IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Indonesia selama ini banyak dilakukan dengan sistem semi intensif.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan Iradiasi terhadap Kadar Glukosa Darah Itik Cihateup

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Kadar Asam Urat Darah Itik Cihateup Fase Grower

PENDAHULUAN. dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

PENDAHULUAN. dagingnya untuk dikonsumsi oleh manusia, yang selanjutnya meningkat untuk

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 48 ekor itik Cihateup fase grower dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. HSP 70 yang muncul pada sampel itik saat pengukuran menggunakan PCR harus

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

I PENDAHULUAN. optimal salah satunya itik. Itik sebagai hewan homoeotherm, itik memerlukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Nekrosis Sel-Sel Ileum Itik Cihateup Fase Grower

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

PENDAHULUAN. waktu dan di dalam kandang tersebut terdapat kubangan atau tempat khusus untuk

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian FOS terhadap Jumlah Plak Peyeri Ileum Itik Cihateup

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hen Day Production (HDP) ayam petelur pada THI yang berbeda (kuningan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar. menjadi bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Makro Ileum. Tabel 6. Rataan Panjang dan Diameter Ileum Itik Cihateup.

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

PENDAHULUAN. melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda. Kondisi minim air dapat menyebabkan itik mengalami stress berat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENGATASI STRES AKIBAT KERJA

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (UMY). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan broiler dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu broiler modern

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HUBUNGAN STRES DAN BIOKIMIA NUTRISI PADA TERNAK OLEH : NOVI MAYASARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAD PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

BAB IV THERMOREGULASI A. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C.

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

BAB 4 HASIL. 4.1 Koleksi Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

Anesty Claresta

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

Sistem Ekskresi Manusia

Transkripsi:

26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower Hasil pengamatan denyut jantung itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar di sajikan pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Rataan Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3...detak/menit... 1 94,25 92,08 89,08 89,33 2 91,17 93,83 87,50 84,25 3 93,25 89,42 89,92 78,92 4 85,83 86,33 93,00 78,33 5 88,00 84,75 87,50 89,67 6 87,58 93,42 87,75 85,33 Rata-rata 90,0 ±3,38 89,97±3,80 89,13±2,14 84,31±4,89 Keterangan : P0 : Tanpa pemberian Minyak Buah Makasar Berdasarkan hasil analisis varians polinomial ortogonal (Lampiran 1 ) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata (P<0,05) pemberian minyak buah makasar terhadap laju denyut jantung itik Cihateup fase grower. Tabel 5 menyajikan rataan laju denyut jantung itik Cihateup terendah yaitu 84,31 detak/menit pada perlakuan P3 dan tertinggi yaitu 90,01 detak/menit pada perlakuan P0. Perbedaan rata-rata laju denyut jantung itik Cihateup antar perlakuan dilakukan Uji Kontrast Ortogonal (Lampiran 2). Pengaruh perbedaan antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.

27 Keterangan : Tabel 6. Signifikansi Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower Perlakuan* Rata-rata/menit Signifikansi** P3 84,31 a P2 89,13 a P1 89,97 a P0 90,01 b *)P0 : Tanpa pemberian Minyak Buah Makasar **)Huruf yang berbeda (a,b,c) pada kolom signifikansi menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05). Pada tabel. 6 tampak bahwa kelompok itik yang tidak mendapatkan perlakuan minyak buah makasar menunjukkan denyut jantung paling tinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dengan denyut jantung kelompok itik yang mendapatkan perlakuan pemberian minyak buah makasar. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pemberian minyak buah makasar efektif menurunkan laju denyut jantung itik percobaan apabila diberikan sebanyak 100 µl per tiga hari. Terkait perubahan profil denyut jantung dapat dijelaskan bahwa jantung berfungsi memompakan darah keseluruh tubuh dan juga berfungsi dalam penyerataan panas dalam tubuh. Menurut Wiwi (2006), Kecepatan jantung dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis bekerja mempercepat denyut jantung, sedangkan saraf parasimpatis bekerja memperlambat denyut jantung. Itik merupakan unggas air yang terbiasa hidup di kolam air untuk minum dan berenang dalam upaya menurunkan suhu tubuhnya terutama dengan jalur konveksi dimana itik dapat melepaskan panas ke air ketika berenang. Pemeliharaan itik dengan minim air atau itik tidak diberi akses untuk berenang dan air hanya disediakan untuk kebutuhan minum serta suhu lingkungan tropis yang tinggi menyebabkan itik mengalami stres panas. Stres panas akan

28 mengaktifkan sistem saraf dan hormon agar homeostasis dalam tubuh itik tetap terjaga dan sistem fisiologis tubuh dapat bekerja. Stres memberikan sinyal ke hipotalamus dan merangsang sistem saraf simpatis untuk mengirimkan sinyal langsung dari otak ke medula adrenal untuk mengeluarkan hormon epinefrin. Hormon epinefrin akan mengikat alfa reseptor yang ada di sel-sel otot jantung sehingga denyut jantung meningkat. Hasil analisis lanjut kontras ortogonal menunjukkan bahwa rataan laju denyut jantung itik Cihateup yang diberi minyak buah makasar, berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan tanpa pemberian. Penurunan laju denyut jantung disebabkan oleh peningkatan level pemberian minyak buah makasar. Minyak buah makasar mengandung asam linoleat yang memiliki fungsi untuk mengatur permermeabilitas membran sel, tekanan darah dan mempertahankan homeostasis Ca. Hancock (2005) menyatakan Ca sangat berperan sebagai miner al kofaktor dalam stransmisi sinyal yang difasilitasi oleh molekul neurotrasmitter dan juga berperan dalam pensinyalan intraseluller. Asam linoleat dapat menurunkan stimulus CRF terhadap sistem saraf sehingga ternak lebih tenang dan menurunkan laju pensinyalan neurotransmiter tidak sampai ke medulla adrenal sehingga pengeluaran hormon epinefrin rendah dan denyut jantung turun dengan keadaan yang normal. Sebagaimana menurut Bergstrom dkk. dan Van Doro dkk. (1964) asam linoleat akan diubah menjadi dihomo-gamma-linolenic acid (DGLA) dan asam arakhidonat, yang merupakan prekursor eikosanoid yang mirip hormon yaitu prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, dan leukotrien. Eikosanoid merupakan susbtansi messenger yang sangat berpengaruh terhadap regulasi berbagai macam proses termasuk sekresi asam lambung, kontraksi uterus, reproduksi, inflamasi mengatur tekanan darah,

29 denyut jantung, fungsi kekebalan, rangsangan sistem saraf, kontraksi otot serta penyembuhan luka (Samuelsson, 1981; Murray, 2003). 4.2 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Laju Respirasi Itik Cihateup Fase Grower Hasil pengamatan laju respirasi itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar di sajikan pada Tabel 7 dan 8. Tabel 7. Rataan Laju Respirasi Itik Cihateup Fase Grower Ulangan Keterangan : Perlakuan P0 P1 P2 P3...hembusan/menit... 1 33,45 31,65 32,33 25,79 2 30,58 33,17 31,17 28,54 3 33,00 33,50 31,08 27,50 4 31,42 29,50 26,92 27,92 5 32,97 31,67 27,25 27,33 6 32,75 23,92 33,33 27,87 Rata-rata 32,36±1,11 30,57±3,55 30,35±2,66 27,49±0,93 P0 : Tanpa pemberian Minyak Buah Makasar Berdasarkan hasil analisis varians polinomial ortogonal (Lampiran 2 ) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata (P< 0,05) pemberian minyak buah makasar terhadap laju respirasi itik Cihateup fase grower. Tabel 7 menyajikan rataan laju respirasi itik Cihateup terendah yaitu 27,49 hembusan/menit pada perlakuan P3 dan tertinggi yaitu 32,36 hembusan/menit pada perlakuan P0. Perbedaan rata-rata laju respirasi itik Cihateup antar perlakuan dilakukan Uji Kontras Ortogonal (Lampiran 3). Pengaruh perbedaan antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.

30 Tabel 8. Signifikansi Laju Respirasi Itik Cihateup Fase Grower Perlakuan* Rata-rata/menit Signifikasi** P3 27,49 a P2 30,35 ab P1 30,57 b P0 32,36 c Keterangan : *)P0 : Tanpa pemberian Minyak Buah Makasar **)Huruf yang berbeda (a,b,c) pada kolom signifikansi menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 8) tampak bahwa ternak yang mengalami stres tanpa pemberian minyak buah makasar memiliki laju respirasi yang tinggi dibandingkan dengan seluruh kelompok itik. Hasil analisis lanjut kontras ortogonal menunjukkan bahwa rataan laju respirasi itik Cihateup yang diberi perlakuan minyak buah makasar berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan tanpa pemberian. Perlakuan P3 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan P2, tetapi berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan P1. Perlakuan P2 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan P1. Respirasi berperan penting dalam mengatur termoregulasi. Evaporasi panas dalam pengaturan termoregulasi bagi ternak unggas, berbeda dengan ternak non-unggas. Evaporasi panas melalui respirasi merupakan cara yang paling efektif untuk mempertahankan panas tubuhnya. Respirasi merupakan suatu respon fisiologis untuk membuang atau mengganti panas dengan udara sekitarnya, jika respon tersebut tidak berhasil mengurangi panas dari luar tubuh ternak, maka suhu organ tubuh akan meningkat sehingga ternak mengalami cekaman panas (Anderson, 1983). Stres dapat merangsang pengeluaran hormon epinefrin. Hormon epinefrin akan mengikat reseptor alfa pada sel-sel otot pernapasan sehingga laju pernapasan

31 meningkat. Unggas pada umumnya tidak memiliki kelenjar keringat sehingga jalur yang efektif dalam pengeluaran panas yaitu dengan evaporasi melalui saluran pernapasan. Suhu lingkungan yang tinggi serta kondisi minim air dapat menyebkan ternak mengalami panting yang merupakan indikator ternak tersebut mengalami stres panas. Penurunan laju respirasi diakibatkan karena pemberian minyak buah makasar sebagai senyawa anti stres. Minyak buah makasar mengandung asam linoleat dapat menurunkan stimulus CRF terhadap sistem saraf sehingga lebih tenang dan menurunkan laju pensinyalan neurotransmiter sehingga tidak sampai ke medulla adrenal sehingga pengeluaran hormon epinefrin rendah dan laju respirasi turun dalam keadaan yang normal. Sebagaimana menurut Bergstrom dkk. dan Van Doro dkk. ( 1964) asam linoleat akan diubah menjadi dihomogamma-linolenic acid (DGLA) dan asam arakhidonat, yang merupakan prekursor eikosanoid yang mirip hormon yaitu prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, dan leukotrien. Leukotrien merupakan vasodilator yang kuat terutama pada organ pernapasan sehingga pengeluaran panas menjadi lancar. 4.3 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Suhu Permukaan Tubuh Itik Cihateup Fase Grower Hasil pengamatan suhu permukaan tubuh itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar di sajikan pada Tabel 9 dan 10.

32 Tabel 9. Rataan Suhu Permukaan Tubuh Itik Cihateup Fase Grower Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3... 0 C... 1 32,20 32,40 31,50 31,30 2 31,30 31,90 31,10 31,70 3 30,70 31,80 31,70 30,90 4 32,50 31,30 32,20 31,20 5 32,30 30,60 31,30 31,20 6 31,80 31,70 31,00 30,90 Rata-rata 31,80±0,69 31,60±0,61 31,50±0,44 31,20±0,30 Keterangan : *)P0 : Tanpa pemberian Minyak Buah Makasar Berdasarkan hasil analisis varians polinomial ortogonal (Lampiran 4 ) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata (P>0,05) minyak buah makasar terhadap suhu permukaan itik Cihateup fase grower. Hal ini disebabkan karena itik merupakan hewan homeoterm yang akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya relatif kostan. Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis dalam pengaturan suhu melalui sistem umpan balik negatif. Hasil penelitian menunjukkan suhu antar perlakuan yang berbeda tidak bebeda jauh dan relatif sama. Pengeluaran panas tubuh unggas kurang efektif melalui permukaan tubuh dikarenakan unggas tidak memiliki kelenjar keringat dan permukaan tubuh tertutup oleh bulu sehingga pengeluaran panas pada unggas lebih efektif dengan jalan evaporasi. Pengendalian homeostasis merupakan keseimbangan atara panas yang dibentuk dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan keluar tubuh. Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang sebagian besar mekanismenya dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin. Tubuh membuat penyesuaian dalam laju denyut jantung, laju respirasi, suhu tubuh,

33 tekanan darah, keseimbangan cairan dan elektrolit dan sekresi hormon untuk kelangsungan hidupnya. Hasil penelitian terkait suhu permukaan tubuh sejalan dengan hasil penelitian pada parameter sebelumnya (laju denyut jantung dan laju respirasi). Perbedaan frekuensi denyut jantung dan respirasi yang ditunjukkan pada hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa mekanisme evaporasi panas melalui panting yang didukung oleh denyut jantung, merupakan cara yang paling efektif karena ternak itik tidak memiliki kelenjar keringat sehingga tidak terdapat perbedaan panas pada permukaan tubuhnya. Burdick dkk (2011) m engemukaan bahwa ternak yang mengalami cekaman panas dan stres psikis tidak menunjukkan perbedaan evaporasi panas pada permukaan tubuhnya jika tidak memiliki kelenjar keringat. Penelitian lain menunjukkan bahwa stres panas menginduksi peningkatan stres oksidatif dan penurunan daya adaptasi, namun unggas yang mengalami stres panas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada permukaan tubuhnya meskipun beberapa kasus menunjukkan temperatur shank lebih tinggi jika laju alir angin sangat rendah.