Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA

Bab IV. Konsep Perancangan

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN

Putih Abu Hitam Coklat

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BANK INDONESIA BANDUNG

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB V KONSEP 5.1 KONSEP DESAIN KONSEP GAYA

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH

BAB 4. Analisis dan Bahasan

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV KONSEP STYLE DESAIN INTERIOR

5.2 Konsep Citra Konsep citra ruang yang ingin dicapai adalah ruang yang memberikan kesan menyegarkan, nyaman dan menonjolkan suasana alami namun teta

BAB III KONSEP PERANCANGAN MUSEUM SENJATA API RUSIA

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN MUSEUM MARITIM NUSANTARA. pada pemberian informasi seputar sejarah kemaritiman nusantara masa lalu

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

Desain Interior Hotel Alila dengan Langgam Modern Luxury Nuansa Budaya Jawa

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DESAIN. dikawasan pusat keramaian dengan lokasi yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN

KONSEP PERANCANGAN MUSEUM BAMBU DI BANDUNG

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

Bab 4 KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB IV PERANCANGAN SEA TURTLE CENTER

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. 30


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

House Of Sampoerna. Nama Objek : Museum House Of Sampoerna. Lokasi : Jalan Taman Sampoerna 6,Surabaya. Kepemilikan : Sampoerna

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV Konsep dan Tema Perancangan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dramatic Lighting. Pencahayaan menjadi kekuatan desain pada apartemen yang terinspirasi dari gaya Jepang ini.

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

A. IDE GAGASAN PERANCANGAN

BAB III PERMASALAHAN & DATA SURVEY PEMBANDING

PERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK GUNUNG SEWU - PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN DESAIN

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

Studi aktifitas dan kebutuhan ruang

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

KONSEP TUGAS AKHIR REDESAIN RESTORAN ITALIA PRONTO DENGAN KONSEP ITALIA KONTEMPORER

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR... ii. PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR...

cross ventilation system, maka konsep desain juga mengikuti fungsi tujuan arsitektur bangunan tersebut supaya terjadi keserasian, dan keselarasan anta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN. Gambar 6.1 Area Lobby. Desain Interior Surabaya Art Space sebagai Ajang Kreativitas dan Apresiasi

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB V KONSEP DESAIN 5.1 Konsep Citra Konsep merupakan solusi dari permasalahan desain yang ada. Oleh karena itu, dalam pembuatan konsep harus mempertimbangkan mengenai simbolisasi, kebutuhan pengguna, dan kesesuaian dengan lokasi. Untuk menentukan pencitraan terhadap bangunan, solusi permasalahan yang ada harus dapat dibayangkan secara visual oleh karena itu dibuat bagan yang berisi kata-kata spatial. Kata spatial yang melambangkan solusi dari permasalahan simbolisasi, pengguna, dan arsitektur. Setelah itu kata spatial tersebut dipilih yang merepresentasikan keseluruhan untuk dijadikan konsep citra. SIMBOLIS - DINAMIS - SIMETRIS - PERKASA - LIAR - MISTERIUS - KUAT - ALAMI - KUAT ARSITEKTUR - TEGAS - SIMETRIS - MISTERIUS BE ONE WITH NATURE - DINAMIS - SIMETRIS - LIAR - ALAMI - MISTERIUS - KUAT - KUAT PENGUNJUNG - TERBUKA - IMAJINATIF - CHALLENGING - PLAYFUL - DINAMIS - BEBAS - CONTRAST PENGELOLA - STABIL - TERATUR - FOKUS - LEMBUT Skema Proses Pencarian Konsep Citra 97

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai bagian dari Alam, Keperkasaan, dan Kepercayaan terhadap nenek moyang. Setelah dipelajari dan digali lebih dalam mengenai 3 filosofi dasar kehidupan mereka, dan mempertimbangankan mengenai aspek pengunjung, pengelola, serta arsitektur bangunan, didapatkan 5 kata spatial yang mewakili keseluruhan pertimbangan tersebut yaitu : dinamis, simetris, liar, misterius, dan kuat. Keseluruhan kata tersebut dirampungkan menjadi kata One With Nature yang berarti keseharian Suku Asmat itu sendiri bersatu dengan alam. Karena semua dari mulai makanan pokok sehari hari, perkakas hidup, hingga peralatan perang pun Suku Asmat ini mengambil dari alam yang ada lalu digunakan dengan kreasi mereka masing masing. 5.2 Konsep Pencahayaan Berdasarkan filosofi Asmat yang misterius maka konsep pencahayaan dibagi menjadi 2 bagian yaitu : a. Pencahayaan fungsi ruang ~ Setiap ruangan di museum mempunyai konsep pencahayaan yang berbeda sesuai dengan fungsi masing masing ruang. Ruang pamer, ruang audiovisual, dan lobby menggunakan exebition lighting ( untuk benda koleksi / artefak ) dan ambient lighting ( untuk sirkulasi pengunjung dan sirkulasi benda koleksi). Suasana yang akan ditimbulkan dalam Museum Asmat ini adalah ruang pameran dibuat 98

temaram tetapi benda koleksi dan jalur sirkulasi pengunjung akan menjadi fokus pencahayaan. b. Pencahayaan koleksi ~ koleksi koleksi museum akan mendapatkan sorotan cahaya agar benda benda koleksi museum terlihat lebih hidup dan menjadi fokus bagi pengunjung yang datang. Untuk perawatan benda koleksi museum harus menggunakan cahaya yang kekuatannya tidak lebih dari 200 lux. Hal ini disebabkan karena benda koleksi termasuk kategori yang sensitif. 99

5.3 Konsep Warna Dalam kebudayaan Suku Asmat sangat menjunjung tinggi kayu, karna kayu menjadi lambang kehidupan mereka terutama pohon sagu. Dimana batang pohon merupakan lambang tubuh manusia, buah pohon melambangkan kepala manusia, sedangkan dahan dianggap tangan dan akar pohon dianggap sebagai kaki. Maka warna coklat sebagai warna kayu akan menjadi warna dominan. Selain itu warna yang akan digunakan adalah warna warna natural sebagai presentasi lingkungan kehidupan Asmat seperti coklat, hijau, biru muda, dan abu - abu. 100

5.4 Konsep Penghawaan Konsep penghawaan pada museum Asmat ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu: a. Penghawaan Artefak - Suhu : 21 23 derajat celcius - Kelembaban : 50 55 % Relative Humidity Set - Air Cleanliness : 95% efficient to captured activated carbon dust, class EU 8 (Berdasarkan referensi dari The Manual of Museum Exhibitio ) b. Penghawaan Manusia Alami Buatan : Berasal dari bukaan-bukaan eksisting bangunan : Berasal dari Air-Conditioner sehingga mudah disesuaikan dengan kenyamanan pengguna 101

5.5 Konsep Material Suku Asmat adalah suku yang sangat menjunjung tinggi hasil alam terutama kayu, karena kayu dianggap sakral oleh Suku Asmat. Maka material yang digunakan sesuai dengan citra Asmat yang mendukung display benda koleksi, juga tidak menjadikan pemakaian material sebagai fokus utama. Tetapi mendukung display ( benda koleksi ) yang menjadi fokus utama pengunjung museum. Material material yang digunakan harus tahan terhadap api dalam 2 4 jam dan juga tidak kasar agar memudahkan sirkulasi koleksi mau pun pengunjung museum. Material yang akan dominan yaitu kayu dan batu alam. Selain itu ada juga material material pendukung seperti kaca dan gypsum. 102

5.6 Konsep Bentuk Suku Asmat yang menjunjung tinggi kayu sebagai yang dianggap sakral oleh Suku Asmat ini. Serta keseharian hidupnya yang bersatu dengan alam dan memanfaatkan segala sesuatu dari alam, mulai dari kebutuhan hidup, makanan pokok dan perkakas mau pun senjata mereka. Maka bentuk bentuk yang akan ditampilkan adalah bentuk bentuk yang diambil dari filosofi pohon baik akar, batang dan dahan pohon itu sendiri. Bentuknya yang organik dan dinamis yang disusun secara simetris sesuai dengan citra yang akan ditampilkan. Selain mempertimbangkan masalah pencitraan, penentuan konsep bentuk juga mempertimbangkan faktor target pengunjung, dimana keamanan sirkulasi pengunjung menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya. Maka dari itu bentuk yang digunakan tidak ada bentuk bentuk yang tajam agar mencegah adanya pengunjung yang terluka. 103

5.7 Konsep Furniture / Display Kenyamanan pengunjung merupakan salah satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam pembuatan museum. Untuk memenuhi kenyamanan pengunjung tersebut, tidak hanya melalui bentuk, material, atau warna, salah satu elemen interior yang turut mempengaruhi adalah furniture. Konsep furniture yang ingin diterapkan adalah furniture yang ergonomis baik dari segi bentuk, material dan finishingnya. Selain itu bentuk bentuk furniture jg harus dapat mencerminkan kesan alami yang menggambarkan citra Suku Asmat itu sendiri. Furniture juga harus dapat melindungi benda benda koleksi museum yang memiliki nilai sejarah tinggi. 104

5.8 Konsep Keamanan Konsep keamanan pada museum Asmat ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu: a. Keamanan Artefak - Menggunakan alat yang mudah dikontrol untuk menjaga kelembaban, suhu udara, dan debu dalam vitrin benda koleksi - Menggunakan alat yang dapat mendeteksi bahaya kehilangan b. Keamanan Manusia - Tidak ada hal yang menghalangi jalur menuju pintu emergensi - Material dan bentuk yang digunakan tidak berbentuk tajam sehingga tidak membahayakan pengguna - Menggunakan pelindung display tanpa menimbulkan kepadatan sirkulasi - Menggunakan pendeteksi asap dan api untuh pencegahan bahaya kebakaran 105

BAB VI IMPLEMENTASI DESAIN 6.1. Implementasi Konsep Pada pembahasan konsep perancangan interior sebelumnya, perancangan interior museum ini menggunakan konsep Be One With Nature. Yang di mana, konsep ini menerapkan perancangan interior yang dapat memperlihatkan keaneka ragaman Suku Asmat di dalam museum dan mendorong para pengunjung untuk dapat merasakan kekayaan budaya Suku Asmat ini. 6.1.1. Lobby Lobby merupakan ruangan pertama yang dikunjungi oleh seluruh pengguna bangunan, maka ruang ini harus mampu untuk menampilkan suasana museum secara global tanpa menghilangkan identitas museum itu sendiri. Citra ruangan yang ingin ditimbulkan pada ruangan ini adalah suasana alam di tempat tinggal Suku Asmat ini, sehingga pengunjung dapat mengapresiasikan kehidupan alam disana. Selain itu, di ruangan ini juga terdapat beberapa hasil karya dari Suku Asmat ini sendiri yang menjadikan daya tarik pada saat pengunjung memasuki area lobby ini. 1. Implementasi Bentuk Penerapan desain pada ruangan ini adalah dengan menggunakan bentuk bentuk organis pada bagian meja lobby, kursi dan drop ceilingnya. Bentuk bentuk ini diambil dari konsep museum ini sendiri 106

yaitu ingin bersatu dengan alam sehingga dipilih bentuk bentuk yang organis pada pengaplikasian interiornya. 2. Implementasi Material Sesuai dengan citra yang ingin ditampilkan, material yang digunakan pada ruangan ini adalah material-material yang bersifat natural, aman, tahan lama, dan mudah dalam perawatannya. Sehingga dapat memberikan suasana yang nyaman sekaligus memperkenalkan suasana alam dan kehangatan kepada para pengunjung museum. Tidak hanya pada area lobby, tetapi hampir seluruh ruang yang ada di museum ini memiliki konsep material yang sama, sehingga penggunaan materialnya pun tidak jauh berbeda. Material lantai yang digunakan area lobby ini adalah parquet. Alasan penggunaan material parquet karena material ini mudah dalam pemasangan, penggantian, dan tahan lama. 3. Implementasi Warna Melalui warna, kesan yang ingin ditampilkan yaitu kesan alami dan tradisional. Kesan tersebut dapat ditimbulkan dengan menggunakan warna-warna coklat, hijau, biru muda dan abu abu. Di mana warna tersebut sekaligus mewakilkan warna yang diambil dari hasil karya dan alam di sekitar Suku Asmat. Warna-warna ini akan diterapkan pada bagian meja lobby, kursi lobby dan pada dinding panel yang terdapat pada lobby. Karena lobby merupakan ruang yang pertama di datangi 107

oleh pengunjung sehingga lobby harus menimbulkan konsep yang diinginkan oleh museum ini. 4. Implementasi Pencahayaan Pencahayaan yang digunakan pada ruangan ini menggunakan pencahayaan buatan, karena diruangan ini hayna terdapat beberapa bukaan yang kecil sehingga pencahayaan alami yang masuk ke lobby tidak maksimal. Pencahayaan buatan yang ada pada lobby ini yaitu menggunakan lampu downlight dan lampu T5 sebagai pendukung agar suasana yang diinginkan dapat tercapai. 6.1.2. Ruang Pameran Ruang pameran ini merupakan ruang utama bagi para pengunjung yang ada di Museum Asmat ini. Ruangan ini dibagi sesuai dengan kehidupan Suku Asmat itu sendiri dan terdapat satu bagian pameran kontemporer yang terpisan dari ruang pamer tetap. Setiap perbedaan ruangan ditandai dengan partisi. Partisi yang digunakan yaitu partisi menggunakan furniture display yang mengarahkan pengunjung ke ruang pamer yang satu dengan yang lainnya. Citra ruang yang akan ditimbulkan dari ruangan ini adalah suasana alami dan misterius menggunakan pencahayaan yang temaram sesuai dengan ciri Suku Asmat itu sendiri. Selain itu penerangan alur pengunjung 108

ditunjukan oleh ceiling yang mengarahkan pengunjung berjalan menikmati ruang pameran ini. 1. Implementasi Bentuk Penerapan bentuk pada ruang pamer ini menggunakan perpaduan bentuk-bentuk organik dengan geometris. Bentuk organik diterapkan pada bagian furniture display untuk mewakili rasa kebebasan dan aman, karena pada area ini menjadi pusat kegiatan para pengunjung untuk menikmati koleksi museum. Sedangkan penerapan bentuk-bentuk geometris, diterapkan pada bentuk ceiling yang mengarahkan alur para pengunjung museum. 2. Implementasi Material Pada area lantai, ruang kelas ini akan menggunakan material parquet. Penggunaan material parquet pada ruang pamer ini dikarenakan mudah dibersihkan, memiliki tampilan yang baik, dan memiliki sifat yang sesuai konsep. Pada furniture display akan menggunakan tampilan warna kayu yang sesuai dengan konsep museum ini. Sedangkan ceiling pada ruang pamer akan menggunakan gypsum yang dibentuk mengarahkan alur jalannya pengunjung di ruang pamer ini. 3. Implementasi Warna Untuk menampilakn citra ruang yang alami dan misterius maka ruangan ini akan menggunakan warna seperti coklat, hijau dan abu 109

abu. Warna coklat akan diterapkan pada furniture display pada ruang pamer ini. Sedangkan warna hijau akan diterapkan pada tempat duduk pengunjung. Dan warna abu abu akan diterapkan pada kolom yang ada pada ruang pamer. Perpaduan warna ini akan menimbulkan kesan alami yang sejalan dengan konsep yang diinginkan. 4. Implementasi Pencahayaan Citra ruang yang akan ditimbulkan dalam ruang pamer ini adalah misterius. Maka pencahayaan yang digunakan dalam ruangan ini adalah buatan karena mengingat bukaan yang ada sangat kecil sehingga ruangan ini sebagian besar menggunakan pencahayaan buatanmu. Pencahayaan buatan pada ruang ini menggunakan lampu downlight pada furniture display dan pada ceiling menggunakan lampu T5 dan downlight untuk membuat alur pengunjung museum. Sehingga pengunjung museum terfokus kepada display yang disorot oleh lampu downlight dan ceiling yang menunjukan arah jalannya pengunjung. 110