Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global dan Domestik

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global dan Domestik

November 2016 Highlight 5/2016. Pertumbuhan Harga Properti Residential Masih Lambat

Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global dan Domestik

SMF Highlight AWAL TAHUN 2017, PASAR PEMBIAYAAN PERUMAHAN MELAMBAT. Maret 2017 Highlight 3/2017

SMF Highlight PASAR PEMBIAYAAN PERUMAHAN 2016 : MELAMBAT. Februari 2017 Highlight 2/2017

Informasi Pembiayaan Perumahan

Monthly Market Update

Monthly Market Update

Monthly Market Update

Desember 2016 RESEARCH TEAM

R i Danareksa Research Institute

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

R i Danareksa Research Institute

R i Danareksa Research Institute

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

R i Danareksa Research Institute

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Monthly Market Update

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

MACROECONOMIC REPORT JUNI, 2014

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Kondisi Perekonomian Indonesia

R i Danareksa Research Institute

MACROECONOMIC REPORT JULI, 2014

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

MACROECONOMIC REPORT AGUSTUS, 2014

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Juni Danareksa Investment Management PEREKONOMIAN GLOBAL. Perekonomian Amerika ( AS )

expenditure) naik 0,4 persen dibulan Mei. Pertumbuhan keduanya tercatat melambat

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

1. Tinjauan Umum

Pola Indikator Teknikal

Sinyal Negatif. Technical Analysis Stock Shoot 3 Juni Infrastructure. Target Juni 13 Juni Analisa teknis.

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

Monthly Market Update

PENGHARGAAN DI TAHUN 2008

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III-2014

Monthly Market Update

Laporan Ekonomi Bulanan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

Perkembangan Hari Ini

Perkembangan Hari Ini

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang

MARKET CORNER. Technical Approach October 8 th, 2014 SIKLUS YANG BERULANG DI IHSG?

Level psikologis IHSG terletak di angka Resistance 3 4,947 Resistance 2 4,936 Resistance 1 4,931. Pivot Point 4,925

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Perkembangan Hari Ini

Weekly Technical View

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Trend Analysis 3 April 2014

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

PT Adaro Energi Tbk. On track to build a bigger and better ADRO. Company Profile. ADRO Key Takeaway Investor Day 2010

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2

Perkembangan & Prospek Perekonomian Indonesia Maret 2015

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Weekly Technical View

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

Weekly Technical View

PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2014

Perkembangan & Prospek Perekonomian Indonesia Februari 2016

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Edisi Mei 2015 Data per tanggal 30 April 2015

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

Edisi Mei 2015 Data per tanggal 30 April Inflasi April meningkat didorong harga minyak dunia. Inflasi April 2015 (%)

Monthly Market Update

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

Laporan Ekonomi Bulanan

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap

Weekly Technical View

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

Monthly Market Update

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

Daily Trading Idea 4.609,79 IHSG. Speculative Buy. AALI Rp Trading Buy. CNKO Rp 390

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Analisis Perkembangan Industri

R i Danareksa Research Institute

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang

TINJAUAN EKONOMI Januari 2010

Perkembangan & Prospek Perekonomian Indonesia Januari 2015

PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk

Laporan Ekonomi Bulanan

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

Perkembangan & Prospek Perekonomian Indonesia Oktober 2015

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang

Economic Update. Exhibit 1. Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Exhibit 2. Kontribusi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Laporan Ekonomi Bulanan. Mei 2006

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Transkripsi:

Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global dan Domestik Agustus 2016 PERKEMBANGAN DAN PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL AMERIKA SERIKAT Perkembangan ekonomi AS masih belum meningkat signifikan. Hal ini terlihat pada composite coincident economic index-cei dan composite leading economic index-lei yang belum tumbuh cepat. Pada bulan Juli 2016, CEI AS tumbuh 1,6 persen yoy ke level 113,90, atau lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan selama 12 bulan sebelumnya sebesar 1,9 persen. Sementara indikator LEI tumbuh 1,2 persen yoy, lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan 12 bulan sebelumnya sebesar 2,2 persen. Dengan kinerja ekonomi terkini yang masih dalam tren moderat serta prospek pertumbuhan ekonomi yang juga masih lemah, maka peluang kenaikan suku bunga acuan the Fed dalam jangka pendek ini tampaknya relatif kecil. Sebab bila suku bunga dinaikkan, maka dikhawatirkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini akan semakin memburuk karena kenaikan suku bunga acuan akan diikuti oleh kenaikan suku bunga pinjaman. Composite Leading Economic Index Amerika Serikat 130 8.0 125 120 115 110 US LEI US LEI (% YoY) 7.0 6.0 5.0 105 4.0 Contact Us PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) Grha SMF Jl. Panglima Polim I No 1 Jakarta 12160 Telp. + 62 21 2700400 Fax. + 62 21 2701400 info@smf-indonesia.co.id www.smf-indonesia.co.id EROPA 100 95 90 85 80 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Pemulihan ekonomi Uni Eropa juga berjalan lambat. Trend pertumbuhan LEI bergerak menurun pada bulan Juli (+0,1% yoy), setelah di bulan sebelumnya tumbuh 0,4% yoy. Rerata pertumbuhan LEI selama 12 bulan terakhir mencapai 1,3% yoy. Dari sisi manufaktur, indikator PMI Juli (48,9) berada di bawah ambang batas 50, yang mengindikasikan aktivitas industri yang masih berkontraksi. Hal ini senada dengan trend output industri yang menurun. Di bulan Juni, output industri Uni Eropa meningkat 0,4 persen, atau dibawah rerata pertumbuhan satu tahun sebesar 1,7 persen. Dari sisi konsumen, penjualan retail Juni tumbuh flat (+1,6% yoy), seperti halnya bulan sebelumnya, serta lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan 2,6% dalam 12 bulan terakhir. Dibulan Juli, tingkat harga konsumen kawasan Uni Eropa turun 0,42 persen mom (+0,16% yoy), setelah meningkat 0,16 persen mom (+0,09% yoy). Lemahnya konsumsi domestik turut menekan optimis rumah tangga terhadap kondisi ekonomi. Indeks kepercayaan konsumen Apr-14 Jul-14 Oct-14 Apr-15 Jul-15 Oct-15 Apr-16 Jul-16 3.0 2.0 1.0 0.0

mencapai level -7,9 (Juli 2016), menurun dibandingkan rerata 12 bulan sebesar -7,4, yang menunjukkan lungsurnya keyakinan konsumen terhadap prospek ekonomi dan keuangan mereka dimasa datang. Dengan lambatnya pemulihan ekonomi di kawasan Eropa dan prospek pertumbuhan ekonomi yang belum kuat, maka Bank Sentral Eropa diperkirakan tetap mempertahankan kebijakan moneter yang longgar dengan suku bunga acuan rendah pada level 0.00%, deposit facility - 0.40% serta stimulus pembelian bonds sebesar EUR 80 miliar setiap bulannya. Dengan kebijakan moneter yang longgar ini, maka kedepan diharapkan pertumbuhan perekonomian Euro akan lebih pesat dan laju inflasi diproyeksikan akan meningkat ke level yang ditargetkan sebesar 2.0% dari 0.16% saat ini (Juli 2016). Pertumbuhan leading economic index (LEI) Euro 101 99 97 95 93 91 89 87 EU LEI EU LEI (% YoY) 6 4 2 0 (2) (4) (6) (8) 85 Jan-09 May-09 Sep-09 Jan-10 May-10 Sep-10 Jan-11 May-11 Sep-11 Jan-12 May-12 Sep-12 Jan-13 May-13 Sep-13 May-14 Sep-14 May-15 Sep-15 May-16 (10) JEPANG Trend pertumbuhan CEI dan LEI masih menurun. Indikator CEI dan LEI masing-masing turun sebesar 1,6 persen yoy dan 5,6 persen yoy. Hal ini mengindikasikan lemahnya pertumbuhan ekonomi saat ini dan prospeknya dalam 6-12 bulan mendatang. Dari sisi manufaktur, aktivitas industri masih berkontraksi, seperti yang ditunjukkan oleh indikator PMI Agustus pada level 49,6. Belanja modal perusahaan mengalami penurunan. Hal ini tergambar pada indikator machinery orders yang turun 0,9 persen yoy (Juni 2016), mengikuti penurunan bulan sebelumnya sebesar 11,7 persen yoy. Disisi konsumen, penjualan retail belum tumbuh cepat. Pada bulan Juni, penjualan retail hanya tumbuh 0,2% mom (-1,4% yoy), setelah dibulan Mei turun sebesar 0,1% mom (-2,1% yoy). Optimisme rumah tangga atas kondisi ekonomi dan prospeknya juga tidak banyak berubah. Indeks kepercayaan konsumen meningkat 2,0 persen dibulan Juli, setelah tumbuh 0,5 persen dibulan sebelumnya. Dengan perkembangan dan prospek ekonomi Jepang yang relatif lemah, ditambah dengan laju inflasi yang masih sangat rendah, maka bank sentral Jepang tetap menerapkan kebijakan moneter yang longgar berupa suku bunga yang rendah (bahkan negatif) dan pemberian stimulus, agar ekonominya bisa tumbuh lebih pesat kedepan.

Pertumbuhan leading economic index (LEI) Jepang 120 110 100 90 80 70 Japan LEI Japan LEI (% YoY) 40 30 20 10 0 (10) (20) (30) 60 Jan-09 May-09 Sep-09 Jan-10 May-10 Sep-10 Jan-11 May-11 Sep-11 Jan-12 May-12 Sep-12 Jan-13 May-13 Sep-13 May-14 Sep-14 May-15 Sep-15 May-16 (40) CHINA Ekonomi Tiongkok tumbuh flat 6,7 persen yoy pada Q2 2016, seperti Q1 2016, namun lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu (+7% yoy). Kinerja ini ditopang ekspansi sektor primer (+3,1% yoy) dan sekunder (+6,1% yoy), sementara sektor tersier relatif stabil (+7,5% yoy). Dari sisi produsen, kinerja sektor manufaktur Tiongkok cenderung belum meningkat signifikan. Indikator PMI yang mengukur perkembangan sektor industri mengalami sedikit penurunan kelevel 49,9 dibulan Juli dari sebelumnya dilevel ambang batas 50. Hal ini menandakan aktivitas industri yang relatif lesu, seiring lemahnya permintaan ekspor. Sementara itu, diperiode yang sama, output industri tumbuh stabil 0,52% mom (+6,0% yoy) setelah sebelumnya meningkat 0,47% mom (+6,2% yoy), dan hal serupa juga terlihat disisi konsumen. Harga komponen makanan meningkat 3,3 persen, sementara komponen non makanan melambat 1,4 persen. Kedepan kinerja perekonomian Tiongkok tampaknya belum akan mengalami kenaikan yang signifikan. Composite leading economic index (LEI) Tiongkok berkontraksi -0.5% YoY pada bulan Mei setelah pada bulan April hanya kontraksi -0.1% YoY dan tumbuh positif 0.4% YoY pada bulan Maret 2016. 10.0 Pertumbuhan indeks produksi industri (%YoY) dan PMI Tiongkok IPI PMI 52 9.0 51 8.0 51 7.0 50 6.0 49 5.0 49 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16

INDIA Ekonomi India Q1 2016 tumbuh ekspansif 7,9 persen yoy, lebih tinggi dari Q4 2015 (+7,2% yoy) dan periode yang sama tahun sebelumnya (+6,7% yoy). Dari sisi produsen, kinerja dan aktivitas industri menunjukkan kemajuan. Indikator PMI Juli naik kelevel 51,8 dari 51,7 dibulan Juni, sementara output industri tumbuh 2,1 persen yoy (Juni 2016) dari bulan sebelumnya sebesar 1,1 persen yoy. Sementara dari sisi konsumen, naiknya belanja rumah tangga mendorong tingginya harga ditingkat konsumen. Laju inflasi India bulan Juli mencapai 6,07 persen yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya, 5,77 persen yoy. Kedepan perekonomian India diperkirakan akan tumbuh lebih pesat sejalan dengan kebijakan moneter yang makin longgar berupa penurunan suku bunga serta kebijakan fiskal yang cenderung ekspansif. Perlu diketahui bahwa perbaikan prospek ekonomi India berpotensi memberikan dampak postif terhadap ekspor Indonesia kedepan, terutama terhadap ekspor CPO dan batubara. 14.0 Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Acuan India PDB Policy Rate 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 PERKEMBANGAN DAN PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA PERKEMBANGAN DAN PROSPEK LAJU INFLASI Pada bulan Juli 2016 Badan Pusat Statistik mecatat laju inflasi bulanan sebesar 0.69% MoM, yang berarti meningkat sedikit dibandingkan dengan laju inflasi bulanan bulan Juni sebesar 0.66% MoM. Laju inflasi bulanan pada bulan Juli tersebut lebih rendah dari ekspektasi pelaku pasar yang secara rata-rata memperkirakan laju inflasi bulanan pada bulan Juli sebesar 0.83% MoM. Laju inflasi bulanan bulan Juli tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi bulanan bulan Juli 2015 sebesar 0.93% MoM, sehingga laju inflasi tahunan menurun dari menjadi 3.21% YoY dari 3.45% YoY pada bulan Juni 2016. Laju inflasi tahunan pada bulan Juli tersebut juga lebih rendah dari ekspektasi pelaku pasar yang secara rata-rata memperkirakan inflasi tahunan pada bulan Juli sebesar 3.36% YoY. Dilihat menurut inflasi inti dan non-inti pada bulan Juli, laju inflasi bulanan core (inti) relatif stabil 0.34% MoM dibandingkan bulan sebelumnya 0.33% MoM. Sedangkan inflasi kelompok barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah (administered price) mengalami kenaikan 1.32% MoM atau lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya 0.72% MoM. Untuk kelompok barang yang harganya bergejolak (volatile food), laju inflasi bulanan bulan Juli menurun menjadi 1.20% MoM dari 1.71% pada bulan Juni.

CPI Components Laju Inflasi, % End of Period (%) MoM (%) YoY (%) 2014 2015 May-16 Jun-16 Jul-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Foodstuff 10.57 4.93 0.30 1.62 1.12 7.75 7.77 6.81 Prepared Food 8.11 6.42 0.58 0.58 0.54 6.13 6.16 6.19 Housing 7.36 3.34 0.02 0.15 0.24 1.26 1.18 1.29 Clothing 3.08 3.43 0.44 0.70 0.44 3.80 4.24 4.30 Medical Care 5.71 5.32 0.27 0.34 0.37 4.37 4.39 4.40 Education 4.44 3.97 0.03 0.03 0.51 3.63 3.59 3.77 Transportation 12.14 (1.53) 0.21 0.63 1.22 (1.50) (0.99) (1.49) Headline Inflation 8.36 3.35 0.24 0.66 0.69 3.33 3.45 3.21 Core 4.93 3.95 0.23 0.33 0.34 3.41 3.49 3.49 Administered Price 17.57 0.39 0.27 0.72 1.32 (0.95) (0.50) (0.85) Volatile Food 10.88 4.84 0.32 1.71 1.20 8.15 8.12 7.14 Source : BPS Untuk bulan Agustus tekanan inflasi bulanan diperkirakan akan menurun signifikan menyusul berakhirnya perayaan hari raya Idul Fitri, dimana harga-harga barang dan jasa biasanya akan kembali ke level normal, kecuali harga barang dan jasa untuk pendidikan yang tetap tinggi sampai dengan bulan September mendatang. Namun karena sumbangan kelompok pengeluaran pendidikan dan rekreasi terhadap inflasi umum relatif kecil (sekitar 8.5%), maka dampaknya terhadap inflasi secara keseluruhan menjadi tidak signifikan. Sementara itu inflasi bulanan pada bulan Agustus 2015 masih relatif tinggi (0.39% MoM), sehingga laju inflasi tahunan untuk bulan Agustus diperkirakan akan semakin menurun dibandingkan dengan inflasi tahunan bulan Juli 2016. Untuk sisa tahun 2016 ini, baik dari eksternal maupun internal tidak ada faktor yang akan mendorong kenaikan inflasi yang signifikan, sehingga laju inflasi diperkirakan akan tetap terjaga. Dari sisi eksternal harga komoditas di pasar global diproyeksikan belum mengalami kenaikan yang signifikan. Dari sisi domestik pemerintah tampaknya akan berupaya sungguhsungguh mengendalikan inflasi agar keinginan suku bunga pinjaman turun ke level satu dijit semakin dimungkinkan. Dengan latar belakang seperti itu, maka laju inflasi sampai dengan akhir tahun ini diperkirakan akan terjaga disekitar 3.0% YoY, bahkan berpeluang sedikit lebih rendah dari 3.0%. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK SUKU BUNGA Untuk meningkatkan efektifitas transmisi kebijakan moneternya, mulai bulan Agustus 2016 Bank Indonesia akan merubah suku bunga acuannya dari BI rate yang memiliki tenor 12 bulan menjadi 7-day (reverse) repo yang memiliki tenor satu minggu. Saat ini suku bunga 7-day (reverse) repo berada pada level 5.25%. Bank Indonesia menganut inflation targeting framework, yang artinya otoritas moneter akan menaikkan suku bunga bila ada ekspektasi kenaikan tekanan inflasi, dan sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuannya bila ekspetasi inflasi menurun. Namun dalam prakteknya Bank Indonesia tidak hanya mempertimbangkan ekspektasi inflasi saja, melainkan juga memperhatikan stabilitas indikator makroekonomi lainnya secara keseluruhan. Misalnya volatilitas nilai tukar rupiah karena akan berdampak langsung pada imported inflation yang pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap inflasi umum. Demikian pula dengan kondisi defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit) yang sangat mempengaruhi persepsi pelaku pasar keuangan terhadap kesinambungan perekonomian Indonesia. Dengan prospek inflasi yang terkendali sekitar 3.0%, nilai tukar rupiah yang relatif stabil (bahkan cenderung menguat) serta defisit neraca transaksi berjalan yang diproyeksikan akan tetap terjaga dibawah 3.0% dari PDB, maka peluang penurunan suku bunga acuan Bank

Indonesia terbuka lebar. Namun mengingat bulan Agustus terjadi perubahan suku bunga acuan dari BI rate menjadi 7-day (reverse) repo, maka peluang BI rate dan 7-day (reverse) repo tidak berubah juga relatif besar. Untuk sisa tahun ini tren suku bunga diproyeksikan akan terus menurun, dimana 7-day (reverse) repo diprediksikan akan turun menjadi 4.75%. Selain mempertimbangan prospek inflasi, nilai tukar dan defisit neraca transaksi berjalan, penurunan suku bunga juga diperlukan untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi kita yang akhir-akhir ini tumbuh relatif lambat. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK NILAI TUKAR RUPIAH Sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mengalami tekanan yang sangat besar, dimana kurs rupiah melemah dari Rp9.068 pada penutupan akhir tahun 2011 menjadi Rp13.795 per dolar Amerika pada akhir tahun 2015. Bahkan pada bulan September 2015 rupiah sempat melemah ke level Rp14.657 per dolar Amerika. Dalam periode Januari sampai April 2016, kurs rupiah cenderung menguat ke sekitar Rp13.200 per dolar Amerika. Namun pada bulan Mei 2016, nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan hingga melemah ke level Rp13.615 per dolar Amerika. Pelemahan tersebut dipicu oleh munculnya spekulasi bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan-nya pada bulan Juni. Namun isu tersebut kembali meredup setelah rilis beberapa indikator makroekonomi Amerika Serikat menunjukkan pemulihan ekonominya yang belum kuat, ditambah dengan pemulihan ekonomi beberapa negara besar lainnya yang manurun serta kekhawatiran Inggris akan keluar dari Uni Eropa. Seiring dengan meredupnya kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga the Fed, pada bulan Juli kurs rupiah kembali menguat ke level Rp13.094 per dolar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut juga ditopang oleh membaiknya fundamental ekonomi dalam negeri seperti laju inflasi yang terjaga, prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat, surplus neraca perdagangan yang akan berdampak positif terhadap neraca transaksi berjalan (current account) serta ekspektasi akan peningkatan inflow dari implementasi Undang-Undang Pengampunan Pajak, dan lain-lain. Kedepan nilai tukar rupiah diproyeksikan akan relatif stabil dengan kecenderungan menguat, yang dapat bersumber dari faktor domestik maupun global. Dari sisi domestik perbaikan fundamental ekonomi seperti laju inflasi yang tetap terkendali, ekspektasi peningkatan pertumbuhan ekonomi serta surplus neraca perdagangan sehingga defisit transaksi berjalan tetap terjaga akan menjadi faktor yang memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah. Transaksi Berjalan dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika 2.0 Transaksi Berjalan (US$ Juta) dan Nilai Tukar IDR/US$ Transaksi Berjalan, % PDB Kurs IDR/US$ 8000 1.0 9000 0.0-1.0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 10000 11000-2.0 12000-3.0 13000-4.0 14000-5.0 15000

PERKEMBANGAN DAN PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Pada triwulan kedua tahun 2016, perekonomian Indonesia tumbuh 4.02% QoQ setelah pada triwulan sebelumnya kontraksi -0.36% QoQ. Angka ini merupakan angka pertumbuhan tertinggi pada triwulan kedua dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pertumbuhan PDB pada Q2 2016 tersebut jauh diatas ekspektasi pelaku pasar yang secara rata-rata memperkirakan pertumbuhan pada Q2 hanya 3.82% QoQ. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan PDB pada triwulan kedua 2015, sehingga pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada Q2 2016 meningkat menjadi 5.18% YoY dari 4.91% YoY pada triwulan pertama. Pertumbuhan PDB triwulan kedua 2016 ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh baik 5.04%, belanja pemerintah (6.28%) serta investasi (5.06%). Sedangkan ekspor masih mengalami kontraksi -2.73%. Tiga sektor yang paling pesat pertumbuhannya adalah jasa keuangan dan asuransi (tumbuh 13.51%), informasi dan komunikasi (8.47%) serta jasa lainnya (7.88%). Untuk triwulan ketiga dan keempat tahun 2016, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh semakin pesat dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan triwulan pertama dan kedua 2016. Pelonggaran kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga dan relaksasi makroprudensial (seperti kenaikan LTV atau loan to value) serta paket-paket deregulasi yang sudah diluncurkan pemerintah diperkirakan akan mulai memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan aktifitas perekonomian. Indikator Makroekonomi Utama Indikator 2014 2015 2016F 1. Pertumbuhan PDB, % 5.02 4.79 5.15 2. Laju Inflasi, %YoY 8.36 3.35 3.12 3. 7-day (reverse) repo, %pa 5.75 5.50 4.75 4. IDR/US$, rata2 setahun 11,885 13,458 13,187 Disclaimer: The information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. However, none of any PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) and/or their respective employees and/or agents make any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. We expressly disclaim any responsibility or liability (express or implied) of PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any claims, proceedings, action, suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this report. For further information please contact our number +6221-2700 400.