EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RS. ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Dewasa. Dr. Ratih Dewi

Penatalaksanaan DBD Pada Dewasa

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak, tetapi lebih banyak

AH DENGUE SURAKARTA SKRIPSI K Oleh :

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

BAB I PENDAHULUAN. Selama hampir dua abad penyakit Demam Berdarah (DB) disejajarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. cepat di dunia. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi meningkat 30 kali dengan

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM BOYOLALI TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) tanda-tanda kegagalan sirkulasi (WHO, 1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Definisi Demam Berdarah Dengue Demam Dengue adalah penyakit febris virus akut yang seringkali disertai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya perubahan orientasi pada kefarmasian dari drug oriented menjadi

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

Divisi Infeksi Tropis Bagian IKA FK USU Medan

BAB XVII DENGUE XVII.1 Patogenesis1,2

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO :

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

B A B PENDAHULUAN. terutama di daerah tropik dan subtropik. Insiden infeksi VD yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data

EVALUASI PENGGUNAAN ANALGETIK PADA ANAK YANG MENDERITA DEMAM BERDARAH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO PERIODE TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS

PADA ANAK YANG SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Prediksi Keputusan Medis Untuk Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Jaringan Syaraf Tiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T DENGAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER GRADE II DI BANGSAL MELATI 2C DI RSUD MOEWARDI, SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengue Haemoragic Fever (DHF) yang lebih sering disebut dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TELAAH PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

Lilik Kurniawan, S. Ked Yayan Akhyar Israr, S. Ked

PEMAKAIAN ANTIBIOTIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG TAHUN 2010

GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 2014 ABSTRAK

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

A. PENGERTIANs DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masih terbatas. Hal ini terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian yang

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic

MANUSIA/MASYARAKAT MAKHLUK SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pola buang air besar pada anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang anak-anak yang bertendensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu penelitian Hammon, dkk (1956) berhasil menemukan

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONSEP DASAR. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 1 PENDAHULUAN. pada anak-anak. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian DBD

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Penyakit yang

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK OLEH KELOMPOK 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

BAB I PENDAHULUAN. Waktu survival (survival time) merupakan salah satu penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Dasar Dengue Hemoragic Fever (DHF) (Susilaningrum dkk, 2013)

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

BAB I PENDAHULUAN. limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. 1

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB II TINJAUAN TEORI. Demam berdarah adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

Transkripsi:

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RS. ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh: SETIYANINGRUM K 100 060 097 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi virus dengue di Indonesia sejak abad ke 18, dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue dikenal sebagai penyakit demam 5 hari kadangkala disebut juga demam sendi. Disebut demikian karena demam menghilang dalam 5 hari, disertai nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala hebat (Hadinegoro dkk., 2002). Di Indonesia, sejak ditemukan penderita deman berdarah dengue di Surabaya pada tahun 1968 dan Jakarta pada tahun 1969, penyakit ini cenderung meningkat dan meluas keseluruh wilayah nusantara (Harikushartanto dkk., 2002). Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak. Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 dibandingkan tahun 2005 terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01% (Chen dkk., 2009). Pada tahun 2001-2008 total kasus DBD di propinsi Jawa Tengah khususnya kota Semarang sudah mencapai 15.276, dengan jumlah kematian sebanyak 106,4 penderita. Kasus tertinggi terdapat pada tahun 2008 (3868 penderita) dengan jumlah kematian 15 penderita (Anonim, 2008).

Kenyataan bahwa angka kematian telah menurun meskipun angka kejadian penyakit tetap bertambah, menunjukkan bahwa para klinisi telah berhasil menurunkan angka kematian dirumah sakit dengan menajemen yang kuat meskipun patogenesis DBD belum diketahui sepenuhnya dengan pasti. Walaupun demikian angka kematian DBD berat masih makin tinggi, sehingga para klinisi harus lebih terampil dalam pengenalan dini DBD dan memperbaiki penatalaksanaan DBD dalam upaya penurunan angka kematian DBD. Dewasa ini banyak pula dilaporkan DBD dengan manifestasi klinik langka atau tidak lazim (Samsi, 2000). Rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang adalah rumah sakit umum swasta tipe B, dengan kapasitas 200 tempat tidur dengan 16 poli spesialis. Pengambilan sampel dilakukan di RS. Roemani Muhammadiyah Semarang, karena menurut data di rumah sakit tersebut DBD merupakan 3 besar penyakit yang diderita pasien rawat inap di RS. Roemani Muhammadiyah Semarang. Urutan untuk penyakit yang masuk dalam 3 besar yaitu: demam tifoid, diare dan Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah 676 pasien. Dilihat masih tingginya angka kejadian penyakit demam berdarah dengue, maka penulis merasa tertarik mengangkat kasus ini sebagai permasalahan yang perlu diteliti, khususnya pada pasien anak DBD. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi mengenai DBD terutama dalam hal penatalaksanaannya. Selain itu, dapat menjadi bahan pembanding dan pelengkap bagi penelitian selanjutnya.

B. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penatalaksanaan terapi pada pasien anak DBD di instalasi rawat inap RS. Roemani Muhammadiyah Semarang dengan parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis sesuai dengan acuan dari WHO Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorragic Fever? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan terapi penyakit DBD yang meliputi tepat pasien, tepat obat, tepat dosis dan tepat indikasi pada pasien anak di instalasi rawat inap RS. Roemani Muhammadiyah Semarang pada tahun 2009 dengan acuan WHO Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorragic Fever D. Tinjauan Pustaka 1. Definisi a. Demam berdarah dengue Demam berdarah dengue adalah demam yang berlangsung akut baik menyerang orang dewasa maupun anak-anak, tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun, disertai dengan pendarahan dan dapat menimbulkan renjatan (syok) yang dapat mengakibatkan kematian penderita. Penyebabnya adalah virus dengue dan penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegepti (Soedarto, 1995) dengan manifestasi klinis

demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Anonim, 2006 a ). 2. Etiologi Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviradae. Flavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotip virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam berdarah dengue. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan flavirus lain (Anonim, 2007). 3. Patogenesis Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopicnus sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh akan membentuk kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat (Anonim, 1999 b ).

4. Klasifikasi Mengingat derajat beratnya penyakit Demam Berdarah Dengue bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan pengelolaan dan prognosis. WHO (1975) membagi DBD dalam 4 derajat, yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Derajat DBD menurut WHO Derajat DBD I II III IV Gejala Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satusatunya manisfestasi pendarahan adalah tes tourniquet positif Derajat I disertai dengan pendarahan spontan dikulit atau pendarahan yang lain. Derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu denyut nadi cepat, lemah dengan tekanan nadi menurun ( 20mmHg) disertai dengan kulit dingin, lembab dan penderita gelisah. Derajat III ditambah syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang tidak terukur dapat disertai dengan penurunan kesadaran. (Rampengan, 2007). 5. Diagnosis Masa inkubasi dengue pada manusia sekitar 4-5 hari. Gejala dan keluhan awal dengue yang tidak spesifik berlangsung sekitar 1-5 hari, berupa demam ringan, sakit kepala, lemah, letih dan lesu. Demam yang terjadi berlangsung secara mendadak untuk kemudian dalam waktu 2-7 hari menurun menuju suhu normal. Bersamaan dengan berlangsungnya demam, gejala klinis yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi, rasa lemah dan nyeri kepala dapat menyertainya. Penderita demam berdarah dengue biasanya mengalami pendarahan pada hari kedua dari demam, yang terutama terjadi di tempat vena pungsi (Soedarmo, 2007).

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi : a. Demam atau riwayat demam, 2-7 hari dan biasanya bifasik. b. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/µl). c. Terdapat minimal satu dari manifestasi dari pendarahan sebagai berikut : Uji tourniquest positif, patekei, ekimosis atau purpura, pendarahan mukosa, hematemesis atau melena. d. Terdapat minimal satu tanda- tanda kebocoran plasma sebagai berikut : 1) Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin. 2) Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya. 3) Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, hiponatremia (Anonim, 2007). Parameter nilai laboratorium yang dapat diperiksa antara lain: a. Trombosit: Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 (jumlah trombosit < 100.000/µl). b. Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya penumpukan hematokrit > 20% dari hematokrit awal. c. Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PTM, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi pendarahan atau kelainan pembekuan darah. d. Golongan darah: Bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah.

e. Elektrolit: Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan (Anonim, 2006). 6. Penatalaksanaan Dasar penatalaksanaan penderita DBD adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun panas (Rampengan, 2007). Secara umum Demam Berdarah Dengue (DBD) dibagi 4 derajat, terapi yang biasa dilakukan, yaitu : a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD) Tanpa Syok 1. Penggantian volume cairan pada DBD Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma yang terjadi pada fase penurunan suhu sehingga dasar pengobatannya adalah penggantian volume plasma yang hilang. Penggantian cairan awal dihitung untuk 2 3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok lebih sering sekitar 30 60 menit. Tetesan 24 48 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit dan jumlah volume urin. Apabila terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume dan komposisi cairan yang diperlukan sesuai seperti cairan dehidrasi untuk diare ringan sampai sedang yaitu cairan rumatan ditambah defisit 6% (5-8%) seperti tertera tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang Berat Badan (Kg) Jumlah Cairan (ml/kg BB/hari) < 7 220 7 11 165 12 18 132 >18 88 (Hadinegoro dkk., 2002). Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat badan pasien serta derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat hemokonsentrasi yang terjadi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan ideal untuk anak umur yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungkan dari tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Kebutuhan cairan rumatan Berat badan (Kg) Jumlah cairan (ml) 10 100 per Kg BB 10 20 1000 + 50 x BB (untuk BB diatas 10 kg) >20 1500 + 20 x BB (untuk BB diatas 20 kg) (Hadinegoro dkk., 2002). Dengan melihat keterangan tabel diatas dapat diperhitungkan misalnya jika anak dengan berat badan 40 kg maka cairan rumatan yang diberikan adalah sebanyak 2300 ml dan jumlah cairan rumatan ini diperhitungkan untuk 24 jam. Oleh karena kecepatan perembesan plasma tidak konstan (perembesan plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu turun), volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan kecepatan dan kehilangan plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar hematokrit (Rampengan, 2007).

2. Antipiretika. Antipiretikum yang diberikan ialah parasetamol, tidak disarankan diberikan golongan salisilat karena dapat menyebabkan bertambahnya pendarahan (Rampengan, 2007). Dosis parasetamol dapat dikelompokkan menurut umur tiap kali pemberian yang ditampilkan pada tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Dosis parasetamol menurut kelompok umur pada tiap kali pemberian Umur (tahun) Dosis (mg) Tablet (500mg) < 1 60 1/8 1-3 60-125 1/8-1/4 4-6 125-250 1/4-1/2 6-12 250-500 1/2-1 (Hadinegoro dkk., 2002) 3. Antikonvulsan Apabila timbul kejang kejang diatasi dengan pemberian antikonvulsan. a. Diazepam: diberikan dengan dosis 0,5 mg/kgbb/kali secara intravena dan dapat diulang apabila diperlukan. b. Phenobarbital: diberikan dengan dosis, pada anak berumur lebih dari satu tahun diberikan luminal 75 mg dan dibawah satu tahun 50 mg secara intramuscular. Bila dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti dapat diulangi dengan dosis 3mg/Kg BB secara intramuskular (Anonim, 1985). 4. Pengamatan Penderita Pengamatan penderita dilakukan terhadap tanda tanda dini syok. Pengamatan ini meliputi: keadaan umum, denyut nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan monitoring Hb, Hct dan trombosit (Anonim, 1985).

7. Algoritma Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dijelaskan dalam algoritme yang disajikan pada gambar 1, 2 dan 3 berikut ini: Penderita DBD Demam tinggi, mendadak dan terus menerus < 7 hari, tidak disertai ISPA Ada Kedaruratan 1. Tanpa syok 2. Muntah terus menerus 3. Kejang 4. Kesadaran menurun 5. Muntah darah 6. Berak hitam Tidak ada kedaruratan Periksa uji tourniquet Uji Torniquet (+) Uji Torniquet (-) Jumlah trombosit 100.000/µl Jumlah trombosit >100.000/µl Rawat Jalan Parasetamol Kontrol tiap hari sampai demam hilang Rawat Inap (Lihat algoritme 2) Rawat Jalan Minum banyak 1,5 liter/hari Parasetamol Kontrol tiap hari sampai demam turun Periksa Hb, Hct, trombosit tiap kali Nilai tanda klinis, periksa trombosit dan Hct bila demam menetap hari sakit ke-3 Perhatian untuk orang tua Pesan bila timbul tanda syok, yaitu gelisah, lemah, kaki/tangan dingin, sakit perut, berak hitam Lab: Hb dan Hct naik, Trombosit turun Rujuk kerumah sakit Gambar 1. Algoritma tatalaksana kasus penderita DBD (Hadinegoro dkk., 2002)

DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit Gejala Klinis: Demam 2-7 hari Uji tourniquet positif atau pendarahan spontan Lab: Hematokrit tidak meningkat Trombositopenia (ringan) Pasien masih dapat minum Beri minum banyak 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 5 menit Jenis minuman: Sirup, jus buah, susu, oralit Bila suhu > 38,5 0 C beri parasetamol Bila kejang beri obat antikonvulsif Pasien tidak dapat minum Pasien muntah terus menerus Pasang Infus NaCl 0,9%: Dekstrosa 5% (1:3), tetesan rumatan sesuai BB Periksa Hb, Hct, trombosit tiap 6-12 jam Monitor gejala klinis dan laboratorium Perhatikan tanda syok Palpasi hati setiap hari Ukur dieresis setiap hari Awasi pendarahan Periksa Hb, Hct, trombosit tiap 6-12 Perbaikan klinis dan Hct naik dan atau trombosit turun Infus ganti Ringer Laktat (RL) Tetesan disesuaikan, lihat algoritme 3 Pulang Gambar 2. Algoritma tatalaksana kasus DBD derajat I dan derajat II tanpa peningkatan hematokrit (Hadinegoro dkk., 2002)

DBD derajat I dengan peningkatan Hct 20% Cairan Awal RL/RA/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl 0,9% + D5, 6-7 ml/kgbb/jam Monitor tanda vital/nilai Hct dan trombosit tiap 6 jam Perbaikan Tidak gelisah Nadi kuat Tekanan darah stabil Diuresis cukup (12ml/kgBB/jam) Hct turun (2X pemeriksaan) Tidak ada perbaikan Gelisah Distres pernafasan Frekuensi nadi naik Hct tetap tinggi/naik Diuresis kurang/tidak ada Tetesan dikurangi 5ml/kgBB/jam Perbaikan Sesuai tetesan 3ml/kgBB/jam IVFD stop pada 24-48 jam Bila tanda vital/hct stabil Dieresis cukup Tanda vital memburuk Hct meningkat Perbaikan Tetesan dinaikan Tanda vital tidak stabil Distres pernafasan, Hct naik Koloid 20-30ml/kgBB Perbaikan 10-15ml/kgBB/jam Evaluasi 15-24 jam Hct turun Tranfusi darah segar 10ml/kgBB Gambar 3. Algoritma tatalaksana kasus DBD derajat I dengan peningkatan Hct 20% (Hadinegoro dkk., 2002)

DBD derajat III dan IV 1. Oksigenasi (berikan O 2 2-4 1/ menit) 2. Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis) Ringer laktat/ NaCl 0,9% 20 ml/kgbb secepatnya (bolus dalam 30 menit) Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi? Pantau tanda vital tiap 10 menit Catat keseimbangan cairan selama pemberian cairan intravena Syok teratasi Syok tidak teratasi Kesadaran membaik Nadi teraba kuat Tekanan nadi> 20mmHg Tidak sesak nafas/sinosis Ekstremitas hangat Diuresis cukup 2 ml/kgbb/jam Cairan dan tetesan disesuaikan 10 ml/ kgbb/ jam Evaluasi ketat Tanda vital Tanda pendarahan Diuresis Pantau Hb, Hct, trombosit Stabil dalam 24 jam Tetesan 5 ml/ kgbb/ jam Hct stabil dalam 2x pemeriksaan Tetesan 3 ml/ kgbb/ jam Infuse stop tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi Syok teratasi Kesadaran menurun Nadi lembut/ tidak teraba Tekanan nadi 20 mmhg sianosis Kulit lembab dan dingin Ekstremitas dingin Periksa kadar gula darah 1. Lanjutkan cairan 20 ml/ kgbb/jam 2. Tambahkan koloid/plasma dekstran/ FPP 10-20 (max 30) ml/kgbb/jam 3. Koreksi asidosis Hct turun Transfusi darah segar 10 ml/ kgbb diulang sesuai kebutuhan Evaluasi 1 jam Syok belum teratasi Hct tetap tinggi/ naik Gambar 4. Algoritma tatalaksana DBD Derajat III dan IV Koloid 20 ml/ kgbb (Hadinegoro dkk., 2002)

8. Pasien Anak Pasien anak adalah pasien dengan kisaran umur 2-12 tahun. Penggunaan obat untuk anak merupakan hal khusus dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh maupun enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat. Sesuai dengan alasan tersebut maka dosis obat, formulasi, hasil pengobatan dan efek samping obat yang timbul sangat beragam sepanjang masa kanak-kanak (Press, 2003). Dosis obat anak harus diambil dari buku panduan dosis anak dan tidak seharusnya diekstrapolasikan dari dosis dewasa. Usia, berat badan atau tinggi badan dapat menjadi parameter termudah untuk pengukuran (Walker and Edwards, 2003). Agar dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa penggolongan untuk membagi masa anak-anak. The British Pediatric Association (BPA) mengusulkan rentang waktu berikut yang didasarkan pada saat terjadinya perubahan-perubahan biologis: a) Neonatus : Awal kelahiran-usia 1 bulan b) Bayi : 1 bulan-2 tahun c) Anak : 2-12 tahun d) Remaja : 12-18 tahun (Press, 2003)

9. Kerasionalan Obat Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Masing-masing persyaratan mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda, kesalahan dalam menegakkan diagnosis akan memberikan konsekuensi berupa kesalahan dalam menentukan jenis pengobatan (Anonim, 2006 b ). Secara praktis penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tepat indikasi Tepat indikasi adalah kesesuaian pemberian obat dengan indikasi yang dilihat dari diagnosa yang tercantum dalam kartu rekam medik. b. Tepat pasien Tepat pasien yaitu pemilihan obat yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan patologi pasien dengan melihat ada tidaknya kontraindikasi. c. Tepat obat Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar, sehingga obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit. d. Tepat dosis Pemberian dosis yang berlebihan khususnya untuk obat dengan rentang terapi yang sempit akan sangat beresiko, sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya efek terapi yang diharapkan. (Anonim, 2006 b )