PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

Tabel 6.1 Neraca Daging Indonesia Tahun Berdasarkan pada Kondisi Eksisting...

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung Senin, 22 Maret 2010

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. pangan utama di Indonesia setelah padi dan jagung. Di Indonesia, budidaya

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014)

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2015)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

KEBIJAKAN ANTISIPATIF DAN STRATEGI PENGGALANGAN PETANI MENUJU SWASEMBADA JAGUNG NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

KEMENTERIAN PERTANIAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA Tahun Visi : " Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk Kesejahteraan Petani "

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN ANGKA SEMENTARA 2015

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POHON KINERJA DINAS PERTANIAN

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

Transkripsi:

BAB III PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Uning Budiharti, Putu Wigena I.G, Hendriadi A, Yulistiana E.Ui, Sri Nuryanti, dan Puji Astuti Abstrak Untuk mencapai swasembada jagung yang berkelanjutan dengan sasaran produksi 29 juta ton di tahun 2014 perlu dilakukan berbagai upaya dan kebijakan yang tepat. Melalui pendekatan sistem dinamis, diidentifikasi semua parameter yang berpengaruh terhadap produksi jagung. Paremeter yang paling sensitif berturut-turut adalah air, benih, pupuk, pascapanen, pengendalian OPT dan penyuluhan. Untuk mencapai sasaran produksi 29 juta ton pada 2014, maka luas lahan jagung ditingkatkan menjadi 4.996.215 ha dengan cara penyediaan air melalui pembuatan embung dan pompanisasi di 25% lahan, produktivitas ditingkatkan menjadi 5,82 ton/ha melalui penggunaan benih hibrida sebanyak 80%, adopsi rekomendasi pupuk ditingkatkan dari semula 46 menjadi 54%, sarana/prasarana pasca panen lebih baik sehingga susut panen turun menjadi 4,2% dari semula 5,2%, pengendalian OPT lebih diintesifkan sebesar 10% luas lahan dimana angka ini merupakan angka rata-rata serangan OPT terhadap luas lahan, serta penyuluhan lebih intensif dan meningkat sampai 10%. Dengan simulasi tersebut, produksi jagung pada tahun 2013 sebanyak 21.317.315 ton dan pada tahun 2014 sebanyak 29.374.400 ton. 39

Anggaran yang diperlukan bagi upaya pencapaian swasembada jagung berkelanjutan pada tahun 2014 adalah: Rp 10.390.430.547.702 tahun 2012, Rp 8.466.321.672.490 tahun 2013 dan Rp 9.550.304.295.000 tahun 2014. 3.1. PENDAHULUAN Kebutuhan jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, serta meningkatnya kebutuhan jagung untuk konsumsi pangan hewani. Hal ini tidak saja terjadi di Indonesia, namun juga di sebagian besar negara berkembang akibat perubahan pola pangan, urbanisasi, dan pertumbuhan pendapatan masyarakat (Hutabarat, 2003). Dimasa yang akan datang permintaan kebutuhan jagung untuk energi bahkan akan semakin meningkat. Diantara tanaman palawija, jagung merupakan komponen utama dalam pakan ternak dan mencapai sekitar 51 persen dari komposisi pakan (Swastika et al., 2005) dan merupakan tanaman pangan terpenting kedua setelah padi sebagai sumber karbohidrat. Selain sebagai bahan baku pangan dan pakan, jagung digunakan sebagai bahan baku industri, seperti minyak goreng (corn oil), gula rendah kalori, tepung jagung (maizena) dan sebagai bahan baku bahan bakar ramah lingkungan (bioetanol). Pola periode penanaman jagung di Indonesia secara umum terbagi menjadi 4 periode selama setahun, yaitu: (1) Musim Hujan I (bulan Oktober Desember) dimana menampung 49% dari total penanaman jagung, (2) Musin Hujan II (Januari Maret) untuk 20% penanaman jagung, (3) Musim Kering I (April Juni) untuk 17% penanaman jagung, dan (4) Musim Kering II (Juli September) untuk 14% penanaman jagung. Panen pada musim hujan berpotensi meningkatkan susut, karena dengan kadar air yang tinggi rentan tumbuh jamur aflatoxin. 40

Perkiraan susut yang disebabkan kadar air yang tinggi disajikan pada tabel 3.1. Tabel 3.1: Perkiraan Susut Pascapanen Traditional Untuk Jagung yang Dipanen Pada Kadar Air Tinggi. Kegiatan Pasca Panen Perkiraan Susut % Tercecer Mutu Panen (Kadar Air 35 40%) 0.1 2.0 (*) Pengangkutan ke rumah (Kadar Air 35 40%) 0.1 - Penjemuran Jagung Tongkol (Kadar air 17 20%) 0.5 2.0 (*) Pemipilan dengan tenaga manusia (Kadar Air 17-20 %) 0.5 4.0 0.0 4.0 Penjemuran jagung pipil 1 3 hari (Kadar Air 15-17 %) 0.5 2.0 (*) Jumlah Susut 1.7-5.2 6.0 10.0 Berdasarkan data dari tahun 1991 sampai tahun 2011, luas panen, provitas dan produksi jagung memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat (Tabel 3.2). Tabel 3.2: Perkembangan Luas Panen, Provitas dan Produksi Jagung Indonesia dari Tahun 1991-2011 Luas Panen Provitas Produksi No. Tahun Ha Ku/Ha Ton Ha % Ku/Ha % Ton % 1 1991 2.909.100-21,50-6.255.906-2 1992 3.629.346 720.246 24,76 22,03 0,53 2,44 7.995.459 1.739.553 27,81 3 1993 2.939.534 (689.812) (19,01) 21,95 (0,08) (0,34) 6.453.737 (1.541.722) (19,28) 4 1994 3.103.398 163.864 5,57 22,13 0,18 0,81 6.868.885 415.148 6,43 5 1995 3.651.838 548.440 17,67 22,58 0,45 2,02 8.245.905 1.377.020 20,05 6 1996 3.743.573 91.735 2,51 24,86 2,28 10,11 9.307.423 1.061.518 12,87 7 1997 3.355.224 (388.349) (10,37) 29,12 4,26 17,13 9.770.851 463.428 4,98 8 1998 3.847.813 492.589 14,68 26,43 (2,69) (9,24) 10.169.488 398.637 4,08 9 1999 3.456.357 (391.456) (10,17) 26,63 0,20 0,76 9.204.036 (965.452) (9,49) 10 2000 3.500.318 43.961 1,27 27,65 1,02 3,82 9.676.899 472.863 5,14 11 2001 3.285.866 (214.452) (6,13) 28,45 0,80 2,90 9.347.192 (329.707) (3,41) 12 2002 3.126.833 (159.033) (4,84) 30,88 2,43 8,54 9.654.105 306.913 3,28 13 2003 3.358.511 231.678 7,41 32,41 1,54 4,99 10.886.442 1.232.337 12,76 14 2004 3.356.914 (1.597) (0,05) 33,44 1,02 3,16 11.225.243 338.801 3,11 15 2005 3.625.987 269.073 8,02 34,54 1,10 3,29 12.523.894 1.298.651 11,57 16 2006 3.345.805 (280.182) (7,73) 34,70 0,16 0,46 11.609.463 (914.431) (7,30) 17 2007 3.630.324 284.519 8,50 36,60 1,90 5,48 13.287.527 1.678.064 14,45 18 2008 4.001.724 371.400 10,23 40,78 4,18 11,41 16.318.077 3.030.550 22,81 19 2009 4.160.659 158.935 3,97 42,37 1,59 3,91 17.629.748 1.311.671 8,04 20 2010 4.131.676 (28.983) (0,70) 44,36 1,99 4,69 18.327.636 697.888 3,96 21 2011*) 3.861.433 (270.243) (6,54) 45,65 1,30 2,92 17.629.033 (698.603) (3,81) Rata-rata 20 tahun Rata-rata 10 tahun terakhir Rata-rata 5 tahun terakhir 47.617 1,95 31,38 1,21 3,96 11.306.552 568.656 5,90 57.557 1,83 37,57 1,72 4,88 13.909.117 828.184 6,89 103.126 3,09 41,95 2,19 5,68 16.638.404 1.203.914 9,09 Keterangan: * tahun 2011 merupakan angka sementara (BPS, 2011). Sumber : Ditjen Tanaman Pangan 2012 Secara umum, dapat dikatakan bahwa Indonesia mempunyai peluang untuk meningkatkan produksi jagung karena memiliki sumber 41

daya alam dan lingkungan agroekologi yang mendukung. Teknologi sistem budidaya komoditas jagung tersedia dan berdasar hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan positip antara perkembangan industri pakan dengan adopsi teknologi jagung (Kasryno, 2002). Dalam upaya membangun kemandirian pangan, maka Pemerintah telah mentargetkan swasembada jagung secara berkelanjutan pada tahun 2014. Masih adanya kesenjangan produktivitas riil di lapangan dengan hasil penelitian dan pengembangan teknologi jagung memberi harapan bahwa, produksi jagung masih dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan potensi produktivitas benih jagung yang disebar di masyarakat. Untuk ini diperlukan terobosan berbagai kebijakan untuk merealisasikan peluang ini dengan mempertahankan keunggulan komparatif dan kompetitif, meningkatkan efisiensi sistem komoditas jagung, dan mengembangkan sarana-prasarana usahatani dan teknologi. Berdasarkan hasil survei Pendataan Usaha Tani (PUT) yang dilaksanakan oleh BPS pada tahun 2010 terhadap rumah tangga petani diperoleh hasil bahwa sekitar 54,4 % petani menanam jagung hibrida, 5,1% menanam jagung komposit dan sisanya 40,5% menanam jagung lokal. Secara umum provitas jagung terbagi atas 4 kelompok, yaitu: (1) kurang dari 3 ton/ha, (2) antara 3-4 ton/ha, (3) antara 4 5 ton/ha, dan (4) lebih dari 5 ton/ha. 42

N0 Provitas Luas Panen Lokasi % (Ton/Ha) (Ha) Prov Kab/Kota 1 < 3 697.983 16,89 22 122 2 3-4 602.363 14,58 20 78 3 4-5 1.437.096 34,78 16 53 4 > 5 1.394.372 33,75 9 20 Jumlah 4.131.814 100,00 Tabel 3.3: Sebaran Provitas atas Luas Panen Jagung Kegiatan ini secara umum bertujuan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan guna mengakselerasi pencapaian swasembada jagung 2014. Secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi struktur industri jagung Indonesia saat ini, 2) Mengidentifikasi faktor yang berpotensi pengungkit pencapaian target swasembada jagung, 3) Menghitung kebutuhan tiap faktor yang menentukan pencapaian target swasembada serta menghitung anggaran yang diperlukan untuk pencapaian target tersebut. 3.2. PENDEKATAN MASALAH Pencapaian target swasembada jagung berkelanjutan dirancang dengan melihat produksi jagung nasional sebagai sebuah sistem hasil interaksi berbagai parameter yang mempengaruhi produksi jagung itu sendiri. Interaksi berbagai parameter tersebut terkait satu sama lain dalam satu struktur model yang dirumuskan sebagaimana Gambar 3.1. Lahan dan air merupakan parameter utama dalam sistem produksi jagung nasional. Ketersediaan lahan dan air bersifat mutlak diperlukan untuk budidaya tanaman, termasuk jagung. Lahan dan air merupakan modal kerja tetap (fixed input) sistem produksi jagung. Sedangkan benih 43