Pendidikan Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masukan selama periode tersebut (Dossett dan Greenberg, 1981). a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

MANAJEMEN OPERASIONAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kepercayaan, norma, nilai-nilai, filosofi, tradisi dan pengorbanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan modal dasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas manusia, sektor pendidikan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian terhadap kepuasan kerja menjadi penting dalam organisasi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, sumber daya alam, dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dessler (2000)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang

BAB I PENDAHULUAN. didalam beberapa negara. Semakin ketatnya persaingan antar negara terutama

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I. Pendahuluan. Pada masa sekarang ini perekonomian bangsa Indonesia telah memasuki era

MOTIVASI KERJA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI FAKULTAS DAKWAH IAIN AR-RANIRY

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan disisi lain

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMBERIAN TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAN KEDISIPLINAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan. Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai, dalam mencapai tujuannya setiap perusahaan dipengaruhi oleh

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI Sejarah Ringkas Departemen Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

I. PENDAHULUAN. Globalisasi menimbulkan persaingan antarbangsa yang semakin. tajam terutama dalam bidang ekonomi serta bidang i1mu pengetahuan dan

2016 STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI E-TRAINING DI PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL REGIONAL I BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, aktivitas perekonomian dan teknologi secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rizky Aprillian Utami, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja

PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP PENILAIAN KINERJA PEGAWAI OLEH PIMPINAN BIRO UMUM DI KANTOR GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT

: MOH. RIFQI KHAIRUL UMAM B

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

IKLIM ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN Oleh : RETNO DJOHAR JULIANI DOSEN ADMINISTRASI NIAGA UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

MEMBUDAYAKAN COACHING DI TEMPAT KERJA OLEH: SEGER, Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PSDM

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi perkembangan pariwisata di Bali, komponen komponen. berproduktivitas tinggi. Bukanlah suatu pekerjaan yang

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. proaktif dan dapat memberikan jasa yang memuaskan kepada nasabahnya agar

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. Ditahun ini semakin banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam suatu organisasi atau instansi, selain itu sumber daya manusia

MANAJEMEN PRODUKTIVITAS

BAB I PEND AHULUAN. Dewasa ini banyak sekali pihak yang melaksanakan pelatihan baik itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedang membangun, khususnya di bidang industri. Oleh karena itu, banyak

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FENOMENA MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF SDM (SUMBER DAYA MANUSIA) 1 Oleh: Dra. Sri Mulyani 2

SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN No.124 yang berlokasi di Jalan Moh. Toha No.147 Km 6,1 Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB II LANDASAN TEORI. efisien untuk mencapai tujuan tertentu didalam suatu organisasi. Dasar-dasar manajemen adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) 4) Esteem or status needs

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen terdiri dari enam unsur (6M) yang meliputi man, money,

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. atau sering disebut dengan human resources, merujuk kepada orang-orang

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi persaingan usaha, perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetisi di berbagai bidang baik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kumpulan resources yang tidak berguna. Selain itu, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai faktor produksi dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dikenal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pulau Umang Resort & Spa berada pada kategori kuat, artinya bahwa budaya

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT.WIRA MUSTIKA INDAH. ( pabrik paku dan kawat Indonesia )

`BAB I PENDAHULUAN. dunia industri dan organisasi menyebabkan psikologi tidak akan pernah kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.

Transkripsi:

Pendidikan Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas Kerja Dr.H. Moh. Sidik Priadana, MS. (Universitas Pasundan Bandung) roduktivitas kerja Bangsa PIndonesia menempati urutan nomor 2 terendah di Asia, sehingga upaya peningkatan produktivitas merupakan suatu harapan semua pihak, baik perusahaan maupun tenaga kerja, hal ini bisa tercapai dengan meningkatkan output dan menekan input, peningkatan ouput dan penekanan input akan tergantung kemampuan dan etos kerja yang tinggi. Dalam peningkatan kemampuan peranan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, sedangkan peningkatan etos kerja ditingkatkan melalui peningkatan sikap makarya dari tenaga kerja. Diantara sifat-sifat yang sering disebut adalah komitmen, dedikasi dan loyalitas terhadap organisasi; wawasan hasil kerja; kecakapan komunikasi yang baik; kemampuan berpartisipasi; rasa keterlibatan sosial; kecakapan profesional, keterbukaan terhadap perubahan, dan sebagainya dan unsur-unsur yang membantu meningkatkan produktivitas seseorang. Tenaga kerja berkualitas tinggi ditandai oleh perilaku produktif. Hanya dengan perilaku nyata di lingkungan kerja, seorang insinyur atau manajer dapat menciptakan sesuatu atau mengubah sesuatu menjadi lebih produktif. Perilaku ini pada gilirannya, merupakan hasil dari bekerjanya suatu gabungan yang rumit tetapi jelas wujudnya dari karakteristik pribadi dan pengorganisasian seseorang, seperti (a) sikap makarya; (b) pengetahuan dan keterampilan, dan (c) kesempatan atau peluang. Peningkatan Sikap Makarya Faktor kunci yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas adalah sikap orang-orang yang bekerja sama. Yang sangat jelas ialah bahwa sikap "setengah hati" dari tenaga kerja merupakan hambatan yang paling serius terhadap peningkatan produktivitas. Sikap itu sendiri adalah cerminan dari interaksi banyak faktor-faktor panjang dan pendek termasuk motivasi, kebudayaan, sistem manajemen, sifat pekerjaan dan hal-hal khusus serta manusiawi seperti sistem nilai, falsafah hidup dan lain-lain. Banyak manajer menolak pendapat yang menganggap pentingnya atau bahkan dapat dilakukannya pengelolaan terhadap sikap "Saya mengelola hasil, bukan sikap" atau "Saya mangatur perilaku, bukan sikap" adalah cetusan yang sering dilontarkan. Sebagian manajer bahkan mengecilkan arti sikap: "Anda tidak dapat melihat sikap, anda hanya dapat melihat perilaku. "Sebagian lagi berpendapat bahwa sikap seseorang itu adalah urusannya sendiri dan upaya untuk mempengaruhinya sama dengan melanggar kebebasan atau privasi seseorang. Sikap pada dasarnya dibentuk oleh sistem nilai seseorang atau sekumpulan orang, biasa disebut dengan istilah norma sosial. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi sikap makarya adalah kebudayaan dalam artinya yang luas-kebudayaan nasional, kebudayaan persekutuan hidup setempat, organisasi dan sebagainya yang menyelimuti dan membentuk setiap kegiatan manusia. Tetapi esensinya ialah bahwa kebudayaan mencakup sistem nilai sedangkan nilai adalah ibarat bahan bangunan dari suatu kebudayaan. 4

M. Sidik, Pendidikan Meningkatkan Gambar: KAITAN ANTARA PRODUKTIVITAS DENGAN PENDIDIKAN PRODUKTIVITAS TEKNOLOGI MATERI ENERGI SISTEM ORGANIASI ORANG MESIN PROSES ORANG TEKNOLOGI LINGKUNGAN ORANG STRUKTUR SOSIO EKONOMI ORANG MATERI ORANG ORANG MESIN PROSES ENERGI ORANG ORANG MATERI ENERGI ORANG ORANG ORANG ORANG TENAGA KERJA SIKAP KERJA PENGETAUHAN KETERAMPILAN KESEMPATAN MOTIVASI HUB. MANAJEMEN PARTISIPASI GAYA KARYAWAN MANAJEMEN HUBUNGAN MANAJEMEN KARYAWAN SISTEM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PENGALAMAN SISTEM BUDAYA BUDAYA NILAI TRADISI ORGANISASI PENDIDIKAN BUDAYA TRADISI PENDIDIKAN & PENDIDIKAN & LATIHAN PENDIDIKAN & LATIHAN FORMAL NON FORMAL LATIHAN INFORMAL PERGURUAN TINGGI KURSUS/LATIAHN AKADEMI KONSULTAN PENGARUH KELUARGA SEKOLAH LATIHAN KERJA PENGARUH SEMINAR DSB LINGKUNGAN MEDIA MEDIA DSB BELAJAR PRAKTEK STRATEGI PENGEMBANGAN DAN KOORDINASI SISTEM PENDIDIKAN Harry T. Oshima seorang guru besar tamu pada Universitas Filipina, setelah mempelajari faktor-faktor penting yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat performa 5

ekonomi negara-negara Asia Timur Laut (Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Singapura dan Hongkong) dengan negara-negara Asia Tenggara (Filipina, Muangtai, Malaysia, Indonesia) menyimpulkan bahwa perbedaan dalam produktivitas dari negara-negara kedua kawasan tersebut lebih banyak disebabkan oleh perbedaan dalam sikap makarya sebagai hasil pengaruh lembaga-lembaga kebudayaan utama di negara masing-masing. Misalnya di lingkungan kerja negaranegara Asia Timur Laut, hubungan industri lebih mendukung tumbuhnya sikap makarya yang lebih baik daripada di negara-negara Asia Tenggara. Hubungan industrial di Jepang memberikan tekanan pada upaya untuk membuat tempat kerja sebagai suatu lingkungan yang menyenangkan, menarik, dan memberikan kepuasan dalam mencari kehidupan. Di kawasan Asia Tenggara, hubungan dan/atau kebijaksanaan industrial tampak lebih mendekati budaya Barat dan Kurang menumbuhkan motivasi para pekerja. Media Massa di kawasan Asia Timur juga lebih efektif dibandingkan dengan rekannya di kawasan Asia Tenggara dalam menumbuhkan sikap makarya. Di kawasan Asia Timur, media massa adalah lembaga pendidikan masyarakat dalam arti yang sebenarnya, sedangkan rekan-rekannya di kawasan Asia Tenggara lebih banyak dianggap khalayak sebagai sarana hiburan sedangkan peranan pendidikannya sangat kecil. Di dunia Barat, aspek paternalistik kurang diperhatikan sebaliknya di Asia aspek paternalistik masih tumbuh berkembang dengan suburnya. Namun demikian keduanya memandang bahwa makarya sangat penting untuk dikembangkan dalam perusahaan. Hasil penelitian yang dilaksanakan dua perusahaan besar HITACHI (Jepang) dan The Control Data (Amerika) yang kedua-duanya merupakan perusahaan yang inovatif telah memberikan tanggapan atas tantangan yang bersifat mendasar. Keduanya, tanpa mengacuhkan perbedaan nilai-nilai budaya mereka, telah memberikan tanggapan yang sama; melakukan perubahan perilaku, sementara sedikit sekali yang dilakukan terhadap nilai budaya. Para manajer menyadari bahwa untuk meningkatkan produktivitas, haruslah dijaga sikap positif terhadap pekerjaan dan sekaligus mengubah faktorfaktor yang membawa pengaruh negatif terhadap performa organisasi (di Jepang, terlalu banyak paternalisme; dalam budaya Barat, terlau besar orientasi keuntungan yang seringkali diwujudkan atas pengorbanan karyawan, berupa jaminan kelangsungan kerja). Mereka memperkenalkan pola perilaku baru, secara sadar dan hati-hati melalui proses pendidikan, dengan menciptakan unsurunsur budaya positif yang dipadukan dengan unsur tradisi tanpa merusaknya. Peranan Pendidikan Sejumlah penelitian telah mengungkapkan banyaknya korelasi positif antara pendidikan dengan produktivitas. Bahkan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi antara berbagai negara bahwa hasil-hasil terbaik dari segi tingkat produktivitas dan kecepatan pertumbuhan ekonomi terdapat di negara-negara yang tenaga kerjanya mempunyai tingkat pendidikan yang lebih baik. Analisis terhadap empat buah karakteristik dari tenaga kerja sikap, penge-tahuan, keterampilan dan peluang keorgani-sasian menunjukkan dengan jelas peranan pendi-dikan dalam arti yang luas terhadap pengem-bangan karakteristik tersebut. Untuk memastikan bahwa komponen-komponen utama dari sistem pendidikan seimbang dan terkoordinasi dengan baik, perlu dijelaskan hal-hal berikut: Apakah sistem tersebut benar-benar mencakup semua komponen yang diperlukan untuk mengembangkan sumber manusiawi? Jika ja, apakah komponen-komponen tersebut serta pengembangannya diseimbangkan secara optimal dalam sistem pendidikan? 6

M. Sidik, Pendidikan Meningkatkan Adakah mekanisme perencanaan dan koordinasi yang baik dengan umpan balik ke tingkat nasional untuk mengembangkan dan mempertahankan mutu pendidikan yang diperlukan guna mengembangkan tingkat perekonomian negara khususnya tingkat produktivitas? Apakah terdapat cukup hubungan yang saling mendukung antara keluarga, sekolah, perguruan tinggi dan semuanya jenis pendidikan non formal dan informal yang diarahkan pada peningkatan produktivitas? Apakah metode dan proses pendidikan yang digunakan serasi dengan kebutuhan kehidupan budaya serta organisasi khususnya? Strategi pilihan untuk mengembangkan mekanisme pendidikan sebagai sarana peningkatan kesadaran dan budaya produktivitas, hendaknya direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Latihan Produktivitas Pimpinan Perusahaan dan Karyawan. Dalam latihan manajemen, kita terus memusatkan perhatian pada pengetahuanpengetahuan seperti perencanaan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan teknikteknik manajemen lain. Kekurangan dari banyak program semacam itu adalah segi sikap dan perilaku. Banyak program sedikit sekali berbuat sesuatu untuk menumbuhkan nilai produktivitas yang kuat ke dalam kesadaran para pimpinan perusahaan dan karyawan karena anggapan yang keliru bahwa mereka telah memiliki sifat-sifat tersebut. Ini merupakan salah satu alasan penting mengapa banyak pimpinan perusahaan terutama dalam perusahaan-perusahaan besar lebih memperhatikan proses, peraturan dan prosedur daripada hasil akhir, bertolak belakang dengan perusahaan kecil yang biasanya kurang begitu hirarkhis. Sudah tiba saatnya kita memberikan lebih banyak perhatian kepada upaya menumbuhkan sikap dan memperkuat nilai dalam sistem pendidikan kita, untuk berkonsentrasi pada segi-segi perilaku dalam manajemen. Dalam melaksanakan hal ini, kita perlu mempertimbangkan perbedaan pokok antara organisasi besar yang lebih bersifat hirarkhis dengan jenis yang lebih kecil dan informal dalam menggunakan pendekatan produktivitas yang berhasil, menuntut komunikasi yang jelas, taat azas dan sering, tentang kebijaksanaan organisasi/perusahaan, rencana produksi dan tingkat prestasi. Karyawan masa kini ingin mengetahui dengan jelas apa yang mereka hasilkan, serta mengapa dan bagaimana mereka melakukannya. Upaya pendidikan ke arah produktivitas hendaknya selalu menekankan orang sebagai subjek dalam berbagai tingkat rapat dan seminar, penerbitan buklet dan lembaran berita, diskusi teratur tentang masalah ini dan lain-lain. Penggunaan program pendidikan dan latihan secara sistematis dapat meningkatkan pengertian dan kesadaran karyawan tentang produktivitas dan keperluan akan peningkatannya. Oleh sebab itu penting sekali bagi manajemen untuk memberikan pendidikan produktivitas yang dilaksanakan dengan sabar dan tekun untuk meningkatkan persepsi mereka tentang lingkungan, kerja dan peranannya, menumbuhkan budaya produktivitas dan memperkuat sikap mereka. Untuk itu pemerintah sebaiknya mendorong dialog terbuka dan teratur antara kalangan industri dan sistem pendidikan maupun antara berbagai bagian dari sistem pendidikan itu sendiri, termasuk media. Semua jenis pendidikan dan latihan baik formal maupun informal hendaknya memasukkan ke dalam kurikulumnya, masalah produktivitas yang menekankan pada aspek manusia, sikap serta perilakunya. Suatu upaya nyata yang dilakukan bersama-sama dan terkoordinir dengan baik dari seluruh unsur pemerintah, lembaga resmi maupun swasta yang bergerak di bidang pendidikan pada sitiap tingkat masyarakat dan sektor ekonomi, 7

diperlukan untuk mencapai tujuan. Kesimpulan 1. Ditingkat nasional, konsep budaya dan sikap kerja hendaklah dimasukkan ke dalam berbagai kurikula kursus latihan, sekolah, akademi dan Perguruan tinggi. Gagasan ini dapat disebarkan melalui media massa, jadi memperkuat proses pendidikan nonformal untuk membantu mengembangkan budaya produktivitas dan sikap positif terhadap pekerjaan. 2. Program peningkatan produktivitas yang berhasil menuntut adanya komunikasi yang jelas, taat azas dan sering mengenai kebijaksanaan organisasi, rencana produksi dan prestasi. Karyawan masa kini ingin mengetahui apa yang mereka hasilkan dan mengapa serta bagaimana mereka melakukannya. 3. Upaya pendidikan ke arah produktivitas harus selalu menekankan orang sebagai subjek dalam berbagai tingkat rapat dan seminar, penerbitan buklet dan lembaran berita, diskusi berkala tentang masalah tersebut dan sebagainya, penggunaan program pendidikan dan latihan secara sistematis dapat meningkatkan pengertian dan kesadaran produktivitas karyawan serta kebutuhan untuk meningkatkannya. 4. Adalah sangat penting bagi manajemen untuk memberikan pendidikan produktivitas kepada para karyawan yang dilaksanakan dengan sabar dan tekun, untuk meningkatkan persepsi tentang lingkungan kerja dan peranan mereka, serta menumbuhkan budaya produktivitas dan memperkuat sikap. 5. Pemerintah sebaiknya mendorong dialog terbuka dan teratur antara industri dengan sistem pendidikan maupun antara berbagai bagian dari sistem pendidikan itu sendiri, termasuk media. 6. Semua jenis pendidikan dan latihan formal maupun nonformal hendaknya memasukkan ke dalam kurikulanya masalah produktivitas dengan lebih menekankan pada segi manusia, sikap dan perilaku sebagai komponen penting. 7. Suatu upaya nyata yang dilakukan bersamasama dan terkoordinir dengan baik dari seluruh unsur pemerintah, lembaga resmi maupun swasta yang bergerak dibidang pendidikan pada semua tingkat masyarakat dan sektor ekonomi, diperlukan untuk mencapai tujuan ini. Daftar Pustaka Robert E. Baldwin, Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara Berkembang; Bina Aksara, Jakarta, 1986. Moekijat, Pengembangan Manajemen dan Motivasi, Pionir Jaya Bandung, 1990. RAE, LESLIE, Dialih bahasakan oleh Rochmulyati Hamzah, Pengukuran Efektivitas Pelatihan, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1990. Erust, Dieter and Connor David, Technological and Global Comparison the Chellenge for Newly Industrializing Economic, Development Studies, Deced, 1990. Dharma, Agus, Manajemen Prestasi Kerja, Rajawali, Jakarta, 1991. Moekijat, Pendidikan, Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Mandar Maju, Bandung, 1991. Edwin B. Flippo, Manajemen Personalia, Edisi 7, Erlangga, 1993 Moh. Sidik Priadana, Manajemen Sumber Daya Manusia, Lemlit Unpas, 1998. 8