PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

DENGAN AKTIV ASI NEUTRON UNTUK PARTIKEL NANO RADIOAKTIF

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

SASARAN XENON PAD A PRODUKSI IODIUM-125 PENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT. 24- ISSN Rohadi Awaludin

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

RADIOAKTIVITAS IODIUM-125 PADA UJI PRODUKSI MENGGUNAKAN TARGET XENON-124 DIPERKAYA

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PERHITUNGAN RADIOAKTIVITAS SESIUM-137 PADA PEMBUATAN IODIUM-125

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

Pujiyanto [1] ABSTRAK

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

FISIKA ATOM & RADIASI

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

ANALISIS IRADIASI TARGET TULIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

PERHITUNGAN PEMBUATAN IRIDIUM-192 UNTUK RADIOGRAFI MENGGUNAKAN REAKTOR G.A. SIW ABESSY

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

Pengukuran Fluks Neutron dan Penentuan Cadmium Ratio pada Difraktometer Neutron Empat Lingkaran / Difraktometer Tekstur (DN2)

INTI DAN RADIOAKTIVITAS

KIMIA (2-1)

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98%

RADIOAKTIVITAS JENIS DAN KEMURNIAN RADIONUKLIDA LUTESIUM-177 DIPRODUKSI MENGGUNAKAN REAKTOR G.A. SIWABESSV

SISTEM PERHITUNGAN PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DAN GENERATOR Mo-99/Tc-99M MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

KAJIAN PEMBUATAN SUMBER RADIASI IRIDIUM-192 UNTUK RADIOTERAPI LAJU DOSIS TINGGI

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)

PEMANFAATAN RADIOISOTOP UNTUK MENCEGAH RESTENOSIS PADA JANTUNG

PEMANFAATAN GAMMA SPEKTROMETRI UNTUK PENGAMATAN DISTRIBUSI PEMBELAHAN DALAM PELAT ELEMEN BAKAR NUKLIR

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

TEORI DASAR RADIOTERAPI

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TABUNG PENYIMPANAN TERMODIFIKASI

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Radioaktivitas Henry Becquerel Piere Curie Marie Curie

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

ANALISA FLUKS NEUTRON PADA BEAMPORT

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Neutron adalah zarah elementer penyusun inti atom yang tidak mempunyai

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 01 )

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN STUDI PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DENGAN BAHAN TARGET LARUTAN URANIL NITRAT PADA REAKTOR KARTINI ABSTRAK

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 30-34

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB II RADIASI PENGION

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON DENGAN KAPSUL POLIETILENDAN AI-I050 DI FASILITAS RABBIT SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi

Penentuan Fluks Neutron Termal di Fasilitas Kalibrasi Neutron dengan Menggunakan Keping Indium

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN Syarip ABSTRAK ABSTRACT

EVALUASI PEMANFAATAN FASILITAS IRADIASI RSG-GAS PADA TAHUN 2006

Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

ANALISIS AKTIVITAS ISOTOP MO-99 DI REAKTOR RSG-GAS. Sri Kuntjoro Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir BATAN

Unnes Physics Journal

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

Transkripsi:

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 4246 PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, Indonesia Email: rohadia@yahoo.com Abstrak Telah dilaporkan bahwa nanopartikel emas terbukti dapat digunakan untuk terapi kanker dengan memanfaatkan efek termal. Pembunuhan sel kanker dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan radiasi radioisotop. Untuk itu, telah dilakukan kajian pembuatan nanopartikel emas radioaktif dengan aktivasi neutron di central irradiation position (CIP) reaktor nuklir G.A. Siwabessy dengan fluks neutron 1,26 x 10 14 neutron s 1 cm 2. Dari kajian ini diketahui bahwa dari iradiasi neutron pada emas alam dihasilkan 1 jenis radioisotop yaitu 198 Au. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa radioaktivitas 198 Au yang dihasilkan dari iradiasi selama 12 hari sebesar 0,366 Bq, 2,93 Bq, 9,90 Bq dan 23,4 Bq untuk partikel emas berukuran 100, 200, 300 dan 400 nm. Dengan iradiasi selama 12 hari, tingkat kejenuhan radioaktivitas 198 Au sebesar 96,5%. Setelah peluruhan selama 10 hari, radioaktivitas 198 Au di dalam partikel dengan diameter 100, 200, 300, 400 nm sebesar 0,027 Bq, 0,223 Bq, 0,753 Bq dan 1,78 Bq. Pengotor radioisotop yang dapat dihasilkan di dalam partikel emas adalah 108 Ag, 110m Ag, 64 Cu, 66 Cu, 205 Pb dan 209 Pb dengan total radioaktivitas sebesar 4,31 x 10 5 % dari radioaktivitas 198 Au pada saat akhir iradiasi. Abstract Preparation of Radioactive Gold Nanoparticle by Neutron Activation. It was reported that gold nanoparticle could be used for cancer therapy using thermal effect. It is possible to kill cancer cells using radiation of radioisotope. Study on preparation of radioactive gold by neutron activation at central irradiation position (CIP) of G.A. Siwabessy reactor with neutron flux 1.26 x 10 14 neutron s 1 cm 2 has been carried out. It was revealed that a radioisotop of gold ( 198 Au) was produced by neutron activation from natural gold. Calculation results showed that 198 Au with radioactivity of 0.366 Bq, 2.93 Bq, 9.90 Bq and 23.4 Bq was produced for nanoparticle with diameter of 100, 200, 300 and 400 nm by neutron irradiation for 12 days. The saturation factor was 96.5%. After 10 days of decay, the radioactivity was 0.027 Bq, 0.223 Bq, 0.753 Bq and 1.78 Bq in nanoparticle with diameter of 100, 200, 300 and 400 nm. The radionuclide impurities were 108 Ag, 110m Ag, 64 Cu, 66 Cu, 205 Pb and 209 Pb with the total radioactivity was 4.31 x 10 5 % of the total radioactivity of 198 Au at the end of irradiation. Keywords: gold, neutron activation, radioactive nanoparticle 1. Pendahuluan Akhir akhir ini, pemanfaatan nanoteknologi di bidang kesehatan menunjukkan perkembangan yang pesat [1 4]. Di antaranya adalah terobosan baru di bidang terapi dengan memanfaatkan nanopartikel. Sebuah tim peneliti dari Rice University berhasil melakukan uji coba penanganan kanker menggunakan nanopartikel berukuran 120 nm. Nanopartikel emas yang dibungkus dengan peptida atau antibodi dimasukkan ke dalam tubuh dan terbawa aliran darah hingga partikel emas menempel pada sel kanker. Partikel emas dipanaskan menggunakan sinar infra merah dari luar tubuh untuk membunuh sel kanker di dekatnya [4]. Pada penelitian di atas, efek terapi berupa pembunuhan sel kanker diperoleh dengan memanfaatkan efek termal dari partikel emas. Efek termal ini hanya dapat diberikan selama penyinaran infra merah dilakukan. Terapi pembunuhan sel kanker dapat pula diperoleh dengan memanfaatkan radiasi pengion yang dipancarkan terus menerus oleh radioisotop emas198 ( 198 Au). Radioisotop 198 Au telah terbukti dapat digunakan dalam terapi kanker dalam bentuk gold grain dan diharapkan dapat membunuh sel kanker lebih efektif dalam bentuk nanopartikel karena dapat menjangkau sel kanker dalam jarak lebih dekat. Radioisotop ini mengalami peluruhan beta dengan waktu paruh 2,69 hari. Radiasi beta yang dipancarkan 42

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 4246 43 memiliki energi maksimum 961 kev. Radiasi ini memiliki energi yang cukup tinggi untuk membunuh sel kanker. Selain itu, 198 Au juga memancarkan radiasi gamma dengan energi 412 kev. Radiasi gamma ini dapat digunakan untuk melakukan pencitraan sebaran nanopartikel emas di dalam tubuh menggunakan kamera gamma [5]. Pada penggunaannya, nanopartikel ini perlu dipandu oleh antibodi atau peptida untuk membawanya pada sel kanker dengan cepat untuk mengurangi dampak pada sel sehat. Dari gambaran di atas, nanopartikel emas menyimpan potensi untuk dikembangkan dalam terapi kanker. Oleh karena itu diperlukan kajian pembuatan nanopartikel emas radioaktif menggunakan fasilitas produksi radioisotop yang ada di tanah air yaitu reaktor nuklir serba guna G.A. Siwabessy Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Tujuan dari kajian ini adalah mendapatkan karakteristik nanopartikel emas radioaktif yang dapat dibuat melalui aktivasi neutron dari fasilitas iradiasi neutron yang ada di tanah air. Dari kajian ini diharapkan diperoleh estimasi nilai radioaktivitas 198 Au dan radioisotop radioisotop yang terbentuk dari pengotor yang turut teraktivasi. Posisi iradiasi neutron di reaktor G.A. Siwabessy cukup jauh dari posisi bahan bakar sehingga sebagian besar neutron di posisi tersebut telah diperlambat oleh air menjadi neutron termal. Ketika neutron termal tersebut menumbuk inti atom dapat terjadi hamburan neutron dan penangkapan neutron oleh inti atom. Hamburan neutron dapat dimanfaatkan pada analisis struktur bahan sedangkan penangkapan neutron dimanfaatkan pada pembuatan radioisotop. Reaksi penangkapan neutron memiliki harga tampang lintang reaksi berbeda beda bergantung pada inti atom. Pada isotop fissile dari unsur uranium, plutonium dan thorium, setelah penangkapan neutron dilanjutkan dengan reaksi fisi. Sedangkan pada isotop bukan fissile, setelah penangkapan neutron terjadi pelepasan radiasi gamma yang dikenal dengan reaksi (n,γ). Pada kajian ini digunakan reaksi (n,γ) ini untuk pembuatan radioisotop. Pada reaksi (n,γ), apabila isotop yang terbentuk berupa radioisotop (isotop yang labil), maka ia akan meluruh menjadi isotop lain. Gambaran reaksi tersebut ditunjukkan pada Gambar 1. iradiasi peluruhan A B C Gambar 1. Skema Reaksi Aktivasi Neutron dari Isotop A Menjadi Radioisotop B dan Peluruhannya Menjadi Isotop C. Pada Gambar 1 ditunjukkan bahwa isotop A setelah penangkapan neutron berubah menjadi radioisotop B yang selanjutnya meluruh menjadi isotop C. Laju penambahan jumlah radioisotop B sama dengan laju reaksi pembentukannya dari isotop A dikurangi dengan laju peluruhan menjadi isotop C. Laju reaksi pembentukan merupakan perkalian dari jumlah atom isotop A dengan fluks neutron dan tampang lintang reaksi penangkapan neutron. Sedangkan laju peluruhan merupakan perkalian antara jumlah atom B pada saat itu dan konstanta peluruhannya. Laju penambahan radioisotop B secara matematis dapat dinyatakan dengan persamaan berikut. dn B /dt = N A φσ λn B (1) di mana, dn B /dt : Laju pembentukan isotop B (atom s 1 ) N A : Jumlah atom sasaran (atom) φ : Fluks neutron (neutron s 1 cm 2 ) σ : Tampang lintang reaksi (barn = 10 24 cm 2 ) λ : Konstanta peluruhan radioisotop B (s 1 ) Jumlah atom sasaran adalah jumlah atom unsur tersebut dikalikan kelimpahan isotop sasaran. Apabila persamaan 1 diselesaikan dan diberi batas awal bahwa ketika sebelum iradiasi belum ada isotop B (N B = 0 saat t = 0) maka diperoleh persamaan berikut. N B = N A φσ (1e λt ) / λ (2) Pada persamaan 2, t menyatakan waktu iradiasi. Harga radioaktivitas B (A B ) dapat dinyatakan dengan N B λ, sehingga besarnya radioaktivitas B dapat dinyatakan dengan persamaan berikut. A B = N A φσ (1e λt ) (3) Persamaan 3 ini merupakan persamaan umum untuk mendapatkan radioaktivitas hasil iradiasi dengan neutron [6]. Setelah iradiasi dihentikan, reaksi penangkapan neutron berhenti dan radioisotop B meluruh dengan laju peluruhan sebesar perkalian antara konstanta peluruhan dan jumlah atom B yang tersisa. Oleh karenanya, setelah peluruhan selama waktu τ, radioaktivitas B dapat dinyatakan dengan persamaan berikut. A B = A B0 e λτ (4) Pada persamaan tersebut A B0 menyatakan radioaktivitas B saat akhir iradiasi (end of irradiation, EOI) [6].

44 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 4246 2. Metode Penelitian Emas murni yang ada saat ini memiliki kemurnian lebih dari 99,9995%. Unsur pengotor utama yang ada di dalamnya adalah perak, tembaga dan timbal dengan kandungan kurang dari 1,0 ppm. Pada kajian ini dilakukan perhitungan dengan spesifikasi emas seperti tersebut [7]. Saat ini telah dikembangkan nanopartikel emas dengan diameter 120 nm dan terbukti efektif untuk terapi kanker menggunakan infra merah [4]. Oleh karena itu, perhitungan dilakukan terhadap nanopartikel emas dengan diameter 100, 200, 300 dan 400 nm. Pada perhitungan ini digunakan berat jenis emas sebesar 19,3 g/cm 3 [8]. Nanopartikel emas diasumsikan berbentuk bola untuk menentukan jumlah atom emas tiap nanopartikel. Isotop 197 Au merupakan satu satunya isotop emas yang stabil, jika menangkap sebuah neutron, akan berubah menjadi radioisotop 198 Au yang memiliki waktu paruh 2,69 hari. Tampang lintang reaksi penangkapan neutron oleh 197 Au menjadi 198 Au adalah 98,65 barn [6]. Perhitungan radioaktivitas 198 Au dilakukan menggunakan persamaan 3. Nilai fluks neutron di central irradiation position (CIP) reaktor nuklir G.A. Siwabessy sebesar 1,26 x 10 14 ns 1 cm 2. Perhitungan dilakukan untuk iradiasi selama 12 hari sesuai dengan siklus operasi reaktor G.A. Siwabessy [9]. 198 Au Pada perhitungan peluruhan radioaktivitas digunakan persamaan 4. Penurunan radioaktivitas dihitung sampai dengan 10 hari. Waktu 10 hari ini sudah lebih dari 3 kali waktu paruh 198 Au yang sebesar 2,69 hari. Laju dosis paparan radiasi yang dipancarkan radioisotop sebanding dengan radioaktivitasnya. Setelah 3 kali waktu paruh, laju dosis paparan radiasi yang diberikan tinggal seperdelapan dibandingkan laju dosis awal. Setelah 3 kali waktu paruh, jumlah dosis yang diberikan telah mencapai 87,5% dari jumlah dosis total yang dapat diberikan dari radioisotop yang ada. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil perhitungan radioaktivitas 198 Au di dalam nanopartikel emas ditunjukkan pada Gambar 2. Pada gambar tersebut ditunjukkan radioaktivitas untuk nanopartikel dengan diameter 100, 200, 300 dan 400 nm. Dari kurva di dalam gambar tersebut diketahui bahwa untuk waktu iradiasi selama 12 hari, radioaktivitas masih menunjukkan kenaikan seiring dengan waktu. Jika persamaan 3 diurai, maka diperoleh 2 suku yaitu suku N A φσ yang bukan merupakan fungsi lama waktu iradiasi dan suku (1e λt ) yang merupakan fungsi lama radioaktivitas (Bq) 25 20 15 10 5 400 nm 300 nm 200 nm 100 nm 0 0 2 4 6 8 10 12 lama iradiasi (hari) Gambar 2. Radioaktivitas 198 Au Hasil Iradiasi Nanopartikel Emas Sejalan dengan Lama Iradiasi waktu iradiasi. Suku pertama merupakan nilai maksimum radioaktivitas yang dapat dicapai. Nilai ini merupakan perkalian jumlah atom sasaran, fluks neutron dan tampang lintang reaksi. Suku kedua sering dinamakan sebagai tingkat kejenuhan radioaktivitas. Angka ini menyatakan nilai perbandingan antara radioaktivitas yang dihasilkan selama waktu t dengan nilai radioaktivitas maksimum. Untuk iradiasi selama 12 hari, tingkat kejenuhan untuk 198 Au sebesar 0,965. Ini berarti bahwa nilai radioaktivitas yang telah dicapai sebesar 95,6% dari nilai maksimumnya. Ini menunjukkan bahwa radioaktivitas masih dapat sedikit ditingkatkan dengan menambah waktu iradiasi. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya sedikit kenaikan radioaktivitas seiring dengan waktu iradiasi setelah iradiasi selama 12 hari. Setelah iradiasi selama 12 hari, nanopartikel dengan diameter 100, 200, 300 dan 400 nm mengandung 198 Au dengan radioaktivitas masing masing sebesar 0,366 Bq, 2,93 Bq, 9,90 Bq dan 23,4 Bq. Jadi, dari nanopartikel terkecil dalam perhitungan ini diperoleh 0,366 Bq atau sekitar 1 kali peluruhan tiap 3 detik. Ini berarti bahwa dari nanopartikel tersebut dilepaskan sebuah partikel beta tiap tiga detik ke lingkungannya. Sejalan dengan peningkatan diameter nanopartikel, radioaktivitas 198 Au meningkat sebanding dengan pangkat tiga dari diameternya. Hal ini dikarenakan jumlah atom sasaran pun berbanding lurus dengan volume yang dimiliki oleh atom tersebut, dalam hal ini pangkat tiga dari diameternya. Setelah iradiasi neutron dihentikan, radioaktivitas 198 Au di dalam nanopartikel mengalami penurunan seiring dengan waktu. Pola penurunan radioaktivitas tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 4246 45 Setelah 10 hari, radioaktivitas 198 Au di dalam nanopartikel masing masing sebesar 0,027 Bq, 0,223 Bq, 0,753 Bq dan 1,78 Bq untuk diameter masing masing sebesar 100, 200, 300 dan 400 nm. Selama waktu 10 hari tesebut, nanopartikel akan memberikan paparan radiasi ke sekelilingnya dengan jumlah dosis radiasi yang sebanding dengan nilai integral dari radioaktivitas terhadap waktu. Di dalam emas terkandung unsur pengotor perak, tembaga dan timbal dengan kandungan kurang dari 1 ppm. Kandungan isotop alam masing masing unsur tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. Unsur perak terdiri dari 2 isotop yaitu 107 Ag dan 109 Ag dengan kelimpahan masing masing sebesar 51,8% dan 48,2%. Kedua isotop ini teraktivasi menjadi radioisotop 108 Ag dan 110m Ag dengan waktu paruh masing masing 2,37 menit dan 249,8 hari. Unsur tembaga terdiri dari 2 isotop yaitu 63 Cu dan 65 Cu dengan kandungan masing masing sebesar 69,2 dan 30,8%. Kedua isotop ini menghasilkan radioisotop 64 Cu dan 66 Cu dengan waktu paruh masing masing sebesar 12,7 jam dan 5,09 menit. Sedangkan unsur timbal tersusun dari 4 isotop yaitu 204 Pb, 206 Pb, 207 Pb dan 208 Pb. Ada dua radioiosotop yang dihasilkan yaitu 205 Pb dan 209 Pb dengan waktu paruh 15,3 juta tahun dan 3,25 jam. Hasil perhitungan radioaktivitas dari radioisotop radioisotop pengotor tersebut untuk nanopartikel berukuran 400 nm ditunjukkan pada Tabel 2. Perhitungan tersebut menggunakan asumsi bahwa kandungan unsur tersebut sebesar 1 ppm. Dari Tabel 2 diketahui bahwa radioisotop 108 Ag, 110m Ag, 64 Cu, 66 Cu, 205 Pb dan 209 Pb memiliki radioaktivitas sebesar 8.89 x 10 6, 3,38 x 10 8, 7,72 x 10 7, 3,47 x 10 7, 3,18 x 10 18 dan 6,47 x 10 8 Bq. Total keseluruhan sebesar 1,01 x 10 5 Bq atau sebesar 4,31 x 10 5 % dari total radioaktivitas 198 Au yang sebesar 23,43 Bq. Radioaktivitas radioisotop pengotor ini sangat kecil. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kemurnian radioaktivitas 198 Au yang diperoleh dari aktivasi neutron terhadap emas alam sangat tinggi karena radioaktivitas total pengotor sangat kecil dibandingkan dengan radioaktivitas 198 Au. radioaktivitas (Bq) 25 20 15 10 5 0 400 nm 300 nm 200 nm 100 nm 0 2 4 6 8 10 waktu peluruhan (hari) Gambar 3. Pola Penurunan Radioaktivitas 198 Au di dalam Nanopartikel Emas Sejalan dengan Waktu. Tabel 1. Kandungan Isotop di dalam Unsur Perak, Tembaga dan Timbal Alam dan Radioisotop yang Terbentuk dari Penangkapan Neutron Unsur Perak Tembaga Timbal Isotop alam dan kelimpahannya (%) 107 Ag (51,8%) 109 Ag (48,2%) 63 Cu (69,2%) 65 Cu (30,8%) 204 Pb (1,4%) 206 Pb (24,1%) 207 Pb (22,1%) 208 Pb (52,4%) Radioisotop yang terbentuk 108 Ag 110m Ag 64 Cu 66 Cu 205 Pb 209 Pb Waktu paruh 2,37 menit 249,8 hari 12,7 jam 5,09 menit 1,53 x 10 7 thn 3,25 jam Tampang lintang reaksi (barn) 38,4 4,7 4,5 2,7 0,66 0,50 Tabel 2. Rasio Radioaktivitas masingmasing Radioisotop Pengotor terhadap Radioaktivitas 198 Au Unsur Radioisotop Radioaktivitas (Bq) Rasio terhadap 198 Au (%) Perak 108 Ag Ag 8,89 x 10 6 3,38 x 10 8 3,79 x 10 5 1,44 x 10 7 Tembaga 64 Cu Cu 7,72 x 10 7 3,47 x 10 7 3,30 x 10 6 1,48 x 10 6 Timbal 205 Pb Pb 3,18 x 10 18 6,47 x 10 8 1,36 x 10 17 2,76 x 10 7

46 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 4246 4. Simpulan Daftar Acuan Dari kajian pembuatan nanopartikel emas radioaktif melalui aktivasi neutron di central irradiation position reaktor nuklir G.A. Siwabessy BATAN diperoleh hasil bahwa dari hasil iradiasi neutron pada emas alam dihasilkan 1 jenis radioisotop yaitu 198 Au. Radioaktivitas 198 Au yang dihasilkan dari iradiasi selama 12 hari untuk partikel emas berukuran 100, 200, 300 dan 400 nm sebesar 0,366 Bq, 2,93 Bq, 9,90 Bq dan 23,4 Bq. Dengan iradiasi selama 12 hari, tingkat kejenuhan radioaktivitas 198 Au sebesar 96,5%. Setelah peluruhan selama 10 hari, radioaktivitas 198 Au di dalam partikel dengan diameter 100, 200, 300, 400 nm sebesar 0,027 Bq, 0,223 Bq, 0,753 Bq dan 1,78 Bq. Pengotor radioisotop yang dihasilkan dari unsur pengotor di dalam partikel emas adalah 108 Ag, 110m Ag, 64 Cu, 66 Cu, 205 Pb dan 209 Pb dengan total radioaktivitas sebesar 4,31 x 10 5 % dari total radioaktivitas 198 Au pada saat akhir iradiasi. Radioaktivitas ini sangat kecil sehingga dapat dikatakan bahwa radioisotop yang dihasilkan murni 198 Au. [1] Anonymous, Nat Materials, 5 (2006) 243. [2] V. Wagner, A. Dullaart, A.K. Bock, A. Zweck, Nat Biotechnol, 24 (2006) 1211. [3] R. Minchin, Nature nanotechnology 3 (2007) 12. [4] C. Loo, A. Lin, L. Hirsch, M.H. Lee, J. Barton, N. Halas, J. West, R. Drezek, Technol Cancer Res Treat 3 (2004) 33. [5] K. Morita, Manual for therapy using sealed sources, Aichi Cancer Center, Nagoya, 1989, p.20. [6] N. Saitoh, Handbook of Radioisotope, Maruzen Press, Tokyo,1996, p.15. [7] Anon., Handbook of Fine Chemicals, Sigma Aldrich, Seelze, 2002, p.735. [8] K. Toyama, Dictionary of Chemistry, Iwanami Press, Tokyo, 1975, p. 334. [9] S. Soenarjo, S.R. Tamat, I. Suparman, B. Purwadi, Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka 6 (2003) 33.