BAB I PENDAHULUAN. 1997, membuat banyak kegiatan dari perusahaan yang terhambat dan mulai tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif dan efisien dan atau penggunaan bahan baku yang lebih. mempengaruhi pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut,

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

BAB I Pendahuluan. Organisasi atau perusahan dewasa ini menghadapi kompetisi yang semakin

Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang sangat ketat dalam semua bidang usaha. Bidang usaha tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Salah satunya adalah faktor sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ini berdiri pada tahun 1973 sebagai sebuah home industry yang

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PT. SOELYSTYOWATY KUSUMA TEXTILE SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang kredit serta memberikan suatu kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan proses industrialisasi negaranya. (Idris, 2007) pikir atas proses bisnis dan alur pekerjaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi memaksa setiap orang dan organisasi untuk segera melakukan

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

I. PENDAHULUAN. daya saing yang tinggi untuk dapat bersaing dalam pasar global. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia,perusahaan juga dituntut untuk menghasilkan produk yang. dapat dijual ke negara-negara di Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan baik usaha baru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA

I.G.A Sri Deviyanti Teknik Industri - UNIPRA Surabaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan,

Penerapan Metodologi Six Sigma untuk Perbaikan Kualitas Gulungan. Benang Pada Mesin Winding Murata 7-2

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi industri seperti sekarang ini, persaingan di bidang industri

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi organisasi

VI. ANALISIS MANAJEMEN DAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 237,6 juta jiwa (ILO). Pada dasarnya sumber daya manusia dalam

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak pelaksana kegiatan produksi. Begitu pula dengan PT X, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2005 yang lalu pemerintah Indonesia memutuskan untuk. menaikkan harga Bahan Bakar Minyak ( BBM ) domestik rata rata 100

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan unsur-unsur seperti mesin, modal, dan bahan baku

DAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di era globalisasi, perusahaan berlomba-lomba memasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN No.124 yang berlokasi di Jalan Moh. Toha No.147 Km 6,1 Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perusahaan atau dunia bisnis menunjukkan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. sarana penunjang usaha maka fokus utama lebih ditekankan kepada upaya untuk

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dewasa ini, perusahaan semakin berorientasi pada pelanggan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika dimulainya perdagangan bebas antar negara di ASEAN pada awal tahun ini,

PENGARUH UPAH DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA CV. RIMBA SENTOSA DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

PROPOSAL KERJASAMA PEMBERIAN BEASISWA PT.EXCELLENCE QUALITIES YARN DENGAN POLITEKNIK STTT BANDUNG

SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

LAMPIRAN TENTANG BAB I PENDAHULUAN

SUMBER DAYA MANUSIA DAN DESAIN KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk sebagai salah satu negara yang sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara, namun krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997, membuat banyak kegiatan dari perusahaan yang terhambat dan mulai tidak dapat menutupi pengeluaran operasionalnya. Salah satu dari bidang usaha itu adalah bidang tekstil dan produk pertekstilan yang hingga sekarang nasibnya makin memprihatinkan. Banyak pengusaha tekstil sedang ataupun yang besar mengalami kemunduran dalam pemasaran dan pada gilirannya tentu berdampak pada produksi (Sumber : www. Yahoo.com/cerita kami oleh Edi Cahyono). Perusahaan tekstil saat ini sedang mengalami problem yang sangat serius. Disatu sisi, perusahaan ditekan oleh biaya produksi yang terus menerus naik, baik karena kenaikan tarif dasar listrik (TDL), BBM, maupun tuntutan kenaikan upah yang terjadi setiap tahun. Selain itu pungutan liar dengan segala bentuknya masih belum juga dapat dihilangkan, contohnya, tambahan biaya keamanan, pajak rangkap yang dikenakan oleh oknum pemerintahan. (Sumber : Harian Umum Suara Merdeka, 3 April 2003). Di sisi lain, saat ini negara kita sedang berkompetisi dengan negara lain untuk mendapatkan pangsa pasar di negara kita sendiri, hal ini dikarenakan adanya kebijakan dari perdagangan bebas Asia (AFTA) (Sumber: www. Yahoo.com/cerita kami oleh Edi Cahyono). Untuk itu

perusahaan dituntut menghasilkan jumlah produk yang lebih tinggi dengan kualitas memadai. Hal ini tentu saja terkait dengan hasil kerja dari karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut. Perusahaan sebagai suatu organisasi, memiliki berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh beberapa kelompok pekerja. Kegiatan-kegiatan tersebut satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan. Tercapainya tujuan suatu perusahaan tersebut sangat tergantung pada sumber daya yang dimilikinya. Untuk itu perusahaan harus menjaga kualitas dari sumber daya yang dimilikinya, seperti, bahan baku, mesin untuk kegiatan produksi, dan manusia (SDM). Sumber Daya Manusia memegang peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Sebaik-baikya sarana dan secanggih-canggihnya mesin, tetap tidak akan ada artinya bila tidak ada manusia yang menjalankan atau mengoperasikannya. Pada saat ini banyak perusahaan yang sadar betapa pentingnya kepedulian terhadap potensi dan kompetesi sumber daya manusia (Media Indonesia, 25 Maret 1999). Hal ini didukung oleh Louis A. Allen yang mengungkapkan bahwa, rencana-rencana dalam organisasi dan pengawasan yang sudah sempurna, apabila tidak dijalankan dengan baik maka perusahaan tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat dicapainya (Psikologi Industri, Drs, Moh. Af ad.s.u.,psi, Hal 103) Dengan sulitnya bertahan dan ketatnya persaingan antar perusahaan dewasa ini, maka untuk meningkatkan daya saing, setiap perusahaan harus

menjaga dan meningkatkan kualitas sumber dayanya. Salah satunya dengan menggunakan mesin operasional selama 24 jam penuh. Namun sangat tidak mungkin seorang karyawan dapat bekerja selama 24 jam, karena manusia memiliki kemampuan yang terbatas dan butuh waktu untuk istirahat. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan undang-undang mengenai waktu kerja. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang ketenagakerjaan, pada Bab X mengenai Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan, pasal 77 ayat 2 disebutkan bahwa waktu kerja yang diperkenankan adalah 7 jam/hari dan 42 jam/ minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu. Untuk mengatasi hal tersebut,banyak perusahaan yang menerapkan sistem kerja shift bagi karyawannya. Pada perusahaan-perusahaan besar yang bekerja selama 24 jam, sistem kerja shift ini biasanya terbagi menjadi 3 bagian, yaitu, pagi (jam 07.00-15.00), siang (jam 15.00-23.00), dan malam (jam 23.00-07.00). Dengan adanya sistem shift ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dari karyawannya. Menurut Stephen P. Robbins kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, ability, motivation, and opportunity. Pada sistem kerja shift faktor ability dan motivation akan lebih mudah berubah-rubah karena kedua faktor ini berada dalam diri karyawan (internal), sehingga dapat terpengaruh oleh kondisi kerja termasuk jam kerjanya. Berbeda dengan ability dan motivation, faktor opportunity diberikan oleh perusahaan kepada seluruh karyawannya, seperti mesin, peralatan, kebijakan perusahaan, dan kondisi kerja (eksternal).

Pada sistem shift, ability dan motivation karyawan akan dapat dimaksimalkan khususnya pada shift pagi, dan shift siang, hal ini dikarenakan fungsi tubuh manusia akan lebih aktif pada pagi atau siang hari, dan kurang aktif pada malam hari. Sebaliknya ability dan motivation karyawan tidak dapat maksimal pada malam hari, karena bertentangan dengan ritme harian manusia (Wagimun S. Teks, Efisiensi dan Produktivitas, Pendidikan dan Latihan, pengembangan industri tekstil,1990) Perusahaan X yang terletak di Bandung ini bergerak dalam bidang tekstil dan memiliki ribuan pekerja. Perusahaan X ini merupakan perusahaan multinasional, 60 % produk diekspor ke berbagai macam mancanegara, seperti Bangladesh, Filipina, Nicaragua, Afrika Selatan dan Pakistan. Sedangkan 40 % sisanya dijual di dalam negeri, terutama ke perusahaan konveksi di Surabaya. Perusahaan X ini bekerja menggunakan sistem kerja shift, dimana shift pagi (kelompok Shift A) mulai jam 06.00-14.00, shift siang (kelompok Shift B) mulai jam 14.00-22.00, dan shift malam (kelompok Shift C) sejak jam 22.00-06.00. Sistem kerja shift ini akan dirotasi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, jadi setiap karyawan yang bekerja secara shift akan dirotasi setiap 1 minggu, dengan ketentuan, shift pagi akan berputar menjadi shift malam, shift malam akan berputar menjadi shift siang, sedangkan shift siang akan berputar menjadi shift pagi. Proses tersebut akan berotasi terus setiap satu minggu. Setiap Departemen dari perusahaan X memiliki jumlah karyawan yang berbeda-beda, pada Departemen Spinning/Pemintalan berjumlah 354 karyawan.

Dengan penempatan pada bagiannya masing-masing sesuai dengan keahliannya. Posisi yang terdapat pada Departemen ini adalah bagian Operation, yaitu karyawan yang mengoperasikan mesin, dan bagian Maintenance, yaitu karyawan yang bertugas untuk mengatasi hal-hal yang umum, seperti administrasi, kebersihan, listrik, perbaikan mesin, dll. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti pada bagian operation, khususnya proses Winding dengan pertimbangan, pada bagian ini, hasil kerja yang diperoleh setiap karyawan dapat dinilai setiap hari dan dapat dilihat jumlahnya. Pada bagian operation terdiri dari beberapa tahap, yang mekanisme kerjanya sebagai berikut: Open Ball Blowing Carding Drawing Roving Ring Spinning Winding Packing Bagan 1.1 Mekanisme Kerja Bagian Operation Pada tahap pertama, yaitu Open Ball, semua bahan baku berupa kapas dikategorikan berdasarkan jenis dan asalnya. Tahap selanjutnya, Blowing, pada tahap ini bahan baku tersebut dicampur sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, lalu diolah, hasil dari olahannya akan diukur berat dan kualitasnya di laboratorium. Apabila sesuai dengan standart yang sudah ditetapkan, maka akan dikirim ke bagian Carding. Pada bagian Carding, bahan baku yang berupa kapas tersebut, diolah menjadi bentuk gulungan kapas yang besar dan ditempatkan dalam drum. Drum tersebut akan dikirim ke bagian Drawing, di bagian ini drum

tersebut dibuat dalam 2 barisan berdasarkan jenisnya, hal ini dilakukan untuk mempermudah untuk proses selanjutnya, yaitu bagian Roving. Pada bagian Roving, drum yang berasal dari bagian Drawing, dikategorikan berdasarkan jenisnya, dan selanjutnya diolah menjadi gulungan benang yang besar. Gulungan benang yang besar ini ditempatkan dalan satu tempat gulungan benang yang disebut bobin. Tahap selanjutnya, yaitu Ring Spinning, di tahap ini semua bobin hasil dari bagian Roving dikategorikan lagi, dalam bentuk benang kasar atau benang halus. Lalu diolah dari bentuk benang yang besar menjadi benang yang kecil, dan ditempatkan kembali dalam bobin. Tahap selanjutnya adalah bagian Winding, pada tahap ini bobin yang berasal dari bagian Ring Spining dipisahkan lagi berdasarkan warnanya, lalu gulungan benang yang terdapat di bobin, akan disambung menjadi satu gulungan yang lebih besar, gulungan yang besar ini disebut Cones. Cones tersebut akan diperiksa berat dan mutunya, apabila sudah sesuai dengan standart dari perusahaan, maka akan dikirim ke bagian Packing. Gulungan benang yang besar ini akan dipasarkan ke konsumen, oleh karena itu pada bagian ini, tingkat ketelitian harus lebih ketat lagi, agar gulungan benang yang dihasilkan dapat sesuai dengan standard dari perusahaan, baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.tahap terakhir, yaitu Packing, di bagian ini cones yang berasal dari bagian Winding akan dibungkus dalam satu tempat yang disebut bale. satu bale terdiri dari 15 cones.

Di bagian Winding, para operator dituntut untuk lebih teliti dan terampil dalam bekerja. Pada bagian ini terdapat 74 karyawan. Tugas dari karyawan bagian Winding ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap yang pertama, mereka harus memisahkan gulungan-gulungan benang yang kecil berdasarkan warna bobin, ada 9 macam warna bobin, hal ini diharuskan agar hasil akhir benang pada gulungan besar tidak terjadi kerusakan. Setelah itu, mereka harus memasukan gulungangulungan benang yang kecil tersebut dalam suatu mesin, dan mesin tersebut akan menggulung benang tersebut menjadi gulungan yang lebih besar. Namun bila ada benang yang putus, maka mereka harus menyambungnya kembali. Dalam satu mesin, terdapat 50 alat penyambung dan setiap alatnya membutuhkan lima gulungan benang kecil. Apabila gulungan benang yang kecil tersebut habis, maka karyawan mengisinya kembali. Agar proses penyambungan dapat berjalan terus, hal ini membutuhkan ketrampilan yang tinggi, apabila karyawan lalai, maka akan mengakibatkan jumlah produksinya akan berkurang. Pada tahap akhir, operator harus memeriksa hasil pada gulungan benang yang besar. Apakah benang cacat atau tidak, apabila mengalami cacat, benang harus ditandai dan digulung ulang. Di perusahaan X, kinerja operator secara shift masih termasuk dalam standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Meskipun demikian ada juga hasil produksi yang kurang memenuhi standar. Menurut seorang supervisor, hal seperti ini, dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu bahan baku dan faktor operatornya. Namun, jarang terjadi kekeliruan dalam pengolahan bahan baku, karena perusahaan sudah

memiliki catatan untuk mencampur bahan baku, agar menghasilkan produk yang diinginkan. Selain itu, hasil dari satu bagian akan diambil sampelnya terlebih dahulu untuk diperiksa di laboratorium Sedangkan dari faktor operatornya sering ditemukan operator yang kurang konsentrasi dan kurang disiplin ketika bekerja,seperti mengobrol saat menyambung benang atau menambah gulungan benang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan proses tersebut. Dari hasil wawancara terhadap 12 operator bagian Winding, 75% mengatakan tidak memiliki kendala yang berarti saat bekerja, mereka hanya mengeluhkan tentang kebijakan perusahaan yang menghilangkan sistem kompetisi antar operator. Menurut mereka dengan adanya sistem kompetisi, mereka lebih termotivasi lagi untuk bekerja. 83% operator menyatakan bahwa bekerja pada shift malam lebih nyaman dibandingkan dengan shift pagi atau shift siang. Hal ini cukup mengherankan, karena kita tahu bahwa ritme harian manusia adalah bekerja pada pagi atau siang hari dan istirahat pada malam hari. 75% mengatakatan bahwa kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaannya lebih baik jika bekerja pada pada shift pagi atau siang hari, karena pada malam hari mereka sering mengantuk dan kemampuan mereka dalam menyambung benang kurang dapat dimaksimalkan. 25% dari mereka mengatakan kemampuan mereka akan sama saja baik bekerja pada shift pagi, shift siang, atau shift malam. Dari 12 operator yang diwawancarai, 91,6% mengatakan bahwa mereka lebih termotivasi dan bersemangat jika bekerja pada shift siang atau shift malam, sedangkan 8,4% mengatakan lebih semangat bila bekerja pada shift pagi. 100%

dari jumlah operator yang diwawancarai mengatakan bahwa kondisi kerja dan kebijakaan yang diberikan oleh perusahaan banyak membantu mereka dalam bekerja, terutama dalam hal lingkungan kerja mereka yang cukup nyaman. Dengan hasil yang diperoleh dari wawancara, maka dapat dilihat ciri khas dari aetiap shift yang ada di bagian Winding. Pada shift pagi kemampuan dari operator dapat dimaksimalkan karena kondisi tubuh masih segar dan mereka bekerja sesuai dengan ritme harian manusia, namun mereka kurang termotivasi dalam bekerja karena mereka merasa pengawasan yang terlalu ketat dari supervisor saat bekerja, dan juga seringnya kepala produksi dari departemen menggontrol mereka, hal tersebut membuat operator menjadi tegang saat bekerja, dan kurang konsentrasi saat bekerja. Untuk shift siang, kemampuan operator juga dapat dimaksimalkan, dan mereka lebih termotivasi untuk bekerja karena pada saat memasuki shift siang biasanya pengawasan dari supervisor tidak terlalu ketat. Pada shift malam, operator kurang dapat memaksimalkan kemampuannya, namun mereka memliki motivasi yang cukup tinggi dalam bekerja, disamping pengawasan yang tidak terlalu ketat, pada shift malam sering mendapat insentif yang lebih besar. Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang supervisor, pengawasan yang ketat di pagi hari perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran produksi pada hari tersebut. Pengawasan yang dilakukan selain terhadap operator mesin, juga terhadap ketersediaan bahan baku, kelayakan mesin, perbaikan hal-hal yang dapat menggangu kinerja operator, seperti perbaikan penerangan, ventilasi, alat

pembersih. Untuk keperluan itulah pada pagi hari jumlah supervisor yang mengawasi lebih banyak dan lebih sering dilakukan. Apabila telah dilakukan pengawasan dan kontrol pada pagi hari maka diharapkan seluruh kegiatan selama satu hari itu dapat berjalan lancar dan membantu meningkatkan kinerja dari operator. Untuk shift siang dan shift malam, pengawasan tidak terlalu ketat, meskipun demikian masih ada karyawan yang selalu siap untuk mengatasi masalah-masalah teknis. Perbedaan pengerahan kemampuan, perbedaan tingkat motivasi, serta adanya pengaruh ritme harian manusia tentunya mempengaruhi kinerja dari operator sendiri. Hal ini ditunjukkan dari data perkembangan grafik produksi selama bulan Mei-Juni 2005, maka didapatkan hasil bahwa jumlah produksi shift pagi dan siang tidak selalu menunjukkan hasil yang lebih banyak dari shift malam. Selama bulan Mei-Juni 2005 jumlah produksi pada shift pagi sebanyak 52244 cones, shift siang 54547 cones, dan shift malam 55092 cones. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa hasil kerja secara keseluruhan bulan Mei dan Juni 2005, shift malam lebih tinggi dibandingkan dengan shift siang dan shift pagi. Hasil kerja antara shift pagi dan shift malam memiliki selisih yang tinggi sekali, yaitu sebanyak 3018 cones. Sedangkan antara shift siang dan shift malam selisih sebanyak 597 cones. Situasi yang terjadi di bagian Winding ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh P.E. Mott (dalam Ernest J. McCormick,1979), yang mengatakan bahwa ada kesalahan yang lebih tinggi dan produktivitas yang lebih rendah terjadi

pada jadwal kerja shift, terutama jadwal kerja shift malam. Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Amerika dan Eropa, penelitian tersebut menyatakan bahwa produktivitas karyawan yang berkerja pada shift malam lebih rendah dibandingkan karyawan pada shift siang, selain itu karyawan yang bekerja pada shift malam akan lebih mudah untuk melakukan kesalahan dan mengalami kecelakan (VidaČek, Kaliterna, dan Rado ŝević-vidaĉek, 1986, dalam Duane P. Schultz,1994) Situasi di PT X tidak selalu sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di atas atau dengan teori-teori yang ada. P.E. Mott mengatakan bahwa tingkat produktvitas pada jadwal kerja shift malam akan lebih rendah dibandingkan shift pagi dan siang. Hal ini berbeda dengan kondisi di PT X, dimana produktivitas pada shift malam secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan shift pagi dan siang, hal ini diakibatkan adanya faktor-faktor lain yang berkaitan dengan kinerja dari operator di PT X ini. Dengan adanya kondisi ini, peneliti tertarik untuk melihat dan menjabarkan lebih lanjut mengennai peringkat faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja operator di Bagian Winding PT X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana peringkat faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pada operator Bagian Winding PT X Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian : Maksud dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai peringkat faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja pada operator Bagian Winding. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menguraikan dan mendeskripsikan peringkat faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja pada operator bagian Winding. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah Kegunaan ilmiah yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini dapat memberi masukan informasi tambahan dan memperkarya ilmu Psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi, serta menjadi bahan masukan yang berguna bagi ilmu psikologi yang membahas mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja. 2. Memberikan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja.

1.4.2. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu: 1. Sebagai bahan informasi mengenai peringkat faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan kinerja operator khususnya bagian Winding. 2. Bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam usaha meningkatkan kinerja dari operator. 1.5 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan tentu memiliki suatu tujuan tertentu, antara lain jumlah hasil kerja. Perusahaan akan berusaha menggunakan seluruh sumber daya dengan maksimal untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu sumber daya yang terpenting adalah manusia atau karyawannya, dikarenakan seluruh kecanggihan teknologi mesin tidak ada artinya bila tidak ada yang mengoperasikannya. Apabila karyawan telah berhasil mencapai target kerja yang telah ditetapkan, maka diharapkan kinerja dari karyawan-karyawan tersebut mampu meningkatkan produktivitas dari suatu perusahaan. (Sumber :Media Indonesia,25 Maret 1999) Menurut Stephen P. Robbins (2001), produktivitas adalah pengukuran dari hasil kerja, termasuk efektivitas dan efisiensi kerja. Kinerja karyawan merupakan fungsi dari beberapa faktor, yaitu : Ability (kemampuan), Motivation (motivasi), dan Opportunity to Perform (peluang). Apabila salah satu dari faktor tersebut kurang berfungsi, maka akan berdampak negatif terhadap hasil kerja karyawan, sehingga hasil kerja yang ditampilkan oleh karyawan akan rendah.

Sebaliknya, jika ketiga faktor tersebut berfungsi dan saling mendukung, maka hasil kerja yang ditampilkan akan tinggi. Faktor ability dan motivation akan lebih mudah berubah-rubah karena kedua faktor ini berada dalam diri karyawan (internal), sehingga dapat terpengaruh oleh kondisi kerja termasuk jam kerjanya. Berbeda dengan ability dan motivation, faktor opportunity diberikan oleh perusahaan kepada seluruh karyawannya, seperti mesin, peralatan, kebijakan perusahaan, dan kondisi kerja (eksternal). Ability merupakan kemampuan seorang karyawan untuk melaksanakan tugas yang bervariasi dalam suatu pekerjaan. Ability dalam seorang individu memiliki dua faktor yang saling berkaitan, yaitu: Intellectual Abilities and Physical Abilities. Yang dimaksud dengan intellectual abilities adalah kapasitas intelegensi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan mental seseorang. Intellectual abilities dapat dilihat melalui berbagai macam tes intelegensi. Jenis pekerjaan yang berbeda, menuntut karyawan menggunakan kemampuan intelegensi yang berbeda pula. Karyawan yang bekerja dalam kegiatan yang sama dalam kesehariannya, tidak dituntut memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi, contohnya adalah seorang operator mesin. Physical abilities adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang bergantung pada stamina, ketrampilan, kekuatan dan keahlian yang serupa dari setiap karyawannya. Physical abilities diperlukan dalam setiap pekerjaan, dengan demikian karyawan dituntut memiliki physical abilities yang

baik. Untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu physical abilities ini lebih dominan dibandingkan dengan kemampuan intelegensi. Contoh : karyawan bagian gudang. Selain Ability, faktor lain yang mempengaruhi hasil kerja adalah Motivation. Motivation adalah keinginan untuk mengerahkan seluruh usahanya untuk mencapai tujuan organisasi dan untuk memenuhi kebutuhan individual. Hasil kerja yang tinggi dapat dicapai jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi. Motivation yang dianggap tinggi, apabila karyawan bekerja secara alami dan kreatif; karyawan mampu mengarahkan dan mengontrol kemampuannya sesuai dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan; selain itu karyawan juga mempunyai rasa tanggungjawab terhadap pekerjaannya. Sedangkan motivation yang dianggap rendah, apabila karyawan tidak menyukai pekerjaannya bahkan menghindari pekerjaan tersebut, dan tampak malas ketika bekerja; selain itu, mereka harus selalu dikontrol atau diberikan hukuman untuk mencapai target hasil kerja; karyawan akan menolak tanggungjawab pekerjaan yang diberikan, dan tidak memiliki ambisi untuk berkembang. Menurut Stephen P. Robbins (2001) seseorang akan lebih termotivasi dan menunjukkan kinerja yang tinggi, apabila memiliki tugas yang spesifik dan memiliki tingkat kesulitan, selain itu juga ditunjang oleh konsistennya ability dan kemampuan karyawan dalam menerima target kerja. Motivasi yang tinggi juga ditunjukkan apabila perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk ikut serta dalam menetapkan target kerja yang akan dicapai. Dengan ikut serta

dalam menetapkan target kerja, maka para karyawan akan menerima lebih baik target kerja tersebut, dan akan lebih termotivasi untuk bekerja walaupun target tersebut memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Apabila seorang karyawan memiliki ability yang baik dan Motivation yang tinggi dalam bekerja, tetapi tidak memiliki opportunity untuk mengembangkan ability yang dimilikinya, maka hal tersebut menjadi rintangan dalam mencapai hasil kerja yang maksimal. Kinerja yang tinggi, akan dapat tercipta, jika seorang karyawan memiliki ability sesuai dengan tuntutan pekerjaannya. Dalam penelitian ini, karyawan dituntut untuk terampil dalam menyambung benang dengan cepat, membedakan jenis benang, dan mampu memperbaiki gulungan benang yang tidak sempurna. Selain ability, karyawan juga dituntut memiliki Motivation yang tinggi dalam bekerja. Dalam bekerja karyawan diharapkan memiliki Motivation untuk dapat memenuhi target hasil kerja perorangan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk mendukung ability dan motivation yang telah dimiliki oleh karyawan, maka perusahaan harus memberikan opportunity untuk dapat memaksimalkan seluruh kemampuan dan motivasinya. Untuk mendukung hal tersebut, seluruh karyawan mendapat opportunity yang sama berupa diberi peralatan yang lengkap, mesin yang digunakan dapat berfungsi dengan baik, supervisor dari karyawan bekerja dengan baik, peraturan dan kebijakan dari perusahaan disesuaikan. Apabila seorang karyawan menunjukkan hasil kerja yang rendah atau kurang baik, sedangkan sebenarnya ia dapat mencapai hasil kerja yang lebih baik, maka

sebaiknya dilihat ability dari karyawan, motivation dari karyawan untuk bekerja, dan tersedianya opportunity bagi karyawan untuk menghasilkan hasil kerja yang lebih baik lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ini akan berkaitan dengan jadwal kerja dari operator dan ritme harian dari manusia, dan pada akhirnya mempengaruhi hasil kerja dari karyawan bagian Winding. Ada kemungkinan pada saat bekerja pada pagi akan lebih banyak memperoleh hasil kerja yang lebih banyak dibandingkan saat bekerja pada siang dan malam, hal tersebut dikarenakan jam biologis manusia aktif pada pagi hari, dan pada malam hari adalah waktunya untuk beristirahat (Wagimun S.Teks, Efisiensi dan Produktivitas, Pendidikan dan Latihan, pengembangan industri tekstil,1990), sehingga pada saat pagi hari ability operator dapat dimaksimalkan, dan mereka lebih konsentrasi dalam bekerja Sedangkan operator yang bekerja pada shift siang masih dapat memaksimalkan ability yang dimilikinya, namun menjelang akhir jam kerja, ability yang dimilikinya mulai menurun. Berbeda dengan kedua shift sebelumnya, operator yang bekerja shift malam, ritme hariannya akan terganggu, hal ini dapat mengganggu keadaan psikologis operator seperti kurang dapat memaksimalkan ability yang dimilikinya, menurunnya motivation operator saat bekerja, kurang cepat dan kurang teliti dalam bekerja, hal ini tentunya berpengaruh terhadap hasil kerja, terutama pada malam hari. Dengan adanya faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja tersebut, maka setiap operator akan memiliki kombinasi peringkat yang berbeda antara ability,

motivation, and opportunity, sehingga akan berdampak pada kinerja dari operator. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di halaman selanjutnya. Jadwal kerja Shift Faktor Internal : Ability Motivation Operator bagian Winding Hasil Kerja operator bagian Winding (dalam cones) Faktor Eksternal : Opportunity Bagan 1.2 Kerangka Berpikir 1.6. Asumsi Dari pemaparan diatas, dapat ditarik asumsi sebagai berikut, setiap operator akan memiliki kombinasi peringkat yang berbeda antara ability, motivation, and opportunity. Hasil kerja masing-masing operator. bagian Winding dapat dilihat dari keadaan ability, motivation, yang ada di dalam diri setiap operator dan opportunnity yang diberikan perusahaan.