Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS



dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

BUPATI BANDUNG BARAT

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

LAPORAN PPID SKPD DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN PASURUAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dalam penelitian ini:

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BUPATI PURBALINGGA. Menimbang : a. bahwa Kegiatan Padat Karya Pangan merupalan. Talun 20l3;

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 2 Tahun : 2015

LAPORAN (SEMENTARA) PERTEMUAN NASIONAL P4MI TEMANGGUNG JANUARI 2007

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Pengelolaan Keuangan Desa Blitar, 30 September 2016

KESIMPULAN DAN TEMUAN KAJIAN

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 2 Tahun : 2015

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

REKAYASA KELEMBAGAAN DAN KOMUNIKASI UNTUK MENGEM- BANGKAN PARTISIPASI PETANI DALAM INVESTASI INFRASTRUKTUR PERTANIAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN

STRATEGI PENANGANAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MALANG Melalui : PROGRAM KEMITRAAN & GOTONG ROYONG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2012 /Kep. Huk/2012 TENTANG

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TENTANG TUHAN WALIKOTA BEKASI, (P3BK); petunjuk

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011

I. PENDAHULUAN. pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk. mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional yang tercantum dalam alenia

BAB III METODOLOGI KAJIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan pada pengalamannya terdahulu dan derajat persetujuannya terhadap

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor :.

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

KERANGKA ACUAN KEGIATAN HIBAH IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN INOVASI AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal. (Yogyakarta, Mei 2007)

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

BAB II PERENCANAAN KINERJA

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

Berbagi Pengalaman, Maju Bersama Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

Transkripsi:

KABUPATEN PURBALINGGA Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia. Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008 satu SITUASI SEBELUM INISIATIF Rendahnya harga gabah dikalangan petani, menumpuknya pasokan (over supply) beras produksi lokal di lumbung pemerintah daerah akibat semakin tingginya arus masuk beras impor, telah menimbulkan masalah serius di Kabupaten Purbalingga. Kondisi ini diperparah lagi dengan buruknya kondisi infrastruktur, seperti jalan dan jembatan serta sistem irigasi. Sementara, terbatasnya APBD Kabupaten Purbalingga menjadi alasan untuk belum memperbaiki kondisi tersebut. Dua INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN PROGRAM Menghadapi situasi sulit seperti ini, tentu saja tidak berarti Pemerintah Kabupaten Purbalingga hanya berpangku tangan saja, menyerah pasrah menerima nasib. Harus segera dicari jalan keluarnya. Maka, pada tahun 2003, Pemerintah Kabupaten Purbalingga bersama salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bernama Interfet Committee (IFC), LSM yang didanai USAID mencoba mengatasi permasalahan over supply beras dan buruknya kondisi infrastruktur desa. Caranya, mengembangkan program pembangunan infrastruktur pedesaan secara partisipatif dengan menekankan aspek gotong-royong masyarakat, sedangkan substitusi pembayaran upah kerja ke masyarakat diubah dari uang menjadi beras. Hebatnya lagi, ternyata, program ini telah mendapatkan sambutan dari masyarakat desa yang senantiasa bersedia untuk berpartisipasi dan bergotong-royong dalam membangun atau memperbaiki infrastrukturnya. Program ini dinamai program Padat Karya Pangan (PKP). 1

Alur Program Padat Karya Pangan Pada prinsipnya, program PKP adalah kegiatan pembangunan sarana prasarana fisik pedesaan yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan bahan pangan beras sebagai kompensasi upah kerja. Penyelenggaranya adalah Pemerintah Kabupaten Purbalingga dengan memenuhi azas pemberdayaan, partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan kelestarian lingkungan. Maksud program ini adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dan terlibat aktif dalam pembangunan dengan pemanfaatan potensi sumber daya lokal. Sedangkan tujuan program adalah: 1. Mengembangkan budaya dan semangat kegotong-royongan masyarakat 2. Mengembangkan lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan 3. Mengembangkan pemanfaatan material lokal yang tersedia di pedesaan 4. Meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana fisik pedesaan secara berkelanjutan 5. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui upaya pengamanan harga dasar gabah. Program PKP dilaksanakan dengan mengganti variable upah kerja berupa uang menjadi beras. Perhitungannya yaitu kompensasi 4 jam kerja per hari identik dengan 2,5 kg beras. Dengan demikian, bila seorang tenaga kerja terlibat dalam PKP selama 1 minggu (7 hari) maka yang bersangkutan akan mendapatkan 70 kg beras. Pihak pemerintah melalui APBD mengalokasikan 2 jenis anggaran untuk program ini yaitu: 1. Alokasi bantuan langsung masyarakat (BLM) berupa: a. Bahan pangan beras untuk upah kerja b. Dana pengadaan material non lokal 2. Alokasi dana pengadaan konsultan pendamping: Forum Lintas Pelaku (FLP) dan dana operasional proyek yaitu: Pelaksanaan PKP secara umum dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholder 1. Pemda 2

2. Forum Lintas Pelaku: LSM, tokoh masyarakat dan tokoh agama. FLP dibentuk dengan SK Bupati 3. Perusahaan daerah yang menangani supplai beras 4. Konsultan Pendamping 5. Fasilitator Desa (FD) Secara umum, pelaksanaan ini dimulai dari kegiatan sosialisasi tentang program PKP di tingkat kabupaten yang dihadiri oleh para Camat. Setelah itu, para Camat mensosialisasikan PKP kepada para Kepala Desa. Selanjutnya, aparat desa yang didampingi Satuan Pelaksana (Satlak) dari LKMD membuat proposal program dan diajukan kepada Kecamatan untuk disampaikan kepada Pemerintah melalui TKPP. Berdasarkan proposal yang diajukan tersebut, TKPP melakukan verifikasi atas dua hal yaitu (1) Respon Masyarakat dan (2) Nilai Manfaat Program. Berkaitan dengan respon masyarakat, hal yang benar-benar diperhitungkan dalam proses verifikasi adalah kemampuan swadaya masyarakat dalam bentuk tenaga, uang dan lahan. Apabila proposal telah lulus verifikasi maka TKPP akan mengajukan kepada Bupati untuk dibuatkan Surat Keputusan Bupati tentang alokasi program. Bagi desa yang mendapatkan program, maka harus melakukan musyawarah desa yang difasilitasi oleh Satlak berkaitan dengan penentuan tenaga kerja yang terlibat dan penyusunan dokumen rencana. Berdasarkan dokumen rencana tersebut Satlak memfasilitasi manajemen pelaksanaan program dengan didampingi oleh Fasilitator desa (FD) yang berasal dari LSM. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa jenis proyek yang dapat dibantu oleh Program PKP ini, yaitu: 1. Perbaikan jalan desa 2. Pembangunan / perbaikan talud 3. Pembangunan / perbaikan cekdam dan 4. Perbaikan / Pembangunan irigasi Alokasi BLM dalam bentuk pengadaan material non lokal diarahkan untuk pengadaan material, seperti semen dan aspal. Sedangkan untuk bentuk swadaya masyarakat penerima program dilakukan konversi atas kontribusi tenaga dan penyediaan lahan dalam bentuk uang rupiah secara tunai. Satlak akan bekerja untuk memfasilitasi pelaksanaan dan pengkoordinasian kerja secara teknis di lapangan, termasuk masalah penjadwalan calon tenaga kerja desa yang berminat terlibat. Umumnya, penjadwalan kerja ini dikaitkan dengan jumlah masyarakat peminat kerja padat karya dan jumlah hari pelaksanaan kegiatan. Untuk pekerjaan yang sifatnya teknis, maka di setiap desa terdapat FD yang secara umum bertugas untuk menjaga kualitas pekerjaan agar dapat memenuhi kriteria teknis dan sekaligus memberikan bimbingan pada peserta program di tingkat desa tentang rancangan bangun. Mengenai monitoring dan evaluasi atas pekerjaan yang dilaksanakan, baik oleh Konsultan Pendamping, Satlak, maupun FD, merupakan tugas dari FLP yang telah terbentuk sebelumnya. FLP sendiri melalui SK Bupati memiliki akses langsung pada Bupati untuk memberikan masukan hasil monitoring dan evaluasi mereka. Secara keseluruhan program PKP ini dinaungi oleh Keputusan Bupati Purbalingga No. 23A Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Proyek Padat Karya Pangan / PKP Kabupaten Purbalingga Tahun 2003. Untuk tahun selanjutnya, proyek ini akan diupayakan agar tetap berkelanjutan melalui penetapan keputusan per tahun. Dari pelaksanaan program PKP tahun 2003 diperoleh hasil yang sangat menarik yaitu: 1. Realisasi program memiliki tingkat pencapaian sebesar rata-rata 123,75% 2. Nilai total swadaya masyarakat atas keseluruhan pelaksanaan program mencapai angka 36,11% 3

3. Sebanyak 508.300 kg beras lokal telah terserap dengan rata-rata per desa mendapatkan sebesar 16.943 kg, sehingga dapat membantu penyelesaian masalah over supply beras Melihat hasil yang telah dicapai, bisa dikatakan program PKP telah turut mengembangkan budaya dan semangat gotong-royong masyarakat, sekaligus turut membuka peluang kerja masyarakat pedesaan. Melalui mekanisme swadaya yang dikembangkan dengan memberikan bantuan stimulasi berupa BLM, program ini telah berhasil mengembangkan pemanfaatan material lokal yang tersedia di pedesaan yang secara langsung berdampak pada peningkatan fasilitas sarana dan prasarana fisik pedesaan. Program ini juga pada akhirnya dapat membantu upaya Pemda dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui upaya pengamanan harga dasar gabah. Dengan demikian, secara umum, program PKP ini telah sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan didalam program itu sendiri. Keberhasilan pelaksanaan program PKP bukan saja membantu misi Pemerintah Daerah dalam mengatasi masalah over supply gabah petani lokal dan membangun kesadaran partisipasi masyarakat serta pembangunan lingkungannya, namun juga telah memberikan dampak pada pengembangan alternatif penanganan masalah pedesaan yang pada awalnya pernah dirintis oleh LSM lokal. Terbukanya akses jalan secara lebih baik di pedesaan berdampak pada kelancaran transportasi lokal, yang secara tidak langsung pula membuka peluang bagi semakin meningkatnya akses ekonomi lokal. Dari sudut pandang pengembangan pertanian, khususnya di desa yang memanfaatkan program ini, untuk keperluan pembangunan saluran irigasi telah memberikan peluang bagi proses penjaminan keadilan dalam distribusi air yang mengaliri lahan-lahan pertanian milik masyarakat. Beberapa hal yang dapat dipelajari dari pelaksanaan program PKP di Kabupaten Purbalingga adalah: 1. Bukan suatu hal yang memalukan bagi Pemda untuk mengadopsi insiatif-inisiatif yang muncul dan berkembang dari kelompok masyarakat selama program memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. 2. Membangun kepercayaan masyarakat untuk memberikan komitmen dalam memberikan kontribusi dalam pembangunan harus dimulai dari pembuktian performa Pemda. 3. Masyarakat akan dengan sukarela memberikan kontribusinya selama program yang diberikan dapat menumbuhkan sense of belonging dari masyarakat itu sendiri. empat KESINAMBUNGAN PROGRAM Meskipun program ini telah menunjukkan keberhasilan dalam pencapaian tujuan, dan secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dampak yang menjanjikan serta efek eksternalitas yang positif, namun untuk menjamin keberlanjutan masih sangat bergantung pada keputusan politik dari Pemerintah Daerah. Sampai sekarang program ini belum memiliki sebuah misi jangka panjang yang secara signifikan mengurangi peran pemerintah sebagai stimulator fiskal maupun peran pemerintah sebagai inisiator program Bila ke depan program hendak dilaksanakan dengan berprinsip pada stigma keberlanjutan (kesinambungan), maka konsep jangka panjang atas program harus benar-benar diperhitungkan kembali. 4

lima KEMAMPUAN UNTUK DITRANSFER Pada prinsipnya, program ini memiliki kelayakan untuk dipindahtangankan (ditransfer), sekalipun tidak ada mekanisme yang khusus dan spesifik untuk mengukur kondisi masing-masing daerah. Namun yang terpenting adalah Pemda memiliki niat baik dan berupaya mengembangkan pembangunan yang berprinsip partisipasi masyarakat serta menumbuhkan sense of belonging atas program-program yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Kelayakan untuk dipindahtangankan dapat teridentifikasi, mengingat program PKP pada awalnya adalah program yang dikembangkan oleh LSM, sedangkan elemen-elemen program lainnya adalah mereplikasi program di luar negeri tentang Food for Work Program. Dengan demikian program ini cukup layak untuk dipindahtangankan. 5