KATA PENGANTAR. Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Ringkasan ini.

dokumen-dokumen yang mirip
(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

BAB III PEMANTAUAN DAN EVALUASI

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

Dra. Nina Sardjunani, MA Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas

Lampiran 1 KUESIONER RISKESDAS

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

INTEGRASI SPM DALAM RPJMD. BAPPEDA KABUPATEN GUNUNGKIDUL 2 Oktober 2012

MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS. Fatia Fatimah Tati Rajati Andriyansah. UPBJJ-UT Padang

MAKALAH KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011

BAB IV P E N U T U P

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik...

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

Aplikasi System Dynamic pada Model Perhitungan Indikator Millennium Development Goals (MDGs)

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

BAB V PENUTUP Kesimpulan

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

LAPORAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM DI INDONESIA 2014

Arah Pembangunan Kesehatan

BAB II. 2.1 MDG s Dan SDG s. A. MDG s

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

PENCAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) DI INDONESIA MELALUI KERJASAMA INTERNASIONAL

PENCAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) DI INDONESIA MELALUI KERJASAMA INTERNASIONAL

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

Peran Kementerian Dalam Negeri dalam Melaksanakan MDGs dan Bergerak Menuju SDGs

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN

SEBAGAI UPAYA PENURUNAN AKI & AKB PROVINSI NTT

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/ AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

STATISTIK GENDER 2011

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Penanggulangan Kemiskinan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan

KONFERENSI INTERNASIONAL CSR DAN MEMERANGI GIZI BURUK DALAM MENCAPAI MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Jakarta, 13 Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS


DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

Nina Sardjunani. Disampaikan pada Acara Bedah Buku MDGs Sebentar Lagi. Reuni Akbar Alumni ITB 75, Jakarta, 31 Januari 2011

MILLENIUN DEVELOPMENT GOALS & SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS. Hj. SRI UTAMI, SKM.MM

ORGANISASI PKK SEBAGAI SALAH SATU SARANA PENCAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALs di TINGKAT AKAR RUMPUT

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Laporan Ringkasan Kajian Capaian Target MDGs terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya Buku ini merupakan ringkasan yang menggambarkan tentang pencapaian hasil kerja penyedia jasa berkan tahapan-tahapan pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam KAK. Substansi Laporan Ringkasan ini berisikan deskripsi hasil Kajian Capaian Target MDGs dan kesimpulan serta implikasinya bagi Kajian Capaian Target MDGs Laporan Ringkasan ini telah melalui beberapa diskusi dan perbaikan namun tentunya masukan-masukan konstruktif demi penyempurnaan laporan ini masih diperlukan. Dalam penyusunan Laporan Ringkasan ini kami menyadari kemungkinan masih adanya kekurangan atau kesalahan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan masukan dari berbagai pihak terkait untuk menghasilkan output yang benar-benar sesuai dengan tujuan dan sasaran. Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Ringkasan ini. Demikianlah Laporan Ringkasan ini kami buat dan sampaikan untuk digunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami haturkan terima kasih. PT. Perencana Indah Engineering Luhut Manalu, ST, MT Direktur Utama Kajian Capaian Target MDGs i

A. Pendahuluan RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN RINGKASAN Millennium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsabangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada bulan September Tahun 2000. Targetnya adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada Tahun 2015. Deklarasi berisi komitmen masing-masing negara dan komunitas internasional untuk mencapai delapan sasaran pembangunan MDGs, yaitu: 1). Penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, 2). Mencapai pendidikan untuk semua, 3). Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4). Menurunkan angka kematian anak, 5). Meningkatkan kesehatan ibu, 6). Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, 7). Memastikan kelestarian lingkungan hidup dan 8). Membangun kemitraan global untuk pembangunan. Untuk mengukur pencapaian target MDGs, maka setiap tahun pemerintah provinsi menyiapkan laporan tahunan. Tinjauan status pencapaian MDGs dikelompokkan menjadi tatus yang sudah tercapai, akan tercapai dan yang perlu perhatian khusus. Berkaitan dengan laporan MDGs dari setiap provinsi, maka terdapat tiga klasifikasi indikator MDGs yang dijabarkan, yaitu (i) indikator yang telah dicapai oleh provinsi sebelum Tahun 2015, (ii) indikator MDGs yang diperkirakan akan dapat dicapai oleh provinsi pada akhir Tahun 2015 (ontrack), dan (iii) indikator MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada Tahun 2015 (off-track). TUJUAN 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN TARGET 1A MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK DENGAN TINGKAT PENDAPATAN KURANG DARI USD 1,00 (PPP) PER HARI DALAM KURUN WAKTU 1990-2015 1.1 Proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per hari 1.1a Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional 1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan 21,84% (1993) 46,73% (1999) 36,29% (2000) 27,86% (2004) 27,99% (2006) 25,65% (2008) 20,48% (2011) 20,41% 20,24% 8.27 (2008) 4,04 (2010) Saat ini 19,82% (Maret 2014) 3,34 (Maret Target 7,55% Berkurang Status BPS BPS, Nakertrans Kajian Capaian Target MDGs 1

3,62 (2011) 3,27 3,39 2014) TARGET 1B MENCIPTAKAN KESEMPATAN KERJA PENUH DAN PRODUKTIF DAN PEKERJAAN YANG LAYAK UNTUK SEMUA, TERMASUK PEREMPUAN DAN KAUM MUDA 1.4 Laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja 1.5 Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas 1.7 Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja Saat ini Target Status 3,24 (2007) 5,42 72,53 (2007) 97,11 50,93% (2009) 49,99% (2011) 35,03 Menurun BPS 2013 Sekretariat MDGs, BPS Sekretariat MDGs, BPS TARGET 1C MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK YANG MENDERITA KELAPARAN DALAM KURUN WAKTU 1990-2015 1.8. Prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi 1.8.a 1.8.b Prevalensi balita gizi buruk Prevalensi balita gizi kurang 45,41% (1989) 33,60% (2000) 41,07% (2006) 33,60% (2007) 9,4% (2007) 1,2% ( 2011) 1,4% 24,2 % (Riskesdas 2007) Saat ini 14.1% 1,96 % 0,71% Semester I 2014 12,55% 7,48 (Semester I 2014) Target MDGs 2015 15,5% 3,6% 11,9% 1.9 Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum - 1.400 Kkal/kapita/hari 13,4% (2005) 29,10 8,50% - 2.000 Kkal/kapita/hari 45,38% (2005) 73,98 35,32% Status : Sudah Tercapai Akan Tercapai Perlu Perhatian Khusus Status RPJMD dan Prov. NTT RPJMD dan Prov. NTT RPJMD dan Prov. NTT BPS NTT BPS NTT tujuan pertama MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum Tahun 2015 adalah: 1. Prevalensi balita dengan berat badan rendah (kekurangan gizi). Target MDGs untuk indikator ini pada Tahun 2015 adalah 15,5 persen dan capaian NTT sampai dengan Tahun 2012 adalah 14,1 persen. 2. Prevalensi Kajian Capaian Target MDGs 2

balita gizi buruk. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 3,6 persen dan capaian NTT sampai dengan Tahun 2013 adalah 1,96 persen. tujuan pertama MDGs yang akan dicapai oleh Pemerintah Provinsi NTT pada akhir Tahun 2015 adalah: 1. Indeks kedalaman kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan menurun cukup signifikan dari 8,27 persen pada Tahun 2008 menjadi 3,34 persen pada bulan Maret Tahun 2014. 2. Prevelensi balita gizi kurang. Target MDGs untuk indikator ini pada Tahun 2015 adalah 11,9 persen dan capaian NTT sampai dengan Tahun 2013 adalah 12,55 persen. MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: 1. Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Untuk tujuan pertama yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, data BPS menunjukan bahwa penanggulangan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada periode Tahun 2008-2014 menunjukkan kemajuan. Hal ini ditandai dengan penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 5,83% untuk jangka waktu 5 tahun. Pada Tahun 2008 jumlah penduduk miskin 1.098,400 (25,65%), menurun menjadi 994.680 (19,82%) pada bulan Maret 2014. Jika dibandingkan dengan rata-rata capaian nasional pada bulan Maret Tahun 2014 sebesar 11,25% dan target MDGs tahun 2015 sebesar 7,55%, maka masih sangat dibutuhkan upaya keras dari semua komponen masyarakat dan pemerintah untuk percepatan pencapaian target dimaksud di NTT. 2. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja. Target MDGs untuk indikator ini adalah penurunan yang signifikan sampai dengan akhir 2015. ini telah menurun dari 50,93 persen pada Tahun 2009 menjadi 30,03 persen pada Tahun 2012. 3. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum: a. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah 1.400 Kkal/kapita/hari meningkat dari 13,40 persen pada Tahun 2005 menjadi 29,10 persen pada Tahun 2013. b. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah 2.000 Kkal/kapita/hari meningkat dari 45,38 persen pada Tahun 2005 menjadi 73,98 persen pada Tahun 2013. Pengurangan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada periode Tahun 2008-2014 menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 5,83% untuk jangka waktu lima tahun. Pada Tahun 2008, jumlah penduduk miskin 1.098,400 (25,65%) orang, menurun menjadi 994.680 (19,82%) pada bulan Maret 2014. Namun demikian, jika dibanding dengan rata-rata capaian nasional pada bulan Maret Tahun 2014 sebesar 11,25% dan target MDGs Tahun 2015 sebesar 7,55%, maka masih dibutuhkan upaya keras dari semua komponen masyarakat untuk percepatan pencapaian target dimaksud di NTT. Selanjutnya, kondisi kemiskinan berkan aspek yang berpengaruh sebagai berikut: a). Garis kemiskinan pada September Tahun 2008 sebesar Rp.161.693,- perkapita/bulan meningkat menjadi Rp.265.955,- perkapita/bulan pada Maret Tahun 2014; b). Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 8,27 pada September 2008 menjadi 3,34 pada Maret 2014, dan c). Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 3,08 pada September 2008 menjadi 0,83 pada Maret 2014. Target yang berkaitan dengan laju PDRB tenaga kerja menunjukan bahwa pada Tahun 2007 sebesar 3,24%, meningkat menjadi 5,42 pada Tahun 2012, sedangkan rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia kerja 15 tahun ke atas pada Tahun 2007 sebesar 72,53%, meningkat menjadi 74,43% pada Tahun 2012. Khusus untuk target proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja telah menurun dari 50,93% pada Tahun 2009 menjadi 49,99% pada Tahun 2011. Persentase anak berusia di bawah 5 tahun yang mengalami Kajian Capaian Target MDGs 3

gizi buruk (severe underweight) pada Tahun 2007 sebesar 9,4% dan pada Tahun 2013 menurun menjadi 1,96% sedangkan persentase anak berusia di bawah 5 tahun yang mengalami gizi kurang (moderate underweight) pada Tahun 2007 sebesar 24,2%, dan pada Tahun 2013 menurun menjadi 12,55%. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah 1.400 Kkal/kapita/hari telah mengalami peningkatan dari 13,40 persen pada Tahun 2005 menjadi 29,10 persen pada Tahun 2013 sedangkan asupan kalori di bawah 2.000 Kkal/kapita/hari telah mengalami perubahan dari 45,38 persen pada Tahun 2005 menjadi 73,98 persen pada Tahun 2013. TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA TARGET 2A MENJAMIN PADA 2015 SEMUA ANAK-ANAK, LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN DI MANAPUN DAPAT MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DASAR 2.1 Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar 2.2 Proporsi murid kelas 1. yang berhasil menamatkan sekolah 2.3 Angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki Saat ini 91,72% (2008) 95,88% 92,13% (2011) 92,40% 62,27% (2008) 97,26 P:86,99% L:90,21% (2008) P:88,84% L:91,21% Target 100% 100% 100% Status Status : Sudah Tercapai Akan Tercapai Perlu Perhatian Khusus Dinas Pendidikan, BPS Sekretariat MDGs Dinas Pendidikan, BPS, Meneg PP tujuan kedua MDGs yang akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT pada akhir tahun 2015 adalah Angka Partisipasi Murni SD/MI. Hal ini dikan pada peningkatan yang cukup siginfikan APM SD/MI dari 91,72 persen pada tahun 2008 menjadi 95,88 pada tahun 2012. tujuan kedua MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada tahun 2015 adalah proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI. ini meningkat cukup signifikan yaitu dari 62,27 persen pada tahun 2008 menjadi 97,26 pada tahun 2012. Walau menunjukan perkembangan yang cukup signifikan, namun dalam melaksanakan berbagai kebijakan, program dan kegiatan prioritas masih membutuhkan dukungan dari banyak pihak. Dibutuhkan komitmen dan kerja keras untuk mencapai target 100 persen pada akhir tahun 2015. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) penduduk usia sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun serta perkembangan angka melek huruf di provinsi NTT menunjukan tren yang positif. APM penduduk usia sekolah 7-12 tahun yang bersekolah pada sekolah /madrasah ibtidaiyah pada tahun 2008 sebesar 91,72% dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 95,88%. APM penduduk usia sekolah 13-15 tahun yang bersekolah pada sekolah menengah pertama/madrasah itsanawiyah pada tahun 2008 sebesar 49,87 % dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 84,51%. Kajian Capaian Target MDGs 4

Angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun pada tahun 2008 untuk perempuan 86,99% dan laki-laki 90,21%. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 88,84% untuk perempuan dan 91,21% untuk laki-laki. Persentase penduduk yang belum dapat membaca dan menulis pada tahun 2008 sebesar 11,43% dan persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis 88,57%. Pada tahun 2012 persentase penduduk yang belum dapat membaca dan menulis menurun menjadi 9,70%, sedangkan persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis meningkat menjadi 90,30%. TUJUAN 3 MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TARGET 3A MENGHILANGKAN KETIMPANGAN GENDER DI TINGKAT PENDIDIKAN DASAR DAN LANJUTAN PADA TAHUN 2005, DAN DI SEMUA JENJANG PENDIDIKAN TIDAK LEBIH DARI TAHUN 2015 3.1 Rasio perempuan terhadap laki-laki di tingkat pendidikan, menengah dan tinggi - Rasio APM perempuan/ laki-laki di SD 3.1 a - Rasio APM perempuan/ laki-laki di SMP - Rasio APM perempuan/ laki-laki di SMA - Rasio APM perempuan/ laki-laki di Perguruan Tinggi Rasio melek huruf perempuan terhadap lakilaki pada kelompok usia 15-24 tahun 3.2 Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian 3.3 Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPR 99,51 (2007) 108,4 (2007) 105,6 (2007) 151,5 (2005) Perempuan: 98,79% Laki-Laki: 96,35% (2008) Rasio 2007: 101,17 24,99 (2005) 31,06% (2006) 7,20% (2004) 7,37% (2009) Saat ini 101,27 108,8 98,2 144,67 Perempuan: 98,81% Laki-Laki: 98,24% (2010) Rasio 2013: 100,31 30,98 8,52% (2014) Target 100 100 100 100 100% Meningkat Meningkat Status Status : Sudah Tercapai Akan Tercapai Perlu Perhatian Khusus Sekretariat MDGs, BPS NTT Sekretariat MDGs, BPS NTT Sekretariat MDGs, BPS NTT Sekretariat MDGs, BPS NTT Sekretariat MDGs Sekretariat MDGs KPUD, Kesbangpol Linmas, Biro Pemerintahan dan BPPPA Kajian Capaian Target MDGs 5

tujuan ketiga MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum Tahun 2015 adalah: 1. Rasio APM perempuan/laki-laki di SD/MI. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 101,27 persen. 2. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMP. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 108,80 persen. 3. Rasio APM perempuan/laki-laki di Perguruan Tinggi. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 144,67 persen. 4. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 100,31 persen. tujuan ketiga MDGs yang akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum tahun 2015 adalah: 1. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMA. Target MDGs untuk indikator ini pada tahun 2015 adalah 100 persen dan posisi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah 98,2 persen. 2. Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian. Target MDGs untuk indikator ini adalah terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2015. Perkembangan indikator ini menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan dari 24,99 persen pada tahun 2005 menjadi 30,98 pada tahun 2013. tujuan ketiga MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada tahun 2015 adalah proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD. Target MDGs untuk indikator ini adalah mengalami peningkatan sampai dengan akhir tahun 2015. ini telah meningkat dari 7,20 persen pada tahun 2004 menjadi 7,37 persen pada tahun 2009 dan 8,52 persen pada tahun 2014. Rasio APM perempuan/laki-laki di SD/MI meningkat dari 100,01 persen pada tahun 2005 menjadi 101,27 persen pada tahun 2013. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMP menurun dari 113,33 persen pada tahun 2005 menjadi 108,80 persen pada tahun 2013. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMA pada tahun 2013 adalah 98,15 persen atau menurun 9,85 persen jika dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 108 persen. Rasio APM perempuan/laki-laki di Perguruan Tinggi pada tahun 2013 adalah 144,67 persen atau meningkat 33,93 persen, jika dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 110,74 persen. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun menningkat yaitu perempuan 98,79 persen dan laki-laki 96,35 persen tahun 2010 menjadi perempuan 98,81 persen dan laki-laki 98.24 persen tahun 2013. Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian, perkembangan indikator ini menunjukan peningkatan dari 24,99 persen pada tahun 2005 menjadi 30,98 pada tahun 2013. Proporsi perempuan dalam lembaga legislatif (DPRD I dan DPRD II) dalam kurun waktu satu dekade telah mengalami peningkatan sebesar 1,32 persen. Pada tahun 2004 sebesar 7,20 persen, pada tahun 2009 meningkat menjadi 7,37 persen dan tahun 2014 sebesar 8,52 persen. Untuk DPRD I, hasil pemilu legislatif 9 April 2014 terdapat 4 perempuan wakil rakyat atau 6,15 persen dan untuk DPRD II sebanyak 56 orang atau 8,76 persen. Kajian Capaian Target MDGs 6

TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK TARGET 4A MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BALITA (AKBA) HINGGA DUA PER TIGA DALAM KURUN WAKTU 1990-2015 4.1 Angka Kematian Balita (AKBa) per 1000 kelahiran hidup 4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup 4.2a Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup 4.3 Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak 73 (SDKI 2002-2003) 57/1000 KH (SDKI 2002-2003) 31/1.000 (2007) 78,10% (Profil, 2008) Saat ini 58/1000 KH (SDKI 2012) 45/1000 KH (SDKI 2012) 26 /1.000 116,10 % (Profil, 2012) Target 32/1000 KH 23/1000 KH Menurun Meningkat Status : Sudah Tercapai Akan Tercapai Perlu Perhatian Khusus Status Prov Kemenk es Sekretaria t MDGs tujuan keempat MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum akhir tahun 2015 adalah proporsi anak berusia 1 tahun yang diimunisasi campak. Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadi peningkatan yang signifikan untuk setiap periode. Perkembangan indikator ini menunjukan tren yang positif yaitu meningkat dari 79,1 persen pada tahun 2008 menjadi 116,1 persen pada tahun 2012. MDGs yang akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT pada akhir tahun 2015 adalah Angka Kematian Neonatal per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadinya penurunan yang signifikan untuk setiap periode. Perkembangan indikator ini menunjukan tren yang positif yaitu dari 31 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008 menjadai 26 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Berkan tren positif tersebut, pemerintah provinsi NTT yakin bahwa indikator ini dapat dicapai pada akhir tahun 2015. MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: 1. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk indikator ini sampai dengan akhir 2015 adalah 32/1.000 kelahiran hidup. Perkembangan indikator ini menunjukan penurunan sebesar 15 point dalam kurun waktu 10 tahun, yaitu dari 73/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 58/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI). Untuk menurunkan AKABA dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari semua pemangku kepentingan agar target tahun 2015 dapat dicapai. 2. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk indikator ini sampai dengan akhir 2015 adalah 23/1.000 kelahiran hidup. Perkembangan indikator ini di provinsi NTT menurun 12 point dalam kurun waktu 10 tahun yaitu dari 57/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 45/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI). AKB menunjukan Kajian Capaian Target MDGs 7

penurunan relatif lambat, namun demikian pemerintah provinsi NTT berkomitmen berkerja keras sehingga target tahun 2015 dapat tercapai. TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU Target 5A Target 5B Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 Saat ini Target Status Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 5.1 Angka Kematian Ibu per 102 BPS 100,000 kelahiran hidup Kemenkes 5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih 554 (Surkesnas 2004) 79,1% (Profil 2008) 306 (SDKI 2007) 86,04% (Profil 2013) Meningkat Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 5.3 Angka pemakaian kontrasepsi 33,8% 72,40% meningkat (CPR) bagi perempuan (Statistik (2013, menikah usia 15-49, semua cara Indonesia 2005) BKKB N) 5.3a Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun, cara modern 30% (2007, BPS) 5.4 Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun) per 1000 perempuan usia 15-19 tahun 5.5 Cakupan pelayanan Antenatal (sedikitnya 1 kali kunjungan dan 4 kali kunjungan) - 1 kunjungan: 85,0% (profil 2007) - 4 kunjungan: 64,1 % (Profil 5.6 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/kb yang tidak terpenuhi) 2008) 17,4% (SDKI, 2007) 31,65% (2012 sekretariat MDGs) 88,5% (Profil 2012) 83,23 % (Profil 2012) 15,70% ( 2013, BKKBN) meningkat Meningkat Menurun Status : Sudah Tercapai Akan Tercapai Perlu Perhatian Khusus Kajian Capaian Target MDGs 8 BKKBN BPS Sekretaria t MDGs BPS BKKBN tujuan kelima MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum tahun 2015 adalah proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih. Target MDGs untuk indikator ini adalah adanya peningkatan pada setiap periode. Perkembangan indikator ini menunjukan tren yang positif yaitu 79,1 persen pada tahun 2008 menjadi 86,04 persen pada tahun 2013, bahkan pada awal tahun 2014 telah mencapai 86,65 persen. Maka dapat disimpulkan bahwa provinsi NTT telah mencapai target untuk indikator tersebut. yang akan dicapai pada akhir tahun 2015 adalah: 1. Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) bagi perempuan menikah usia 15-49 tahun (semua cara). Capaian indikator ini meningkat dari 33,8 persen pada tahun 2005 menjadi 71,40 persen pada tahun 2013. 2. Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) bagi perempuan menikah usia 15-49 tahun (cara moderen). ini meningkat dari 30 persen pada tahun 2007 menjadi 31,65 persen pada tahun 2012. 3. Cakupan pelayanan antenatal (sedikitnya satu kali kunjungan, K1) dan empat kali kunjungan, K4)). K1 meningkat dari 85,0 persen pada tahun 2007 menjadi 88,5 persen pada tahun 2012. K4 meningkat dari 64,1 persen pada tahun 2008 menjadi 83,23 persen pada tahun 2012. Target MDGs untuk keempat indikator diatas adalah terjadinya peningkatan yang signifikan untuk setiap periode. Berkan peningkatan keempat indikator tersebut maka pemerintah provinsi NTT memiliki keyakinan bahwa indikator ini dapat dicapai pada akhir tahun 2015. 4. Unmet need KB (kebutuhan keluarga berencana / KB yang tidak terpenuhi). Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadinya penurunan yang signifikan untuk setiap periode. Perkembangan indikator ini di provinsi NTT cukup baik, yaitu dari 17,4 persen pada tahun 2007 menurun menjadi 15,70 persen pada tahun 2013. Berkan tren penurunan tersebut, pemerintah provinsi NTT yakin bahwa indikator ini dapat dicapai pada akhir tahun 2015. MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup. ini menunjukan penurunan yang signifikan, yaitu dari 554/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 306/100.000 pada tahun 2007 atau turun 248 point. Kondisi AKI nasional pada tahun 2004 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup atau turun sebesar 79 point. Dengan jumlah penurunan AKI yang lebih besar dari rata-rata angka nasional tersebut, pemerintah provinsi NTT yakin bahwa dengan berbagai kebijakan yang dijalankan dan dukungan berbagai pihak, kondisi AKI di provinsi NTT pada akhir tahun 2015 akan mencapai target MDGs. Keyakinan ini juga didukungan oleh kondisi ril bahwa jumlah kasus kematian ibu di provinsi NTT terus menurun dari 330 kasus kematian ibu pada tahun 2008 menjadi 176 kasus pada tahun 2013. TUJUAN 6: MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA TARGET 6A MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV DAN AIDS HINGGA TAHUN 2015 TARGET 6B MEWUJUDKAN AKSES TERHADAP PENGOBATAN HIV DAN AIDS BAGI SEMUA YANG MEMBUTUHKAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2010 Kajian Capaian Target MDGs 9

Saat ini Target Statu s TARGET 6A MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV DAN AIDS HINGGA TAHUN 2015 6.1 Prevalensi HIV dan AIDS 10,03 10,57 Menurun (persen)dari total populasi (2011) BPS, P3BM 6.2 Penggunaan kondom pada Meningkat hubungan seks berisiko tinggi 12,80% (2002/3) : (SKRRI- BPS) 27,5% (Riskes das 2010) 6.3 Proporsi jumlah penduduk usia 29,2% 30,9% Meningkat 15-24 tahun yang memiliki (Riskesdas (Riskes pengetahuan komprehensif 2007) das tentang HIV dan AIDS 2010) TARGET 6B MEWUJUDKAN AKSES TERHADAP PENGOBATAN HIV DAN AIDS BAGI SEMUA YANG MEMBUTUHKAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2010 6.5 Proporsi penduduk terinfeksi 98,3% 91,3% Meningkat HIV lanjut yang memiliki akses (Profil (Profil pada obat-obatan anti-retroviral 2009) 2010) TARGET 6C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015 Saat ini Target Statu s TARGET 6C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015 6 Angka kematian akibat malaria 0.0083 0,018 (2011), BPS, P3BM 66.a Angka kejadian malaria (per 1,000 24,72/ 23,33/ Menurun penduduk) 1000 1000 (2011) 6.7 Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida 6.8 Proporsi anak balita dengan demam yang diobati dengan obat anti malaria yang tepat TARGET 6 C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015 Saat ini Target Status TARGET 6C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015 6.9 Angka kejadian, prevalensi dan tingkat kematian akibat Tuberkulosis 6.9a Angka kejadian Tuberkulosis (semua kasus/100.000 penduduk/ tahun) 6.9b Tingkat prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) 32,23 (2011) 32,23/ 100.000 (2011) 120,91 ( 2013) 96/ 100.000 Dihentikan, mulai berkurang Dihentikan, mulai berkurang / BPS, P3BM Kajian Capaian Target MDGs 10

6.9c Tingkat kematian karena Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) 6.10 Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dan 6.10 a 6.10 b diobati dalam program DOTS Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS Proporsi kasus Tuberkulosis yang diobati dan sembuh dalam program DOTS 1,52 (2011) 41,45 (2011) 81,15 (2011) 2,41 38,50 65,33 Dihentikan, mulai berkurang 70% 85% Status : Sudah Tercapai Akan Tercapai Perlu Perhatian Khusus / BPS, P3BM / BPS, P3BM tujuan 6 yang diperkirakan akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT pada akhir tahun 2015 adalah: 1. Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi. ini meningkat dari 12,8 persen pada tahun 2002 menjadi 27,5 persen pada tahun 2010. 2. Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS. Sampai dengan tahun 2010 capaian indikator ini sebesar 30,9 persen atau meningkat sebesar 1,7 point dari tahun 2007 yaitu 29,2%. 3. Tingkat prevalensi tuberculosis per 100.000 penduduk. Tingkat prevalensi tuberculosis penduduk NTT pada tahun 2012 sebesar 96 per 100.000 peduduk. 4. Proporsi kasus tuberkulosis yang diobati dan sembuh melalui DOTS. Capaian indikator ini sampai dengan tahun 2012 sebesar 65,33. MDGs yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: 1. Prevalensi HIV/AIDS (persen) dari total populasi. Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadinya penurunan pada setiap periode. Pencapaian indikator ini pada akhir tahun 2015 masih membutuhkan kerja keras dan dukungan dari semua pihak. Pada tahun 2011 angka prevalensi sebesar 10,03 dan malah meningkat menjadi 10,57 pada tahun 2012. 2. Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan antiretroviral. Pada tahun 2009 indikator ini mencapai 98,3 persen sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 91,3 persen. Target MDGs untuk indikator ini adalah terjadinya peningkatan pada setiap periode. Dengan demikian, dibutuhkan kerja keras dan dukungan dari semua pihak. 3. Angka kejadian malaria (per 1.000 penduduk). Angka kejadian malaria pada tahun 2009 sebanyak 66,53 per 1.000 penduduk menurun menjadi 23,33 pada tahun 2012. Walau telah menurun, capaian ini masih cukup rendah sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tahun 2015. 4. Angka kejadian tuberkulosis (semua kasus/100.000 penduduk/tahun). Pada tahun 2011 angka kejadian tuberkulosis sebesar 32,23 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 120,91. 5. Tingkat kematian karena tuberkulosis (per 100.000 penduduk). Pada tahun 2011 tingkat kematian sebesar 1,52 dan meningkat menjadi 2,41 pada tahun 2012. 6. Proporsi jumlah kasus tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS. Jumlah kasus yang terdeteksi pada tahun 2009 sebanyak 37 persen dan meningkat menjadi 38,50 persen pada tahun 2012. Walau menunjukan perkembangan yang cukup baik, akan tetapi masih berada dibawah target capaian MDGs tahun 2015 sebesar 70 persen sehingga dibutuhkan kerja keras dan komitmen dari semua pihak untuk mencapainya. 7. Proporsi jumlah kasus tuberkulosis yang diobati dan sembuh melalui DOTS. Capaian indikator ini sampai dengan tahun 2012 sebesar 65,33 persen atau 19,67 point dari target pada tahun 2015 sebesar 85 persen. Prevalensi HIV/AIDS dari total populasi pada tahun 2012 sebesar 10,57. Sesuai dengan target MDGs, maka setiap tahunnya harus diupayakan penurunan secara Kajian Capaian Target MDGs 11

signifikan. Sedangkan proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat obatan antiretroviral sampai tahun 2010 sebesar 91,3 persen. Walaupun indikator ini telah mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar 98,3, akan tetapi harus terus ditingkatkan capaiannya. Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS pada tahun 2010 mencapai 30,9 persen. Angka kejadian malaria (per 1.000 penduduk) pada tahun 2012 telah menurun menjadi 23,33 per 1000 penduduk. Angka kejadian tuberkulosis (semua kasus/ 100.000 penduduk/tahun) pada tahun 2013 sebesar 120,91. Sedangkan tingkat kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2012 sebesar 2,41 per 100.000 penduduk. Proporsi jumlah kasus tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS sebesar 38,50 persen pada tahun 2012. Walaupun telah menunjukan perkembangan yang cukup baik, akan tetapi masih berada dibawah target capaian MDGs pada tahun 2015 sebesar 70 persen sehingga masih dibutuhkan kerja keras dan komitmen dari semua pihak untuk mencapainya. Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi mencapai 27,5 persen pada tahun 2010. Tingkat prevalensi tuberkulosis penduduk di provinsi NTT pada tahun 2012 sebesar 96 per 100.000 peduduk. TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP TARGET 7A MEMADUKAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DALAM KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL SERTA MENGURANGI KERUSAKAN PADA SUMBER DAYA LINGKUNGAN Saat ini Target Statu s MEMADUKAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DALAM KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL SERTA MENGURANGI KERUSAKAN PADA SUMBER DAYA LINGKUNGAN 7.1 Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan 7.2 Jumlah emisi karbon dioksida (CO2) 7.2a Jumlah konsumsi energi primer (per kapita) 7.2b Intensitas energi 7.2c Elastisitas energi 7.2d Bauran energi untuk energi terbarukan 7.3 Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) dalam metrik ton 7.4 Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman 10,40% (1990) 1.711.626 Gg CO2e (2008) 27,80% (2000) 34,30 % (2009) 34,97 % Meningkat Ber kurang 26% pada 2020 Tidak mele bihi batas Kementrian Kehutanan Kementrian Lingkungan Hidup BPS, Bappeda Kajian Capaian Target MDGs 12

7.5 Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan 7.6 Rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan teritorial 38,20 (2014) TARGET 7C MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI RUMAH TANGGA TANPA AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP SUMBER AIR MINUM LAYAK DAN FASILITAS SANITASI DASAR LAYAK HINGGA TAHUN 2015 Saat ini Target Status MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI RUMAH TANGGA TANPA AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP SUMBER AIR MINUM LAYAK DAN FASILITAS SANITASI DASAR LAYAK HINGGA TAHUN 2015 7.8 Proporsi rumah tangga dengan 40,16% 52,78% 68,87% akses berkelanjutan terhadap (1993) Susenas, BPS, pokja sumber air minum layak, AMPL NTT perkotaan dan perdesaan 7.8 a 7.8 b Perkotaan 76,97% (2009) Perdesaan 39,00% (2009) 7.9 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap fasilitas sanitasi layak, perkotaan dan perdesaan 7.9 a 7.9 b 6.53% (1993) Perkotaan 35,43% (2009) 54,59% Perdesaan 10,80% (2009) 21,65% 79,17% 68,33% 33.42% 69,51% 22.03% 75,29% 65,81% 62,41% 76,82% 55,55% Susenas, BPS, pokja AMPL NTT Susenas, BPS, pokja AMPL NTT Susenas, BPS,pokja AMPL NTT Target 7D: Mencapai Peningkatan yang Signifikan Dalam Kehidupan Penduduk Miskin di Permukiman Kumuh (Minimal 100 Juta) Pada Tahun 2020 Kajian Capaian Target MDGs 13 Saat ini Target MDGs 2015 Status Mencapai Peningkatan yang Signifikan Dalam Kehidupan Penduduk Miskin di Permukiman Kumuh (Minimal 100 Juta) Pada Tahun 2020 7.1 Proporsi rumah tangga 20,36% 6% 0 kumuh perkotaan 33,7% (2006, BPS) 20,70% (2010) Status : Sudah Tercapai Akan Tercapai Perlu Perhatian Khusus Sekretariat MDGs, Susenas, Sekertariat MDGS nasional tujuan ketujuh MDGs yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT sebelum tahun 2015 adalah: 1. Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman. Pada tahun 2012 capaian propinsi NTT untuk indikator ini adalah sebesar 34,97 persen dari potensi lestari. 2. Proporsi rumah tangga dengan

akses berkelanjutan terhadap air minum layak untuk perkotaan. Pada tahun 2013 capaian target ini sebesar 79,17 persen. Target MDGs pada tahun 2015 sebesar 75,29 persen. 3. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak untuk perdesaan. Pada tahun 2013 capaian target ini sebesar 68,33 persen. Target MDGs tahun 2015 sebesar 65,81 persen. yang diperkirakan akan dicapai oleh pemerintah Provinsi NTT pada akhir tahun 2015 adalah: 1. Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan di provinsi NTT. Sampai dengan tahun 2009 capaian target ini sebesar 34,30 persen. 2. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak (total perkotaan dan perdesaan). Sampai dengan tahun 2013 capaian target ini sebesar 52,78 persen. MDGs yang masih memerlukan kerja keras untuk mencapainya pada akhir tahun 2015 (off-track) adalah: 1. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak (total perkotaan dan perdesaan). Pada tahun 2013 capaian indikator ini sebesar 33,42 persen. 2. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak untuk perkotaan. Pada tahun 2013 capaian indikator ini sebesar 69,51 persen. 3. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak untuk perdesaan. Pada tahun 2013 capaian indikator ini sebesar 22,03 persen. 4. Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan. Pada tahun 2013 capaian indikator ini sebesar 20,36 persen. Berkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara, rasio luas kawasan tertutup pepohonan terhadap luas daratan di provinsi NTT sampai dengan tahun 2009 sebesar 34,30 persen atau meningkat 23,9 persen dibanding tahun 1990 yaitu sebesar 10,40 persen. Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman pada tahun 2000 sebesar 27,80 persen, meningkat menjadi 34,97 persen pada tahun 2012 atau mengalami peningkatan sebesar 7,17 persen. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak untuk perkotaan tahun 2013 sebesar 79,17 persen. Capaian indikator ini telah melampaui target MDGs tahun 2015 sebesar 75,29 persen. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak untuk perdesaan tahun 2013 sebesar 68,33 persen. Capaian ini juga telah melampaui target MDGs pada tahun 2015 sebesar 65,81 persen. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak untuk perkotaan pada tahun 2013 sebesar 69,51 persen. Capaian ini masih berada dibawah target MDGs tahun 2015 yaitu sebesar 76,82 persen. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak untuk perdesaan pada tahun 2013 sebesar 22,03 persen. Capaian ini juga masih berada dibawah target MDGs tahun 2015 sebesar 55,55 persen. Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan tahun 2013 sebesar 20,36 persen. Walaupun menurun sebesar 13,44 persen dari tahun 2007, namun capaian tersebut masih jauh dari target MDGs yaitu 6 persen pada tahun 2020. TUJUAN 8: MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN TARGET 8 A MENGEMBANGKAN SISTEM KEUANGAN DAN PERDAGANGAN YANG TERBUKA, BERBASIS PERATURAN, DAPAT DIPREDIKSI DAN TIDAK DISKRIMINATIF Kajian Capaian Target MDGs 14

Saat ini Target MDGs 2015 Sta tus MENGEMBANGKAN SISTEM KEUANGAN DAN PERDAGANGAN YANG TERBUKA, BERBASIS PERATURAN, DAPAT DIPREDIKSI DAN TIDAK DISKRIMINATIF 8.6a Rasio ekspor dan impor Ekspor (juta terhadap PDB US$): 44,66 BPS 20103 (indikator keterbukaan Inpor:73,24 ekonomi) Selisih: -29,08 8.6b Rasio pinjaman terhadap simpanan di Susenas 2012 bank umum 8.6c Rasio pinjaman terhadap simpanan di BPR 15,61 (2011) (% rumah tangga penerima kredit usaha) 16,61 (% rumah tangga penerima kredit usaha) TARGET 8 D MENANGANI UTANG NEGARA BERKEMBANG MELALUI UPAYA NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL UNTUK DAPAT MENGELOLA UTANG DALAM JANGKA PANJANG Saat ini Target Status MENANGANI UTANG NEGARA BERKEMBANG MELALUI UPAYA NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL UNTUK DAPAT MENGELOLA UTANG DALAM JANGKA PANJANG 8.12 Rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB 8.12 Rasio pembayaran pokok utang a dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor (DSR) TARGET 8 F BEKERJA SAMA DENGAN SWASTA DALAM MEMANFAATKAN TEKNOLOGI BARU, TERUTAMA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Saat ini Target Statu s BEKERJA SAMA DENGAN SWASTA DALAM MEMANFAATKAN TEKNOLOGI BARU, TERUTAMA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI 8.14 Proporsi penduduk yang 4,06 (2010) 2,48 Meningkat Susenas memiliki jaringan PSTN 3,75 (2011) 2012 (kepadatan fasilitas telepon per jumlah penduduk) 8.15 Proporsi penduduk yang 49,51 (2010) 62,89 Meningkat Susenas memiliki telepon seluler 52,62 (2011) 2012 8.16 Proporsi rumah tangga dengan 72 Meningkat Susenas 8.16 a akses internet Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi 3,78 (2010) 4,12 (2011) 5,67 Meningkat Status : Sudah Tercapai Akan Tercapai Perlu Perhatian Khusus 2012 Susenas 2012 Kajian Capaian Target MDGs 15

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dapat dilihat dari proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi dan proporsi rumah tangga dengan akses internet. Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi mencapai 10,20 persen pada Tahun 2009 meningkat menjadi 12,30 persen pada Tahun 2011. Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi di DKI Jakarta mencapai 25,69 persen sementara di provinsi NTT hanya 5,34 persen. Namun demikian, penggunaan internet mengalami peningkatan pesat sejalan dengan semakin terjangkaunya harga layanan dan perangkat untuk mengakses internet. Proporsi rumah tangga dengan akses internet mencapai 11,60 persen pada tahun 2009 dan 23,46 persen pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 26,21 persen pada tahun 2011. Persentase penduduk yang menonton televisi pada tahun 2012 di NTT meningkat menjadi 53,28 persen dibanding pada tahun 2009 sebesar 48,91 persen. Penduduk yang tinggal di perkotaan yang menonton televisi sebanyak 87,57 persen atau hampir dua kali lipat dibanding penduduk pedesaan yang hanya 44,90 persen. Mendengarkan radio dan membaca surat kabar atau majalah menurun tajam masingmasing menjadi 10,25 persen dan 8,12 persen. Persentase penduduk yang mendengarkan radio, menonton televisi dan membaca surat kabar atau majalah terbanyak di Kota Kupang yakni 34,03 persen, 93,69 persen dan 38,57 persen. Kabupaten lain yang cukup tinggi persentase penduduknya menonton televisi adalah Kabupaten Ende (82,58 persen), Kabupaten Kupang (72,68 persen). Penduduk yang mendengarkan radio di Kabupaten Ende dan Manggarai lebih banyak dibanding kabupaten lainnya yakni masing-masing 19,40 persen dan 18,91 persen. Sementara itu kabupaten yang penduduknya masih lebih banyak membaca surat kabar atau majalah selain Kota Kupang adalah Kabupaten Nagekeo (15,33 persen) dan Ngada (12,23 persen). Perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang pesat sekarang ini terlihat pada peningkatan kepemilikan alat komunikasi, seperti telepon seluler, komputer dan akses internet. Peningkatan terjadi pada semua penggunaan alat komunikasi kecuali telepon. Kenaikan tertinggi terjadi pada pemilikan telepon seluler (hp) oleh anggota rumah tangga yang mencapai 62,89 persen pada tahun 2012. Penguasaan komputer (desktop dan laptop) dan akses internet juga naik sedikit masing-masing menjadi 7,83 persen dan 5,67 persen. Kenaikan pemilikan telepon seluler, komputer dan akses internet oleh rumah tangga di perkotaan terlihat sangat pesat masing-masing mencapai 93,47 persen, 27,28 persen dan 21,11 persen. Persentase penggunaan telepon oleh rumah tangga terus mengalami penurunan terutama di daerah perkotaan. Pada tahun 2012, penggunaan telepon oleh rumah tangga di perkotaan turun menjadi 7,75 persen, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 16,44 persen. Telkomsel mencatat peningkatan penggunaan layanan broadband atau internet di NTT sepanjang tahun 2012. Dibandingkan tahun 2011, trafik layanan internet Telkomsel meningkat sekitar 116 persen atau lebih dari dua kali lipat. Pada tahun 2012, penggunaan layanan internet, baik melalui ponsel, komputer tablet, maupun modem internet yang terkoneksi dengan laptop, meningkat dari 912 gigabyte perhari menjadi 1.967 gigabyte perhari. Lonjakan tersebut salah satunya dipicu meningkatnya jumlah pelanggan internet Telkomsel di NTT sekitar 72 persen dibandingkan tahun 2011. Tingkat pertumbuhan pelanggan pengguna jasa telepon flexi cukup mengembirakan rata-rata setiap hari berkisar antara 300-400 pelanggan. Pada periode Agustus-September 2008, pertumbuhan pelanggan flexi mencapai 210 persen. Untuk wilayah Nusa Tenggara, selama kurun waktu Januari hingga Mei 2012, jumlah pelanggan Telkomsel tumbuh 13 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan industri Kajian Capaian Target MDGs 16

yang berkisar 8-9 persen. Hingga akhir Mei 2012, jumlah pelanggan broadband Telkomsel meningkat 30 persen dibandingkan akhir tahun 2011. Tahun 2011, jumlah pelanggan Telepon, pelanggan perusahaan 5 362, pelanggan perorangan 37 952. Pada tahun 2012, persentase rumah tangga (ruta) yang menerima kredit usaha sebanyak 16,61 persen dan naik dari 15,61 persen pada tahun 2011. Persentase terbanyak penerima kredit adalah rumah tangga di perkotaan yakni 17,51 persen. Neraca perdagangan luar Negeri Nusa Tenggara Timur, pada Tahun 2012 (juta US $) yaitu: Ekspor sebanyak 44,66, impor 73,74 dan selisih -29,08. Volume dan nilai ekspor pada Tahun 2012 yaitu: Volume (kg) sebanyak 66 542 009, Value (US $) 44 656 884. Volume dan nilai impor pada Tahun 2012 yaitu: Berat bersih (kg) 106 866 283, nilai (US $) 73 742 304 (BPS NTT 2013). Kajian Capaian Target MDGs 17