HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

Transkripsi

1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Analisis sampel yang pertama diperoleh data berat basah yang menunjukkan berat sel dan air dari usus besar tersebut. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar ULANGAN P0 P1 P2 P3 P4 gram U1 3,68 4,66 5,27 4,48 3,97 U2 5,03 4,22 4,88 3,54 4,81 U3 4,94 4,25 3,68 5,08 4,43 U4 4,68 3,67 3,75 5,59 3,76 Total 18,33 16,81 17,57 18,70 16,98 Rata-rata 4,58 4,20 4,39 4,67 4,24 Standar Deviasi 0,19 0,08 0,32 0,39 0,11 Keterangan: P0 = Kontrol P1 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Lactobacillus acidophilus) P2 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Tryscosporan beigelii) P3 = Probiotik (Lactobacillus acidophilus + Cryptococcus humicolus) P4 = Probiotik (Tryscosporan beigelii + Cryptococcus humicolus) Cuaca yang panas sebelum transportasi mengakibatkan ayam mengalami panting untuk melepas panas yang terjadi dalam tubuh ayam. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bird dkk. (2003) yang menyatakan bahwa pembuangan panas dari dalam tubuh ternak unggas dilakukan melalui dua cara, yaitu secara sensible heat loss dan insensible heat loss. Sensible heat loss adalah hilangnya panas tubuh melalui proses radiasi, konduksi dan konveksi, sedangkan secara insensible heat loss adalah hilangnya panas tubuh melalui proses panting.

2 26 Cuaca pada saat transportasi lebih sejuk dan cenderung berawan sehingga ayam tidak panting lagi dan jalan cenderung halus sehingga ayam tidak mengalami stres. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wijayanti (2011) yang menyatakan ayam broiler termasuk hewan homeothermis dengan suhu nyaman 24ºC, akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara lain melalui peningkatan frekuensi pernafasan. Hasil pengamatan diperoleh data rata-rata berat basah usus besar P3 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata perlakuan yang lain. Hal ini menandakan bahwa jumlah sel dan air pada perlakuan P3 lebih banyak. Sel yang lebih banyak berarti sel tersebut lebih tahan terhadap stres yang diberikan oleh mikroba patogen dan juga stres lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Budiansyah (2004) yang menyatakan bahwa kemampuan probiotik untuk bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan menempel pada sel-sel usus merupakan tahap pertama untuk kolonisasi dan selanjutnya memodifikasi sistem kekebalan hewan inang. Kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus ini akan menyebabkan mikroba probiotik berkembang dengan baik dan mikroba patogen tereduksi dari sel sel usus inang sehingga pertumbuhan dari mikroba patogen dapat terhambat. Analisis data diperoleh F hitung sebesar 0,38 dan F tabel sebesar 3,05 atau F hitung < F tabel yang berarti terima H0 yaitu perlakuan tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat transportasi tidak terdapat banyak guncangan dan suhu relatif sesuai dengan keadaan nyaman ayam sehingga ayam tidak mengalami stres yang tinggi atau cekaman yang dialami ayam tersebut tidak sampai mikroba merusak sel yang terdapat pada usus besar.

3 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Kering Analisis sampel diperoleh data berat kering usus besar yang menunjukkan jumlah kadar air yang terdapat pada usus besar. Berat kering usus besar yang lebih rendah menunjukkan jumlah kadar air yang tinggi. Tabel 8. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Kering Usus Besar ULANGAN P0 P1 P2 P3 P4 gram U1 0,67 0,64 1,01 0,94 0,73 U2 0,90 0,69 0,96 0,54 0,84 U3 0,89 0,71 0,73 1,08 1,00 U4 0,63 0,83 0,75 1,02 0,76 Total 3,10 2,88 3,45 3,58 3,33 Rata-rata 0,77 0,72 0,86 0,89 0,83 Standar Deviasi 0,01 0,00 0,01 0,03 0,01 Keterangan: P0 = Kontrol P1 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Lactobacillus acidophilus) P2 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Tryscosporan beigelii) P3 = Probiotik (Lactobacillus acidophilus + Cryptococcus humicolus) P4 = Probiotik (Tryscosporan beigelii + Cryptococcus humicolus) Hasil pengamatan diperoleh data rata-rata berat kering usus besar P3 lebih tinggi yang berarti sel yang terdapat pada P3 lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata perlakuan yang lain sehingga penyerapan air dapat lebih baik untuk menjaga kondisi tubuh dari dehidrasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bell dan Weaver (2002) yang menyatakan usus besar tidak mensekresikan enzim, namun didalamnya terjadi proses penyerapan air untuk meningkatkan kadar air di dalam sel tubuh dan menjaga keseimbangan air ayam broiler karena usus besar merupakan tempat penyerapan kembali air dari usus halus. Salah satu sisa metabolisme dari bakteri patogen adalah senyawa radikal bebas yang dapat merusak sel sehingga bobot usus besar menjadi turun. Hal tersebut

4 28 sesuai dengan pernyataan Droge (2002) yang menyatakan bahwa radikal bebas bersifat tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul di sekitarnya, sehingga radikal bebas bersifat toksik terhadap molekul biologi atau sel. Radikal bebas dapat mengganggu produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel, mempengaruhi pembuluh darah, produksi prostaglandin, dan protein lain seperti enzim yang terdapat dalam tubuh. Salah satu penyebab berat kering yang rendah yaitu terjadinya kerusakan oleh mikroba patogen yang menyebabkan penyerapan air tidak maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Aabo dkk. (2000) yang menyatakan kolonisasi bakteri telah dilaporkan melekat pada epitel usus dan merusak lapisan mukosa pelindung serta menimbulkan kerusakan pada sel epitel usus termasuk vili. Probiotik menghasilkan bakteriosin untuk meminimalisir kerusakan sel oleh bakteri patogen. Rahayu dan Nur (2002) menyatakan bahwa bakteri yang menguntungkan di dalam usus mampu menghasilkan komponen antimikrob lain (bakteriosin, hidrogen peroksida, diasetil, dan reuterin) di samping asam yang efektif dapat menghambat perkembangan bakteri lain yang tidak dikehendaki, khususnya bakteri patogen. Analisis data diperoleh F hitung sebesar 0,81 dan F tabel sebesar 3,05 atau F hitung < F tabel yang berarti terima H0 yaitu perlakuan tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat transportasi tidak banyak guncangan dan cuaca relatif nyaman untuk ayam sehingga ayam dapat menjaga kondisi tubuhnya sehingga meminimalisir kerusakan pada sel oleh mikroba patogen.

5