BAB I PENDAHULUAN. lingkungan baru semakin memperburuk suasana. Dalam sebuah survei yang dilakukan Princeton Survey Research

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia mempunyai peran penting di dalam setiap kegiatan. keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fred Luthans 2006:439) Munandar (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

BAB II LANDASAN TEORI. Adversity Quotient merupakan suatu teori yang dicetuskan. menyerah. Faktor itu disebut Adversity Quotient.

HUBUNGAN ANTARA JOB STRESS DENGAN KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang. untuk menghadapi lingkungan. Stress banyak merugikan diri individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas dari sebuah organisasi harus benar-benar diperhatikan. Hal

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Minimnya lapangan perkerjaan dan laju persaingan yang semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tekanan karyawan. Menurut Greenberg dalam Mauladi dan Dihan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. individunya saling menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan sumber daya dengan sebaik-baiknya. Sumber daya yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. pekerja sering kali melakukan pekerjaan di luar keinginan individu pekerja itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan teknologi yang terus berkembang dengan cepat membuat organisasi harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi khususnya di era modern dan globalisasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berupaya menjadi yang terbaik dan terdepan. Salah satunya adalah PT

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dengan tuntutan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumber daya manusia bagi perusahaan merupakan pilihan

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor pendorong

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB II URAIAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi bangsa Indonesia, pendidikan adalah hal yang sangat penting. Cita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

Definisi Stres Kerja

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

berada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN STRES KERJA DAN KUALITAS KOMUNIKASI DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. begitu ketat menuntut setiap perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang kredit serta memberikan suatu kredit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Malasah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. usaha bagi siapa saja yang terlibat didalamnya. Berbicara tentang pariwisata, hotel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, hal tersebut juga akan. Kondisi tersebut mendatangkan peluang-peluang bisnis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan memiliki pesaing yang banyak di era globalisasi saat ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk

BAB I PENDAHULUAN. jika dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan ketegangan emosi serta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Karyawan didalam suatu perusahaan merupakan asset perusahaan karena dianggap sebagai salah satu faktor penggerak bagi setiap kegiatan didalam perusahaan. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa karyawan memegang peranan penting didalam suatu perusahaan. Dalam memenuhi semua tuntuan perusahaan, dapat menimbulkan suatu situasi yang menekan para karyawan didalam sebuah perusahaan. Hal ini terutama disebabkan oleh benturan-benturan, ketegangan, tekanan atau penyesuaian dirinya yang kurang harmonis dengan lingkungan yang kemudian menimbulkan stres dan mempengaruhi tingkahlaku individu. Luthans (2006) mengemukakan bahwa banyak manajer melaporkan stress berkaitan dengan pekerjaan, dan lingkungan baru semakin memperburuk suasana. Dalam sebuah survei yang dilakukan Princeton Survey Research Associates disebutkan bahwa, tiga dari empat orang di Amerika mengatakan bahwa pekerja pada saat ini memiliki tingkat stress kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi beberapa tahun sebelumnya (NIOSH, 1999). Berdasarkan data CDC (2004), jumlah kasus stress kerja yang terjadi di dunia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 4409 kasus pada tahun 1998 menjadi 5659 kasus pada tahun 2001. Kemudian menurut survey yang dilakukan oleh American Psychological Association (2012), warga di Negara 1

Atlanta melaporkan tingkat stres rata-rata berada diangka 5,3 dan melaporkan pekerjaan sebagai stressor tertinggi sejak laporan dimulai pada tahun 2008 sebanyak 74%, tahun 2009 sebanyak 61%, tahun 2010 sebanyak 70%, dan pada tahun 2011 sebanyak 77%. Didalam penelitian ini juga menyatakan bahwa 65 persen pekerjaan sebagai sumber utama stress dan hanya 37 persen orang Amerika yang disurvei mengatakan mereka melakukan pekerjaan yang sangat baik dan dapat mengelola stress dengan sangat baik. Sebuah lembaga penelitian terhadap stress di Amerika memperkirakan bahwa stress ditempat kerja menyebabkan para pengusaha di Amerika terpaksa merugi sekitar 300 juta dollar Amerika setiap tahunnya akibat menurunnya produktivitas, serta meningkatnya ketidakhadiran para karyawan, kelelahan, konsumsi minuman keras beralkohol dan juga biaya untuk pengobatan bagi para karyawan (The American Institute of Stress, 2013). Masih di Negara yang sama menurut peneliti dari The American Institute of Stress sejumlah penelitian telah menunjukan bahwa stress kerja adalah sumber utama stress bagi orang dewasa, khususnya di Negara Amerika. Stress kerja di negara ini meningkat secara cepat selama beberapa dekade terakhir. Sedangkan berdasarkan survey yang dilakukan oleh Australia Psychological Society Stress pada tahun 2011,2012, dan 2014 yaitu 3 dari 10 orang melaporkan mengalami masalah ditempat kerja sebagai sumber stress. 2

Melihat fakta diatas menunjukan bahwa stress kerja menjadi masalah yang serius. Stres yang terlalu besar yang dialami oleh para karyawan dapat mengancam kehidupan pribadi dan juga mengancam stabilitas dari suatu perusahaan. Stres tersebut akan muncul apabila ada tuntutan-tuntutan pada seseorang yang dirasakan menantang, menekan, membebani atau melebihi daya penyesuaian yang dimiliki individu. Secara umum dampak dari stress kerja dapat dibagi menjadi dua, yaitu dampak bagi organisasi dan dampak bagi individu. Dampak bagi organisasi dapat dilihat melalui penelitian yang dilakukan oleh Dwamena (2012) yang menemukan akibat dari stres adalah produktivitas kerja menjadi turun. Laiba, Akmal, Naseem,Kashif Ud Din Khan (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa stress kerja secara signifikan mengurangi prestasi kerja karyawan. Hasil penelitian Bashir (2010) bahwa stres kerja secara signifikan mengurangi kinerja individu. Senada dengan hal tersebut, penelitian yang telah dilakukan oleh Kinyita (2015) menemukan bahwa terdapat hubungan antara stres kerja dan kinerja karyawan dan stres secara signifikan mempengaruhi kinerja karyawan. Kemudian penelitian yang telah dilakukan oleh Paputungan (2013) juga menunjukan bahwa stres kerja secara signifikan mempengaruhi kinerja karyawan dan komunikasi memiliki pengaruh paling signifikan terhadap kinerja karyawan. Pada umumnya, pelaksanaan tugas selalu mengandung permasalahanpermasalahan dan juga tantangan. Masalah dan tantangan ini serngkali menimbulkan stress yang dapat mengganggu pencapaian tujuan perusahaan. 3

Selain memiliki dampak yang buruk bagi perusahaan, stress kerja yang dialami karyawan memiliki dampak bagi kelangsungan hidup individu. Handoyo (2001) membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres, yaitu pengaruh psikologis, pengaruh perilaku, pengaruh kognitif, dan pengaruh fisiologis. Hal ini dapat dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mojoyinola (2008) yang menemukan bahwa stres kerja memiliki pengaruh yang signifikan pada kesehatan fisik dan mental dari para perawat di Negara Nigeria. Kemudian dampak lain dari stress kerja adalah menjadi semakin tertekan dan mudah sekali untuk marah, menjadi tidak dapat bersantai atau sulit berkonsentrasi, mengalami kesulitan berpikir logis dan membuat keputusan, kurang menikmati pekerjaan mereka, merasa kurang memiliki komitmen terhadap pekerjaannya, serta merasa cepat lelah, merasa tertekan dan juga merasa cemas (Leka, Griffiths, & Cox, 2003). Robbins (2008) medefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi yang dinamis dimana seseorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Masalah stress kerja menjadi suatu masalah yang sangat penting. Karena karyawan yang mengalami stress kerja akan membawa dampak baik terhadap perusahaan dan terhadap dirinya sendiri. 4

Stres kerja yang dialami oleh karyawan dapat berasal dari faktor organisasi maupun faktor individual. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2008), didalam penelitiannya yang dilakukan pada perawat di rumah sakit umum kota Medan, menemukan faktor organisasi sebagai penyebab stress kerja yang meliputi otonomi, mutasi, beban kerja atau tanggung jawab, karier dan interaksi perawat. Selain itu menurut Fathoni (2006) beban kerja yang berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar, waktu kerja yang terbatas, peralatan yang kurang, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah juga dapat menjadi faktor didalam organisasi. Senada dengan hal tersebut Ziruo dan Shouxin (2013) juga melakukan penelitian yang menemukan bahwa kurangnya hubungan interpersonal di lingkungan kerja, beban kerja yang terlalu berat, dan evaluasi kinerja yang ketat menjadi sumber utama stress pada masinis kereta api di Negara Cina. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mubasher, Khan, Kant, dan Nawaz (2013) menemukan kurangnya imbalan keuangan memberikan kontribusi lebih dalam menciptakan stres kerja Sedangkan faktor individual meliputi dukungan keluarga yaitu suami atau isteri, anak-anak dan sanak saudara, kejenuhan dan konflik dengan rekan kerja dalam melaksanakan pekerjaannya, hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Almanae (2015) yang menemukan sumber stres di tempat kerja adalah kurangnya kerjasama dan hubungan harmonis. Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat 5

merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Dengan kata lain daya tahan mental individu memegang peranan yang penting agar individu dapat bertahan atas segala kesulitan atau hambatan sehingga dapat mengurangi stres yang sedang dirasakannya. Hal ini juga berkaitan dengan ketahanmalangan yang dimiliki oleh individu. Senada dengan hal tersebut, menurut Wangsadinata dan Suprayitno (2008) ketangguhan yang berupa seberapa baik seseorang bertahan atas cobaan yang dialami dan seberapa baik kemampuannya untuk mengatasi masalah tersebut disebut sebagai kecerdasan adversitas. Berdasarkan hal tersebut salah satu faktor yang diduga dapat mengurangi stres kerja adalah Adversity Quotient. Menurut Stolz (2004) Adversity Quotient memiliki tiga bentuk, yang pertama AQ adalah kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Kedua yaitu merupakan suatu ukuran untuk mengetahui respons anda terhadap kesulitan. Ketiga merupakan serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons anda terhadap kesulitan. Adversity Quotient mampu meramalkan individu mana saja yang akan bertahan terhadap hambatan yang ada didepannya, dan juga individu mana saja yang lebih memilih menyerah terhadap hambatan yang ada didepannya. Dalam kamus bahasa inggris, adversity berasal dari kata adverse yang memiliki arti kondisi yang tidak menyenangkan, atau kemalangan. Jadi dapat diartikan adversity adalah masalah yang sulit atau ketidakberuntungan. Sedangkan quotient menurut kamus bahasa inggris adalah derajat kualitas atau 6

dengan kata lain yaitu mengukur kemampuan seseorang. Dalam merespon berbagai kesulitan-kesulitan, ketegangan, benturan-benturan, tekanan serta berbagai tuntutan dari perusahaan tidaklah sama antara satu individu dengan individu yang lainnya Sebagian individu menjadikan suatu tuntutan dari perusahaan menjadi suatu motivasi bagi dirinya untuk dapat maju serta dapat menjadi sumber daya manusia yang unggul, namun ada pula individu yang berputus asa dan juga stress dalam menghadapi pekerjaannya. Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud dengan Adversity Quotient adalah kemampuan berpikir individu dalam mengontrol, mengelola, dan mengambil tindakan terhadap kesulitan yang dialami. Stres kerja kini telah memasuki beberapa bidang profesi seperti stress kerja pada karyawan bank, stress kerja pada perawat rumah sakit, stress kerja pada masinis kereta api, dan juga pada karyawan yang bekerja pada perhotelan. Dalam industri perhotelan, stres kerja telah dianggap sebagai salah satu masalah paling penting yang dihadapi manajer karen hal itu dapat mempengaruhi kinerja semua tingkatan karyawan, termasuk manajer dan karyawan (Ross, 1995). Penelitian terbaru telah menemukan bahwa stres karyawan di industri perhotelan adalah penting karena dapat mengakibatkan pekerja menjadi kelelahan dan sinis yang dapat memiliki efek negatif pada pelayanan (Kim, 2008). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh O Neill dan Davis (2011) menemukan bahwa faktor yang menjadi stress kerja pada industri perhotelan adalah adanya ketegangan ditempat kerja dan perubahan dari 7

teknologi. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sampson dan Sampson (2014) menemukan bahwa terdapat tujuh faktor yang menyebabkan stress kerja karyawan di industri perhotelan diantaranya adalah dukungan, meliputi masalah pelatihan serta pengembangan serta penghargaan dan penerimaan cita-cita dari karyawan, faktor kedua adalah peran yaitu meliputi bekerja lebih dari satu peran pekerjaan, dan mengerjakan suatu pekerjaan tanpa didampingi oleh tenaga ahli, faktor ketiga adalah berkaitan dengan beban kerja dan pola kerja, faktor keempat adalah konflik ditempat kerja dan lingkungan kerja yang kurang baik, faktor kelima adalah komunikasi atau hubungan interpersonal dengan pelanggan, faktor keenam adalah sejauh mana pemberdayaan karyawan didalam perhotelan dan faktor terakhir berkaitan dengan pembayaran upah yang tepat waktu atau tidak serta memadai atau tidaknya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Atteya (2012) dengan meningkatkan dan mengembangkan psikologis kognitif karyawan dan kontrol emosional pada supervisor dapat membantu mereka lebih baik dalam mengatasi stres kerja. Kemudian berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anonymous (2003) dengan memberikan pelatihan kepada semua karyawan, pemimpin yang lebih memiliki sikap terbuka kepada karyawan, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menyalurkan pendapatnya dapat menjadi manajemen untuk mengurangi stress kerja. Senada dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Shankar dan Keerthi (2010) juga menyebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai manajemen stress diantaranya 8

adalah rekreasi keluarga, adanya kelas yoga untuk meditasi, berolahraga, dan konseling. Penelitian ini dilakukan pada salah satu hotel x, berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada manajer hotel x diketahui bentuk stress kerja yang umum berada pada hotel tersebut adalah karyawan menjadi sering datang terlambat, menunda pekerjaan, banyak mengeluh, mudah marah saat menghadapi kesulitan, merasa tidak puas dengan hasil pekerjaan, serta merasa sakit kepala. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian secara umum ingin mengetahui bagaimana Peranan adversity quotient dalam mengurangi stress kerja pada karyawan dihotel x? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara ilmiah bagaimana peranan adversity quotient dalam mengurangi stres kerja pada karyawan hotel. 1.3.2 Tujuan Mengetahui bagaimana peranan adversity quotient dalam mengurangi stres kerja pada karyawan hotel. 9

1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi tambahan mengenai teori adversity quotient dalam mengurangi stress kerja dan menambah kajian ilmu khususnya pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perusahaan ataupun organiasi sebagai intervensi untuk meningkatkan adversity quotient pada karyawan, selain itu perusahaan dapat membuat suatu program untuk mengembangkan adversity quotient karyawan guna mencegah stress kerja yang terjadi pada diri karyawan di suatu perusahaan. 10

11