BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. uji asumsi dan uji hipotesis terhadap data penelitian tersebut.

Konsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

NURDIYANTO F

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. pubertas yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan permasalahan yang banyak di hadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern, bekerja merupakan suatu tuntutan yang

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa depan bangsa adalah tanggung jawab bersama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa di mana seseorang semestinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisiologis ini. Jika satu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia secara individu. Apabila cukup menegangkan maka akan membawa

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dialami pada waktu tertentu oleh tiap individu tanpa

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi perkembangan terus menerus mengikuti kehidupan manusia hingga individu tersebut meninggal. Perkembangan selalu memberikan tugas pada setiap individu atau disebut sebagai tugas perkembangan, yang salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Kebutuhan menunjukkan adanya kekurangan yang dialami oleh seseorang pada suatu waktu tertentu. Kekurangan tersebut bisa bersifat fisiologis (kebutuhan akan makan, minum dan lain-lain), atau bersifat psikologis (kebutuhan akan rasa aman, perhatian dan lain-lain). Selain itu, kebutuhan juga dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Salah satu cara yang ditempuh oleh manusia unutuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut adalah dengan bekerja. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat dilepaskan dari masalah kerja sebagai salah satu perwujudan aktivitasnya. Selain itu bagi seorang laki-laki bekerja merupakan hal yang sewajarnya karena untuk memberikan nafkah keluarga. Kerja merupakan suatu aktivitas yang tidak terpisahkan dan bagian yang cukup vital dalam kehidupan seseorang laki-laki. Tujuan 1

2 mereka bekerja tidak semata-mata menyangkut kebutuhan ekonomis tetapi juga kebutuhan sosial dan psikologis, yang memungkinkan seseorang meningkatkan kualitas pribadinya. Taraf hidup yang meningkat akan memberikan dampak positif terhadap tingkat harapan hidup, walaupun meningkatnya harapan hidup tidak selalu diikuti dengan perpanjangan masa tugas karena organisasi menetapkan usia tertentu sebagai batas seseorang untuk memasuki masa pensiun tanpa mempertimbangkan perasaan senang atau tidak. Tidak semua laki-laki siap menghadapi masa ini, masa pensiun membawa masalah baru karena mengurangi perasaan dibutuhkan dan harga diri. Saat akan memasuki masa pensiun mereka mulai merasa kesepian dan merasa ditinggalkan keluarga karena anak anak sudah mempunyai kehidupan sendiri (Atkinson, 1983, h.145). Saat menghadapi masa pensiun semestinya seseorang merasa senang karena dapat menikmati hal-hal lain dalam hidup ini untuk santai, misalnya saja bisa aktif dalam kegiatan masyarakat, berekreasi dengan anggota keluarga dan sebagainya, karena telah lama mencurahkan tenaga untuk bekerja, sehingga memerlukan waktu untuk beristirahat. Dengan adanya pensiun maka waktu yang dibutuhkan untuk istirahat lebih lama dan lebih santai. Mestinya pensiun adalah dambaan semua orang, karena semakin lama orang bekerja akan semakin lelah sehingga membutuhkan istirahat. Tetapi pada kenyataannya orang takut bila menghadapi masa pensiun, mereka takut kehilangan rasa berartinya. Banyak orang beranggapan bahwa pensiun itu menakutkan karena nantinya mereka akan meninggalkan

3 pekerjaannya, rekan sekerjanya, status sosial ekonomi serta fasilitasfasilitas yang mereka peroleh selama kerja, sehingga tanpa disadari muncul kecemasan dalam diri mereka. Pensiun menurut Flippo (dalam Eva dan Kuncoro, 2006, h.38) merupakan suatu peristiwa penting dalam daur kehidupan individu. Pada saat individu akan mendekati masa pensiun, tidak jarang menunjukkan sikap atau perilaku yang berlawanan ketika belum mendekati masa pensiun, yaitu ditandai dengan munculnya kecemasan. Kecemasan meningkat karena merasa nantinya tidak akan dibutuhkan lagi, tidak berguna, dan tidak mempunyai kedudukan. Hal seperti ini menjadi ketakutan tersendiri bagi individu pada saat menghadapi masa pensiun, karena apabila tidak memiliki persiapan yang bagus untuk menghadapi masa pensiun bisa berdampak stres nantinya. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan lima karyawan PT. PLN (Persero) Jateng dan DIY yang akan menghadapi masa pensiun terungkap bahwa kecemasan itu muncul karena mereka merasa takut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup lagi, baik itu kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan mendadak seperti anggota keluarga menikah, sakit dan lain-lain, ada juga yang takut karena tidak dapat lagi menggunakan fasilitas-fasilitas dari tempat mereka bekerja. Pensiun menandai berakhirnya hubungan individu dengan hal-hal yang erat hubungannya dengan pekerjaan yang selama ini digelutinya sehingga individu dituntut untuk menyesuaikan diri dalam menghadapinya. Hal tersebut tidak mudah karena situasi baru sering terasa asing, tidak jelas, dan segalanya menjadi tidak pasti. Saat menghadapi masa pensiun

4 individu merasa cemas sekalipun mendapatkan uang pensiun karena masih ada anggapan bahwa jumlah uang yang diterima kurang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (Eva dan Kuncoro, 2006, h.38). Salah satu faktor yang penting dalam menghadapi masa pensiun adalah keyakinan individu pada dirinya apakah ia memiliki kontrol terhadap hidupnya. Kontrol membuat peristiwa dalam hidup terlihat lebih dapat diprediksi (Sutaryo, 2007, h.1). Individu yang memiliki sikap positif akan memandang pensiun sebagai suatu situasi yang tidak akan mengancam atau membahayakan. Sedangkan individu yang memiliki sikap negatif akan memandang pensiun sebagai sesuatu yang mengancam dirinya. Berarti bila individu memiliki sikap positif ia tidak akan cemas menghadapi pensiun, sedangkan bila ia memiliki sikap negatif akan merasa cemas menghadapi masa pensiun. Ini sejalan dengan pandangan Spielberger (dalam Komalasari, 1995, h.3), yaitu kecemasan muncul pada saat seseorang mengakui atau menginterpretasikan suatu situasi sebagai potensi yang merugikan, membahayakan dan mengancam dirinya. Kecemasan biasanya muncul pada satu atau dua tahun menjelang pensiun, karena individu merasa peran dalam status sosial dimasyarakat akan berubah, merasa tidak akan berguna karena tidak bisa memberikan nafkah kepada keluarga dan tidak memiliki kesibukan pada umumnya sewaktu bekerja. Individu yang pasangannya akan mulai menjalani pensiun sering merasa bingung melihat perubahan sikap pasangannya. Kadangkala pasangannya manjadi mudah marah dan tersinggung, sering mengucapkan cacian dan makian bahkan tidak

5 memperhatikan penampilannya sehingga terkesan kotor dan kumal. Perubahan-perubahan sikap tersebut, mungkin disebabkan individu yang akan memasuki masa pensiun tersebut sedang merasakan kecemasan dalam menghadapi pensiunnya (Mustikawati, 1999, h.3) Kecemasan sering muncul pada setiap individu yang sedang menghadapinya karena dalam menghadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi goncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya. Kecemasan menurut Hurlock (1996, h.415) merupakan pikiran tentang keadaan yang tidak menyenangkan pada masa yang akan datang. Hal ini senada dengan pendapat Kartono (1992, h.15) yaitu kecemasan merupakan bentuk perasaan yang tidak menentu dan diliputi oleh semacam ketakutan pada hal yang tidak pasti. Taylor (dalam Ratih, 2010, h.1) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tidak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Perbedaan intensitas kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan efektivitas dari operasioperasi keamanan yang dimiliki individu. Mulai munculnya perasaanperasaan tertekan, tidak berdaya akan muncul apabila individu tidak siap menghadapi ancaman.

6 Kemampuan, tipe, sifat dan perilaku individu diduga seringkali menjadi salah satu sebab munculnya kecamasan pada individu yang akan menghadapi masa pensiun dan cukup memegang peranan dalam menciptakan dan mengurangi tingkat kecemasan pada individu. Individu yang memiliki keyakinan terhadap diri mereka lebih besar dibanding dengan keyakinan akan nasib atau hal-hal yang berada diluar kontrol diri mereka seringkali disebut sebagai orang dengan internal locus of control Rotter (dalam Pooroe, h.40). Konsep locus of control pertama kali digunakan oleh Rotter berdasarkan pendekatan belajar sosial (Smet, 1994, h. 181). Rotter menyatakan bahwa locus of control adalah keyakinan seseorang terhadap sumber yang mengontrol kejadian kejadian dalam hidupnya (Pooroe, 1989, h. 40). Pada dasarnya teori locus of control membahas tentang lokasi kontrol dalam kepribadian seseorang dalam hubungannya dengan lingkungan. Dalam teorinya Rotter lebih menekankan pada faktor kognitif, terutama persepsi sebagai pengarah tingkah laku. Teori tersebut menerangkan pula bagaimana tingkah laku dikendalikan dan diarahkan melalui fungsi kognitif (Iskandarsyah, 2006, h.13) Rooter (dalam Kuncoro, 2003, h. 103) dalam hal ini membedakan locus of control menjadi dua yaitu internal locus of control dan eksternal locus of control. Orang yang mempunyai internal locus of control cenderung teratur dalam menjaga dirinya dan mempunyai kesadaran terutama dalam menghadapi hidupnya. Sedangkan orang yang mempunyai eksternal locus of control memandang peristiwa peristiwa yang terjadi baik kegagalan maupun

7 keberhasilannya ditentukan oleh faktor di luar dirinya sehingga kurang memiliki kesadaran dalam dirinya dan mudah dipengaruhi atau tergantung dari petunjuk orang lain. Individu individu juga meyakini bahwa dirinya tidak berdaya terhadap situasi sehingga mudah menyerah dan bila berlanjut akan menimbulkan sikap apatis terhadap dirinya. Tuntutan emosional seringkali disebabkan oleh kombinasi harapan yang sangat tinggi dengan situasi stress yang terjadi. Dengan demikian individu dengan internal locus of control tidak mudah menyerah dan lebih tangguh dalam menghadapi tekanan dalam hidup. Locus of control bukanlah sebuah konsep yang tipologik. Keduanya merupakan suatu kontinum yaitu, setiap orang memiliki keduanya pada dua sisi yang saling bersebrangan. Keyakinan individu akan locus of control terletak sepanjang kontinum tersebut. Hal ini berarti semakin dominan internal locus of control seseorang akan semakin rendah eksternal locus of controlnya, demikian juga sebaliknya (Pooroe, 1989, h.41). Individu dengan internal locus of control adalah individu yang cenderung memiliki bentuk keyakinan yang tinggi akan kesuksesan maupun kegagalan yang nanti akan diperolehnya karena dirinya sendiri. Individu yang memiliki internal locus of control dapat melihat suatu hubungan antara usaha yang mereka lakukan sebelumnya dengan hasil yang akan mereka terima. Individu dengan tipe ini cenderung menjadi individu yang memiliki motivasi sendiri dan berfikir secara positif. Individu percaya bahwa dapat melakukan apapun yang ingin

8 dicapainya. Individu tidak takut akan perubahan, individu menerima tantangan. Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti ingin mengetahui lebih mendalam lagi apakah ada hubungan antara kecemasan dalam menghadapi masa pensiun dengan Internal Locus of Control? B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara internal locus of control dengan kecemasan dalam menghadapi masa pensiun. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat pengembangan ilmu psikologis, khususnya psikologi perkembangan. Dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang kecemasan menghadapi masa pensiun dengan internal locus of control. 2. Manfaat Praktis Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi individu-individu yang akan menghadapi masa pensiun.