120.587 Cakupan 40% Data Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup: PUSDATIN Kementerian Kesehatan Data Estimasi Jumlah Kepemilikan Akta Kalahiran: SUSENAS Apabila turut memasukkan jumlah anak yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya, maka cakupan ini meningkat menjadi 22%. Pada tahun berikutnya angka cakupan tersebut meningkat menjadi 28%. Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup di SUMATERA UTARA Tahun 2011 Estimasi Jumlah anak usia di bawah 1 tahun yang memiliki akta kelahiran dan dapat menunjukkan dokumen + mengaku memiliki tetapi tidak dapat menunjukkan dokumen di SUMUT Tahun 2012 298.746 64,607 Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup di SUMATERA UTARA Tahun 2012 301.667 Estimasi Jumlah anak usia di bawah 1 tahun yang memiliki akta kelahiran dan dapat menunjukkan dokumen + mengaku memiliki tetapi tidak dapat menunjukkan dokumen di SUMUT Tahun 2013 84.714 Cakupan 22% Cakupan 28% Data Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup: PUSDATIN Kementerian Kesehatan Data Estimasi Jumlah Kepemilikan Akta Kalahiran: SUSENAS 1 Anak usia 1 hari sampai dengan 1 tahun kurang satu hari

KEMISKINAN Data nasional menunjukkan bahwa hidup dalam kemiskinan menurunkan peluang seseorang memiliki dokumen identitas hukum, termasuk akta kelahiran. Data di Sumatera Utara menunjukkan bahwa 19% anak yang tidak memiliki akta kelahiran, adalah mereka yang hidup di keluarga termiskin (Q1). Sementara itu, hanya 6% Anak di keluarga terkaya (Q5) yang tidak memiliki akta kelahiran. Persentase Anak Tanpa Akta Kelahiran Berdasarkan Kuintil Sosial Ekonomi Rumah Tangga Provinsi Sumatera Utara (SUSENAS 2012) 19% 33% 25% 17% 6% Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 20% termiskin 20% terkaya

GENDER Data nasional menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan gender antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam kepemilikan akta kelahiran. Hal yang sama juga terjadi di Provinsi Sumatera Utara. Pada 2012, jumlah anak laki-laki yang tidak memiliki akta kelahiran di Sumatera Utara mencapai 51% dari seluruh populasi. Sementara jumlah anak perempuan yang tidak memiliki akta kelahiran mencapai 49% dari seluruh populasi. Sementara itu, jumlah anak laki-laki yang tidak memiliki akta kelahiran ditambah jumlah yang mengaku memiliki tetapi tidak bisa tunjukkan dokumen mencapai 63% dari total populasi anak laki-laki di Sumatera Utara. Di sisi lain, jumlah anak perempuan yang tidak memiliki akta kelahiran ditambah mereka yang mengaku memiliki tetapi tidak bisa tunjukkan dokumen mencapai 61% dari total populasi anak perempuan di Sumatera Utara. Perbedaan gender di Sumatera Utara tidak mempengaruhi tingkat kepemilikan akta kelahiran bagi anak (selisih hanya sebesar 2%). Tabel 2. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran Berdasarkan Gender di Sumatera Utara (SUSENAS 2012) Laki-laki Perempuan Selisih rasio Kabupaten/Kota Proporsi Proporsi - Populasi memiliki akta terhadap Populasi memiliki akta terhadap milikan akta kelahiran populasi kelahiran populasi kelahiran L - P Asahan 138,837 50,534 36% 129,413 48,365 37% -1% Humbang Hasundutan 43,764 30,715 70% 40,899 27,847 68% 2% Langkat 189,757 116,007 61% 179,143 112,770 63% -2% Mandailing Natal 94,376 67,444 71% 87,876 63,353 72% -1% Batu Bara 80,136 41,687 52% 76,434 38,333 50% 2% Binjai 44,832 13,184 29% 43,740 12,858 29% 0% Dairi 62,842 38,478 61% 58,282 33,503 57% 4% Deli Serdang 355,368 164,906 46% 348,397 145,491 42% 5% Gunungsitoli 28,647 11,553 40% 26,295 10,613 40% 0% Karo 72,703 16,778 23% 68,164 17,330 25% -2% Labuhan Batu 90,422 53,602 59% 89,057 51,683 58% 1% Labuhan Batu Selatan 63,351 36219 57% 60,324 33752 56% 1% Labuhan Batu Utara 72,154 46090 64% 68,784 38864 57% 7% Medan 356,780 136,341 38% 350,178 124,370 36% 3% Nias 32,383 25,114 78% 30,586 24,530 80% -3% Nias Barat 19,543 13,036 67% 19,269 13,758 71% -5% Nias Selatan 70,741 60,643 86% 67,718 56,408 83% 2% Nias Utara 31,307 23774 76% 29,462 21107 72% 4% Padang Lawas 55,010 31738 58% 54,222 25546 47% 11% Padang Lawas Utara 55,945 25443 45% 53,297 21387 40% 5% Padangsidimpuan 40,791 10,303 25% 40,503 8,620 21% 4% Pakpak Bharat 10,123 7,881 78% 9,742 6,782 70% 8% Pematang Siantar 43,989 9,733 22% 44,591 12,562 28% -6% Samosir 28,369 14,198 50% 26,567 13,226 50% 0% Serdang Bedagai 115,288 61,570 53% 110,690 58,182 53% 1% Sibolga 17,454 3,049 17% 16,258 3,071 19% -1% Simalungun 161,034 88,975 55% 152,692 78,053 51% 4% Tanjung Balai 34,379 8,363 24% 32,283 7,014 22% 3% Tapanuli Selatan 60,045 38,159 64% 56,352 34,368 61% 3% Tapanuli Tengah 76,769 41,844 55% 72,825 40,129 55% -1% Tapanuli Utara 64,543 43,218 67% 62,159 41,163 66% 1% Tebing Tinggi 27,389 4,199 15% 27,214 3,887 14% 1% Toba Samosir 38,721 18,846 49% 37,065 18,053 49% 0% Total 2,677,792 1,353,624 51% 2,570,481 1,246,978 49% 2% Tabel 3. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran + Mengaku Memiliki Tetapi Tidak Bisa Menunjukkan Dokumen Berdasarkan Gender di Sumatera Utara (SUSENAS 2012) Laki-laki Perempuan - - Selisih rasio Kabupaten/Kota liki Akta Kelahiran + Proporsi liki Akta Kelahiran + Proporsi - Populasi Mengaku Memiliki terhadap Populasi Mengaku Memiliki terhadap milikan akta Tetapi Tidak Bisa populasi Tetapi Tidak Bisa populasi kelahiran L - P Tunjukkan Dokumen Tunjukkan Dokumen Asahan 138,837 72,773 52% 129,413 68,287 53% 0% Humbang Hasundutan 43,764 31,492 72% 40,899 28,800 70% 2% Langkat 189,757 137,634 73% 179,143 127,317 71% 1% Mandailing Natal 94,376 75,525 80% 87,876 67,549 77% 3% Batu Bara 80,136 48,742 61% 76,434 44,509 58% 3% Binjai 44,832 20,440 46% 43,740 19,924 46% 0% Dairi 62,842 44,591 71% 58,282 38,489 66% 5% Deli Serdang 355,368 215,205 61% 348,397 195,062 56% 5% Gunungsitoli 28,647 14,114 49% 26,295 13,218 50% -1% Karo 72,703 21,449 30% 68,164 24,059 35% -6% Labuhan Batu 90,422 59,884 66% 89,057 57,061 64% 2% Labuhan Batu Selatan 63,351 47,337 75% 60,324 43,778 73% 2% Labuhan Batu Utara 72,154 48,732 68% 68,784 42,129 61% 6% Medan 356,780 205,915 58% 350,178 195,928 56% 2% Nias 32,383 26,275 81% 30,586 26,180 86% -4% Nias Barat 19,543 14,430 74% 19,269 15,122 78% -5% Nias Selatan 70,741 63,829 90% 67,718 60,545 89% 1% Nias Utara 31,307 26,070 83% 29,462 23,320 79% 4% Padang Lawas 55,010 40,178 73% 54,222 35,584 66% 7% Padang Lawas Utara 55,945 37,822 68% 53,297 34,169 64% 3% Padangsidimpuan 40,791 22,008 54% 40,503 21,544 53% 1% Pakpak Bharat 10,123 8,036 79% 9,742 6,844 70% 9% Pematang Siantar 43,989 18,442 42% 44,591 20,042 45% -3% Samosir 28,369 15,857 56% 26,567 15,318 58% -2% Serdang Bedagai 115,288 76,380 66% 110,690 71,217 64% 2% Sibolga 17,454 5,518 32% 16,258 5,642 35% -3% Simalungun 161,034 102,689 64% 152,692 89,675 59% 5% Tanjung Balai 34,379 16,250 47% 32,283 14,614 45% 2% Tapanuli Selatan 60,045 41,495 69% 56,352 38,078 68% 2% Tapanuli Tengah 76,769 50,660 66% 72,825 49,987 69% -3% Tapanuli Utara 64,543 44,689 69% 62,159 42,459 68% 1% Tebing Tinggi 27,389 14,744 54% 27,214 15,321 56% -2% Toba Samosir 38,721 23,251 60% 37,065 22,414 60% 0% Total 2,677,792 1,692,456 63% 2,570,481 1,574,185 61% 2%

AKSES Data nasional menunjukkan adanya kesenjangan hingga dua kali lipat antara jumlah anak-anak di perkotaan yang memiliki akta kelahiran dibandingkan dengan mereka yang berada di wilayah pedesaan. Kesenjangan kepemilikan akta kelahiran antara wilayah perkotaan dan pedesaan juga terjadi di Provinsi Sumatera Utara. Pada 2012, jumlah anak yang tidak memiliki akta kelahiran di wilayah perkotaan tercatat sebesar 38% dari jumlah seluruh populasi. Sementara jumlah anak yang tidak memiliki akta kelahiran di wilayah pedesaan tercatata sebesar 60% dari seluruh populasi. Jika turut memasukan jumlah anak yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya, maka persentase tersebut meningkat hingga 55% di wilayah perkotaan. Sementara di wilayah pedesaan, angka tersebut mencapai 69%. Tabel 4. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran Berdasarkan Wilayah di Sumatera Utara (SUSENAS 2012) Kabupaten/Kota Populasi Anak di Kota Kota Jumlah Anak Tanpa Akta Kelahiran di Kota Proporsi terhadap populasi Populasi Anak di Desa Desa Jumlah Anak Tanpa Akta Kelahiran di Kota Proporsi terhadap populasi Asahan 106,010 34,948 33% 162,239 63,951 39% Humbang Hasundutan 10,570 5,587 53% 74,093 52,975 72% Langkat 122,969 72,793 59% 245,931 155,983 63% Mandailing Natal 30,064 18,872 63% 152,188 111,925 74% Batu Bara 50,858 23,928 47% 105,713 56,092 53% Binjai 85,078 23,599 28% 3,494 2,444 70% Dairi 21,228 6,393 30% 99,896 65,588 66% Deli Serdang 531,817 205,425 39% 171,948 104,973 61% Gunungsitoli 15,461 4,150 27% 39,480 18,016 46% Karo 35,655 6,378 18% 105,211 27,730 26% Labuhan Batu 71,316 28,785 40% 108,164 76,500 71% Labuhan Batu Selatan 24,309 14,358 59% 99,366 55,613 56% Labuhan Batu Utara 19,628 11,752 60% 121,309 73,202 60% Medan 706,957 260,712 37% - - - Nias 764 675 88% 62,205 48,969 79% Nias Barat - 38,812 26,793 69% Nias Selatan 4,511 1,640 36% 133,948 115,411 86% Nias Utara 1,435 746 52% 59,335 44,134 74% Padang Lawas 11,551 4,343 38% 97,681 52,941 54% Padang Lawas Utara 5,842 1,659 28% 103,400 45,171 44% Padangsidimpuan 57,985 9,241 16% 23,309 9,681 42% Pakpak Bharat 885 246 28% 18,980 14,417 76% Pematang Siantar 88,581 22,295 25% - - - Samosir 5,402 2,854 53% 49,534 24,571 50% Serdang Bedagai 83,580 48,849 58% 142,399 70,903 50% Sibolga 33,712 6,120 18% - - - Simalungun 99,016 45,333 46% 214,710 121,695 57% Tanjung Balai 66,663 15,376 23% - - - Tapanuli Selatan 5,151 2,433 47% 111,247 70,094 63% Tapanuli Tengah 38,210 15,539 41% 111,383 66,434 60% Tapanuli Utara 13,318 3,747 28% 113,384 80,633 71% Tebing Tinggi 54,603 8,086 15% - - - Toba Samosir 19,155 6,856 36% 56,630 30,043 53% Total 2,422,284 913,718 38% 2,825,989 1,686,882 60% Tabel 5. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran + Mengaku Memiliki Tetapi Tidak Bisa Tunjukkan. Berdasarkan Wilayah di Sumatera Utara (SUSENAS 2012) Kabupaten/Kota Populasi Anak di Kota Kota Jumlah Anak Tanpa Akta Kelahiran+Mengaku Memiliki Tapi Tidak Bisa Tunjukkan Dokumen Proporsi terhadap populasi Populasi Anak di Desa Desa Jumlah Anak Tanpa Akta Kelahiran+Mengaku Memiliki Tapi Tidak Bisa Tunjukkan Dokumen Proporsi terhadap populasi Asahan 106,010 60,879 57% 162,239 80,181 49% Humbang Hasundutan 10,570 5,587 53% 74,093 54,704 74% Langkat 122,969 85,921 70% 245,931 179,030 73% Mandailing Natal 30,064 20,858 69% 152,188 122,215 80% Batu Bara 50,858 28,575 56% 105,713 64,675 61% Binjai 85,078 37,788 44% 3,494 2,577 74% Dairi 21,228 10,427 49% 99,896 72,653 73% Deli Serdang 531,817 285,935 54% 171,948 124,332 72% Gunungsitoli 15,461 6,764 44% 39,480 20,569 52% Karo 35,655 10,997 31% 105,211 34,511 33% Labuhan Batu 71,316 37,451 53% 108,164 79,495 73% Labuhan Batu Selatan 24,309 17,553 72% 99,366 73,562 74% Labuhan Batu Utara 19,628 12,522 64% 121,309 78,340 65% Medan 706,957 401,843 57% - - - Nias 764 675 88% 62,205 51,781 83% Nias Barat - - - 38,812 29,552 76% Nias Selatan 4,511 4,011 89% 133,948 120,364 90% Nias Utara 1,435 859 60% 59,335 48,531 82% Padang Lawas 11,551 5,063 44% 97,681 70,700 72% Padang Lawas Utara 5,842 2,167 37% 103,400 69,823 68% Padangsidimpuan 57,985 25,437 44% 23,309 18,115 78% Pakpak Bharat 885 309 35% 18,980 14,572 77% Pematang Siantar 88,581 38,484 43% - - - Samosir 5,402 2,854 53% 49,534 28,321 57% Serdang Bedagai 83,580 55,547 66% 142,399 92,051 65% Sibolga 33,712 11,160 33% - - - Simalungun 99,016 52,138 53% 214,710 140,226 65% Tanjung Balai 66,663 30,864 46% - - - Tapanuli Selatan 5,151 3,808 74% 111,247 75,765 68% Tapanuli Tengah 38,210 25,615 67% 111,383 75,032 67% Tapanuli Utara 13,318 4,022 30% 113,384 83,125 73% Tebing Tinggi 54,603 30,065 55% - - - Toba Samosir 19,155 9,041 47% 56,630 36,624 65% Total 2,422,284 1325219 55% 2,825,989 1,941,426 69%

SECARA NASIONAL ALASAN ORANG TIDAK MEMILIKI IDENTITAS HUKUM Terlalu mahal 41% Lokasi layanan terlalu jauh 15% Tidak tahu caranya memperoleh dokumen identitas hukum 12% Proses terlalu rumit 9% Alasan terbesar di SUMATERA UTARA adalah: Terlalu mahal 41% (SUSENAS 2012) Di Sumatera Utara, 32% pasangan dari rumah tangga termiskin tidak memiliki akta/buku nikah. 90% anak-anak mereka tidak memiliki akta kelahiran Jika orang tua tidak memiliki akta/buku nikah, maka mereka harus berurusan dengan 3 lembaga berbeda untuk bisa mendapatkan akta kelahiran anak mereka dengan nama ayah dan ibu: 1.Pengadilan untuk mengesahkan perkawinan 2.KUA atau Disdukcapil untuk mencatat dan menerbitkan akta/buku nikah 3.Disdukcapil untuk mencatat dan menerbitkan akta kelahiran

REKOMENDASI TINDAK LANJUT Mempermudah persyaratan yang non diskriminatif dan menghapuskan denda dan biaya administratif. Meski penerapan denda keterlambatan di dalam sebuah sistem administrasi kependudukan dianggap dapat mendorong masyarakat agar mengurus tepat waktu, hal ini hanya akan terjadi sistem yang ada sudah menjangkau 95% populasi. Bukti juga menunjukkan bahwa sebagian besar orang tidak punya dokumen identitas hukum adalah bukan karena tidak mau, tetapi karena hambatan finansial akibat jarak yang jauh atau biaya memenuhi persyaratan yang ada. Oleh karena itu, pengenaan denda menjadi tidak sesuai bahkan bertentangan dengan permasalahannya. Denda harus disikapi dengan beberapa opsi sebagai berikut: a. Untuk pelayanan terpadu (Yandu) agar diberlakukan kebijakan khusus bahwa denda administratif tidak diberlakukan. Hal ini sejalan dengan tujuan Yandu yang adalah menjangkau masyarakat yang selama ini sulit memperoleh dokumen kependudukan dan identitas hukum karena hambatan biaya dan akses. b. Untuk secara selektif tidak memberlakukan denda pada masyarakat tidak mampu sesuai dengan program Pemerintah untuk mengurangi kemiskinan. Ketidakmampuan ini dapat ditunjukkan dengan dokumen: Surat Keterangan Tunjangan Sosial seperti Kartu Keluarga Miskin (KKM), Kartu Jaminan kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Perlindungan Sosial (KPS), atau dokumen lainnya yang yang berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam basis data terpadu pemerintah atau yang dikeluarkan oleh instansi lain yang berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu; atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah/Kepala wilayah setempat. c. Untuk meninjau kembali dan mencabut Perda menyangkut denda administratif dan pungutan atau retribusi yang berkaitan. Perjanjian internasional dan regional yang ditandatangani Indonesia menyatakan bahwa yang Akta Kelahiran universal wajib mencantumkan nama individu, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, serta nama kedua orangtua yang diketahui. Mengingat hanya separuh pernikahan di Indonesia yang tercatat, dan untuk penduduk miskin bahkan kurang dari separuh, maka harus disediakan alternatif yang lebih mudah, sama-sama berkekuatan hukum dan secara standar diterapkan agar nama ayah dan ibu dicantumkan dalam akta kelahiran tanpa diskriminasi terhadap anak. Melakukan layanan keliling untuk memperkecil jarak layanan dengan masyarakat dan membuat layanan terpadu agar proses yang semula rumit dan melibatkan 3 instansi dapat dipermudah dan 3 instansi dapat diakses masyarakat secara bersamaan (dalam hal ini adalah pelayanan terpadu pengesahan perkawinan di Pengadilan, pencatatan nikah dan penerbitan buku nikah, serta pencatatan kelahiran dan penerbitan akta kelahiran pada waktu yang bersamaan di lokasi yang sama di Kecamatan atau Desa. Mengalokasikan sumber daya daerah dan menguatkan kerjasama lintas sektor untuk penyebarluasan informasi mengenai identitas hukum, pelaksanaan layanan identitas hukum dan pelayanan keliling dan terpadu. Diperlukan adanya kolaborasi yang lebih besar antara berbagai lembaga pemerintah dalam memberikan akta kelahiran bagi anak, dan bila perlu, akta/buku nikah bagi orang tua mereka, termasuk melalui: (i) bidan/tenaga kesehatan yang terlibat membantu persalinan, (ii) guru yang terlibat dalam program pendidikan anak usia dini (PAUD), (iii) guru di sekolah dasar, (iv) fasilitator/pendamping yang terlibat dalam program-program pembangunan sosial di tingkat desa seperti misalnya PNPM Generasi yang kegiatannya turut mencakup anak-anak putus sekolah, anak-anak dan orang dewasa yang menyandang disabilitas serta kelompok rentan lainnya, dan (v) para pejabat yang terkait dengan anak-anak yang tinggal di panti asuhan dan tempat-tempat penahanan. Sejalan dengan UU Keterbukaan Informasi Publik (UU No 14 tahun 2008), Mahkamah Agung, Kemendagri dan Kemenag harus terus mempublikasikan laporan tahunan tentang kinerja kelembagaan yang menguraikan layanan publik apa saja yang telah diberikan. Laporan tahunan ini idealnya memasukkan informasi berupa data terpilah berdasarkan usia, jenis kelamin, dan status disabilitas orang yang memperoleh dokumen identitas hukum, serta data terpilah berdasarkan kabupaten/kota. Dalam satu dasawarsa terakhir, Peradilan Agama telah mengembangkan sistem manajemen perkara secara elektronik untuk mengumpulkan data dari 359 Pengadilan Agama dan 29 Pengadilan Tinggi Agama di seluruh Indonesia. Informasi ini dapat dilihat oleh masyarakat secara daring (dalam-jaringan, online) melalui www.badilag.net dan www.infoperkara.badilag.net. Peradilan Umum juga telah memiliki sistem manajemen perkara secara elektronik untuk mengumpulkan data dari 350 Pengadilan Negeri dan 30 Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia. Informasi manajemen perkara ini dapat dilihat dalam bentuk agregat oleh staf Mahkamah Agung RI. Temuan utama dan rekomendasi selengkapnya dapat dibaca di Laporan Studi Dasar Identitas Hukum Jutaan Orang Tanpa Identitas Hukum di Indonesia (DFAT, PEKKA and PUSKAPA 2014). Laporan tersebut dapat diunduh melalui: http://bit.ly/1eybelf

Studi dasar AIPJ tentang Identitas Hukum dikoordinir dan ditulis oleh: Cate Sumner, Penasihat Utama AIPJ, Program Identitas Hukum Santi Kusumaningrum, Co-Director, PUSKAPA UI Tim Peneliti dan Analisis: Tim Identitas Hukum AIPJ Wahyu Widiana, Penasihat Senior AIPJ, Program Identitas Hukum Hilda Suherman, Koordinator, Program Identitas Hukum Cate Sumner, Penasihat Utama AIPJ, Program Identitas Hukum Tim Peneliti PUSKAPA Dipimpin oleh: Santi Kusumaningrum (Co-Director) Irwanto Rahmadi Wenny Wandasari Putu Duff Michelle Jackson Mas ud Suharti Azhar Zaini Ahmad Abdan Syakur Mahmudah Kalla Fauziah Tiaida Rama Adiputra Prisilia Riski Craig Spencer Mackenzie Lawrence W.S. Libby Ratuarat Noldi Todu Hungu Emanuel Suban Wujon Timoriyani Samauna Relisius Hayon Berkhman Gromang Firkan Maulana Harriz Jati Bahrul Fuad Matt MacFarlane Lilith Pope ILah Asti Januarti Raita Kurniadewi Ary Bariyaldi Gunawan Ni Luh Putu Maitra Agastya Muhammad Jaedi Tim Peneliti PEKKA Dipimpin oleh: Nani Zulminarni (Koordinator Nasional) Kodar Tri Wusananingsih (Koordinator Program) Tim Sekretariat Nasional PEKKA Tim Sekretariat Daerah PEKKA Tim SMERU Tim Peradilan Keluarga Australia Leisha Lister, Executive Advisor William Crawford, Statistical Services Unit (C) 2014, DFAT (Australian Aid), PEKKA dan PUSKAPA UI