HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai

dokumen-dokumen yang mirip
HAZEN ARRAZIE KURNIAWAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Bagian dorsal eksuvia dan karakter morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleurodicinae

ALEYRODIDAE) PADA TANAMAN TOMAT

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Imago Bemisia tabaci.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pradewasa dan Imago

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

Neraca kehidupan kutukebul Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) pada tanaman cabai dan gulma babadotan pada suhu 25 C dan 29 C

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v

BAB V BIOLOGI KONSERVASI DAN MODEL PERTUMBUHAN POPULASI KUMBANG LUCANID

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

STATISTIK DEMOGRAFI Bemisia tabaci Gennadius (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) PADA TANAMAN KEDELAI VARIETAS EDAMAME DAN WILIS SITI RIZKAH SAGALA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Statistika Demografi Riptortus linearis F. (Hemiptera: Alydidae) pada Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Biologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

BAHAN DAN METODE. = pengamatan minggu kedua = Pengamatan minggu berikutnya

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keperidian WBC N. lugens Stål pada varietas tahan dan rentan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 Tetranychus kanzawai (a, pradewasa; b, dewasa; sumber Ehara, 2002)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. BAGIAN TUBUH TUMBUHAN/HEWAN DAN FUNGSINYA SERTA DAUR HIDUP HEWAN Latihan soal 11.3

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) dari Beberapa Tanaman Inang dan Perkembangan Populasinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian Penyediaan Koloni Lalat Puru C. connexa untuk Penelitian Lapangan

KAJIAN NERACA KEHIDUPAN KUMBANG LEMBING (Epilachna dodecastigma Wied) RIZKI KURNIA TOHIR E

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan pemangsaan Menochilus sexmaculatus dan Micraspis lineata

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

RINGKASAN DAN SUMMARY

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Kandang Pemeliharaan Ulat Sutera Liar A. atlas di Komplek Kandang C

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

3. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Resistensi

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

Hama penghisap daun Aphis craccivora

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAHAN DAN METODA. Penelitian Kelapa Sawit, Pematang Siantar dengan ketinggian tempat ± 369 m di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Morfologi Trialeurodes vaporariorum (Westwood)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

LIA RAMDEUNIA. Aktivitas Ekstrak Daun, Ranting dan Biji Suren (Toona sureni

3. METODE PENELITIAN

Kutu Kebul (Homoptera : Aleyrodidae) pada Tanaman Cabai, Tomat dan Kedelai di Bogor, Cianjur dan Sukabumi

STUDI BIOLOGI ULAT BULU Lymantria marginata Wlk. (LEPIDOPTERA: LYMANTRIIDAE) PADA TANAMAN MANGGA. (Mangifera indica L.) SKRIPSI.


Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae

ANALISIS MUTU PARASITOID TELUR Trichogrammatidae (Quality assessment of Trichogrammatid) DAMAYANTI BUCHORI BANDUNG SAHARI ADHA SARI

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

TINJAUAN PUSTAKA Wereng Batang Cokelat

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Transkripsi:

16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Hasil identifikasi dengan menggunakan preparat mikroskop pada kantung pupa kutukebul berdasarkan kunci identifikasi Martin (1987), ditemukan ciri morfologi B. tabaci yang spesifik berupa seta kauda yang kokoh, umumnya sama panjang dengan vasiform orifice, dan tidak banyak variasi diantara individu. Vasiform orifice terdapat di daerah sebelum ujung posterior, berbentuk segitiga, ukurannya lebih panjang dari alur kauda (caudal furrow) dan bagian samping orifice hampir lurus. Lingula berbentuk seperti lidah, serta subdorsum tampa pori. Kutikula kantung pupa berwarna pucat, dengan bentuk bervariasi tergantung bentuk permukaan daun. Kantung pupa kutukebul antara biotipe-b dan non-b memiliki beberapa perbedaan morfologi. Ciri morfologi spesifik bagi biotipe-b adalah tidak adanya submarginal seta (ASMS4) di bagian anterior adanya lapisan lilin di anterior kiri dan kanan tubuh yang berukuran pendek, serta lapisan lilin yang sedikit di bagian posterior. Ciri morfologi spesifik biotipe non-b adalah terdapat submarginal seta (ASMS4) di bagian anterior. Pada bagian anterior kiri dan kanan terdapat lapisan lilin yang panjang, sedangkan bagian posterior terdapat lapisan lilin yang lebih melebar. Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai Siklus hidup adalah selang waktu sejak telur diletakkan hingga saat imago betina meletakkan telur untuk pertama kalinya. Hasil pengamatan harian menunjukkan, siklus hidup B. tabaci biotipe-b dan non-b pada mentimun (Tabel 2), berturut-turut adalah 31,27 hari dan 29,60 hari. Pada tanaman cabai siklus hidup B. tabaci biotipe-b dan non-b (Tabel 3) yaitu berturut-turut 33,27 pada hari dan 30,86 hari. Pada tanaman mentimun imago betina B. tabaci biotipe-b mulai meletakkan telur pada hari ke-25, dengan masa peneluran 14,86 hari dan jumlah telur yang diletakkan 130 butir per betina. Sementara itu di tanaman cabai, telur mulai diletakkan pada hari ke-27, dengan masa peneluran 15,58 hari, dan jumlah telur yang diletakkan 82,05 butir per betina. Jumlah telur yang diletakkan imago betina B. tabaci biotipe non-b pada tanaman mentimun dan cabai masing masing 130,30 butir per betina, dengan masa peneluran 15,75 hari, dan 94,48 butir per betina dengan masa peneluran 14,75 hari

17 Tabel 2 Lama stadia B. tabaci biotipe-b dan non-b pada tanaman mentimun Jenjang n Biotipe-B Periode (hari) n Biotipe non-b Periode (hari) Telur 100 5,17±0,72 100 4,58±0,99 Nimfa Instar-1 85 4,83±0,72 95 4,53±0,50 Instar-2 85 4,05±0,28 95 3,74±0,43 Instar-3 85 4,05±0,35 95 3,95±0,20 Instar-4 85 4,02±0,26 95 3,90±0,32 Pupa 85 3,75±0,53 95 3,64±0,48 Imago Jantan 33 20,30±3,45 39 20,20±3,87 Betina 52 22,23±2,68 56 22,16±2,44 Pra peneluran 52 2,07±0,38 56 1,89±0,56 Peneluran 49 14,86±3,95 56 15,75±1,29 Siklus Hidup 49 31,27±17,70 56 29,60±3,80 Powell dan Bellows (1992) menyatakan bahwa siklus hidup B. tabaci pada tanaman mentimun berkisar 17,4 hari dengan suhu 25 o C, dan tingkat keberhasilan telur menetas adalah 86,80%. Sementara itu Tsai dan Wang (1996) melaporkan siklus hidup B. tabaci pada tanaman mentimun berkisar 19,3 hari pada suhu 25,5 o C, dengan tingkat keberhasilan telur menetas mencapai 95%. Perbandingan sex rasio antara B. tabaci biotipe-b dan non-b pada tanaman cabai dan tanaman mentimun adalah satu jantan banding dua betina, artinya ke dua biotipe B. tabaci lebih banyak menghasilkan keturunan betina daripada jantan. Imago betina hidup lebih lama daripada imago jantan yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Mortalitas pradewasa antara B. tabaci non-b dengan biotipe-b mempunyai kesamaan, yaitu pada tanaman cabai lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman mentimun.

18 Mortalitas tertinggi B. tabaci non-b di tanaman cabai terjadi pada fase telur adalah 25%, dan nimfa instar satu sebesar 16%. Tingkat mortalitas pada B. tabaci biotipe-b ditanaman cabai terjadi pada fase telur sebesar 30%, dan nimfa instar satu 15,71%. Tabel 3 Lama stadia B. tabaci biotipe-b dan non-b pada tanaman cabai Jenjang n Biotipe-B Periode (hari) n Biotipe non-b Periode (hari) Telur 100 5,97±0,95 100 6,88±0,85 Nimfa Instar-1 70 4,61±0,62 75 4,43±0,67 Instar-2 59 4,03±0,19 62 3,96±0,44 Instar-3 53 4,55±0,60 62 4,35±0,72 Instar-4 53 4,55±0,63 62 4,25±0,62 Pupa 53 3,92±3,69 62 3,22±0,62 Imago Jantan 17 18,94±3,66 20 16,60±2,65 Betina 36 20,47±4,61 42 21,11±4,06 Pra peneluran 36 1,88±0,52 42 1,92±0,55 Peneluran 36 15,58±4,87 37 14,76±6,32 Siklus Hidup 36 33,27±4,60 37 30,86±6,32 Hasil uraian di atas terlihat bahwa perbedaan tanaman berpengaruh nyata terhadap jenjang perkembangan B. tabaci biotipe-b dan non-b. Nilai keperidian B. tabaci biotipe-b dan non-b dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7. Lama Hidup dan Keperidian B. tabaci Biotipe-B dan Non-B Setiap organisme mempunyai variasi jangka hidup yang terbatas, yang menentukan karakteristik kelangsungan hidupnya di dalam suatu populasi. Lama hidup dua biotipe B. tabaci (biotipe-b dan non-b) pada tanaman mentimun dan cabai hampir

19 sama. Kemampuan bertahan hidup B. tabaci biotipe-b dan non-b pada tanaman mentimun yaitu berturut-turut adalah 53 hari dan 51 hari. Laju kematian biotipe-b dan non-b terjadi pada fase telur yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah masing-masing pada hari ke-8 dan ke-9. Hal ini mengisyaratkan bahwa fase telur sangat rentan terhadap gangguan luar, termasuk gangguan mekanis pada saat gugurnya daun. Pada tanaman cabai kemampuan hidup B. tabaci biotipe-b dan non-b masing-masing adalah 54 hari dan 53 hari. Laju kematian tertinggi pada kedua biotipe terjadi pada fase telur, setelah itu nimfa instar I dan nimfa instar II. Nutrisi merupakan salah satu faktor yang penting yang mempengaruhi kehidupan serangga. Pengaruhnya antara lain pada proses pertumbuhan, perkembangbiakan, reproduksi, dan kebugaran imago. Faktor yang lainnya adalah faktor fisik dan kimia tanaman yang umumnya tidak berkerja secara tunggal tetapi bersama-sama membentuk suatu sistem pertahanan terhadap serangga (Wiseman 1985). Tipe bertahan hidup B. tabaci biotipe-b dan non-b memperlihatkan pola yang dikenal dengan tipe II. Menurut Price (1978), ada tiga jenis kurva bertahan hidup, yaitu: tipe I, tipe II, dan tipe III. Kurva tipe I adalah kematian organisme dalam jumlah yang sedikit ketika umur muda dan kematian dalam jumlah besar sewaktu organisme lebih tua, tipe II menunjukkan laju kematian yang konstan, sedangkan tipe III memperlihatkan kematian yang besar yang terjadi di waktu muda. Banyaknya telur yang diletakkan setiap harinya disajikan dalam bentuk m x (laju reproduksi kotor). Adapun nilai m x menunjukkan banyaknya telur betina yang dihasilkan induk yang berumur hari ke-x, dan dihitung setelah mempertimbangkan nisbah kelamin. Nilai m x B. tabaci biotipe-b dan non-b pada tanaman mentimun dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan pada tanaman cabai disajikan pada Tabel 5. Puncak kurva nilai m x pada B. tabaci non-b untuk tanaman cabai dicapai pada hari ke-43 dengan awal meletakkan telur pada hari ke-27 dengan nilai m x adalah 38,67 individu per betina, sedangkan untuk tanaman mentimun dicapai pada hari ke-33 dengan awal peletakan telur hari ke-25 dan nilai m x adalah 91,71 individu per betina. Sementara itu puncak kurva dan nilai m x pada B. tabaci biotipe-b untuk tanaman cabai dan mentimun, berturut-turut hari ke-35 dengan nilai m x adalah 75,79 individu dan hari ke-31 dengan nilai m x adalah 49,36 individu. Kurva lama hidup dan keperidian B. tabaci pada tanaman mentimun biotipe-b dapat dilihat pada Gambar 6, dan untuk B. tabaci non-b

20 pada Gambar 7. Kurva bertahan hidup dan keperidian B. tabaci pada tanaman cabai biotipe-b dapat dilihat pada Gambar 8, dan untuk B. tabaci non-b pada Gambar 9. Tabel 4 Lama hidup dan keperidian B. tabaci biotipe-b dan non-b pada tanaman mentimun Jenjang Biotipe-B Biotipe non-b n hari l x m x n hari l x m x Telur 100 0-7 1-100 0-8 1 - Instar I 85 8-12 0,85-95 9-13 0,95 - Instar II 85 13-16 0,85-95 14-17 0,95 - Instar III 85 17-20 0,85-95 18-20 0,95 - Instar IV 85 21-24 0,85-95 21-23 0,95 - Pupa 85 25-28 0,85-95 24-26 0,95 - Imago 52 29-48 0,52 75,79 56 27-44 0,56 91,71 Keterangan : (l x ) individu yang hidup pada umur ke-x, (m x ) keperidian individu pada umur ke-x. Tabel 5 Lama hidup dan keperidian B. tabaci biotipe-b dan non-b pada tanaman cabai Jenjang Biotipe-B Biotipe non-b n hari l x m x n hari l x m x Telur 100 0-8 1-100 0-7 1 - Instar I 70 9-14 0,70-75 8-12 0,75 - Instar II 59 15-18 0,59-62 13-17 0,62 - Instar III 53 19-22 0,53-62 18-20 0,62 - Instar IV 53 23-26 0,53-62 21-24 0,62 - Pupa 53 27-30 0,53-62 25-28 0,62 - Imago 36 31-50 0,36 49,36 42 29-44 0,42 38,67 Keterangan : (l x ) individu yang hidup pada umur ke-x, (m x ) keperidian individu pada umur ke-x.

21 Gambar 6 Kurva lama hidup (l x ) dan rataan keperidian betina per hari (m x ) B. tabaci biotipe-b pada tanaman mentimun. Gambar 7 Kurva lama hidup (l x ) dan rataan keperidian betina per hari (m x ) B. tabaci non-b pada tanaman mentimun.

22 Gambar 8 Kurva lama hidup (l x ) dan rataan keperidian betina per hari (m x ) B. tabaci biotipe-b pada tanaman cabai. Gambar 9 Kurva lama hidup (l x ) dan retaan keperidian betina per hari (m x ) B. tabaci non-b pada tanaman cabai.

23 Neraca Kehidupan B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun Pada tanaman mentimun (Tabel 6), nilai R o untuk B. tabaci non-b per individu per generasinya adalah 51,12 per individu, sedangkan biotipe-b adalah 38,39 per individu. Laju pertambahan intrinsik (r) merupakan pertambahan populasi pada lingkungan konstan dan sumberdaya yang tidak terbatas (Birch 1948). Keturunan yang dihasilkan B. tabaci non-b dan biotipe-b berturut-turut adalah 0,12 dan 0,10 betina per induk per hari. Tingginya nilai r disebabkan oleh tingginya keperidian, rendahnya mortalitas pradewasa, dan masa dewasa. Birch (1948) menyatakan bahwa semangkin tinggi persentase telur diletakkan pada kelompok umur muda, maka akan semangkin besar nilai laju pertambahan intrinsik organisme tersebut. Rataan masa generasi (T) adalah rataan waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan hingga saat imago betina menghasilkan separuh keturunannya. Berdasarkan dua jenis tanaman (mentimun dan cabai) yang diujikan, terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan B. tabaci non-b untuk berkembangbiak pada tanaman mentimun lebih singkat 1,2 kali daripada biotipe-b. Menurut Oka (1998), arti penting nilai R o dan T adalah untuk membandingkan nilai r. Misalkan dua populasi spesies yang berbeda dengan nilai R o yang sama tinggi, tetapi salah satu spesies nilai T-nya pendek. Maka laju pertambahan intrinsik kedua populasi tersebut dalam satuan waktu tertentu akan berbeda. Waktu yang dibutuhkan populasi untuk berlipat ganda (DT) adalah 6,45 hari pada biotipe-b dan 5,71 hari pada non-b. Neraca Kehidupan B. tabaci Biotipe-B dan Non-B Pada Tanaman Cabai Pada tanaman cabai (Tabel 7) diperoleh nilai laju reproduksi kotor (R o ) B. tabaci biotipe-b dan non-b berturut-turut adalah 15,30 dan 15,41 per individu. Hasil tersebut diartikan. Nilai r yang diperoleh pada B. tabaci biotipe-b dan non-b masing-masing 0,17 dan 0,07 per induk per hari. Rataan masa generasi (T) yang diperoleh merupakan rataan waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan hingga saat imago menghasilkan separuh keturunan masing- masing 37,69 hari pada biotipe-b dan 37,14 hari pada non- B. Waktu yang dibutuhkan untuk populasi berlipat ganda (DT) adalah 3,96 hari pada biotipe-b dan 9,21 hari pada non-b.

24 Tabel 6. Neraca kehidupan B. tabaci biotipe-b dan non-b pada tanaman mentimun Parameter populasi Biotipe-B Biotipe non-b Satuan R o 38,39 51,12 Individu/induk/generasi r 0,10 0,12 Individu/induk/hari T 35,00 33,53 Hari DT 6,45 5,71 Hari Keterangan : (R o ) Laju reproduksi bersih, (r) laju pertambahan intrinsik, (T) rataan masa generasi, (DT) waktu untuk populasi berlipat ganda Tabel 7. Neraca kehidupan B. tabaci biotipe-b dan non-b pada tanaman cabai Parameter populasi Biotipe-B Biotipe non-b Satuan R o 15,30 15,41 Individu/induk/generasi r 0,17 0,07 Individu/induk/hari T 37,69 37,14 Hari DT 3,96 9,21 Hari Keterangan : (R o ) Laju reproduksi bersih, (r) laju pertambahan intrinsik, (T) rataan masa generasi, (DT) waktu untuk populasi berlipat ganda