LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2016

Laporan Kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2012

RENCANA KEGIATAN TA Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

TERM of REFERENCE JUMLAH DESA MANDIRI PANGAN YANG DIBERDAYAKAN TAHUN Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pertanian

DAFTAR ISTILAH 1. Corporate Social Responsibility (CSR) atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah suatu tindakan atau konsep yang

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP)

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 25/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG

KATA PENGANTAR. Ungaran, Desember 2014 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH. Ir. Gayatri Indah Cahyani, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Harapannya, pengembangan wilayah dilakukan agar dapat meningkatkan

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

LAPORAN KINERJA (LKj) INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN JOMBANG AKUNTABILITAS KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

Better Prepared And Ready to Help

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

Revisi ke : 01 Tanggal : 15 April 2014

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

MONITORING DAN EVALUASI

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014

L A P O R A N K I N E R J A

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

PEDOMAN UMUM DESA MANDIRI PANGAN I. PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Banjar, 14 Januari 2017 KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA BANJAR

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

PENGANTAR. Ir. Suprapti

KATA PENGANTAR. RENJA KKPD TAHUN 2016 i

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH KOTA MEDAN RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

KEMENTERIAN PERTANIAN

Rencana Strategis (RENSTRA)

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dalam pasal 3 Undang - undang Nomor 28 tahun 1999 tentang

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

WALIKOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun

Transkripsi:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA 2011

RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, telah menyelenggarakan fungsinya antara lain : 1) Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan dan pemantapan akses pangan; 2) Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengembangan akses pangan; 3) Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian dan pemantauan, pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan; 4) Penyiapan perumusan kebijakan teknis pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan; 5) Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan dan pemantapan ketersediaan pangan; 6) Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengembangan ketersediaan pangan; 7) Evaluasi pelaksanaan kegiatan ketersediaan dan akses pangan serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan Mengacu visi, misi, arah, dan kebijakan Badan Ketahanan Pangan, maka Visi Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2010-2014 Responsif, aspiratif, inovatif, dan mampu memobilisasi sumberdaya dalam peningkatan ketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan Guna mencapai visi tersebut, disusun Misi Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian sebagai berikut: 1) Membangun koordinasi yang sinergi dan efektif melalui partisipasi pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) dalam upaya peningkatan ketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan, 2) Membangun partisipasi masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam peningkatan ketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan, 3) Menyiapkan analisis yang akurat dan bahan rumusan kebijakan yang tepat tentang ketersediaan, akses dan kerawanan pangan, 4) Membangun model-model pengembangan ketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan secara partisipatif dan transparan. Pada tahun 2011 program dan kegiatan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan masih mengacu kepada Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010 2014. Berdasarkan visi dan misi tersebut, tujuan strategis dari Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan adalah: 1) Melakukan pengkajian dan menyiapkan bahan perumusan kebijakan dalam ketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan, 2) Melakukan pemantauan dan pemantapan ketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan dan 3) memberdayakan masyarakat agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang dikuasainya. Berdasarkan visi, misi, dan tujuan strategis Tahun 2011, serta mengakomodasi berbagai perubahan yang terjadi di lingkup Badan Ketahanan Pangan, disusun sasaran strategis Tahun 2011 yang hendak dicapai, melalui peningkatan kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan serta penanganan rawan pangan ditunjukkan oleh indikator: (1) Jumlah provinsi yang menindaklanjuti i

hasil analisis ketersediaan pangan sebanyak 33 provinsi; (2) Jumlah provinsi yang menyusun peta sebanyak 18 provinsi; (3) Jumlah instansi yang memanfaatkan angka konsumsi dan cadangan beras sebanyak 5 instansi; (4) Jumlah provinsi yang melakukan penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien sebanyak 33 provinsi; (5) Jumlah kabupaten/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG sebanyak 400 kabupaten; (6) Jumlah desa yang masuk tahap kemandirian pada tahun 2011 sebanyak 2.561 desa, berasal dari lokasi yang dibangun pada tahun 2006 sebanyak 250 desa di 122 kabupaten, dan lokasi yang dibangun pada tahun 2007 sebanyak 604 desa di 181 kabupaten; tahun 2008 sebanyak 825 desa di 202 kabupaten; tahun 2009 sebanyak 1.184 desa di 276 kabupaten; tahun 2010 sebanyak 1.885 desa di 378 kabupaten; tahun 2011 sebanyak 2.561 desa di 399 kabupaten dan (7) Jumlah alternatif pengembangan akses pangan masyarakat sebanyak 2 paket. Dari hasil evaluasi kinerja pada Tahun 2011 dapat diketahui nilai kinerja pada tahun 2011 secara umum, kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi selama tahun 2011 telah berjalan lebih baik dari tahuntahun sebelumnya, yang tampak dari hasil pengukuran kinerja dengan sasaran meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan serta penanganan kerawanan pangan, yang ditetapkan melalui 7 indikator berikut: 1. Jumlah Provinsi yang melakukan analisis ketersediaan pangan, dengan capaian 100% atau 33 provinsi telah melakukan analisis. 2. Jumlah provinsi yang mengikuti sosialisasi dan apresiasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA), dengan capaian 100% atau 33 provinsi. 3. Laporan hasil kajian angka konsumsi dan cadangan beras nasional, dengan capaian 100% 4. Jumlah Provinsi yang melakukan analisis SKPG dan melakukan intervensi penanganan daerah rawan pangan, dengan capaian 87,88% atau 29 provinsi yang melaksanakan dari target 33 provinsi. 5. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan SKPG, dengan capaian 57,50% atau 230 kabupaten dari target sebanyak 400 kabupaten. 6. Jumlah desa rawan pangan yang melaksanakan Demapan, dengan capaian 100% atau 2561 desa. 7. Jumlah model akses pangan, dengan capaian 100% atau 2 laporan kegiatan. ii

Guna mendukung pelaksanaan kegiatan di TA. 211 telah dialokasikan anggaran melalui Satker BKP Kementerian Pertanian untuk alokasi anggaran sebesar Rp. 9.334.700 milyar, yang dialokasikan pada 5 kegiatan yang meliputi : pengembangan ketersediaan dan penanganan daerah rawan pangan, penanganan daerah rawan pangan, tersedianya bahan rumusan kebijakan ketahanan pangan, tersedianya bahan rumusan kebijakan akses pangan serta laporan kegiatan dan pembinaan. sampai akhir tahun 2011, anggaran tersebut telah terealisasi Rp.8,7 milyar atau 94 persen, dari total anggaran Rp. 9,3 milyar kegiatan yang paling terbesar pada sub kegiatan kebijakan ketahanan pangan dimana kegiatan ini adanya kajian perberasan sehingga total anggarannya mencapai Rp. 4,2 milyar sedangkan penyerapan yang paling terkecil pada penanganan daerah rawan pangan sebesar 89 persen. Adapun rincian capaian Rencana Kerja Tahunan 2011 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Desa Mandiri Pangan (Demapan) a. Input barupa bansos yang disalurkan untuk pelaksana Desa Mapan Reguler dan Replikasi TA. 2006 s/d 2011 sebesar Rp. 44.230.000.000 serta dana pembinaan/pendampingan yang dialokasikan melalui dana Tugas Pembantuan (TP) dan dan Dekonsentrasi. Dukungan pelaksanaan kegiatan Desa Mapan di Pusat tahun anggaran 2011, telah dialokasikan dana sebesar Rp. 1.878.000.000 dengan realisasi capaian sebesar 90 %. b. Output kegiatan Desa Mandiri Pangan adalah jumlah Desa Mandiri Pangan yang dibina sebanyak 2.561 desa di 399 kabupaten/kota atau terealisasi 99,53 persen dari target 2.573 desa, terdiri dari: (a) 262 desa Tahap Persiapan; (b) 466 desa Tahap Penumbuhan; (c) 359 desa Tahap Pengembangan; (d) 221 desa Tahap Kemandirian; (e) 939 desa Replikasi; dan (f) 314 desa sudah mandiri. Serta jumlah kelembagaan ketahanan pangan yang telah terbentuk sebanyak 3 kelompok kelembagaan, terdiri dari: (a) TPD (Tim Pangan Desa); (b) LKD (Lembaga Keuangan Desa); dan (c) Kelompok Afinitas. Keseluruhannya dibentuk di 2.851 desa di 399 kabupaten/kota pada 33 propinsi. c. Outcomes yang dihasilkan jumlah desa yang telah mencapai kemandirian sebanyak 825 desa atau terealisasi 99,87 persen, terdiri dari: (1) 221 desa Mapan Tahun Anggaran 2008, (2) 354 desa Mapan Tahun Anggaran 2007; dan (2) 250 desa Mapan Tahun Anggaran 2006. d. Benefits yang dihasilkan, jumlah KK miskin yang tertangani melalui Pengembangan Desa Mandiri Pangan sebanyak 898.250 KK miskin dari sasaran 255.000 KK miskin. iii

2. Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) a. Input kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan berupa alokasi dana PDRP di Pusat sebesar Rp 500 juta, telah dicairkan Rp 150 juta (30%), untuk pemanfaatan kegiatan padat karya pembersihan lahan dan saluran irigasi, untuk 6 kelompok di Kecamatan Salam dengan masing-masing kelompok tani Rp 25 juta; Alokasi dana PDRP di 33 Propinsi (dana Dekonsentrasi) sebesar Rp 17.350 Juta, telah dicairkan Rp 11.522.330.168 (66,41%); Alokasi dana TP PDRP di 400 kabupaten sebesar Rp 10.000.000.000,00 telah dicairkan Rp 5.748.207.680,00 (57,48%). b. Output kegiatan PDRP telah memberikan manfaat bagi masyarakat yang mengalami rawan pangan dari hasil analisis SKPG dan penanganan rawan pangan karena bencana di 29 provinsi 230 kabupaten. 3. Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan a. Input Kegiatan Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan menggunakan anggaran sebesar Rp. 500,35 juta atau terealisasi 98,22 persen dari target alokasi 509,40 juta. b. Outputs, yaitu jumlah provinsi yang melakukan analisis ketersediaan pangan sebanyak 33 provinsi atau terealisasi 100 persen. c. Outcome kegiatan ini adalah jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis ketersediaan pangan sebanyak 33 provinsi. d. Benefits yang dicapai adalah tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan ketersediaan pangan di 33 provinsi dan impacts, tersedianya pangan sesuai kebutuhan di 33 provinsi. 4. Penyusunan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas) a. Inputs yang digunakan untuk kegiatan penyusunan FSVA berupa anggaran sebesar Rp. 690,495 juta atau 87,63% dari total anggaran. b. output Kegiatan penyusunan FSVA menghasilkan berupa (1) Jumlah Provinsi yang mengikuti sosialisasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 33 provinsi; (2) Jumlah provinsi yang mengikuti apresiasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 33 provinsi dan (3) Laporan FSVA tahun 2011 di 18 Provinsi sebanyak 18 buah atau terealisasi 100 persen. iv

c. Outcome kegiatan adalah provinsi yang menyusun FSVA sebanyak 18 provinsi atau terealisasi 100% dari target 18 provinsi. d. Benefit yang didapatkan berupa tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan penanganan kerawanan pangan dan gizi di 33 provinsi. 5. Kajian Konsumsi dan Cadangan Beras Nasional a. Input Kajian Konsumsi dan Cadangan Beras Nasional menggunakan anggaran sebesar Rp 2,83 milyar atau 94,95% dari total anggaran Rp 2,98 milyar. b. Output yang dihasilkan berupa tersedianya angka konsumsi beras nasional per kapita dan angka cadangan beras di pemerintah, industri, jasa akomodasi dan penyedia makanan dan minuman serta masyarakat atau terealisasi 100 persen. c. Outcomenya antara lain jumlah instansi yang memanfaatkan angka konsumsi dan cadangan beras nasional sebanyak 5 instansi. d. Benefits yang dicapai adalah tersedianya bahan kebijakan ketersediaan dan cadangan beras di 33 provinsi. Sedang impact yang didapatkan adalah tersedianya kebutuhan beras sesuai kebutuhan di 33 provinsi. 6. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) a. Input Kegiatan Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi menggunakan anggaran sebesar Rp. 466,45 juta atau terealisasi 80,36 persen dari total anggaran sebesar Rp. 580,44 juta. b. Output yang dihasilkan adalah provinsi yang melakukan analisis SKPG dan intervensi sebanyak 29 provinsi serta kabupaten/kota yang menerapkan SKPG sebanyak 230 kabupaten/kota. c. Outcome berupa provinsi yang melakukan penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien sebanyak 29 provinsi serta kabupaten/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG sebanyak 230 kabupaten/kota. d. Benefit yang dihasilkan, kabupaten/kota yang telah dapat mencegah/mengatasi terjadinya rawan pangan sebanyak 230 kabupaten/kota. Impact yang didapatkan adalah penurunan jumlah kabupaten/kota yang mengalami rawan pangan sebanyak 230 kabupaten/kota. v

7. Identifikasi Model Pengembangan Akses Pangan a. Kegiatan identifikasi model pengembangan akses pangan menggunakan inputs anggaran senilai Rp.301.389.950,- atau terealisasi 99 % dari total dari total anggaran Rp.305.000.000,- b. Outputs yang diharapkan, laporan identifikasi model pengembangan akses pangan serta laporan pertemuan dengan narasumber: identifikasi model akses pangan sebanyak 2 laporan. c. Outcomes yang diharapkan, tersedianya berbagai bahan referensi model pengembangan akses pangan di 24 provinsi. d. Benefits yang diharapkan, tersedianya informasi model pengembangan akses pangan di beberapa provinsi sebagai bahan rumusan kebijakan pengembangan model akses pangan masyarakat 8. Apresiasi Pengembangan Akses Pangan a. Kegiatan apresiasi pengembangan akses pangan inputs anggaran senilai Rp.108.243.100,- atau terealisasi 98 % dari total dari total anggaran Rp.110.750.000 b. Outputs yang diharapkan, informasi kondisi, permasalahan akses pangan dan upaya yang dilakukan daerah dalam penanganan masalah akses pangan serta rumusan bahan kebijakan peningkatan aksesibilitas pangan berdasarkan spesifik lokasi yang diikuti oleh 68 orang pejabat yang menangani akses pangan dari 32 provinsi c. Outcomes yang diharapkan, diperolehnya persamaan persepsi antara pusat dan daerah yang berkaitan dengan kegiatan akses pangan d. Benefits yang diharapkan, tersedianya rumusan dan persamaan persepsi terkait kegiatan akses pangan Dari hasil kinerja terlihat ada beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam melakukan program kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan tahun 2011, untuk itu diupayakan peningkatan kinerja ke depan diperlukan berbagai perbaikan dan inovasi dengan pendekatan antara lain: 1) Untuk pelaksanaan kegiatan Demapan, disarankan agar pelaksana kegiatan dapat: (a) meningkatkan koordinasi oleh propinsi, dan pembinaan pendamping oleh kabupaten; (b) mengintensifkan pendampingan: kelompok afinitas, LKD, dan TPD di masing-masing lokasi; (c) mengembangkan kegiatan oleh desa inti bagi desa plasma di sekitarnya; dan (d) menyarankan daerah untuk meningkatkan sinergitas kegiatan di vi

lokasi Demapan, guna mengurangi kerawanan pangan dan mempercepat pembangunan di pedesaan, 2) Mendorong pemerintah daerah agar melaksanakan kegiatan analisis ketersediaan pangan; 3) Meningkatkan sosialisasi kegiatan ke daerah sesuai Pedoman Teknis yang ditetapkan; 4) Meningkatkan pembinaan, pemantauan dan evaluasi; 5) Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia; 6) Meningkatkan koordinasi dan sinergitas di bidang ketersediaan dan akses pangan serta penanganan kerawanan pangan. vii

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAN GRAFIK KATA PENGANTAR Halaman i viii ix x BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tugas Pokok dan Fungsi 1 II RENCANA KINERJA 4 A. Visi 4 B. Misi 4 C. Rencana Strategis 4 1. Tujuan Strategis 4 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama 5 3. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran 5 D. Rencana Kinerja Tahun 2011 6 1. Sasaran Kinerja Tahun 2011 6 2. Program Kerja Tahun 2011 7 III AKUNTABILITAS KINERJA 13 A. Gambaran Umum Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 13 B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 13 C. Pengukuran Kinerja Kegiatan dan Analisis Capaian Kinerja 13 D. Evaluasi Kinerja Tahun 2011 35 E. Akuntabilitas Keuangan 35 IV PENUTUP 37 A. Tinjauan Umum 37 B. Permasalahan, Kendala Utama, dan Upaya Perbaikan 41 LAMPIRAN 43 viii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK Tabel/Grafik Halaman 3.1. Perkembangan Jumlah Lokasi Kegiatan Desa Mapan Tahun 2006-2011 14 3.2. Data Perkembangan Alokasi Bansos Desa Mandiri Pangan 15 3.3 Rumah Tangga Miskin Penerima Manfaat TA.2006 s/d 2011 16 3.4 Perkembangan Lokasi Mapan 16 3.5 Perkembangan Jumlah Lokasi dan Kelompok Afinitas Desa Mapan 17 Tahun 2006 2011 3.6 Kabupaten/Kota yang Telah Melaksanakan Intervensi PDRP Tahun 21 2011 3.7 Akuntabilitas Keuangan 35 ix

KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) ini disusun sebagai pertanggung jawaban atas pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi, Badan Ketahanan Pangan selama menjalankan tugas-tugas kedinasan dan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar prestasi yang telah dicapai. Melalui LAKIP ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada semua pihak yang berkepentingan mengenai kinerja Pusat ketersediaan dan Kerawanan Pangan yang telah dicapai dalam Tahun 2011. Terkait dengan hal itu diharapkan adanya masukan-masukan sebagai umpan balik yang bermanfaat dan alternatif pemecahan masalah-masalah yang dihadapi, yang semuanya mengarah pada peningkatan kinerja aparat. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sepenuhnya sempurna, karena itu saran konstruktif untuk pelaksanaan tugas dimasa mendatang sangat diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi peningkatan kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan. Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Dr. Ir. Tjuk Eko Hari Basuki, M.St NIP 19580216 198103 1001 x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan salah satu Unit Kerja Eselon II di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Sebagai suatu instansi pemerintah, mempunyai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya melalui laporan akuntabilitas. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan kebijakan, dan program dengan menyusun laporan akuntabilitas melalui proses penyusunan rencana strategis, rencana kinerja, dan pengukuran kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penyelenggara negara dan pemerintah harus mampu menampilkan akuntabilitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sehingga terjadi sinkronisasi antara perencanaan ideal yang dicanangkan dengan keluaran dan manfaat yang dihasilkan. Untuk itu, disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2011 sebagai: (1) pertanggungjawaban Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan kepada Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dalam melaksanakan program dan kegiatannya selama tahun 2011; (2) bahan untuk mengevaluasi kinerja Tahun 2011; (3) untuk mengetahui tingkat pencapaian atau keberhasilan program dan kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan berikut permasalahan dan penyelesaian permasalahan dan sebagai masukan serta perbaikan kinerja Pusat di masa datang. 1. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 61/Kpts/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan pemantauan dan pemantapan ketersediaan serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan dan pemantapan akses pangan; 1

2. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengembangan akses pangan; 3. Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian dan pemantauan, pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan; 4. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan; 5. Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan dan pemantapan ketersediaan pangan; 6. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengembangan ketersediaan pangan; 7. Evaluasi pelaksanaan kegiatan ketersediaan dan akses pangan serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan Dalam melaksanakan tugasnya, telah dibantu oleh tiga bidang yang terdiri dari: 1. Bidang Ketersediaan Kerawanan Pangan terdiri dari Subbidang Analisis Ketersediaan Pangan dan Subbidang Sumberdaya Pangan yang mempunyai tugas melakukan (a) penyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi serta analisis ketersediaan pangan; (b) penyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi sumberdaya pangan. 2. Bidang Akses Pangan terdiri dari Subbidang Analisis Akses Pangan dan Subbidang Pengembangan Akses Pangan yang mempunyai tugas melakukan (a) penyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi analisis akses pangan; (b) penyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi pengembangan akses pangan. 3. Bidang Kerawanan Pangan terdiri dari Subbidang Analisis Kerawanan Pangan dan Subbidang Penanggulangan Kerawanan Pangan dengan tugas melaksanakan penyusunan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi pencegahan kerawanan pangan dan penanggulangan kerawanan pangan. Fungsi dari bidang ini adalah untuk: (a) penyiapan penyusunan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan pencegahan kerawanan pangan; (b) penyiapan penyusunan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan pemantapan penanggulangan kerawanan pangan. Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, pada Tahun Anggaran 2011 telah berupaya mengoptimalkan tugas dan fungsinya melalui dukungan sumberdaya manusia baik personil teknis maupun non teknis. Adapun dukungan sarana/prasarana lainnya berupa biaya, data/informasi, alat pengolah data/komputer, dana 2

khususnya dalam melaksanakan pemantauan, pengkajian, dan perumusan kebijakan ketahanan pangan. Data pendukung yang terkait diantaranya adalah data statistik (penduduk, statistik pertanian, konsumsi/susenas, status gizi, kemiskinan, industri, ekspor/impor, stok pangan, dan lain-lain) secara series, serta data primer dan sekunder dari instansi terkait yang ada di pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota). 3

BAB II RENCANA KINERJA A. Visi Mengacu visi, misi, arah, dan kebijakan Badan Ketahanan Pangan, maka Visi Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2010-2014 Responsif, aspiratif, inovatif, dan mampu memobilisasi sumberdaya dalam peningkatan ketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan B. Misi Guna mencapai visi tersebut, disusun Misi, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian sebagai berikut: 1. Membangun koordinasi yang sinergi dan efektif melalui partisipasi pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) dalam upaya peningkatan ketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan. 2. Membangun partisipasi masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam peningkatan ketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan 3. Menyiapkan analisis yang akurat dan bahan rumusan kebijakan yang tepat tentang ketersediaan, akses dan kerawanan pangan 4. Membangun model-model pengembangan ketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan secara partisipatif dan transparan. C. Rencana Strategis 1. Tujuan Strategis Tahun 2011 merupakan tahun kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010 2014, sehingga walaupun visi dan misinya telah disesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis; tujuan, sasaran, program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2011 ini masih mengacu pada program dan kegiatan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan yang tercantum pada Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010 2014. Berdasarkan visi dan misi tersebut, tujuan strategis dari Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan adalah: 1) Melakukan pengkajian dan menyiapkan bahan perumusan kebijakan dalam ketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan, 2) Melakukan pemantauan dan pemantapan ketersediaan, akses dan penanganan 4

kerawanan pangan dan 3) memberdayakan masyarakat agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang dikuasainya. 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Berdasarkan visi, misi, dan tujuan strategis Tahun 2011, serta mengakomodasi berbagai perubahan yang terjadi di lingkup Badan Ketahanan Pangan, disusun sasaran strategis Tahun 2011 yang hendak dicapai, melalui peningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan serta penanganan rawan pangan ditunjukkan oleh indikator: (1) Jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis ketersediaan pangan sebanyak 33 provinsi; (2) Jumlah provinsi yang menyusun peta sebanyak 18 provinsi; (3) Jumlah instansi yang memanfaatkan angka konsumsi dan cadangan beras sebanyak 5 instansi; (4) Jumlah provinsi yang melakukan penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien sebanyak 33 provinsi; (5) Jumlah kabupaten/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG sebanyak 400 kabupaten; (6) Jumlah desa yang masuk tahap kemandirian pada tahun 2011 sebanyak 2.561 desa, berasal dari lokasi yang dibangun pada tahun 2006 sebanyak 250 desa di 122 kabupaten, dan lokasi yang dibangun pada tahun 2007 sebanyak 604 desa di 181 kabupaten; tahun 2008 sebanyak 825 desa di 202 kabupaten; tahun 2009 sebanyak 1.184 desa di 276 kabupaten; tahun 2010 sebanyak 1.885 desa di 378 kabupaten; tahun 2011 sebanyak 2.561 desa di 399 kabupaten dan (7) Jumlah alternatif pengembangan akses pangan masyarakat sebanyak 2 paket. 3. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran a. Kebijakan Kebijakan ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan dan kerawanan pangan diarahkan untuk: (a) meningkatkan dan menjamin kelangsungan produksi dalam negeri menuju kemandirian pangan; (b) mengembangkan kemampuan akses pangan secara sinergis dan partisipatif; dan (c) mencegah serta menanggulangi kondisi rawan pangan secara dinamis. b. Program Program yang dilaksanakan oleh pada tahun 2010 2014 sesuai dengan program Badan Ketahanan Pangan tahun 2010-2014, yaitu Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Pada tahun 2010 yang merupakan masa peralihan, dengan program kerja Peningkatan Ketahanan Pangan, Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dan Program Penerapan 5

Kepemerintahan yang Baik. Dalam rangka mencapai sasaran program Badan Ketahanan Pangan tersebut, sasaran program yang hendak dicapai oleh Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan adalah pengembangan model-model peningkatan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan. Hal ini dilakukan dengan menggerakkan berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat untuk memobilisasi, memanfaatkan, dan mengelola aset setempat (sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, sumberdaya fisik/teknologi, serta sumberdaya sosial) untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan masyarakat. D. Rencana Kinerja Tahun 2011 Rencana kinerja yang direncanakan pada tahun 2011 merupakan implementasi rencana jangka menengah ke dalam rencana kerja jangka pendek, yang mencakup tujuan dan sasaran kegiatan beserta indikator kinerja berikut. 1. Sasaran Kinerja Tahun 2011 Berdasarkan visi, misi dan tujuan strategis Tahun 2011 yang masih mengacu pada Renstra Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2010-2015, serta mengakomodasi berbagai perubahan yang terjadi di lingkup Badan Ketahanan Pangan, disusun sasaran strategis Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2011 yang hendak dicapai, yaitu meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan serta penanganan rawan pangan. Kegiatan prioritas terdiri dari : a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan, adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa rawan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat dengan pendekatan penguatan kelembagaan masyarakat, pengembangan sistem ketahanan pangan dan koordinasi lintas sektor, selama empat tahun secara berkesinambungan. b. Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP), adalah kegiatan yang dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan terjadinya bencana rawan pangan kronis dan transien. Penanganan kerawanan pangan kronis dilakukan dengan penerapan instrumen Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), melalui tahap pengumpulan data, analisis, pemetaan, investigasi dan intervensi. Sedangkan untuk penanganan kerawanan pangan transien dilakukan melalui investigasi dan intervensi. c. Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas FSVA). Tujuan dari penyusunan FSVA adalah untuk 6

menyediakan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan sasaran/lokasi, penanganan kerawanan pangan dan gizi di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. d. Analisis ketersediaan, rawan pangan, dan akses pangan, adalah kegiatan dalam rangka penyediaan data dan informasi serta hasil analisis, secara berkala dan berkelanjutan untuk perumusan kebijakan dan program ketersediaan, rawan pangan dan akses pangan, antara lain melalui pemantauan ketersediaan pangan, sinkronisasi sub sektor dan lintas sektor, penyusunan NBM, penyusunan dan analisis sumberdaya pangan, monitoring dan analisis situasi akses pangan, pengembangan akses pangan, penyebarluasan informasi ketersediaan, kerawanan dan akses pangan. e. Apresiasi aparat untuk peningkatan ketersediaan pangan, adalah rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan dalam metode pengumpulan, pengolahan, dan analisis data serta evaluasi kegiatan dalam pelaksanaan pemantauan ketersediaan pangan, penanggulangan rawan pangan dan pengembangan akses pangan bagi aparat di daerah dan pusat. 2. Kegiatan Yang Dilaksanakan Dalam Program Kerja Tahun 2011 Program Kerja tahun 2011 yang telah disusun dan ditetapkan, merupakan implementasi dari Visi dan Misi dengan tetap mengacu pada Tugas Pokok Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, BKP Kementerian Pertanian. Berbagai kegiatan dan indikator kinerja kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 sebagai berikut: a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) 1) Desa Mandiri Pangan Pengembangan Desa Mandiri Pangan dilaksanakan dengan memfasilitasi desa rawan pangan menjadi Desa Mandiri Pangan melalui proses pemberdayaan selama kurun waktu empat tahun secara berkesinambungan melalui 4 tahapan: Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian. Dalam rangka mendorong gerakan kemandirian pangan di masyarakat, desa yang telah dibina selama 4 (empat) tahun dan sudah mandiri, dijadikan Desa Inti, untuk membina 3 (tiga) desa rawan pangan yang ada disekitarnya sebagai Desa Replikasi Demapan dengan model Sekolah Lapangan (SL). Bagi desa yang belum mandiri, akan dibina oleh provinsi dan kabupaten hingga mencapai kemandirian pada tahun berikutnya dan menjadi Desa Inti. Melalui penggunaan inputs anggaran, diharapkan dapat dihasilkan outputs: a). Jumlah desa mandiri pangan yang ditargetkan akan dibina sebanyak 2561 desa, terdiri dari: (1) 838 desa tahap persiapan; (2) 829 desa tahap penumbuhan; (3) 359 7

desa tahap pengembangan; (4) 221 desa tahap kemandirian; (5) 576 desa replikasi; (6) 123 desa sudah mandiri; dan (7) 5 desa dalam proses kemandirian; b). Jumlah lembaga ketahanan pangan desa yang terbentuk di setiap Desa Mapan diharapkan sebanyak minimal 3 lembaga: Tim Pangan Desa (TPD), Lembaga Keuangan Desa (LKD), dan Kelompok Afinitas. c). Dengan dimanfaatkannya outputs, diharapkan dapat dihasilkan outcomes berupa jumlah desa yang telah mencapai kemandirian sebanyak 354 desa, terdiri dari: (i) Desa mapan TA.2008 sebanyak 142 desa; Desa Mapan TA. 2007 sebanyak 116 desa; dan (ii) Desa Mapan TA. 2006 sebanyak 250 desa. d). Benefits yang diharapkan, 40.600 jumlah KK miskin yang tertangani melalui Pengembangan Desa Mandiri Pangan tahun 2011 sebanyak 90.222 jiwa e). Impacts berupa menurunnya penduduk yang mengalami rawan pangan di Desa Mapan sebesar 100 persen dari anggota kelompok akhir afinitas. 2) Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) a). Untuk melaksanakan kegiatan ini, dialokasikan inputs anggaran senilai Rp.13,95 milyar oleh 19 orang pelaksana kegiatan di pusat, penggunaan sarana dan prasarana komputer 6 unit, serta Pedoman Teknis sebanyak 2 paket. b). Outputs yang diharapkan: Jumlah kabupaten yang melakukan intervensi sebanyak 400 kabupaten; c). Outcomes yang diharapkan: i. Jumlah kabupaten yang mempunyai informasi kerawanan pangan sebanyak 400 kabupaten; ii. Jumlah kabupaten yang mendapatkan intervensi sebanyak 400 kabupaten. d). Benefits yang diharapkan, terealisasinya dana PDRP Kabupaten dan Provinsi sebanyak 400 kabupaten dan 33 provinsi. e). Impacts yang akan diraih: Jumlah penurunan kabupaten rawan pangan sebanyak 400 kabupaten; dan b. Pengembangan Akses Pangan 1). Identifikasi Akses Pangan Kegiatan identifikasi akses pangan dilakukan untuk mengklarifikasi, mengidentifikasi kondisi akses pangan serta faktor penyebab terjadinya permasalahan rendahnya akses 8

pangan di 16 provinsi yang mengalami permasalahan akses pangan berdasarkan hasil analisis akses pangan tahun sebelumnya, dimana kegiatan tersebut: a) Menggunakan inputs anggaran senilai Rp. 209,74 juta, b) Outputs yang diharapkan, laporan identifikasi akses pangan c) Outcomes yang diharapkan, tersedia data dan informasi permasalahan akses pangan di 16 provinsi d) Benefits yang diharapkan, tersedianya data dan informasi sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam mengatasi permasalahan akses pangan di daerah e) Dengan demikian, impacts yang diharapkan meningkatnya akses pangan di suatu wilayah 2). Analisis Situasi Akses Pangan Analisis situasi akses pangan menggambarkan situasi/kondisi akses pangan di suatu wilayah dengan penggabungan/komposit beberapa indikator, adapun kegiatan ini meliputi: a) Menggunakan inputs anggaran senilai Rp. 196,95 juta, b) Outputs yang diharapkan, laporan dan CD analisis situasi akses pangan yang mencakup 33 provinsi sebanyak 250 eksemplar serta bahan publikasi (booklet 500 eksemplar dan leaflet 5.000 eksemplar) c) Outcomes yang diharapkan, jumlah instansi yang memanfaatkan hasil analisis identifikasi akses pangan 33 provinsi d) Benefits yang diharapkan, tersedianya data dan informasi akses pangan di 33 provinsi e) Dengan demikian, impacts yang diharapkan tersedianya data/informasi permasalahan akses pangan di 33 provinsi sebagai bahan pengambilan kebijakan 3). Identifikasi Model Pengembangan Akses Pangan Kegiatan identifikasi model pengembangan akses pangan bertujuan untuk (1) memperoleh gambaran bentuk kegiatan dan intervensi yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan akses pangan, (2) memperoleh bahan rumusan kebijakan pengembangan akses pangan sesuai dengan permasalahan dan karakteristik wilayahnya, adapun kegiatan ini: a) Menggunakan inputs anggaran senilai Rp. 301,38 juta, 9

b) Outputs yang diharapkan, laporan identifikasi model pengembangan akses pangan serta laporan pertemuan dengan narasumber: identifikasi model akses pangan sebanyak 2 laporan. c) Outcomes yang diharapkan, tersedianya berbagai bahan referensi model pengembangan akses pangan di 24 provinsi. d) Benefits yang diharapkan, tersedianya informasi model pengembangan akses pangan di beberapa provinsi sebagai bahan rumusan kebijakan pengembangan model akses pangan masyarakat e) Dengan demikian, impacts yang diharapkan meningkatnya bahan referensi tentang model pengembangan akses pangan di beberapa wilayah. 4). Apresiasi Pengembangan Akses Pangan Tujuan utama dari kegiatan apresiasi pengembangan akses pangan adalah untuk memberikan informasi kebijakan pengembangan akses pangan kepada daerah agar diperoleh persamaan persepsi antara pusat dan daerah berkaitan dengan kegiatan akses pangan, adapun kegiatan ini: a) Menggunakan inputs anggaran senilai Rp. 108,24 juta, b) Outputs yang diharapkan, informasi kondisi, permasalahan akses pangan dan upaya yang dilakukan daerah dalam penanganan masalah akses pangan serta rumusan bahan kebijakan peningkatan aksesibilitas pangan berdasarkan spesifik lokasi yang diikuti oleh 68 orang pejabat yang menangani akses pangan dari 32 provinsi c) Outcomes yang diharapkan, diperolehnya persamaan persepsi antara pusat dan daerah yang berkaitan dengan kegiatan akses pangan d) Benefits yang diharapkan, tersedianya rumusan dan persamaan persepsi terkait kegiatan akses pangan e) Dengan demikian, impacts yang diharapkan, yaitu meningkatnya akses pangan berdasarkan potensi wilayah. 2. Ketersediaan Pangan 1) Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan a). Menggunakan input anggaran senilai Rp. 509,4 juta. b). Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan analisis ketersediaan pangan sebanyak 33 provinsi. 10

c). Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis ketersediaan pangan sebanyak 33 provinsi. d). Benefit yang diharapkan, tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan ketersediaan pangan di 33 provinsi. e). Dengan demikian, impact yang diharapkan tersedianya pangan sesuai kebutuhan di 33 provinsi. 2) Penyusunan FSVA (Food Security and Vulnerability) a) Menggunakan input anggaran senilai Rp. 788 juta. b) Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang mengikuti sosialisasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 33 provinsi serta jumlah provinsi yang mengikuti apresiasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 33 provinsi. c) Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang menyusun peta (FSVA) sebanyak 18 provinsi d) Benefit yang diharapkan, tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan penanganan kerawanan pangan dan gizi di 33 provinsi. e) Impact yang diharapkan adalah jumlah provinsi yang melakukan intervensi kerawanan pangan di 33 provinsi. 3) Kajian Konsumsi dan Cadangan Beras Nasional a) Menggunakan input anggaran senilai Rp. 2,98 milyar. b) Output yang diharapkan, tersedianya angka konsumsi dan cadangan beras nasional sebanyak 1 unit. c) Outcome yang diharapkan, jumlah instansi yang memanfaatkan angka konsumsi dan cadangan beras nasional sebanyak 5 instansi. d) Benefit yang diharapkan, tersedianya bahan kebijakan ketersediaan dan cadangan beras di 33 provinsi. e) Impact yang diharapkan adalah tersedianya kebutuhan beras sesuai kebutuhan di 33 provinsi. 4) Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi 11

a) Menggunakan input anggaran senilai Rp. 580,44 juta. b) Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan analisis SKPG dan intervensi sebanyak 33 provinsi serta jumlah kabupaten/kota yang menerapkan SKPG sebanyak 400 kabupaten/kota. c) Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien sebanyak 33 provinsi serta jumlah kabupaten/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG sebanyak 400 kabupaten/kota. d) Benefit yang diharapkan, jumlah kabupaten/kota yang telah dapat mencegah/mengatasi terjadinya rawan pangan sebanyak 400 kabupaten/kota. e) Impact yang diharapkan adalah jumlah penurunan kabupaten/kota yang mengalami rawan pangan sebanyak 400 kabupaten/kota. 12

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Gambaran Umum Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 Secara umum, pengukuran capaian kinerja pada Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan dilakukan dengan cara membandingkan antara target dan realisasi masing-masing indikator kinerja. Selain membandingkan dengan realisasinya, indikator kinerja sasaran dan kegiatan juga dapat diukur melalui perbandingan dengan capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya atau capaian kinerja dari suatu kegiatan sejenis yang pernah dilakukan oleh instansi atau unit kerja pertanian lainnya. Secara ringkas, sasaran-sasaran strategis tahun 2011 yang ditargetkan telah dapat tercapai, walaupun realisasi dari sasaran tersebut masih belum seluruhnya 100 persen. Realisasi pencapaian sasaran strategis tersebut kemudian dievaluasi dan dianalisis, dan dijadikan sebagai perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran pada tahuntahun berikutnya. B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 Tahun 2011 merupakan tahun transisi dari Program Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010 2014. Dengan mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) dan Program Kerja Pemantapan Ketahanan Pangan Tahun 2010, dan mengikuti perubahan kebijakan dan lingkungan strategis di lingkup Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian selama tahun 2011, telah menetapkan satu sasaran yang akan diukur. Sasaran tersebut diukur dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2011 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. C. Pengukuran Kinerja Kegiatan dan Analisis Capaian Kinerja Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat dilaksanakan melalui satu program, dan pencapaian setiap sasaran dilaksanakan oleh beberapa kegiatan. Namun demikian, kegiatan yang dilaporkan untuk mencapai setiap sasaran dibatasi, hanya pada kegiatan yang bersifat strategis. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2011 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 13

a). Bidang Kerawanan Pangan 1. Desa Mandiri Pangan (Demapan) Kegiatan Desa Mandiri Pangan (Desa Mapan) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa rawan pangan, dengan karakteristik: kualitas sumberdaya masyarakat rendah, sumber daya modal terbatas, akses teknologi rendah, dan infrastruktur perdesaan terbatas. Komponen kegiatan Desa Mapan meliputi: (1) pemberdayaan masyarakat; (2) penguatan kelembagaan; (3) pengembangan Sistem Ketahanan Pangan; dan (4) integrasi program dan kegiatan lintas sektor dalam menjalin dukungan pengembangan sarana prasarana perdesaan. Selama 5 tahun pelaksanaan kegiatan Desa Mapan sejak tahun 2006 hingga 2011, telah berhasil dibangun 2.851 Desa Mapan atau 111,8 persen dari rencana sebanyak 2.550 desa, tersebar di 399 kabupaten/kota pada 33 provinsi, terdiri dari: (1) Desa Inti/Reguler 1.912 desa atau 6 desa lebih banyak dari rencana 1.906 desa; dan (2) desa replikasi 939 desa atau 37,94 persen dari rencana 1.906 desa, yang dibina oleh desa inti/reguler yang dibangun pada tahun 2006, 2007, dan 2008. Relisasi desa replikasi masih rendah, karena desa replikasi tahun 2008 belum terlaksana pada tahun 2011, seperti Tabel berikut. Tabel : Perkembangan Jumlah Lokasi Kegiatan Desa Mapan Tahun 2006-2011 Rencana Realisasi Uraian Kabupaten Desa/ Kabupaten Desa/ Propinsi Propinsi Kota Kelurahan Kota Kelurahan Tahun 2006: Reguler Replikasi 30 30 30 122 122 122 1.000 250 750 30 30 30 122 122 122 985 250 735 Tahun 2007: Reguler Replikasi 32 32 32 58 58 58 1.416 354 1.062 32 32 32 58 58 58 561 354 207 Tahun 2008: Reguler Replikasi 32 32 32 21 21 21 884 221 663 32 32 0 21 21 0 221 221 0 Tahun 2009 Reguler 33 74 349 33 74 359 Tahun 2010 Reguler 33 107 470 33 106 466 Tahun 2011: Reguler 33 18 262 33 18 262 Total: Reguler Replikasi 33 33 33 400 400 201 4.381 1.906 2.475 33 33 33 399 399 180 2.851 1.912 939 Kegiatan Pengembangan Demapan yang dilaksanakan oleh Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan menggunakan dana APBN, yang dialokasikan sebesar Rp. 100 juta (seratus juta) untuk 14

desa baru, dan Rp. 25 juta (dua puluh lima juta) untuk desa replikasi. Kegiatan dilaksanakan oleh 410 unit kerja ketahanan pangan kabupaten/kota, pada 33 provinsi. Data Perkembangan Alokasi Bansos Desa Mandiri Pangan Inputs tersebut digunakan untuk menghasilkan outputs yaitu: (1) Jumlah Desa Mandiri Pangan yang dibina sebanyak 2.561 desa di 399 kabupaten/kota atau terealisasi 99,53 persen dari target 2.573 desa, terdiri dari: (a) 262 desa Tahap Persiapan; (b) 466 desa Tahap Penumbuhan; (c) 359 desa Tahap Pengembangan; (d) 221 desa Tahap Kemandirian; (e) 939 desa Replikasi; dan (f) 314 desa sudah mandiri;. (2) Jumlah kelembagaan ketahanan pangan yang telah terbentuk sebanyak 3 kelompok kelembagaan, terdiri dari: (a) TPD (Tim Pangan Desa); (b) LKD (Lembaga Keuangan Desa); dan (c) Kelompok Afinitas. Keseluruhannya dibentuk di 2.851 desa di 399 kabupaten/kota pada 33 propinsi. Dengan demikian, outcomes yang dihasilkan jumlah desa yang telah mencapai kemandirian sebanyak 825 desa atau terealisasi 99,87 persen, terdiri dari: (1) 221 desa Mapan Tahun Anggaran 2008, (2) 354 desa Mapan Tahun Anggaran 2007; dan (2) 250 desa Mapan Tahun Anggaran 2006. Hal ini telah memberikan benefits, jumlah KK miskin yang tertangani melalui Pengembangan Desa Mandiri Pangan sebanyak 898.250 KK miskin dari sasaran 255.000 KK miskin. 15

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan perkembangan tahapan pelaksanaan Desa Mandiri Pangan, kegiatan Demapan telah berkembang. Sampai dengan tahun 2011, pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan melalui Demapan telah meliputi sekitar 11.404 kelompok masyarakat yang tersebar di 2.851desa pada 399 kabupaten/kota rawan pangan di 33 propinsi yang dibangun secara bertahap dengan rincian sebagai berikut: (1) Tahun 2006 sebanyak 250 desa di 122 kabupaten pada 30 propinsi, pada tahun 2009 sudah masuk dalam tahap Kemandirian, dan dijadikan Desa Inti dalam Gerakan Kemandirian Pangan (Gema Pangan) untuk membina 3 desa rawan pangan di sekitarnya menjadi Desa Replikasi; (2) Tahun 2007 sebanyak 354 desa di 58 kabupaten pada 32 propinsi, pada tahun 2010 sudah masuk dalam tahap Kemandirian, untuk selanjutnya dijadikan Desa Inti untuk melaksanakan Gema Pangan; (3) Tahun 2008 sebanyak 221 desa di 21 kabupaten pada 32 propinsi, sudah masuk dalam tahap kemandirian; (4) Tahun 2009 sebanyak 349 desa di 74 kabupaten pada 33 propinsi, masuk dalam tahap Pengembangan; dan 16

(5) Tahun 2010 sebanyak 829 desa di 350 kabupaten pada 33 provinsi, sudah masuk dalam tahap penumbuhan; (6) Tahun 2011 sebanyak 838 desa di 399 kabupaten pada 33 provinsi, sudah masuk dalam tahap persiapan; Tabel.Perkembangan Jumlah Lokasi dan Kelompok Afinitas Deda Mapan Tahun 2006 2011 Lokasi Jumlah KK Kelompok Afinitas Jumlah Posisi Tahap KK Miskin Bantuan Tahun Provinspaten KK % Kabu- Pembangunan Desa KK Modal Usaha (Rp.000) 2006 Gerakan 30 122 250 459.869 240.097 52,21 25.000.000 2007 Gerakan 32 180 354 467.514 242.825 51,94 35.400.000 2008 Kemandirian 32 201 221 61.232 31.326 51,16 22.100.000 2009 Pengembangan 33 275 349 61.082 27.922 45,71 34.900.000 2010 Penumbuhan 33 350 829 92.272 41.970 45,48 50.890.000 2011 Persiapan 33 399 838 90.222 44.230.000 Jumlah Sumber : Laporan Akhir Desa Mapan Tahun 2011 Untuk mempermudah pembinaan melalui pemberdayaan, maka di setiap Desa Mapan dibentuk 3 hingga 4 kelompok afinitas yang memiliki anggota 15-20 KK perkelompok, termasuk minimal 30 persen diantaranya dari KK miskin. Sampai pertengan tahun 2011, telah dibina sekitar 175.000 KK dalam 10.000 kelompok afinitas, termasuk 38 persen atau 66.500 KK miskin. Bila setiap KK memiliki 5 orang angota rumah tangga, maka melalui Desa Mapan telah dibina 875.000 jiwa, termasuk 332.500 jiwa miskin di perdesaan. Dukungan pelaksanaan kegiatan Desa Mapan di Pusat tahun anggaran 2011, telah dialokasikan dana sebesar Rp. 1.878.000.000 dengan realisasi capaian sebesar 90 %. Adapun kegiatannya meliputi : 1. Pertemuan Teknis Data Base Desa Mapan, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan aparat dalam penyusunan database desa mapan. Output capaian dari kegiatan ini : Database Desa sasaran dan kelompok sasaran Desa Mapan 2011, sebanyak 226 desa baru dan 576 desa replikasi. 2. Workshop Evaluasi Kemandirian, bertujuannya untuk : (1) menetukan tingkat kemandirian dan (2) menyusun rencana kegiatan Desa Inti dan Replikasi Output capaian hasil evaluasi kemandirian dari 246 Desa dapat dikualifikasinya : Kualifikasi Tinggi ;37,8 %; Kualifikasi Sedang ; 56,1%; Kualifikasi Rendah : 6,1%. Sedangan pengembangan gerakan kemandirian telah ditetapkan 314 desa inti dan 939 desa replikasi. 17

3. Pertemuan Konsolidasi di Maluku, bertujuan untuk : (1) mengkonsolidasikan pelaksanaan kegiatan Desa Mapan di Provinsi Maluku, (2) menghimpun berbagai kendala dan permasalahan serta masukan dalam kegiatan Desa Mapan di Provinsi Maluku dan tindak lanjut kegiatan 2012. Output pertemuan, dihasilkannya evaluasi pelaksanaan dan rumusan hasil konsolidasi untuk rencana perbaikan kinerja pelaksanaan kegiatan Desa Mapan. 4. Pertemuan Teknis Pokja Kemandirian, bertujuan untuk : (1) melakukan konsolidasi dan koordinasi kerjasama lintas sektor dan sub sektor terkait di pusat (2) memperoleh masukan untuk revisi SK Mentan No: 596/Kpts/OT.160/10/ 2006 tentang Pembentukan Pokja Desa Mapan. Output yang dihasilkan : (1) rencana kerjasama lintas sektor terkait di pusat, provinsi dan kabupaten/kota, (2) komitmen daerah dalam kegiatan Gerakan Kemandirian Pangan, (3) rencana revisi SK Pokja Desa Mapan sesuai dengan Tupoksi dan ruang lingkup masing-masing kelembagaan. 5. Kerjasama Pengembangan Desa Mandiri Pangan dengan PT Agriranch Domba, bertujuan untuk : (1) menjalin kerjasama dengan institusi/lembaga terkait, (2) mengembangan produksi dan jaringan pemasaran usaha produktif kelompok. Output kegiatan berupa : komitmen dan perjanjian kerjasama kelompok dengan pengusaha (mitra usaha). 6. Workshop Kajian Wilayah Kepulauan, bertujuan : (1) menentukan model penanganan ketahanan pangan dan penyempurnaan kegiatan Desa Mandiri Pangan di wilayah Kepulauan, (2) membuat rekomendasi sebagai bahan kebijakan untuk penanganan rawan pangan dan penentuan cadangan pangan pada kondisi darurat di wilayah Kepulauan. Output : (1) model Penanganan ketahanan pangan dan rekomendasi kebijakan penanganan rawan pangan wil. Kepulauan (Propinsi NTT, Maluku, Kepri dan Babel). 7. Workshop Kajian Wilayah Papua dan Papua Barat, bertujuan : (1) menyusun model penanganan ketahanan pangan dan penyempurnaan kegiatan Desa Mandiri Pangan di wilayah Papua dan Papua Barat. (2) membuat rekomendasi sebagai bahan kebijakan untuk penanganan rawan pangan dan penentuan cadangan pangan pada kondisi darurat di wilayah Papua dan Papua Barat. Output : Model Penanganan ketahanan pangan dan rekomendasi kebijakan penanganan rawan pangan wilayah Kepulauan. 8. Workshop Evaluasi Akhir Desa Mandiri Pangan, bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Desa Mapan TA. 2011 dan rencana tindak lanjut tahun depan. 18

Outputnya berupa rumusan hasil evaluasi kegiatan dan perbaikan kegiatan Desa Mapan 2. Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) Kerawanan Pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Penanganan kerawanan pangan meliputi pencegahan rawan pangan dan penanggulangan rawan pangan. Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan dilakukan dengan menggunakan instrumen SKPG. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu sistem pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang berjalan terus menerus. Informasi yang dihasilkan menjadi dasar perencanaan, penentuan kebijakan, koordinasi program, dan kegiatan penanggulangan rawan pangan dan gizi. Kerawanan pangan diakibatkan beberapa permasalahan yaitu : a) tidak adanya akses secara fisik maupun ekonomi bagi individu/rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup, b) tidak tercukupinya pangan untuk kehidupan yang produktif individu/rumahtangga, dan c) tidak terpenuhinya pangan secara cukup dalam jumlah, mutu, beragam, aman, dan terjangkau. Kondisi rawan pangan dibedakan menjadi dua, yaitu : rawan pangan kronis dan rawan pangan transien. Rawan pangan kronis adalah ketidakmampuan rumahtangga untuk memenuhi standar minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena keterbatasan kepemilikan lahan, asset produktif dan kekurangan pendapatan. Rawan pangan kronis berhubungan erat dengan kemiskinan yang disebabkan antara lain oleh tidak adanya akses terhadap lahan atau aset produktif lainnya, pekerjaan, penyakit maupun adanya hambatan sosial. Kondisi rawan pangan kronis dapat diketahui melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Output dari SKPG berupa prakiraan kemungkinan kejadian kerawanan pangan dan peta situasi pangan dan gizi. Hasil kegiatan SKPG berupa situasi pangan dan gizi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui wilayah yang mengalami kerawanan pangan kronis. Rawan pangan kronis dapat dibedakan dalam tiga kondisi yaitu kronis tinggi, kronis sedang, dan kronis rendah sesuai dengan output SKPG. Rawan pangan transien adalah suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak dan sementara, yang disebabkan oleh perbuatan manusia (penebangan liar yang menyebabkan banjir atau karena konflik sosial), maupun karena alam berupa berbagai musibah yang 19