BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

Oleh Iwan Sidharta, MM.

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

LAMPIRAN - I. SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB II LANDASAN TEORI

BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. kriteria untuk menentukan apakah suatu pengeluaran, biaya atau kerugian dapat dapat

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan setiap akhir periode, dan laporan keuangan yang menjadi dasar penyusunan dan perhitungan adalah laporan laba rugi dan neraca. Perusahaan menyajikan laporan rugi laba berdasarkan Prinsip Akuntansi yang berlaku untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan maupun kerugian perusahaan setiap akhir tahun atau periode. Lapoan rugi laba yang disusun perusahaan dapat digunakan untuk semua pihak yang membutuhkan laporan tersebut. Perusahaan merupakan Wajib Pajak Badan yang diharuskan untuk menghitung penghasilan atas usahanya yang akan dikenakan pajak. Dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilannya perusahaan harus melakukan penyesuaian antara laporan laba rugi menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan Peraturan Perpajakan, karena akan terjadinya perbedaan prinsip yang berlaku antara Standar Akuntasi Keuangan dengan Peraturan Perpajakan. Setelah perusahaan menyesuaikan laporan laba rugi komersial, maka dapat dikatakan perusahaan telah menyusun laporan laba rugi fiskal berdasarkan Undang-undang Pajak. Di bawah ini terdapat laporan laba rugi yang dibuat oleh Perusahaan dan tabel rincian dengan koreksi yang dibuat oleh wajib pajak dan juga oleh penulis.

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Pesero) LAPORAN LABA RUGI (Untuk tahun yang berakhir 31 Januari 2006) PENJUALAN BERSIH Rp. 2.348.847.906 BEBAN POKOK PENJUALAN (1.880.171.478) LABA KOTOR Rp. 468.676.428 BEBAN USAHA Beban pemasaran dan penjualan Rp. 32.179.362 Beban umum dan administrasi 87.020.304 Jumlah beban usaha (119.199.666) LABA USAHA Rp. 349.476.762 PENGHASILAN/(BEBAN) LAIN-LAIN Penjualan non komoditi utama Rp. 16.607.757 Pendapatan bunga 5.218.619 Laba selisih kurs bersih (66.557) Beban keuangan (68.665.297) Amortisasi beban penerbitan obligasi (1.857.244) Rugi penghentian penggunaan aktiva tetap - Rugi penghapusan aktiva tanaman (1.946.477) Beban piutang tak tertagih (149.389) Beban pajak lain-lain (655.982) Pendapatan lainnya bersih (9.160.403) Jumlah penghasilan/(beban) lain-lain (60.674.973) BEBAN IMBALAN KERJA (33.722.290) BAGIAN LABA(RUGI) PERUSAHAAN ASOSIASI - LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN Rp. 255.079.500

KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Hasil tanaman keras Karet 940.972.445-940.972.445 Kelapa sawit 677.437.106-677.437.106 Teh 26.065.177-26.065.177 Hasil tanaman semusim Gula dan tetes 704.373.178-704.373.178 Jumlah 2.348.847.906-2.348.847.906 BEBAN POKOK PENJUALAN KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Tanaman keras Bahan baku yang digunakan 1.184.856.040-1.184.856.040 Beban penyusutan 72.014.992-72.014.992 Beban upah 98.909.882-98.909.882 Saldo barang jadi di awal tahun 62.154.910-62.154.910 Saldo barang jadi di akhir tahun (78.304.310) - (78.304.310) Persediaan karet terbakar - - - Tanaman semusim Bahan baku yang digunakan 472.402.763-472.402.763 Beban penyusutan 32.334.809-32.334.809 Beban upah 36.336.416-36.336.416 Saldo barang jadi di awal tahun 1.731.712-1.731.712 Saldo barang jadi di akhir tahun (2.265.736) - (2.265.736) Beban pokok penjualan 1.880.171.478-1.880.171.478 Saldo barang jadi di akhir tahun (2.265.736) - (2.265.736) Beban pokok penjualan 1.880.171.478-1.880.171.478 Tabel 4.1

BEBAN PEMASARAN DAN PENJUALAN KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Beban pengangkutan 22.276.705-22.276.705 Beban kantor pemasaran bersama 3.744.730-3.744.730 Beban pergudangan 678.327-678.327 Beban instalasi pompa 475.781-475.781 Beban analisa produksi 301.228-301.228 Beban administrasi bank - - - Beban sewa pelabuhan - - - Beban lainnya 4.702.591-4.702.591 Jumlah 32.179.362 32.179.362 BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Tabel 4.2 KETERANGAN KOMERSIA L KOREKS I FISKAL Beban gaji dan tunjangan 32.411.162-32.411.162 Beban gaji, upah,tunjgn karyawan lain 10.246.009-10.246.009 Beban perjalanan 10.972.120-10.972.120 Beban jasa produksi 8.733.162-8.733.162 Beban pemeliharaan dan perbaikan 7.121.330-7.121.330 Beban pendidikan dan pelatihan 4.874.894-4.874.894 Beban penyusutan dan amortisasi 2.542.325-2.542.325 Beban listrik dan air 2.236.786-2.236.786 Beban asuransi 686.242-686.242 Beban iuran anggota dan sumbangan 2.907.590-2.907.590 Beban konsultan 1.574.255-1.574.255 Beban keamanan 1.378.422-1.378.422 Beban pajak bumi dan bangunan 142.476-142.476 Beban insentif - - - Beban lainnya 12.512.577-12.512.577 Dikurangi: jumlah yang dikapitalisasi ke tanaman yang belum menghasilkan (11.319.406) - (11.319.406) Jumlah 87.020.304-87.020.304 Tabel 4.3

PENGHASILAN/BEBAN LAIN- LAIN KETERANGAN KOMERSIA L KOREKSI FISKAL Pendapatan lain-lain : Penjualan non-komoditi utama 16.607.757-16.607.757 Pendapatan bunga 5.218.619 (5.218.619) 0 Pendapatan (beban) selisih Kurs bersih -66.557 - -66.557 Beban lain-lain : Beban keuangan (68.665.297) - (68.665.297) Rugi cad. Penghapusan tanaman telah menghasilkan (1.542.058) 1.542.058 0 Rugi cad. Penghapusan tanaman belum menghasilkan -404.419 404.419 0 Amortisasi beban penerbitan obligasi yang ditangguhkan (1.857.244) - (1.857.244) Rugi penghentian penggunaan aktiva tetap - Beban piutang tak tertagih -149.389 149.389 0 Beban pajak lain-lain -655.982 - (655.982) Pendapatan(beban) lainnya Bersih (9.160.403) - (9.160.403) (3.140.753 Jumlah (60.674.973) ) (63.797.726) Tabel 4.4

PENDAPATAN LAINNYA BERSIH KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Pendapatan selisih stock Opname 224.715-224.715 Setoran pinjaman pribadi 9.764-9.764 Pendapatan bunga TR 628.571-628.571 Penjualanan dokumen tender 163.072-163.072 Pendapatan atas klaim asuransi 1.806.719 (1.806.719) 0 Pendapatan sewa gedung 19.516-19.516 Pendapatan sewa dermaga 444.528-444.528 Pendapatan sewa lahan ATM 20.029-20.029 Pendapatan back service 1.665-1.665 Pendapatan klaim pengadaaan 1.050.875-1.050.875 Penjualan aktiva tetap - - - Pembelian kembali obligasi - - - Dana pensiun (7.392.021) (7.392.021) 0 Beban administrasi bank (867.611) - (867.611) Biaya pengurusan pupuk Import (402.179) - (402.179) Biaya haji (189.182) 189.182 0 Biaya produksi kakao (351.660) - (351.660) Biaya mess (164.467) 164.467 0 Biaya penjulan TBS (402.944) - (402.944) Biaya ganti rugi & penilaian Aktiva (224.253) - (224.253) Pendapatan lain-lain (3.353.540) - (3.353.540) Jumlah (9.160.403) (1.453.070) (10.431.473) Tabel 4.5

Dibawah ini terdapat penyesuaian antara laporan laba rugi komersial menjadi laporan laporan laba rugi fiskal yang dibuat oleh perusahaan : 1. perbedaan yang bersifat tetap a. Dana pensiun. Perusahaan mengoreksi dana pensiun karena dana pensiun adalah kekurangan iuran tambahan dana pensiun perkebunan yang ada tiap tahun yang harus dikoreksi. Penulis sependapat dengan perusahaan karena sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) yaitu penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa dalam pemberian natura kenikmatan yang dikoreksi fiskal positif sebesar Rp. 7.392.021. b. Pendapatan bunga yang dikenakan pajak final. Perusahaan mengkoreksi pendapatan ini karena merupakan penghasilan lain di laporan komersial dan laporan fiskal bukan merupakan penghasilan lain karena telah dikenakan pajaknya yang dipungut secara final. Penulis sependapat dengan perusahaan karena telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 131 Tahun 2000 yang dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp. 5.218.618. c. Biaya haji dan biaya mess dikoreksi oleh perusahaan karena biaya ini adalah biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota. Penulis juga sependapat dengan perusahaan karena telah sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 yang dikoreksi fiskal positif sebesar Rp. 189.182 dan Rp. 164.467.

2. Beda Waktu a. pembentukan atau pemupukan dana cadangan - penghapusan tanaman yang didapat dari jumlah rugi cadangan tanaman telah menghasilkan dengan rugi cadangan belum menghasilkan. Hal ini dikoreksi oleh peusahaan dan penulis juga sependapat dengan perusahaan karena sesuai dengan Undang-undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat (1) huruf c yang dikoreksi fiskal positif sebesar Rp. 1.946.477. - piutang tak tetagih juga termasuk dalam pembentukan atau pemupukan dana cadangan dan dikoreksi fiskal positif sebesar Rp. 149.389 oleh perusahaan. Piutang tak tertagih ini harus dikoreksi karena jumlahnya pada akhir tahun masih terdapat piutang seharusnya yang diklasifikasikan sebagai piutang tak tertagih sehingga timbul koreksi. Penulis setuju dengan perusahaan karena sesuai juga dengan Undang-undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat (1) huruf c. b. pendapatan atas klaim asuransi dikoreksi fiskal negatif oleh perusahaan sebesar Rp. 1.806.719, tetapi penulis tidak sependapat dengan perusahaan karena pendapatan atas klaim asuransi adalah termasuk dalam biaya yang ada hubungan langsung dengan perusahaan untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan sesuai dengan ketentuan pajak Pasal 6 sehingga tidak perlu dikoreksi.

KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Hasil tanaman keras Karet 940.972.445-940.972.445 Kelapa sawit 677.437.106-677.437.106 Teh 26.065.177-26.065.177 Hasil tanaman semusim Gula dan tetes 704.373.178-704.373.178 Jumlah 2.348.847.906-2.348.847.906 BEBAN POKOK PENJUALAN KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Tanaman keras Bahan baku yang digunakan 1.184.856.040-1.184.856.040 Beban penyusutan 72.014.992-72.014.992 Beban upah 98.909.882-98.909.882 Saldo barang jadi di awal tahun 62.154.910-62.154.910 Saldo barang jadi di akhir tahun (78.304.310) - (78.304.310) Persediaan karet terbakar - - - Tanaman semusim Bahan baku yang digunakan 472.402.763-472.402.763 Beban penyusutan 32.334.809-32.334.809 Beban upah 36.336.416-36.336.416 Saldo barang jadi di awal tahun 1.731.712-1.731.712 Saldo barang jadi di akhir tahun (2.265.736) - (2.265.736) Beban pokok penjualan 1.880.171.478-1.880.171.478 Tabel 4.6

BEBAN PEMASARAN DAN PENJUALAN KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Beban pengangkutan 22.276.705-22.276.705 Beban kantor pemasaran bersama 3.744.730-3.744.730 Beban pergudangan 678.327-678.327 Beban instalasi pompa 475.781-475.781 Beban analisa produksi 301.228-301.228 Beban administrasi bank - - - Beban sewa pelabuhan - - - Beban lainnya 4.702.591 (4.702.591) 0 Jumlah 32.179.362 (4.702.591) 27.476.771 BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Tabel 4.7 KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Beban gaji dan tunjangan 32.411.162-32.411.162 Beban gaji, upah,tunjgn karyawan lain 10.246.009-10.246.009 Beban perjalanan 10.972.120-10.972.120 Beban jasa produksi 8.733.162-8.733.162 Beban pemeliharaan dan perbaikan 7.121.330-7.121.330 Beban pendidikan dan pelatihan 4.874.894-4.874.894 Beban penyusutan dan amortisasi 2.542.325-2.542.325 Beban listrik dan air 2.236.786-2.236.786 Beban asuransi 686.242-686.242 Beban iuran anggota dan sumbangan 2.907.590 (2.907.590) 0 Beban konsultan 1.574.255-1.574.255 Beban keamanan 1.378.422-1.378.422 Beban pajak bumi dan bangunan 142.476-142.476 Beban insentif - - - Beban lainnya 12.512.577 (12.512.577) 0 Dikurangi: jumlah yang dikapitalisasi ke tanaman yang belum menghasilkan (11.319.406) - (11.319.406) Jumlah 87.020.304 (15.420.167) 71.600.137 Tabel 4.8

PENGHASILAN/BEBAN LAIN-LAIN KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Pendapatan lain-lain : Penjualan non-komoditi utama 16.607.757-16.607.757 Pendapatan bunga 5.218.619 (5.218.619) 0 Pendapatan (beban) selisih Kurs bersih -66.557 - -66.557 Beban lain-lain : Beban keuangan (68.665.297) - (68.665.297) Rugi cad. Penghapusan tanaman telah menghasilkan (1.542.058) 1.542.058 0 Rugi cad. Penghapusan tanaman belum menghasilkan -404.419 404.419 0 Amortisasi beban penerbitan obligasi yang ditangguhkan (1.857.244) - (1.857.244) Rugi penghentian penggunaan aktiva tetap - Beban piutang tak tertagih -149.389 149.389 0 Beban pajak lain-lain -655.982 - (655.982) Pendapatan(beban) lainnya Bersih (9.160.403) 11.041.041 1.880.638 Jumlah (60.674.973) 7.918.288 (52.756.685) Tabel 4.9

PENDAPATAN LAINNYA BERSIH KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Pendapatan selisih stock Opname 224.715-224.715 Setoran pinjaman pribadi 9.764 (9.764) 0 Pendapatan bunga TR 628.571-628.571 Penjualanan dokumen tender 163.072-163.072 Pendapatan atas klaim asuransi 1.806.719-1.806.719 Pendapatan sewa gedung 19.516 (1.951) 17.565 Pendapatan sewa dermaga 444.528 (44.452) 400.076 Pendapatan sewa lahan ATM 20.029 (2.002) 18.027 Pendapatan back service 1.665-1.665 Pendapatan klaim pengadaaan 1.050.875-1.050.875 Penjualan aktiva tetap - - - Pembelian kembali obligasi - - - Dana pensiun (7.392.021) 7.392.021 - Beban administrasi bank (867.611) - (867.611) Biaya pengurusan pupuk Import (402.179) - (402.179) Biaya haji (189.182) 189.182 0 Biaya produksi kakao (351.660) - (351.660) Biaya mess (164.467) 164.467 0 Biaya penjulan TBS (402.944) - (402.944) Biaya ganti rugi & penilaian Aktiva (224.253) - (224.253) Pendapatan lain-lain (3.353.540) 3.353.540 - Jumlah (9.160.403) 11.041.041 1.880.638 Tabel 4.10

Dibawah ini terdapat penyesuaian antara laba rugi komersial menjadi laporan laba rugi fiskal yang dibuat oleh penulis yang terdapat beberapa untuk : 1. perbedaan yang bersifat tetap a. Dana pensiun dana pensiun adalah kekurangan iuran tambahan dana pensiun perkebunan yang ada tiap tahun yang harus dikoreksi. Maka dana pensiun tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Sesuai dengan pasal 9 ayat (1) adalah penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura kenikmatan yang merupakan fiskal positif Rp.7.392.021. b. Penghasilan persewaan tanah atau bangunan - pendapatan sewa gedung tidak diakui sebagai pendapatan karena pendapatan sewa gedung telah dikenakan PPh final. Maka dikoreksi fiskal negatif Rp. 1.951. - pendapatan sewa dermaga juga tidak diakui sebagai pendapatan karena pendapatan sewa dermaga juga telah dikenakan PPh final. Maka dikoreksi fiskal negatif Rp. 44.452. - pendapatan sewa lahan untuk ATM tidak diakui sebagai pendapatan karena telah dkenakan PPh final. Maka dikoreksi fiskal negatif Rp.2.002. penghasilan diatas tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1996, mulai berlaku Tahun 1996 dan perubahannya No. 5 Tahun 2002 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi atau Badan dari persewaan tanah atau bangunan dikenakan PPh Final 10% (sepuluh persen).

c. Biaya diluar usaha - biaya haji dan biaya mess tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan di dalam laporan keuangan fiskal harus dikoreksi fiskal positif Rp.189.182 dan Rp.164.467. biaya ini tidak dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto karena termasuk biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 dan Nomor 17 Tahun 2000. - setoran pinjaman pribadi adalah pengembalian atas kewajiban yang bersangkutan ke perusahaan. Setoran ini juga tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan dikoreksi fiskal negatif Rp.9.764. Biaya diatas harus dikoreksi karena termasuk biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya. d. Pendapatan bunga Pendapatan bunga merupakan penghasilan lain di laporan komersial dan laporan fiskal bukan merupakan penghasilan lain karena telah dikenakan pajaknya dipungut secara final dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 131 Tahun 2000. Dan pendapatan bunga ini termasuk dalam fiskal negatif Rp.5.218.618. e. Beban iuran anggota dan sumbangan beban iuran anggota dan sumbangan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf g Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya bahwa harta yang dihibahkan, disumbangkan atau pemberian bantuan yang memenuhi Pasal 4 ayat (3) huruf a

yaitu bagi yang menerima bukan merupakan objek pajak. Beban iuran anggota dan sumbangan ini termasuk dalam fiskal positif Rp.2.907.590. f. Beban dan pendapatan lainnya Beban lainnya ini tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena tidak disertai dan didukung dengan bukti yang jelas dan yang syah maka harus dikoreksi fiskal negatif Rp.4.702.591 dan Rp.12.512.577. pendapatan lain-lain dan pendapatan (beban) lainnya bersih dikoreksi fiskal positif Rp.3.353.540 dan Rp.11.041.041. 2. Beda Waktu a. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan - Penghapusan tanaman yang didapat dari jumlah rugi cadangan tanaman telah menghasilkan dengan rugi cadangan belum menghasilkan. Yang dikoreksi positif Rp.1.946.477. Hal yang disebutkan diatas tidak dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto karena berdasarkan pada Undangundang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat (1) huruf c bahwa pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. - Piutang tak tertagih juga termasuk dalam pembentukan atau pemupukan dana cadangan dan dikoreksi positif Rp.149.389. Piutang tak tertagih ini harus dikoreksi karena jumlahnya pada akhir tahun masih terdapat piutang seharusnya bisa diklasifikasikan sebagai piutang tak tertagih (umur > 1 tahun ) tetapi belum dipindahkan sebagai piutang tak tertagih sehingga timbul koreksi. Hal yang disebutkan diatas tidak dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto karena berdasarkan pada Undang-

undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat (1) huruf c bahwa pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Di bawah ini juga terdapat keterangan tentang biaya-biaya yang tidak perlu dilakukan koreksi adalah ( sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang Pajak Penghasilan) : o Penjualan bersih perusahaan memakai konsep accrual basis, prinsip pengakuan penghasilan perusahaan telah sesuai dengan ketentuan perpajakan maka tidak ada koreksi fiskal. o Beban pokok penjualan juga tidak perlu dilakukan koreksi karena prinsip dalam menentukan beban pokok penjualan perusahaan telah sesuai dengan ketentuan perpajakan maka tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. o Beban pergudangan, beban instalasi pompa, beban analisa produksi yang termasuk dalam beban pemasaran dan penjualan adalah biaya yang ada hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, memelihara dan menagih penghasilan dan menurut ketentuan perpajakan merupakan pengurang yang diperkenankan mengurangi penghasilan bruto sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. o Beban gaji dan tunjangan serta beban gaji, upah, tunjangan karyawan lainnya adalah biaya yang ada hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan dan menurut ketentuan pajak merupakan pengurang yang diperkenankan mengurangi penghasilan bruto maka tidak perlu ada koreksi fiskal sesuai

dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a dan pasal 4 ayat (1) huruf a Undangundang Pajak Penghasilan. o Beban perjalanan dan beban jasa produksi juga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal karena mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan dan sesuai dengan ketentuan pajak Pasal 6 ayat (1) huruf a. o Beban pendidikan dan pelatihan adalah biaya yang ada hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan dan menurut ketentuan pajak merupakan pengurang yang diperkenankan mengurangi penghasilan bruto yang sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf g. o Beban penyusutan dan amortisasi termasuk ke dalam biaya yang dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto karena menurut ketentuan pajak Pasal 11 dan Pasal 11A adalah hak guna, hak pakai yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. o Beban listrik dan air adalah biaya yang ada hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan dan sesuai dengan ketentuan pajak yang dapat mengurangi penghasilan bruto. o Beban asuransi, pendapatan atas klaim asuransi, pendapatan atas klaim pengadaan dan pendapatan administrasi bank juga dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto karena ada hubungan langsung dengan perusahaan untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan dan sesuai dengan ketentuan pajak dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a.

o Beban pajak bumi dan bangunan serta beban pajak lain-lain adalah biaya yang ada hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan dan menurut ketentuan perpajakan Pasal 6 ayat (1) huruf a merupakan pengurang yang diperkenankan untuk mengurangi penghasilan bruto maka pos ini tidak perlu dilakukan koreksi. o Pendapatan (beban) selisih kurs bersih yang sesuai dngan Pasal 6 ayat (1) huruf e adalah keuntungan atau kerugian yang terjadi karena disebabkan oleh fluktuasi kurs maka bisa menjadi beban yang dapat menjadi pengurang dengan penghasilan bruto karena termasuk biaya yang ada hubungan langsung dengan kegiatan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan. o Amortisasi beban penerbitan obligasi yang ditangguhkan adalah biaya yang ada hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan dan menurut ketentuan perpajakan meruapakan pengurang yang diperkenankan untuk mengurangi penghasilan bruto maka tidak perlu dilakukan koreksi sesuai dengan Pasal 11 ayat (1). o Pendapatan non komoditi utama, beban keuangan, pendapatan selisih stock opname, pendapatan bunga Tebu Rakyat (TR), penjualan dokumen tender, pendapatan back service, biaya pengurusan pupuk import, biaya penjualan Tandan Buah Segar (TBS), dan biaya ganti rugi dan penilaian aktiva. Pendapatan dan beban diatas termasuk dalam pengurang penghasilan bruto karena termasuk dalam biaya untuk mendapat,

menagih dan memelihara penghasilan sesuai dengan ketentuan pajak sehingga tidak perlu dilakukannya koreksi. o Beban konsultan termasuk biaya yang ada hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih, serta memelihara penghasilan dan menurut ketentuan pajak merupakan pengurang yang diperkenankan mengurangi penghasilan bruto dan biaya diatas termasuk objek pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23, dan khusus untuk beban konsultan juga dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan PT. Perkebunan Nusantara VII telah memungut dan dibayarkan ke kantor pajak sesuai aturan yang berlaku. o Beban keamanan termasuk biaya yang ada hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih, serta memelihara penghasilan dan menurut ketentuan pajak merupakan pengurang yang diperkenankan mengurangi penghasilan bruto. o Beban pengangkutan juga termasuk biaya yang ada hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapat, menagih, serta memelihara penghasilan dan menurut ketentuan pajak merupakan pengurang yang diperkenankan mengurangi penghasilan bruto dan biaya diatas termasuk objek pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan PT. Perkebunan Nusantara VII telah memungut dan dibayarkan ke kantor pajak sesuai aturan yang berlaku. o Biaya kantor bersama adalah biaya perwakilan PT. Perkebunan Nusantara I XIV dalam penentuan jual komoditi perkebunan. Biaya ini tidak dipungut PPh 23 dan tidak harus dikoreksi fiskal karena adanya

hubungan langsung dengan usaha atau biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dan merupakan pengurang yang diperkenankan mengurangi penghasilan bruto.

Dibawah ini terdapat kertas kerja koreksi fiskal yang dikoreksi penulis : KERTAS KERJA KOREKSI FISKAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) (untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006) Laba sebelum pajak penghasilan Rp. 255.079.500 Koreksi positif : Dana pensiun Rp. 7.392.021 Biaya haji 189.182 Biaya mess 164.467 Setoran pinjaman pribadi 9.764 Beban iuran anggota dan sumbangan 2.907.590 Beban lainnya 17.215.168 Pendapatan beban lainnya bersih 11.041.041 Penghapusan tanaman 1.946.477 Piutang tak tertagih 149.386 Pendapatan lain-lain 3.353.540 Total koreksi positif Rp. 44.368.636 Koreksi negatif Pendapatan sewa gedung Rp. 1.951 Pendapatan sewa dermaga 44.452 Pendapatan sewa lahan ATM 2.002 Beban lainnya 12.512.577 Pendapatan bunga 5.218.619 Total koreksi negatif Rp. (5.267.024) Laba setelah pajak Rp. 294.181.112

IV.2. Perhitungan Laba Kena Pajak Setelah Dikoreksi Fiskal Setelah Perusahaan mengetahui perbedaan-perbedaan prinsip yang terjadi pada laporan laba rugi komersial dengan laporan laba rugi fiskal, maka Perusahaan dapat menyusun dan membuat laporan laba rugi berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku. Untuk menghitung besarnya laba rugi perusahaan dan PPh terutangnya maka Perusahaan terlebih dahulu menghitung besarnya pendapatan bersih atas usaha yang diterima selama satu periode, kemudian biaya-biaya yang dikeluarkan Perusahaan selama kegiatan usahanya yang berlangsung dikoreksi fiskal berdasarkan ketentuan pajak yang berlaku yang akan dikurangi oleh pendapatan usaha. Setelah itu Perusahaan memperoleh keuntungan ataupun kerugian sebelum pajak. Keuntungan Perusahaan dalam akhir tahun periode akan dikenakan pajak penghasilan terutang berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 17 Tahun 2000. Sebaliknya apabila Perusahaan mengalami kerugian usaha, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan netto atau laba fiskal selama lima tahun berturut-turut mulai tahun pajak berikutnya sesudah tahun pajak didapat kerugian tersebut. Dan di bawah ini terdapat laporan laba rugi dan penyesuian fiskal yang telah dibuat sesuai dengan data yang telah dikoreksi diatas.

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) LAPORAN LABA RUGI DAN PENYESUAIAN FISKAL Periode 1 Januari-31 Desember 2006 PENJUALAN BERSIH Rp. 2.348.847.906 BEBAN POKOK PENJUALAN (1.880.171.478) LABA KOTOR Rp. 468.676.428 BEBAN USAHA Beban pemasaran dan penjualan Rp. 32.179.362 Beban umum dan administrasi 87.020.304 Jumlah beban usaha (Rp.119.199.666) LABA USAHA Rp. 349.476.762 PENGHASILAN/(BEBAN) LAIN-LAIN Penjualan non komoditi utama Rp. 16.607.757 Pendapatan bunga 5.218.619 Laba selisih kurs bersih (66.557) Beban keuangan (68.665.297) Amortisasi beban penerbitan obligasi (1.857.244) Rugi penghentian penggunaan aktiva tetap -- Rugi penghapusan aktiva tanaman (1.946.477) Beban piutang tak tertagih (149.389) Beban pajak lain-lain (655.982) Pendapatan lainnya bersih (9.160.403) Jumlah penghasilan/(beban) lain-lain (Rp. 60.674.973) BEBAN IMBALAN KERJA (Rp. 33.722.290) BAGIAN LABA(RUGI) PERUSAHAAN ASOSIASI - LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN Rp. 255.079.500

PENYESUAIAN FISKAL Koreksi positif : Dana pensiun Rp. 7.392.021 Biaya haji 189.182 Biaya mess 164.467 Setoran pinjaman pribadi 9.764 Beban iuran anggota dan sumbangan 2.907.590 Beban lainnya 17.215.168 Pendapatan beban lainnya bersih 11.041.041 Penghapusan tanaman 1.946.477 Piutang tak tertagih 149.386 Pendapatan lain-lain 3.353.540 Total koreksi positif Rp. 44.368.636 Koreksi negatif Pendapatan sewa gedung Rp. 1.951 Pendapatan sewa dermaga 44.452 Pendapatan sewa lahan ATM 2.002 Beban lainnya 12.512.577 Pendapatan bunga 5.218.619 Total koreksi negatif (Rp. 5.267.024) Laba setelah pajak Rp. 294.181.112

Dibawah ini terdapat laporan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) tahun 2006 : LAPORAN PERHITUNGAN LABA/RUGI (Rp Juta) hasil usaha sampai dengan akhir tahun 2006 adalah sebagai berikut Uraian Realisasi RKAP 2006 2006 2005 Hasil Penjualan 2.348.848 1.825.167 2.355.090 Harga Pokok Penjualan 1.774.403 1.370.668 1.808.682 Laba Kotor 574.445 454.499 546.408 Biaya Operasi : biaya penjualan 32.179 22.133 28.069 biaya adm Kandir 190.246 130.625 160.365 penyusutan Kandir 2.542 2.119 2.150 Insentif prestasi - 25.000 20.000 Jumlah 224.968 179.878 210.583 Laba Usaha 349.477 274.621 335.825 Pendapatan lain-lain 28.780 28.751 12.044 Biaya lain-lain 123.178 121.198 114.002 Pendapatan/biaya lain-lain 94.397 92.448 101.958 Laba sebelum PPh 255.080 182.173 233.867 RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan diatas digunakan untuk menghitung besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dihitung berdasarkan : Laba sebelum PPh Rp. 233.867.000 Pajak Penghasilan tahun 2005 : Pajak penghasilan pasal 22 - Pajak penghasilan pasal 23 Rp. (81.831.000) Pajak penghasilan pasal 24 - Laba setelah PPh Rp. 152.036.000

Berdasarkan perhitungan yang telah dihitung diatas telah sesuai dan sependapat dengan laba setelah PPh yang dihitung oleh perusahaan dan Kantor Pelayanan Pajak, sehingga tidak ada masalah yang timbul dan sesuai wawancara yang dilakukan bahwa pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 telah dibayarkan setiap bulannya dengan benar dan sesuai aturan dan tepat waktu sehingga terhindar dari sanksi administrasi yaitu sebesar Rp. 152.036.000 dibagi 12 yaitu Rp. 12.669.666. Di bawah ini terdapat rincian pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 setiap bulannya selama tahun 2006 : (dalam Rupiah) Bulan Pembayaran Januari 9.862.250 Februari 9.862.250 Maret 9.862.250 April 12.669.666 Mei 12.669.666 Juni 12.669.666 Juli 12.669.666 Agustus 12.669.666 September 12.669.666 Oktober 12.669.666 November 12.669.666 Desember 12.669.666 Jumlah 143.613.744 Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan Januari, Februari dan Maret menggunakan perhitungan RKAP tahun 2005, sedangkan untuk bulan April sampai Desember menggunakan perhitungan RKAP tahun 2006. Ternyata terdapat selisih antara perhitungan jumlah laba setelah PPh yang seharusnya dengan yang dibayarkan selama tahun 2006 sesuai dengan tabel diatas. Selisihnya sebesar Rp. 8.422.256 dan selisihnya

tersebut telah dibayarkan tepat waktu pada tanggal 22 Maret 2006 sehingga terhindar dari sanksi administrasi. Setiap akhir tahun, Wajib Pajak harus melaporkan pajaknya yang tehutang untuk tahun yang bersangkutan. Sistem pemungutan pajak pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) atas penghasilan adalah menggunakan self assesment yaitu memberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, memotong dan membayar serta melaporkan sendiri besarnnya pajak terhutang dan dibuat dalam bentuk laporan manajemen.

IV.3. Pehitungan PPh Pasal 25/29 Terhutang Setelah perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 diatas maka selanjutnya dapat menghitung pajak terhutang PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) tahun pajak 2006 seperti yang terdapat dibawah ini dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.pajak terhutang PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) Tahun Pajak 2006 : Laba rugi sebelum pajak Rp. 294.181.112 Laba rugi sebelum pajak tahun 2006 (dibulatkan ribuan ke bawah) 294.181.000 Kompensasi kerugian - Penghasilan kena pajak tahun 2006 Rp. 294.181.000 Pajak penghasilan terhutang tahun 2006: 10% x 50.000.000 5.000.000 15% x 50.000.000 7.500.000 30% x 194.181.000 58.254.300 PPh Badan terhutang Rp. 70.754.300 Pajak Penghasilan dibayar dimuka : Pasal 22 - Pasal 23 468.752 Pasal 25 62.388.700 (Rp. 62.857.452) Pajak penghasilan kurang bayar (PPh pasal 29) Rp. 7.896.848

Karena adanya pajak penghasilan yang kurang bayar maka perusahaan langsung membayar pajak yang masih terutang yaitu sebesar Rp. 7.896.848 sesuai dengan aturan yang berlaku dan telah dibayarkan sebelum waktu yang ditetukan sehingga tidak terkena sanksi administrasi.