PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan merupakan salah satu Unit Kerja Eselon II di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Sebagai suatu instansi pemerintah, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya melalui laporan akuntabilitas. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan kebijakan, dan program dengan menyusun laporan akuntabilitas melalui proses penyusunan rencana strategis, rencana kinerja, dan pengukuran kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penyelenggara negara dan pemerintah harus mampu menampilkan akuntabilitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sehingga terjadi sinkronisasi antara perencanaan ideal yang dicanangkan dengan keluaran dan manfaat yang dihasilkan. Untuk itu, disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012 sebagai: (1) pertanggungjawaban Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan kepada Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dalam melaksanakan program dan kegiatannya selama tahun 2012; (2) bahan untuk mengevaluasi kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012; (3) untuk mengetahui tingkat pencapaian atau keberhasilan program dan kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan berikut permasalahan dan penyelesaian permasalahan dan sebagai masukan serta perbaikan kinerja Pusat di masa datang. B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.61/Kpts/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan pemantauan dan pemantapan ketersediaan serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan menyelenggarakan fungsi: Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 1

2 1. Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan dan pemantapan akses pangan; 2. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengembangan akses pangan; 3. Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian dan pemantauan, pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan; 4. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan; 5. Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan dan pemantapan ketersediaan pangan; 6. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengembangan ketersediaan pangan; 7. Evaluasi pelaksanaan kegiatan ketersediaan dan akses pangan serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan telah dibantu oleh tiga bidang yang terdiri dari: 1. Bidang Ketersediaan Kerawanan Pangan terdiri dari Subbidang Analisis Ketersediaan Pangan dan Subbidang Sumberdaya Pangan yang mempunyai tugas melakukan (a) penyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi serta analisis ketersediaan pangan; (b) p enyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi sumberdaya pangan. 2. Bidang Akses Pangan terdiri dari Subbidang Analisis Akses Pangan dan Subbidang Pengembangan Akses Pangan yang mempunyai tugas melakukan (a ) penyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi analisis akses pangan; (b) penyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi pengembangan akses pangan. 3. Bidang Kerawanan Pangan terdiri dari Subbidang Analisis Kerawanan Pangan dan Subbidang Penanggulangan Kerawanan Pangan dengan tugas melaksanakan penyusunan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi pencegahan kerawanan pangan dan penanggulangan kerawanan pangan. Fungsi dari bidang ini adalah untuk: (a) penyiapan penyusunan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan pencegahan kerawanan pangan; (b) penyiapan penyusunan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan pemantapan penanggulangan kerawanan pangan. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 2

3 Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan pada Tahun Anggaran 2012 telah berupaya mengoptimalkan tugas dan fungsinya melalui dukungan sumberdaya manusia baik personil teknis maupun non teknis. Adapun dukungan sarana/prasarana lainnya berupa biaya, data/informasi, alat pengolah data/komputer, dana khususnya dalam melaksanakan pemantauan, pengkajian, dan perumusan kebijakan ketahanan pangan. Data pendukung yang terkait diantaranya adalah data statistik (penduduk, statistik pertanian, konsumsi/susenas, status gizi, kemiskinan, industri, ekspor/impor, stok pangan, dan lain-lain) secara series, serta data primer dan sekunder dari instansi terkait yang ada di pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 3

4 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategik 1. Visi Mengacu visi, misi, arah, dan kebijakan Badan Ketahanan Pangan, maka Visi Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun Responsif, aspiratif, inovatif, dan mampu memobilisasi sumberdaya dalam peningkatan ketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan 2. Misi Guna mencapai visi tersebut, disusun Misi Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian sebagai berikut: a. Membangun koordinasi yang sinergi dan efektif melalui partisipasi pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) dalam upaya peningkatan ketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan. b. Membangun partisipasi masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam peningkatan ketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan c. Menyiapkan analisis yang akurat dan bahan rumusan kebijakan yang tepat tentang ketersediaan, akses dan kerawanan pangan d. Membangun model-model pengembangan ketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan secara partisipatif dan transparan. 3. Rencana Strategis a. Tujuan Strategis Tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) , sehingga walaupun visi dan misinya telah disesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis; tujuan, sasaran, program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2012 ini masih mengacu pada program dan kegiatan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan yang tercantum pada Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun Berdasarkan visi dan misi tersebut, tujuan strategis dari Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan adalah: 1) Melakukan pengkajian dan menyiapkan bahan perumusan kebijakan dalam ketersediaan, akses dan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 4

5 penanganan kerawanan pangan, 2) Melakukan pemantauan dan pemantapan ketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan dan 3) memberdayakan masyarakat agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang dikuasainya. b. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Berdasarkan visi, misi, dan tujuan strategis Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012, serta mengakomodasi berbagai perubahan yang terjadi di lingkup Badan Ketahanan Pangan, disusun sasaran strategis Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012 yang hendak dicapai, yaitu : Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan, Utama (IKU) sebagai berikut : yang ditetapkan dengan Indikator Kinerja Tabel 1. Formulir Penetapan Kinerja Tingkat Unit Organisasi Eselon II Kementerian/Lembaga Unit Organisasi Eselon II Tahun Anggaran : 2012 : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan Desa 444 lokasi 1. Jumlah desa yang diberdayakan Desa Mapan 2. Jumlah penanganan daerah/lokasi rawan pangan, SKPG 3. Jumlah hasil penyusunan FSVA 4. Jumlah hasil kajian ketersediaan pangan, rawan pangan, dan akses pangan 5. Jumlah aparat yang mengikuti apresiasi analisis ketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan 100 Laporan 34 Laporan 132 aparat Jumlah Anggaran Kegiatan Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan : Rp ,00 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 5

6 c. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran 1) Kebijakan Kebijakan ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan dan kerawanan pangan diarahkan untuk: (a) meningkatkan dan menjamin kelangsungan produksi dalam negeri menuju kemandirian pangan; (b) mengembangkan kemampuan akses pangan secara sinergis dan partisipatif; dan (c) mencegah serta menanggulangi kondisi rawan pangan secara dinamis. 2) Program Program yang dilaksanakan oleh Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan pada tahun sesuai dengan program Badan Ketahanan Pangan tahun , yaitu Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Pada tahun 2010 merupakan masa peralihan, dengan program kerja : Peningkatan Ketahanan Pangan, Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dan Program Penerapan Kepemerintahan yang baik. Dalam rangka mencapai sasaran program Badan Ketahanan Pangan tersebut, sasaran program yang hendak dicapai oleh Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan adalah pengembangan model-model peningkatan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan. Hal ini dilakukan dengan menggerakkan berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat untuk memobilisasi, memanfaatkan, dan mengelola aset setempat (sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, sumberdaya fisik/teknologi, serta sumberdaya sosial) untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan masyarakat. 4. Rencana Kinerja Tahun 2012 Rencana kinerja pada tahun 2012 merupakan implementasi rencana jangka menengah yang dituangkan kedalam rencana kerja jangka pendek, yang mencakup tujuan, sasaran kegiatan dan indikator kinerja berikut : A. Sasaran Kinerja Tahun 2012 Berdasarkan visi, misi dan tujuan strategis Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012 yang masih mengacu pada Renstra Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun , serta mengakomodasi berbagai perubahan yang terjadi di lingkup Badan Ketahanan Pangan, disusun sasaran strategis Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012 yang hendak dicapai, yaitu meningkatnya kualitas Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 6

7 analisis ketersediaan dan akses pangan serta penanganan rawan pangan. Kegiatan prioritas terdiri dari : 1) Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) dan Sistem Kewaspadaan pangan dan Gizi (SKPG), adalah upaya yang dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan terjadinya bencana rawan pangan kronis dan transien. Penanganan kerawanan pangan kronis dilakukan dengan penerapan instrumen Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), melalui tahap pengumpulan data, analisis, pemetaan, investigasi dan intervensi. Sedangkan untuk penanganan kerawanan pangan transien dilakukan melalui investigasi dan intervensi daerah yang terindikasi rawan pangan. Tujuannya antara lain : (a) Menyediakan data dan informasi tentang keadaan pangan dan gizi secara rutin yang digunakan pengambilan keputusan pemerintah dalam upaya penanganan kerawanan pangan dan gizi, (b) Menghasilkan benchmark setiap indikator yang digunakan dalam menentukan situasi pangan dan gizi di suatu daerah 2) Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA), bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan sasaran/lokasi, penanganan kerawanan pangan dan gizi di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. 3) Kajian Ketersediaan Pangan, Akses Pangan dan Penanganan Rawan Pangan, adalah kegiatan dalam rangka penyediaan data dan informasi serta hasil analisis, secara berkala dan berkelanjutan untuk perumusan kebijakan dan program ketersediaan, rawan pangan dan akses pangan, antara lain melalui pemantauan ketersediaan pangan, sinkronisasi sub sektor dan lintas sektor, penyusunan NBM, penyusunan dan analisis sumberdaya pangan, monitoring dan analisis situasi akses pangan, pengembangan akses pangan, penyebarluasan informasi ketersediaan, kerawanan dan akses pangan. 4) Apresiasi Analisis Ketersediaan dan Akses Pangan, adalah rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan dalam metode pengumpulan, pengolahan, dan analisis data serta evaluasi kegiatan dalam pelaksanaan pemantauan ketersediaan pangan, penanggulangan rawan pangan dan pengembangan akses pangan bagi aparat di daerah dan pusat. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 7

8 5) Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan), adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa rawan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat dengan pendekatan penguatan kelembagaan masyarakat, pengembangan sistem ketahanan pangan dan koordinasi lintas sektor, selama empat tahun secara berkesinambungan. Untuk mewujudkan sasaran strategis dalam rangka meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan, ditetapkan Rencana Kerja Tahunan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan sebagai berikut : Tabel 2. Formulir Penetapan Rencana Kerja Tahunan Tingkat Unit Organisasi Eselon II Kementerian/Lembaga Uraian 1. Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) dan SKPG 2. Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) di tingkat kabupaten dengan level desa Target Output a. 410 Kabupaten/ Kota 410 Laporan SKPG dan 410 Laporan PDRP b. 33 Provinsi 33 Laporan SKPG dan 33 Laporan PDRP 22 Provinsi di 100 Kab. 100 laporan FSVA 3. Kajian ketersediaan pangan, akses pangan dan penanganan rawan pangan a.penyusunan NBM 33 Provinsi dan 1 Pusat 34 buku NBM b. Analisis Situasi Akses Pangan 3 wilayah 1 Laporan c. Pengembangan akses pangan 10 kabupaten 1 Laporan 4. Apresiasi Analisis Ketersediaan dan Akses Pangan a.apresiasi analisis ketersediaan 33 Provinsi 1 Laporan pangan b.apresiasi gerakan kemandirian 65 Fasilitator dan Fasilitator dan 520 pangan Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) Petani desa : tahap persiapan 429 desa, penumbuhan 262 pengembangan 466 desa, kemandirian 359 desa, replikasi 369 desa, dan inti desa. Petani 1 Laporan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 8

9 B. Kegiatan Yang Dilaksanakan Dalam Program Kerja Tahun 2012 Program Kerja tahun 2012 yang telah disusun dan ditetapkan, merupakan implementasi dari Visi dan Misi dengan tetap mengacu pada Tugas Pokok Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, BKP Kementerian Pertanian. Berbagai kegiatan dan indikator kinerja kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 sebagai berikut: 1) Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) dan Sistem Kewaspadaan pangan dan Gizi (SKPG) Penanganan daerah rawan pangan yang dilakukan melalui instrumen SKPG, dengan indikator sebagai berikut : a) Menggunakan input anggaran senilai Rp ,7 juta. b) Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan analisis SKPG dan intervensi sebanyak 33 provinsi serta jumlah kabupaten/kota yang menerapkan SKPG sebanyak 410 kabupaten/kota. c) Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien sebanyak 33 provinsi serta jumlah kabupaten/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG sebanyak 410 kabupaten/kota. d) Benefit yang diharapkan, jumlah kabupaten/kota yang telah dapat mencegah/mengatasi terjadinya rawan pangan sebanyak 410 kabupaten/kota. e) Impact yang diharapkan adalah jumlah penurunan kabupaten/kota yang mengalami rawan pangan sebanyak 410 kabupaten/kota. Hasil dari pemantauan dan análisis kerawanan pangan dengan instrumen SKPG ditindaklanjuti dengan intervensi terhadap Penanganan Daerah Rawan Pangan dengan indikator sebagai berikut : a). Inputs anggaran senilai Rp.23,940 juta yang dilaksanakan oleh aparat pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten), dengan menggunakan sarana dan prasarana komputer 6 unit, serta Pedoman Teknis sebanyak 2 paket. b). Outputs yang diharapkan: jumlah kabupaten yang melakukan intervensi sebanyak 410 kabupaten; c). Outcomes yang diharapkan: jumlah kabupaten yang mempunyai informasi kerawanan pangan sebanyak 410 kabupaten dan jumlah kabupaten yang melakukan intervensi sebanyak 410 kabupaten. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 9

10 d). Benefits yang diharapkan, terealisasinya dana PDRP Kabupaten dan Provinsi sebanyak 410 kabupaten dan 33 provinsi. e). Impacts yang akan dicapai : jumlah penurunan kabupaten rawan pangan sebanyak 410 kabupaten; dan 2) Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kegiatan analisis kerawanan paangan yang dilakukan melalui penyusunan peta FSVA, dengan indicator sebagai berikut : a) Input anggaran senilai Rp. 450,99 juta. b) Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang mengikuti sosialisasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 100 kabupaten serta jumlah provinsi yang mengikuti apresiasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 33 provinsi. c) Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang menyusun peta (FSVA) sebanyak 100 kabupaten d) Benefit yang diharapkan, tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan penanganan kerawanan pangan dan gizi di 100 kabupaten. e) Impact yang diharapkan adalah jumlah kabupaten yang melakukan intervensi kerawanan pangan di 100 kabupaten. 3) Kajian ketersediaan pangan, akses pangan dan penanganan rawan pangan Analisis Situasi Akses Pangan, bertujuan untuk - Memperoleh gambaran kondisi aksesibilitas pangan maupun usaha meningkatkan akses pangan masyarakat khususnya dari aspek sosial serta kondisi sosial akses pangan masyarakat diperoleh melalui tiga sudut pandang yaitu institusi, rumah tangga, dan aparat. - Peran kelembagaan/institusi lokal dalam penyediaan pangan maupun mencegah terjadi rawan pangan. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 10

11 Analisis Situasi Akses Pangan dilakukan dengan menggunakan indikator sebagai berikut : a) Input anggaran senilai Rp. 564,7 juta. b) Output yang diharapkan adalah data dan informasi karakteristik institusi/kelembagaan sosial, peran rumah tangga/anggota masyarakat dalam organisasi (institusi/kelembagaan sosial) serta pola kepemimpinan dalam permasalahan sosial masyarakat. c) Outcomes yang diharapkan adalah tersedianya bahan referensi yang dapat dimanfaatkan dalam upaya pencegahan terjadinya rawan pangan. d) Benefits yang diharapkan adalah tersedianya berbagai referensi yang dapat dijadikan bahan perumusan kebijakan pencegahan terjadinya rawan pangan. e) Impacts yang akan dicapai adalah terwujudnya keterkaitan antara rumah tangga dan institusi sosial dalam penyediaan pangan maupun upaya pencegahan terjadinya rawan pangan. Peningkatan Akses Pangan Antar Desa, bertujuan untuk menggali potensi pada setiap desa di wilayah kecamatan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan akses pangan antar desa. Adapun kegiatan ini : a) Menggunakan input anggaran senilai Rp. 329,8 juta. b) Output yang diharapkan adalah tersedianya informasi kondisi dan potensi wilayah di 10 lokasi. c) Outcomes yang diharapkan tumbuhnya kerjasama pada tingkat wilayah dengan memanfaatkan potensi yang tersedia. d) Benefits yang diharapkan adalah terwujudnya wilayah mandiri pangan dimana desa-desa yang tercakup di dalamnya saling berkontribusi untuk peningkatan akses pangan di wilayah tersebut sesuai dengan potensi masing-masing. e) Impacts yang akan diraih adalah meningkatnya akses pangan di masing-masing wilayah. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 11

12 4) Apresiasi Analisis Ketersediaan dan Akses Pangan Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan aparat di pusat dan daerah dalam melakukan analisis ketersediaan pangan wilayah. Indikator yang digunakan sebagai berikut : a). Input anggaran senilai Rp. 879,35 juta. b). Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan analisis ketersediaan pangan 32 provinsi. c). Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis ketersediaan pangan sebanyak 32 provinsi. d). Benefit yang diharapkan, tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan ketersediaan pangan di 32 provinsi. e). Impact yang diharapkan tersedianya pangan sesuai kebutuhan di 32 provinsi. Apresiasi Akses Pangan, bertujuan untuk menggerakan kemandirian pangan masyarakat petani dalam meningkatkan produksi pertaniannya dengan memanfaatkan kelembagaan, pengetahuan dan sumberdaya lokal dan membangun sinerji pemerintah-masyarakat-perguruan tinggi-swasta. Adapun kegiatan ini menggunakan indicator sebagai berikut : a) Input anggaran senilai Rp. 690,9 juta. b) Output yang diharapkan adalah terlatihnya 520 orang petani yang mampu memahami gerakan kemandirian pangan. c) Outcomes yang diharapkan adalah petani yang mandiri dalam menjalankan usaha tani dengan semaksimal mungkin memanfaatkan kelembagaan, pengetahuan dan sumberdaya lokal. d) Benefits yang diharapkan adalah untuk meningkatkan produksi pertanian. e) Impacts yang akan diraih adalah meningkatnya akses pangan. 5) Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) Pengembangan Desa Mandiri Pangan dilaksanakan dengan memfasilitasi desa rawan pangan menjadi Desa Mandiri Pangan melalui proses pemberdayaan selama kurun waktu empat tahun secara berkesinambungan melalui 4 tahapan: Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian. Dalam rangka mendorong gerakan kemandirian pangan di masyarakat, desa yang telah dibina selama 4 (empat) tahun dan sudah mandiri, dijadikan Desa Inti, untuk membina 3 (tiga) desa rawan pangan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 12

13 yang ada disekitarnya sebagai Desa Replikasi Demapan dengan model Sekolah Lapangan (SL). Bagi desa yang belum mandiri, akan dibina oleh provinsi dan kabupaten hingga mencapai kemandirian pada tahun berikutnya. Indikator kegiatan sebagai berikut : a). Input anggaran sebesar : Rp juta. b). Output yang diharapkan desa mandiri pangan yang dibina sebanyak desa dan terbentuknya lembaga ketahanan pangan desa yang terbentuk di setiap Desa Mapan diharapkan sebanyak minimal 3 lembaga: Tim Pangan Desa (TPD), Lembaga Keuangan Desa (LKD), dan Kelompok Afinitas. c). Outcomes berupa jumlah desa yang masuk tahap kemandirian pada tahun 2012 sebanyak desa, berasal dari lokasi yang dibangun pada tahun 2006 sebanyak 250 desa di 122 kabupaten, dan lokasi yang dibangun pada tahun 2007 sebanyak 604 desa di 181 kabupaten; tahun 2008 sebanyak 825 desa di 202 kabupaten; tahun 2009 sebanyak desa di 276 kabupaten; tahun 2010 sebanyak desa di 378 kabupaten; tahun 2012 sebanyak desa di 399 kabupaten; d). Benefits yang diharapkan, jumlah KK miskin yang tertangani melalui Pengembangan Desa Mandiri Pangan tahun 2012 sebanyak jiwa e). Impacts berupa menurunnya penduduk yang mengalami rawan pangan di Desa Mapan sebesar 100 persen dari anggota kelompok akhir afinitas. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 13

14 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Secara umum, pengukuran capaian kinerja pada Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan dilakukan dengan cara membandingkan antara target dan realisasi masing-masing indikator kinerja. Selain membandingkan dengan realisasinya, indikator kinerja sasaran dan kegiatan juga dapat diukur melalui perbandingan dengan capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya atau capaian kinerja dari suatu kegiatan sejenis yang pernah dilakukan oleh instansi atau unit kerja pertanian lainnya. A. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012 Tahun 2012 merupakan tahun transisi dari Program Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun Dengan mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) dan Program Kerja Pemantapan Ketahanan Pangan Tahun 2010, dan mengikuti perubahan kebijakan dan lingkungan strategis di lingkup Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian selama tahun 2012, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan telah menetapkan satu sasaran yang akan diukur. Sasaran tersebut diukur dengan menggunakan 5 (lima) indikator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Tabel 3 : Pengukuran Pencapaian Sasaran Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012 Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi % Strategis (1) (2) (3) Meningkatnya pemantapan 1. Jumlah desa yang diberdayakan Desa Mapan Desa Desa 100 ketersediaan pangan dan penanganan 2. Jumlah penanganan daerah/lokasi rawan pangan, SKPG 444 lokasi 444 lokasi 100 rawan pangan 3. Jumlah hasil penyusunan FSVA 100 Laporan 100 Laporan Jumlah hasil kajian ketersediaan pangan, rawan pangan, dan akses pangan 34 Laporan 34 Laporan Jumlah aparat yang mengikuti apresiasi analisis ketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan 132 aparat 132 aparat 100 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 14

15 Secara ringkas, sasaran strategis tahun 2012 yang ditargetkan telah tercapai 100 persen, program dan kegiatan yang digunakan untuk mencapai sasaran masih merupakan kelanjutan dari program, kegiatan, dan sasaran tahun-tahun sebelumnya. Realisasi pencapaian sasaran strategis tersebut kemudian dievaluasi dan dianalisis, dan dijadikan sebagai referensi untuk pelaksanaan kegiatan pada tahun-tahun berikutnya. Hasil evaluasi dan analisis terhadap pencapaian sasaran strategis adalah sebagai berikut : B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012 Sasaran program dan kegiatan yang dilaksanakan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan yang digunakan pada tahun 2012 mengacu pada sasaran yang telah disusun pada Rencana Strategis (Renstra), IKU dan PK, serta mengikuti perubahan kebijakan dan lingkungan strategis Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian selama tahun 2012, telah ditetapkan satu sasaran, yaitu meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan. Sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan lima (lima) indikator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawan Pangan Tahun 2012 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Realisasi pencapaian sasaran sampai dengan akhir tahun 2012 telah tercapai 100 persen, Terpenuhinya setiap target yang direncanakan pada setiap sasaran dipengaruhi oleh: (a) sasaran dan target yang direncanakan berdasarkan hasil evaluasi tahun sebelumnya serta kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan sejak tahun sebelumnya, yang terus mengalami perkembangan yang cukup baik; dan (b) kerja sama dari seluruh pelaksana kegiatan pusat dan daerah yang berkomitmen untuk melaksanakan program dan kegiatan guna mendukung tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. Walaupun sasaran tersebut telah terealisasi dengan baik, namun dalam proses pencapaiannya, terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi, antara lain perubahan kebijakan dan lingkungan strategis yang terjadi sewaktu-waktu, sehingga mengakibatkan pelaksanaan kegiatan kurang berjalan lancar dan tepat waktu. C. Pengukuran Kinerja dan Analisis Capaian Kinerja Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat dicapai melalui satu program, dan pencapaian setiap sasaran dilaksanakan melalui beberapa kegiatan. Namun demikian, kegiatan yang dilaporkan untuk mencapai setiap sasaran dibatasi hanya pada kegiatan yang bersifat strategis. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 15

16 Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2012 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan adalah sebagai berikut: 1. Bidang Kerawanan Pangan a). Desa Mandiri Pangan (Demapan) Kegiatan Demapan umumnya diarahkan pada: (a) wilayah yang mempunyai proporsi penduduk miskin tinggi dan beresiko terhadap terjadinya kerawanan pangan dan gizi; (b) memiliki karakteristik: kualitas sumberdaya masyarakat rendah, penyediaan sumber daya modal terbatas, akses teknologi rendah, dan infrastruktur pedesaan masih kurang. Dengan demikian, sasaran kegiatan Demapan tahun 2012, mengentaskan kemiskinan dan kerawanan pangan sekitar kelompok masyarakat yang tersebar di desa pada 410 kabupaten/kota rawan pangan di 33 propinsi. Sasaran tersebut dibangun secara bertahap pada: tahun 2006 sebanyak 250 desa di 122 kabupaten pada 30 propinsi yang sudah masuk dalam tahap Kemandirian, tahun 2007 sebanyak 354 desa di 58 kabupaten pada 32 propinsi yang sudah masuk dalam desa mandiri, tahun 2008 sebanyak 221 desa di 21 kabupaten pada 32 propinsi yang sudah masuk dalam desa mandiri, tahun 2009 sebanyak 359 desa di 74 kabupaten pada 33 propinsi yang baru masuk dalam tahap kemandirian, tahun 2010 sebanyak 829 desa, 378 kabupaten/kota yang masuk tahap pengembangan, tahun 2011 sebanyak 838 desa di 399 kabupaten/kota masuk tahap penumbuhan, dan tahun 2012 sebanyak 429 desa di 410 kabupaten/kota, 33 provinsi masuk tahap persiapan, seperti tertera dalam Tabel 4 berikut. Selama 6 (enam) tahun pelaksanaan kegiatan Desa Mapan sejak tahun 2006 hingga 2012 telah berhasil dibangun Desa Mapan atau 115,4 persen dari rencana sebanyak desa, tersebar di 410 kabupaten/kota pada 33 propinsi. Perkembangan Desa Mandiri Pangan pada tahun 2012 terdiri dari: (1) Desa Inti : 369 (2) desa replikasi 1104 desa 3) desa baru : 398 desa sedangkan untuk pembinaan dilakukan pada desa regular, desa baru dan desa replikasi. Relisasi desa replikasi tahun 2008 dilaksanakan pada tahun 2012, seperti Tabel 4. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 16

17 Tabel 4: Perkembangan Jumlah Lokasi Kegiatan Desa Mapan Tahun Rencana Realisasi Uraian Kabupaten/ Desa/ Kabupaten/ Desa/ Propinsi Propinsi Kota Kelurahan Kota Kelurahan TA.2006: Reguler Replikasi TA. 2007: Reguler Replikasi TA 2008: Reguler Replikasi TA Reguler TA Reguler TA. 2011: Reguler TA. 2012: Reguler Total: Reguler Replikasi Pada perkembangan tahapan pelaksanaan Desa Mandiri Pangan, kegiatan Demapan telah berkembang. Sampai dengan tahun 2012, lokasi desa mandiri pangan mulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap kemandirian sebagai berikut : (1) Tahun 2006 sebanyak 250 desa di 122 kabupaten pada 30 propinsi, pada tahun 2009 sudah masuk dalam tahap Kemandirian, dan dijadikan Desa Inti dalam Gerakan Kemandirian Pangan (Gema Pangan) untuk membina 3 desa rawan pangan di sekitarnya menjadi Desa Replikasi; (2) Tahun 2007 sebanyak 354 desa di 181 kabupaten pada 32 propinsi, pada tahun 2010 sudah masuk dalam tahap Kemandirian, untuk selanjutnya dijadikan Desa Inti untuk melaksanakan Gema Pangan; (3) Tahun 2008 sebanyak 221 desa di 202 kabupaten pada 32 propinsi, sudah masuk dalam tahap Kemandirian, untuk selanjutnya dijadikan Desa Inti untuk melaksanakan Gema Pangan (4) Tahun 2009 sebanyak 359 desa di 276 kabupaten pada 33 propinsi, masuk dalam tahap kemandirian; (5) Tahun 2010 sebanyak 829 desa di 378 kabupaten pada 33 provinsi, sudah masuk dalam tahap pengembangan; Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 17

18 (6) Tahun 2011 sebanyak 838 desa di 399 kabupaten pada 33 provinsi, sudah masuk dalam tahap penumbuhan; (7) Tahun 2012 sebanyak 429 desa di 410 Kabupaten pada 33 provinsi sudah masuk dalam tahap persiapan. Rata-rata jumlah RTM penerima manfaat mengalami pertumbuhan sebesar 32 % per tahun. Perkembangan alokasi jumlah RTM, kelompok, desa pelaksana, kabupaten dan provinsi dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 5 : Perkembangan Jumlah Lokasi dan Anggota Kelompok Kegiatan Desa Mandiri Pangan Tahun Lokasi Jumlah KK Kelompok Afinitas Jumlah KK Miskin Bantuan Tahapan Tahun Pro. Kab. Desa KK KK % Modal Usaha (Rp ) 2006 Mandiri , Mandiri , Mandiri , Kemandirian Pengembangan Penumbuhan Persiapan Jumlah Dari hasil Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) dan hasil Survey Rumah Tangga (SRT) di lokasi menunjukkan, bahwa dari rumah tangga sasaran tahun yang tergabung dalam kelompok afinitas, sebanyak KK atau 51,77 persen KK miskin. Hal ini menunjukkan, bahwa pemilihan sasaran desa penerima manfaat masih konsisten, dengan rasio jumlah keluarga miskin lebih dari setengah terhadap jumlah keluarga di seluruh desa penerima manfaat pertahun, seperti pada Grafik 1 berikut Sumber : Laporan tahunan Demapan Kabupaten Grafik 1. Jumlah Kepala Keluarga Miskin Desa Penerima Manfaat Demapan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 18

19 Perkembangan Bansos TA Alokasi dana APBN untuk mendukung kegiatan Desa Mapan dialokasikan di provinsi berupa Dana Dekonsentrasi di Provinsi maupun Dana Tugas Pembantuan di Kabupaten. Dana tersebut untuk kegiatan pembinaan maupun bansos bagi desa-desa baru yang ditumbuhkan pada tahap persiapan. Penyaluran dana bansos untuk penguatan Modal Usaha Produktif (PMUK) dan dana ini yang nantinya akan dikelola oleh LKD yang ditumbuhkan oleh masyarakat. Pada tahun anggaran 2012, alokasi bansos untuk kegiatan pengembangan Desa Mapan sebesar Rp. 100 juta (seratus juta) untuk desa baru, pada 11 kabupaten baru. Bagi desa-desa baru yang merupakan replikasi dari desa inti yang ditumbuhkan TA.2008 tidak dialokasikan bansos, hanya dana pembinaan untuk tahap persiapan desa baru. Diharapkan alokasi bansos berasal dari peran pemerintah daerah melalui dana APBD I maupun II. Grafik 2. Perkembangan Alokasi Bansos Desa Mandiri Pangan Alokasi dana bansos yang telah disalurkan pada kelompok, mulai tahun 2006 s.d 2012 mengalami peningkatan sesuai dengan jumlah alokasi desa (seperti pada grafik 2). Perkembangan masing-masing bansos: Rp juta (2006), Rp juta (2007), Rp juta (2008), Rp juta (2009), Rp juta (2010), Rp juta (2011) dan Rp juta (2012). Pemanfaatan dana bansos digunakan untuk usaha di bidang on farm (60 %), off farm (14 %) dan non farm (26 %). Usaha di bidang pertanian ( on farm), antara lain: budidaya tanam sawah, tanaman buah, perikanan dan pembibitan, dan peternakan. Usaha di bidang olahan pangan ( off farm), antara lain: olahan hasil pertanian, olahan hasil perikanan, dan olahan hasil pekarangan. Usaha di luar pertanian ( non farm), antara lain : simpan pinjam, aneka jenis dagang, jual beli, kerajinan: batik, ukiran kayu, ukiran rotan; pembuatan mebel. Perkembangan Modal LKD dari 692 Kelompok Afinitas pada 164 Desa Paska Kemandirian, total modal awal Rp.16,8 millyar mengalami peningkatan sebesar 19,94 % menjadi 20,15 millyar. Modal yang ada di LKD cukup berkembangan baik, namun sebagian Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 19

20 besar LKD belum mampu menjadi Badan Usaha Milik Desa secara utuh.dibutuhkan komitmen dan perhatian dari pemerintah daerah, dengan menghubungkan LKD dengan lembaga permodalan (Bank/Swasta) dan Dinas Koperasi. Untuk membantu anggota kelompok binaan yang mayoritas keluarga miskin, sejak tahun disalurkan Bansos senilai Rp.250,042 milyar, dengan alokasi Rp.100 juta perdesa (desa baru), dan 25 juta per desa (desa replikasi), untuk digunakan kelompok dan anggota dalam pengembangan berbagai jenis usaha. Alokasi anggaran bansos Desa Mandiri Pangan sejak tahun dapat diketahui mengalami kenaikan dan penurunan anggaran hal ini disebabkan karena pemberian dana pada setiap tahun tergantung penambahan desa baru di kabupaten/kota. Untuk tahun 2012 ada 11 kabupaten baru yang menerima dana alokasi desa mandiri pangan sebanyak Rp selain itu untuk 225 kabupaten lama juga mendapatkan alokasi dana bansos dari APBN. Dalam rangka mengetahui dampak pelaksanaan kegiatan Desa Mapan, Badan Ketahanan Pangan Pusat dan Daerah dengan Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) Badan Litbang Pertanian bekerjasama untuk menyusun instrumen evaluasi dampak penurunan kemiskinan terhadap pelaksanaan kegiatan Desa Mapan. Kajian evaluasi dampak kegiatan Desa Mapan dilakukan di 25 provinsi, 139 kabupaten/kota, di 270 desa. Adapun data hasil kajian dari 25 Provinsi (Jabar, Banten, Jateng, DIY, Jatim, Ace h, Sumut, Sumsel, Sumbar, Riau, Bengkulu, Babel, Lampung, Kepri, Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sultra, Sulteng, Sulbar, Gorontalo, NTT, NTB, Maluku, dan Papua) dilakukan sampling terhadap 3858 anggota kelompok afinitas dan 3785 diluar anggota kelompok afinitas yang dilakukan dengan metode FGD dan dukungan data skunder untuk menentikan tingkat tingkat kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Indeks kemiskinan rumah tangga miskin ditentukan oleh dua kelompok indikator yaitu: kondisi rumah tinggal dan kondisi sosial ekonomi keluarga. Dari hasil analisis yang mempergunakan IRM (Indeks Rumahtangga Miskin) terlihat ada perubahan kelompok keluarga sangat miskin menjadi miskin, keluarga miskin menjadi kurang sejahtera dan keluarga kurang sejahtera menjadi sejahtera. Secara nasional anggota kelompok afinitas yang masuk kategori keluarga sangat miskin, miskin, kurang sejahtera dan sejahtera sebelum mengikuti kegiatan Demapan masing-masing sebesar 15,54 persen; 57,49 persen; 25,74 persen dan 1,23 persen (Tabel 5). Persentase kelas keluarga miskin ini berubah menjadi lebih baik atau mengalami penurunan persentase pada keluarga miskin dan sebaliknya meningkat pada keluarga yang masuk kategori sejahtera. Anggota keluarga afinitas sangat miskin turun 10,55 persen, keluarga afinitas miskin turun 15,25 persen dan keluarga kurang sejahtera mengalami kenaikan sebesar 16,70 persen. Hal yang sama juga terjadi pada keluarga sejahtera yang sebelumnya hanya 1,23 persen setelah ikut program Desa Mapan naik menjadi 10,33 persen. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 20

21 Perubahan penurunan jumlah keluarga miskin yang paling banyak terdapat di luar pulau Jawa, baik anggota kelompok afinitas maupun yang bukan anggota kelompok afinitas. Di luar pulau Jawa baik pada awal menerima kegiatan sampai tahun 2012 paling banyak adalah keluarga miskin dan persentasenya mengalami perubahan dari 61,10 persen menjadi 43,69 persen. Keluarga sangat miskin berkurang dari 15,81 persen menjadi 5,15 persen. Keluarga sejahtera naik dari 21,88 persen menjadi 43,28 persen dan keluarga sejahtera naik dari 1,21 persen menjadi 7,88 persen.hal yang sama juga terjadi di kelompok afinitas yang ada di pulau Jawa, dimana keluarga miskin yang awalnya sebesar 43,06 persen turun menjadi 35,43 persen ; keluarga sangat miskin menjadi 4,36 persen dari 14,48 persen. Medskipun hanya sedikit tetapi persentase keluarga kurang sejahtera mengalami penurunan dari 41,17 persen menjadi 39,08 persen. Sebaliknya keluarga sejahtera meningkat cukup tajam dari 1,30 persen menjadi 20,13 persen. Tabel 6. Dinamika Tingkat Kemiskinan Rumah Tanggadesa Mapan Menurut Wilayah di Indonesia, Awal dan Tahun 2012 No Wilayah/Uraian Anggota KA Bukan Anggota KA Awal Program / Jawa Sangat Miskin (%) Miskin (%) Kurang Sejahtera (%) Sejahtera (%) Luar Jawa Sangat Miskin (%) Miskin (%) Kurang Sejahtera (%) Sejahtera (%) Indonesia Sangat Miskin (%) Miskin (%) Kurang Sejahtera (%) Sejahtera (%) Keterangan: Analisis data didasarkan 5 provinsi di Jawa dan 20 provinsi di Luar Jawa Sumber: 1. Jawa: rataan dari 5 provinsi; (Jabar, Banten, Jateng, DIY, Jatim) 2. Luar Jawa: rataan dari 20 provinsi (Aceh, Sumut, Sumsel, Sumbar, Riau, Bengkulu, Babel, Lampung, Kepri, Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sultra, Sulteng, Sulbar, Gorontalo, NTT, NTB, Maluku, Papua) Dari hasil analisis dampak Desa Mapan terhadap dinamika dan komparasi tingkat kemiskinan rumah tangga diperoleh informasi penting sebagai berikut: (1) Di Jawa dengan posisi awal tingkat kemiskinan yang lebih rendah, Desa Mapan memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap peningkatan rumah tangga dengan katagori sejahtera, yaitu dari Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 21

22 1,30% menjadi 20,13%; (2) Di luar Jawa dengan posisi awal tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, Desa Mapan memberikan dampak positif yang relatif signifikan terhadap penurunan proporsi rumah tangga dengan katagori sangat miskin dan miskin, yang selanjutnya diikuti oleh peningkatan yang besar pada rumah tangga yang katagori kurangsejahtera dari 21,88% menjadi 43,28%; (3) Secara agr egat nasional dapat disimpulkan telah terjadi penurunan rumah tangga miskin, dan pada saat bersamaan terjadi peningkatan tingkat kesejahteraan rumah tangga sejahtera dengan adanya Desa Mapan. Secara nasional rumah tangga sangat miskin menurun dari 15,54% menjadi 4,99% dan rumah tangga sejahtera meningkat dari 1,23% menjadi 10,33% Peningkatan kesejahteraan salah satunya ditunjukkan dari peningkatkan penghasilan. Penghasilan keluarga rata-rata Rp perbulan merupakan penghasilan yang paling banyak di anggota kelompok afinitas ( 41,05%) maupun yang bukan kelompok afinitas (35,62%). Tetapi setelah adanya bantuan permodalan untuk usaha, penghasilan anggota kelompok afinitas mulai mengalami peningkatan, yaitu masing-masing: keluarga yang penghasilannya kurang dari Rp berkurang dari 41,05% menjadi 24.27% ; penghasilan Rp s.d. Rp meningkat dari 37,76% menjadi 36,26% : penghasilan Rp. 1 juta s.d. Rp. 2 juta meningkat dari 16.40% menjadi 27.17% dan penghasilan yang lebih dari Rp. 2 juta meningkat dari 15,99% menjadi 26,63% serta penghasilan yang lebih Rp 2 juta meningkat dari 5,19% menjadi 12,84%. Dukungan pelaksanaan kegiatan Desa Mapan di Pusat tahun anggaran 2012, telah dialokasikan dana sebesar Rp dengan realisasi capaian sebesar 87 %. Adapun kegiatannya meliputi : (1) Penyusunan Pedoman Desa Mandiri Pangan Penyusunan Pedoman Desa Mandiri Pangan, meliputi : Pedoman Umum Desa Mandiri Pangan dan Pedoman Teknis Desa Mandiri Pangan. Tujuan penyusunan pedoman adalah sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan di Pusat dan Daerah. (2) Pertemuan Teknis DDRT/SRT Tujuan pertemuan teknis data base : (a) mempelajari metode pelaksanaan survei dan tata cara penarikan sampel rumahtangga dan potensi lokasi desa rawan pangan, (b) melakukan pelatihan pengolahan data yang meliputi DDRT dan SRT, (c) mempelajari cara melakukan intrepretasi dan analisis data, (d) memberikan pemahaman kepada peserta untuk melakukan survei masalah kerawanan pangan dan gizi sampai tingkat rumahtangga. Sasaran: Wilayah yang melaksanakan kegiatan Desa Mandiri Pangan dan termasuk dalam kriteria wilayah rawan pangan. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 22

23 (3) Sosialisasi Desa Mandiri Pangan Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Desa Mandiri Pangan dilaksanakan di Hotel Quality Makassar pada tanggal Februari 2012, tujuan sosialisasi Desa Mapan ini adalah memberikan pemahaman pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan TA 2012, konsultasi dan koordinasi dengan aparat di propinsi dan kabupaten serta mengembangkan kegiatan Desa Mandiri Pangan. Sasarannya aparat propinsi dan kabupaten yang menangani kegiatan Desa Mandiri Pangan. Output berupa : Rumusan hasil untuk ditindak lanjuti oleh daerah. Peserta yang hadir dari 33 propinsi yaitu Kepala Badan/Kantor/Dinas Ketahanan Pangan Propinsi dan Eselon III yang menangani kegiatan Desa Mandiri Pangan, selain itu ada beberapa Kabupaten yang hadir dalam acara sosialisasi tersebut. (4) Pertemuan Teknis Pokja Kemandirian Pertemuan Pokja Desa Mandiri Pangan TA dilaksanakan hari Selasa, tanggal 31 Juli 2012 di Hotel Maharadja-Jakarta dan dihadiri oleh anggota Kelompok Kerja Teknis Dewan Ketahanan Pangan, Kementerian/Lembaga Teknis Terkait. Pertemuan bertujuan untuk melakukan koordinasi kegiatan Desa Mapan dan dukungan kerjasama lintas sektor. (5) Pertemuan Konsolidasi Desa Mandiri Pangan Kegiatan pertemuan konsolidasi desa mandiri pangan dilaksanakan di Hotel Wira Carita, Pandeglang, Propinsi Banten pada 9 11 Agustus Peserta terdiri dari: Aparat Kabupaten, Tim Pangan Desa, Lembaga Keuangan Desa, Pendamping yang menangani kegiatan Desa Mapan se propinsi Banten. Pertemuan ini bertujuan untuk : (1) Mengkonsolidasikan pelaksanaan kegiatan Desa Mapan di Banten; (2) Membangun persamaan persepsi bagi aparat pelaksana Desa Mapan (tenaga pendamping, TPD, pengelola LKD, kelompok afinitas dan Aparat provinsi maupun kabupaten/kota), sehingga kegiatan Desa Mapan dapat dilaksanakan secara optimal sesuai tujuan dan sasaran yang akan dicapai; dan (3) Menyusun rencana tindak lanjut perbaikan kegiatan Desa Mapan di Banten. (6) Apresiasi Peningkatan Kapasitas Pengelola Desa Mapan Guna meningkatkan peran pendampingan dan pengelola kegiatan Desa Mandiri Pangan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan m enyelanggarakan kegiatan Apresiasi peningkatan kapasitas pengelola Desa Mandiri Pangan. Tujuan kegiatan apresiasi ini adalah untuk meningkatkan kapasitas aparat yang menangani kegiatan Desa Mapan. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 23

24 (7) Worshop Evaluasi Akhir Desa Mapan Tujuan workshop evaluasi akhir adalah: mengetahui permasalahan dan hambatan yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan Desa Mapan; Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Desa Mapan tahun 2012; Merencanakan tindak lanjut kegiatan Desa Mapan. Sasaran Kegiatannya adalah : optimalisasi pelaksanaan kegiatan Desa Mapan tahun 2012 di Pusat dan Daerah (Propinsi dan Kabupaten). b). Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Hasil analisis SKPG yang ditunjukkan oleh warna merah (rawan) dan kuning (waspa da) mengindikasikan kondisi rawan pangan kronis. Oleh sebab itu perlu adanya intervensi kebijakan terhadap penyebab rawan pangan di wilayah tersebut, salah satunya dengan koordinasi lintas sektor dan penyaluran dana bansos sesuai hasil investigasi. Dana bansos yang dialokasikan di propinsi dan kabupaten/kota, dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kerawanan pangan kronis hasil analisis SKPG untuk Belanja Penanggulangan Kemiskinan. Sedangkan untuk menanggulangi terjadinya rawan pangan transien akibat bencana yang didasarkan pada kejadian dan informasi dari lokasi kejadian serta hasil analisis SKPG yang mendukung kondisi tersebut, dapat mencairkan dana bansos untuk Belanja Penanggulangan Bencana. Berikut adalah realisasi dana Bansos PDRP 2012 : Tabel 7. Realisasi dana Bansos PDRP 2012 Alokasi Anggaran Pagu Realisasi % Dekonsentrasi TP , Total , Pada tahun 2012, dana TP setiap kabupaten adalah Rp 37 juta. Dari 410 kabupaten target intervensi di 33 provinsi, ada 146 kabupaten kabupaten/kota yang terealisasi, atau sebesar 35,67 persen dari target, senilai Rp 5,41 milyar. Provinsi dengan persentase pencairan dana tertinggi yaitu provinsi Sulawesi Tengah (99.73 %), diikuti Jawa Tengah (96.77%) dan Bangka Belitung (83,00%). Selanjutnya provinsi dengan pencairan dana bansos persen yaitu Provinsi Papua Barat (71.43%), Sulawesi Utara (70%), dan NTT (65%). Provinsi dengan pencairan dana persen yaitu Sulawesi Tenggara (49.64%), Sumatera Selatan (48.89%), Jawa Barat (42.88%), Jawa Timur (40.62%), Aceh (36.83%), Maluku Utara (33.33%) dan Maluku (30%). Provinsi yang tidak mencairkan ada 9 yaitu Provinsi DKI Jakarta, DIY, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, NTB, banten, Gorontalo dan Sulawesi Barat. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 24

25 Dana daerah terdiri dari dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP) Provinsi, dan TP Kabupaten. Berikut tabel realisasi dana bansos PDRP 2012 per provinsi dari provinsi dengan urutan dana total bansos terbesar ke terkecil: Tabel 8. Realisasi Dana Bansos PDRP 2012 Per Provinsi Prop/Kab/Kota Dana Bansos (Dekon+TP) Persentase Target (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%) 1 Sulawesi Tengah 657,000, ,47 2 Jawa Tengah 1,617,000, ,17 3 Papua Barat 659,000, ,59 4 Sulawesi Tenggara 620,000, ,98 5 Maluku 670,000, ,89 6 Sulawesi Utara 620,000, ,55 7 DKI Jakarta 87,000, ,20 8 Papua 905,000, ,50 9 Bangka Belitung 472,000, ,00 10 Nusa Tenggara Timur 1,190,000, ,00 11 Aceh 953,000, ,98 12 Kalimantan Tengah 718,000, ,30 13 Kalimantan Timur 496,000, ,00 14 Banten 435,000, ,30 15 Jawa Timur 1,508,000, ,41 16 Sumatera Barat 979,000, ,82 17 Sumatera Selatan 768,000, ,88 18 Lampung 694,000, ,83 19 Jawa Barat 1,251,000, ,50 20 Sumatera Utara 1,188,000, ,91 21 Maluku Utara 522,000, ,34 22 DI. Yogyakarta 498,000, ,63 23 Kepulauan Riau 285,000, ,00 24 Bali 348,000, ,42 25 Sulawesi Selatan 1,138,000, ,94 26 Bengkulu 620,000, ,97 27 Kalimantan Selatan 607,000, ,75 28 Riau 607,000, ,21 29 Jambi 657,000, ,64 30 Kalimantan Barat 731,000, ,00 31 Nusa Tenggara Barat 620,000, ,98 32 Gorontalo 435,000, ,77 33 Sulawesi Barat 385,000, ,00 Total 23,940,000, ,30 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 25

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN TA Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014

RENCANA KEGIATAN TA Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014 RENCANA KEGIATAN TA.2015 Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014 1 o. Sub Kegiatan Vol. A Penanganan Rawan Pangan 1 Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) 1) Pembinaan lanjutan Demapan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2013 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Laporan Kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Laporan Kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2017 RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2015 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia 2016 Laporan Kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2014

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan telah menyelenggarakan fungsinya dalam : (1)

Lebih terperinci

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 Workshop Perencanaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2015

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman i KATA PENGANTAR Sesuai dengan arah, kebijakan, program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Selain itu, ketahanan pangan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.1-/215 DS8665-5462-5865-5297 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010 Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan.

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.11-/216 DS13-4386-848-854 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian yang menjadi dasar pelaksanaan program dan kegiatan pada periode tahun 2015-2019 adalah Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah

Lebih terperinci

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. -,.. DS:598-75-3511-324 Jakarta. 7 Desember 215 A.N MENTERI KEUANGAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN / rv ASKOLANI NIP.19666111992211 t SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN 2016 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN JANUARI 2017 KATA PENGANTAR Sesuai dengan arah kebijakan, program dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

Buku Indikator Kesehatan

Buku Indikator Kesehatan Buku Indikator Kesehatan www.dinkes.sulbarprov.go.id Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Kurungan Bassi no 19 Mamuju Telpon 0426-21037 Fax : 0426 22579 BUKU INDIKATOR KESEHATAN PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 ARAHAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TINGKAT NASIONAL (MUSRENBANGNAS) 28 APRIL 2010

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan arah kebijakan,

Lebih terperinci

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 DIREKTUR PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Pada Konsolidasi Hasil Pembangunan PSP

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR CADANGAN PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015

LAPORAN AKHIR CADANGAN PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015 LAPORAN AKHIR CADANGAN PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN Hotel Bidakara Jakarta, 4 Januari 2017 1 A Kebijakan Pangan DAFTAR ISI B Evaluasi Ketahanan

Lebih terperinci

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian Dalam memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 yaitu tahun 2010 2014 setelah periode RPJMN tahap ke-1 tahun 2005 2009 berakhir, pembangunan pertanian

Lebih terperinci

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP SELAYANG PANDANG SIMLUH KP Jakarta, 29 April 2014 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 IMPLEMENTASI SISTEM PENYULUHAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-115.1-/217 DS887-83-754-948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI Oleh: DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN Pada Acara : RAPAT KOORDINASI TERBATAS Jakarta, 16 Mei 2017 ISI 1 PEMBUBARAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.1-/216 DS286-9928-784-242 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PERMEN/M/2010 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2012 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP 2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT BAMBANG WIDIANTO DEPUTI BIDANG KESRA KANTOR WAKIL PRESIDEN RI APRIL, 2010 KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 30/05/17/V, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2015 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2015 di Provinsi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM SOSIALISASI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011 KATA PENGANTAR Pemantapan ketahanan pangan memiliki arti strategis, karena: (1) pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi; (2) konsumsi pangan dan gizi yang berimbang

Lebih terperinci

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN

LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN SAMBUTAN Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, MA LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN 2011-2015 Jakarta, 28 Februari 2011

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-33.-/216 DS334-938-12-823 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI. SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MMMMMERNJHEDSOAHDCsiDHNsaolkiDFSidfnbshdjcb XZCnxzcxzn PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PELAKSANAAN PENYALURAN 1. Penyaluran melalui KPPN dilaksanakan berdasarkan PMK nomor 112/PMK.07/2017 tentang Perubahan PMK nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA DINAS KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, Januari 2017 TUJUAN Menyamakan persepsi dan

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN TA.2015

RENCANA KEGIATAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN TA.2015 RENCANA KEGIATAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN TA.2015 1 A. EVALUASI KEGIATAN DAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2014 2 1. Per Jenis Belanja Dalam ribuan rupiah NO URAIAN PAGU REALISASI % 1 B. PEGAWAI 23.250.000

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015

PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015 PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN 2015 BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci