PENGARUH TAKARAN BOKASHI PUPUK KANDANG SAPI DAN DOSIS GANDASIL D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica juncea L.) OLEH: WELFI FITRIYANTI NPM. 1310005301034 Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Tamansiswa Padang ABSTRAK Percobaan pengaruh takaran bokashi sapi dan dosis Gandasil D terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim (Brasissica juncea L.) telah dilaksanakan di lahan Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang dari September - November 2014. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui interaksi bokashi sapi dan Gandasil D terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim, untuk mengetahui takaran bokashi sapi yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim.percobaan ini menggunakan faktorial dengan dua faktor yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor pertama adalah takaran bokhasi sapi yaitu 0 ; 5 ; 10 ; dan 15 ton ha -1. Faktor kedua adalah dosis Gandasil D yaitu 0, 3 dan 6 g liter -1 air. yang diulang 3 kali. Data Hasil percobaan memperlihatkan tidak terjadi interaksi pemberian bokashi dan Gandasil D terhadap pertumbuhan hasil tanaman caisim. Pemberian bokashi takaran hingga15 ton/h dan Gandasil D dosis 6 g/liter tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman caisim. Kata kunci: caisim, Gandasil D, sapi bokhasi. PENDAHULUAN Caisim merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik secara ekonomis maupun dari kandungan gizinya. Menurut (Haryanto et al.,2008) kandungan gizi caisim dalam 100 g bahan adalah : protein 2,30 g; lemak 0,30 g; karbohidrat 4,00 g; kalsium 220,0 mg; P 38,00 mg; zat besi 2,90 mg; vitamin A 1,940 mg; vitamin B 0,09 mg; vitamin C 120,00 mg. Kegunaan lain caisim adalah dapat menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah dan dapat membantu memperbaiki fungsi kerja ginjal. Produksi caisim di Sumatera Barat belum maksimal, untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu upaya yang mengarah kepada pengelolaan budidaya sehingga produksi tanaman caisim dapat di tingkatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan penambahan bahan organik melalui pemupukan, diantaranya dengan menggunakan sapi yang dikomposkan. Pupuk sapi mengalami beberapa kali perombakan dengan mikroorganisme tanah untuk menjadi humus bahan organik. Menurut Wididana dan Higa (2005) pemberian EM4 pada proses pembuatan bokashi dapat 1
meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme, sehingga dapat mempercepat proses penguraian. Lingga dan Marsono (2010) bila bokashi dimasukkan kedalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai pakan oleh mikroorganisme untuk berkembang biak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman. Pupuk sapi mempunyai kandungan hara yang rendah, namun kandungan unsur haranya lengkap. Ditinjau dari efisiensi pemanfaatan unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman caisim yang berumur pendek perlu dikombinasikan dengan anorganik seperti daun Gandasil D yaitu daun anorganik makro dan mikro berbentuk kristal, yang pemakaiannya dilarutkan dalam air sehingga dapat dengan mudah diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman, sehingga mampu mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama untuk merangsang pertumbuhan daun. Kandungan unsur hara makro dan mikronya lengkap. Lingga dan Marsono (2010) menjelaskan kandungan unsur makro daun Gandasil D yaitu, 14 % N: 12 % P: 14 % K: 1% Mg. Dan mengandung unsur mikro seperti Cu, Mn, Bo, Zn, dan Cu, Co. Penggunaan Gandasil D dirasa lebih efektif, hal ini dapat dilihat dari penyerapan hara yang diberikan berjalan lebih lebih cepat, tanaman lebih cepat tumbuh terutama tanaman sayuran daun dan tanah tidak rusak atau jenuh. Menurut Lingga dan Marsono (2010) daun Gandasil D digunakan untuk meransang pertumbuhan vegetatif. Keuntungan menggunakan Gandasil D antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Pada umumnya dalam budidaya tanaman caisim petani hanya mengandalkan melalui akar yang mayoritas berisi hara makro. Dengan pemberian Gandasil D diharapkan kebutuhan hara mikro tanaman caisim juga dapat terpenuhi dan yang terpenting dengan pemakaian daun maka akan terhindar dari kelelahan atau kerusakan tanah. Pemupukan dengan bokashi sapi mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga akan meningkatkan produksi tanaman sayuran. Dari hasil penelitian Elita (2010) pemberian bokashi sapi 10 ton/ha dan 4 g/liter air menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman Caisim yang terbaik yaitu 68,89 g per plot. Penggunaan bokashi sapi yang dikombinasikan dengan Gandasil D untuk tanaman caisim belum banyak 2
informasinya, sehingga perlu dilakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan interaksi antara sapi dan Gandasil D terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim. BAHAN DAN METODA Penelitian dilaksanakan di lahan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih caisim varietas tosakan, polibag ukuran 30 x 35 cm, bokhasi sapi, Gandasil D, dan Curater 3 G. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, parang, timbangan, label, ajir, meteran, sprayer, tugal dan alat-alat tulis. Percobaan dilakukan dalam faktorial dengan dua faktor yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah takaran bokhasi sapi (Pk) yaitu 0 ton ha -1 (Pk 1 ); 5 ton ha -1 (Pk 2 ); 10 ton ha -1 (Pk 3 ); dan 15 ton ha -1 (Pk 4 ), setara dengan 0; 8,75; 17,5; 26,25 g polibag -1 bokhasi. Faktor kedua adalah dosis Gandasil D (G) yaitu 0 g liter -1 air (G 1 ), 3 g liter -1 air (G 2 ) dan 6 g liter -1 air (G 3 ). Perlakuan diulang 3 kali, sehingga didapat 36 plot. Tiap plot terdapat 4 tanaman dan 2 tanaman secara acak dijadikan sebagai sampel. Data hasil pengamatan terakhir disidik ragam, jika F hitung lebih besar dari F tabel 5 % dilanjutkan dengan uji Duncan s New Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Pelaksanaan dilakukakan dengan membersihkan tempat penelitian, menyemaikan benih tanaman caisim dalam box plastik dengan media tanah yang dicampur bokhasi sapi dengan perbandingan 1 : 1. Menyiapkan media tanam, yang digunakan tanah lapisan olah yang terlebih dahulu dibersihkan, dan diayak, kemudian ditimbang masing-masing 3,5 kg dan dimasukkan ke dalam polibag. Memberikan perlakuan dengan cara pemberian perlakuan bokhasi sapi dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1 : 1, kemudian dimasukkan kedalam polibag. Sedangkan perlakuan Gandasil D dilakukan 3 kali, yaitu 1, 3, dan 5 minggu setelah penanaman. Perlakuan Gandasil D diberikan dengan cara penyemprotan ke daun secara merata sesuai dengan dosis Gandasil D yang telah ditetapkan. Pengamatan dilakukan dengan mengamati tinggi tanaman, panjang daun terpanjang, lebar daun terlebar, jumlah daun, panjang akar tunggang, bobot segar tanaman per rumpun dan bobot segar tanaman per plot. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN Sidik ragam tinggi tanaman caisim dengan pemberian bokashi dan dosis Gandasil D memperlihatkan Tabel 1. Tinggi tanaman caisim dengan pemberian beberapa takaran bokashi dan dosis Gandasil D pada umur 8 MST ------------------------- (cm) --------------------- 0 30,33 30,00 31,67 30,67 5 31,33 33,33 31,67 32,11 10 30,33 29,33 30,67 30,11 15 32,67 34,00 30,67 32,44 Rata-rata 31,17 31,67 31,17 KK (%) = 8,41 Angka pada baris dan kolom berbeda tidak nyata pada uji F taraf 5%. Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian bokashi dan dosis Gandasil D pada tanaman caisim tidak berbeda. Tinggi tanaman yang tumbuh dijumpai pada pemberian bokashi takaran 15 ton/ha yaitu 32,44 cm, selanjutnya diikuti takaran 5 ton/ha yaitu 32,11 cm, 0 ton/ha yaitu 30,67 cm dan 10 ton/ha yaitu 30,11 cm. Pemberian beberapa dosis Gandasil D pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan hara yang terkandung dalam media sudah mencukupi untuk pertumbuhan tanaman caisin. dengan hasil Hasil yang diperoleh ini berbeda penelitian yang dilakukan oleh Netti (2007) menunjukan bahwa pemberian nitrogen dan organik dalam jumlah besar memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan Tinggi tanaman interaksi tidak nyata. Tinggi tanaman caisim disajikan pada Tabel 1. hasil tanaman caisim. Perlakuan tersebut memberikan tinggi tanaman yang rendah. Tanaman yang diberikan perlakuan organik tanpa anorganik, hasilnya tidak lebih baik bila dibandingkan dengan tanaman yang diberi anorganik atau kombinasi organik dan anorganik. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga dan Marsono (2010) organik mempunyai unsur hara makro dan mikro yang rendah dan tidak dapat langsung diserap tanaman sehingga kebutuhan tanaman akan unsur hara masih belum terpenuhi akibat pertumbuhan tanaman pun jadi terhambat akan tetapi pada anorganik meskipun unsur hara yang terkandung hanya unsur hara makro tetapi takaran haranya lebih pas dengan kebutuhan tanaman dan langsung dapat diserap tanaman sehingga kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat terpenuhi menjadi lebih baik. Panjang daun terpanjang Sidik ragam panjang daun terpanjang tanaman caisim dengan pemeberian beberapa takaran bokashi dan dosis Gandasil D memperlihatkan interaksi yang berpengaruh tidak nyata. Rata-rata panjang 4
daun terpanjang tanaman caisim disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Panjang daun terpanjang tanaman caisim dengan dan dosis Gandasil D pada umur 8 MST ------------------------- (cm) --------------------- 0 18,67 19,67 19,17 19,17 5 20,33 18,83 19,00 19,39 10 20,33 18,83 19,33 19,50 15 19,33 19,67 18,00 19,00 Rata-rata 19,67 19,25 18,88 KK (%) = 6,72 Angka pada baris dan kolom berbeda tidak nyata pada uji F taraf 5%. Tabel 2 memperlihatkan bahwa dan dosis Gandasil D pada nyata. Rata-rata Panjang daun terpanjang tanaman caisim dijumpai pada pemberian bokashi takaran 10 ton/ha yaitu 19,50 cm, selanjutnya diikuti takaran 5 ton/ha yaitu 19,39 cm, 0 ton/ha yaitu 19,17 cm dan takaran 15 ton/ha yaitu 19,00 cm. Pemberian beberapa dosis Gandasil D pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata Panjang daun berbeda tidak nyata menununjukan hasil yang berbeda terhadap meningkatnya panjang daun. Menurut Ongaro dan Leyser (2008) jumlah daun berdampak pada luas total penampang daun sehingga panjang daun juga semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi daun. Unsur hara mikro berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Protein merupakan penyusunan utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan sel. Unsur hara nitrogen dan unsur hara mikro berperan sebagai penyusun klorofil sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang akan menghasilkan fotosintat yang mengakibatkan perkembangan pada jaringan meristematis daun sehingga jumlah daun bertambah. Lebar daun terlebar Sidik ragam lebar daun terlebar tanaman caisim dengan pemberian bokashi dan Gandasil D memperlihatkan interaksi tidak nyata. Lebar daun terlebar disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. tanaman caisim Lebar daun terlebar tanaman caisim dengan pemberian beberapa takaran bokashi dan dosis Gandasil D pada umur 8 MST Takaran Dosis bokashi Rata-rata ------------------------- (cm) --------------------- 0 11,67 11,83 12,00 11,83 5 13,83 11,50 11,50 12,28 10 12,33 11,50 11,83 11,89 15 12,00 12,33 11,33 11,89 Rata-rata 12,46 11,79 11,67 KK (%) = 9,13 Angka pada baris dan kolom berbeda tidak nyata pada uji F taraf 5%. 5
Tabel 3 memperlihatkan bahwa dan dosis Gandasil D pada nyata. Lebar daun tanaman caisim dijumpai pada pemberian bokashi takaran 5 ton/ha yaitu 12,28 cm, selanjutnya diikuti takaran 15 dan 10 ton/ha yaitu 11,89 cm, sedangkan tanpa pemberian bokashi menghasilkan lebar daun terlebar 11,83 cm. Pemberian beberapa dosis Gandasil D pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata. Menurut (Parnata, 2004) ini terlihat pada produksi tanaman caisim dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatif tanaman terutama daun tanaman. Daun akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, semakin lebar permukaan daun maka semakin banyak fotosintat yang akan dihasilkan, dengan penigkatan fotosintat maka laju tumbuh tanaman dan hasil yang didapatkan juga semakin besar. Jumlah daun Sidik ragam jumlah daun tanaman caisim dengan pemberian bokashi dan Gandasil D memperlihatkan interaksi tidak nyata. Jumlah daun tanaman caisim disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah daun tanaman caisim dengan pemberian beberapa takaran bokashi dan dosis Gandasil D pada umur 8 MST ------------------------- (helai) --------------------- 0 9,67 9,33 10,00 9,67 5 10,00 10,00 9,67 9,89 10 10,00 9,67 10,00 9,89 15 9,67 10,00 9,67 9,78 Rata-rata 9,83 9,75 9,83 KK (%) = 4,16 Angka pada baris dan kolom berbeda tidak nyata pada uji F taraf 5%. Tabel 4 memperlihatkan bahwa dan dosis Gandasil D pada nyata. Jumlah daun tanaman terbanyak dijumpai pada pemberian bokashi takaran 10 dan 15 ton/ha yaitu 9,89 helai, selanjutnya diikuti takaran 15 ton/ha yaitu 9,78 helai dan tanpa pemberian bokashi yaitun 9,67 helai. Pemberian beberapa dosis Gandasil D pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata. Menurut Jumin (2002) bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan karakteristik spesies. Jumlah ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan. Daun merupakan organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis, oleh karena itu jumlah daun yang optimum memungkinkan distribusi (pembagian) cahaya antar daun lebih merata. Distribusi cahaya yang lebih merata antar daun mengurangi kejadian saling menaungi antar daun sehingga masing-masing daun dapat bekerja sebagaimana mestinya. Peningkatan intensitas cahaya (hingga 6
tingkat optimum) meningkatkan laju asimilasi bersih total tanaman sehingga fotosintat yang tinggi ini mendorong kecapatan pembentukan organ-organ tanaman seperti daun. Panjang akar tunggang Sidik ragam panjang akar tunggang tanaman caisim dengan pemberian bokashi dan Gandasil D memperlihatkan interaksi tidak nyata. Panjang akar tunggang tanaman caisim disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Panjang akar tunggang tanaman caisim dengan pemberian beberapa takaran bokashi dan dosis Gandasil D. ------------------------- (cm) --------------------- 0 8,67 7,17 6,33 7,39 5 9,33 9,33 7,67 8,78 10 9,67 9,67 8,33 9,22 15 8,33 8,67 8,67 8,56 Rata-rata 9,00 8,71 7,75 KK (%) = 20,34 Angka pada baris dan kolom berbeda tidak nyata pada uji F taraf 5%. Tabel 5 memperlihatkan bahwa dan dosis Gandasil D pada nyata. Panjang akar tunggang tanaman caisim dijumpai pada pemberian bokashi takaran 10 ton/ha yaitu 9,22 cm, selanjutnya diikuti takaran 5 ton/ha yaitu 8,78 cm, 15 ton/ha yaitu 8,56 cm dan 0 ton/ha yaitu 7,39 cm. Pemberian beberapa dosis Gandasil D pada masingmasing perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena pemberian Gandasil D dilakukan dengan cara penyemprotan pada daun dan batang secara berkala sehingga perlakuan tidak banyak jatuh keatas permukaan tanah dan masuk kedalam tanah selanjutnya diserap oleh akar tanaman. Jumin (2002) menyatakan bahwa akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sistem perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetik dari tanaman yang bersangkutan, kondisi tanah atau media tanam. Ditambahkan oleh Irene (2001) tanaman dapat merespon dalam tiga (3) cara untuk meningkatkan kemampuan memperoleh hara, yaitu dengan 1) mengubah geometri akar, kaitannya dengan pertumbuhan akar, 2) meningkatkan kemampuan menyerap ionion dalam tanah, dan 3) membentuk asosiasi dengan organisme lain yang dapat membantu mensuplai nutrisi. Bobot segar tanaman per rumpun Sidik ragam bobot segar tanaman per rumpun dengan pemberian bokashi dan Gandasil D memperlihatkan interaksi tidak nyata. Rata-rata bobot segar tanaman per rumpun disajikan pada Tabel 6. 7
Tabel 6. Bobot segar tanaman per rumpun dengan pemberian beberapa takaran bokashi dan dosis Gandasil D. ------------------------- (g) --------------------- 0 80,00 63,33 73,33 72,22 5 86,67 70,00 63,33 73,33 10 90,00 76,67 80,00 82,22 15 80,00 96,67 83,33 86,67 Rata-rata 84,17 76,67 75,00 KK (%) = 21,52 Angka-angka pada baris dan kolom bobot segar tanaman per rumpun berbeda tidak nyata pada uji F taraf 5%. Tabel 6 memperlihatkan bahwa dan dosis Gandasil D pada nyata. Bobot segar tanaman per rumpun dijumpai pada pemberian bokashi takaran 15 ton/ha yaitu 86,67 cm, selanjutnya diikuti takaran 10 ton/ha yaitu 82,22 g, 5 ton/ha yaitu 73,33 g dan 0 ton/ha yaitu 72,22 g. Pemberian beberapa dosis Gandasil D pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil pembahasan pada jumlah daun berbeda tidak nyata maka akan berpengaruh terhadap bobot segar tanaman perumpun, dijelaskan oleh Jumin (2002) bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan karakteristik spesies. Jumlah daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan. Daun merupakan organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis, oleh karena itu jumlah daun yang optimum memungkinkan distribusi (pembagian) cahaya antar daun lebih merata. Distribusi cahaya yang lebih merata antar daun mengurangi kejadian saling menaungi antar daun sehingga masing-masing daun dapat bekerja sebagaimana mestinya. Peningkatan intensitas cahaya (hingga tingkat optimum) meningkatkan laju asimilasi bersih total tanaman sehingga fotosintat yang tinggi ini mendorong kecapatan pembentukan organ-organ tanaman seperti daun. Bobot segar tanaman per plot Sidik ragam bobot segar tanaman per plot dengan pemberian bokashi dan Gandasil D memperlihatkan interaksi tidak nyata. Bobot segar tanaman per plot disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 memperlihatkan bahwa dan dosis Gandasil D pada nyata. Bobot segar tanaman per plot 8
terberat dijumpai pada pemberian bokashi takaran 15 ton/ha yaitu 238,89 g, selanjutnya diikuti takaran 0 ton/ha yaitu 228,89 g, 5 ton/ha yaitu 226,67 g dan 10 ton/ha yaitu 225,56 g. Pemberian beberapa dosis Gandasil D pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata menurut uji statistik, pemberian gandasil D dengan dosis 0 g/liter air yaitu 240,83 g menghasilkan bobot segar tanaman per plot terberat jika dibandingkan dengan dosis 3 dan 6 g/liter air. Pemberian takaran bokashi 15 ton/ha dan dosis gandasil D dengan dosis 0 g/liter air secara jelas meningkatkan bobot segar tanaman caisim. Tabel 7. Bobot segar tanaman per plot dengan pemberian beberapa takaran bokashi dan dosis Gandasil D. ------------------------- (g) --------------------- 0 226,67 226,67 233,33 228,89 5 250,00 216,67 213,33 226,67 10 266,67 200,00 210,00 225,56 15 220,00 283,33 213,33 238,89 Rata-rata 240,83 231,67 217,50 KK (%) = 17,69 Angka-angka pada baris dan kolom bobot segar tanaman per plot berbeda tidak nyata pada uji F taraf 5%. dan ketersediaan hara dan air. Berkesinambungan dengan bobot segar tanaman caisim, baik per plot maupun per rumpun berpengaruh pada jumlah tanaman dengan hasil tertinggi takaran bokashi 15 ton/ha. Pemberian bokashi dengan takaran 15 ton/ha telah mampu meningkatkan bobot segar tanaman caisim. Kenyataan ini disebabkan oleh karena unsur nitrogen, fospor dan kalium yang terkandung dalam bokashi sapi telah dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Dwijoseputro (2004), menyatakan bahwa nitrogen dalam jumlah yang cukup akan memberikan pertumbuhan tanaman yang baik dan unsur nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan bagian-bagian vegetatif seperti batang dan daun. KESIMPULAN Kesimpulannya adalah tidak terjadi interaksi antara pemberian bokasi 0-15 ton/ha dengan gandasil D 0 5 g/l tidak melihatkan pertumbuhan dan hasil caisim. Chotimah (2004) menyatakan bahwa akar dengan bobot basah yang berat dan panjang mengindikasikan akar dapat menyerap unsur hara dalam tanah dengan baik, sehingga bobot tanaman secara keseluruhan juga bertambah. Panjang akar dipengaruhi oleh tingkat distribusi akar 9
DAFTAR PUSTAKA Agustamar. 1990. Pupuk dan Pemupukan. Politeknik Pertanian Universitas Andalas Tanjung Pati. 52 hal. Alex, S. 2012. Sayuran dalam Pot. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 188 hal. Alex, S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik. Pustaka Baru Press.Yogyakarta. 163 hal. Chotimah RA. 2004. Pemanfaatan Limbah Lumpur (sludge) PT. Nestle Indonesia Sebagai Sumber Bahan Organik untuk Campuran Media Tanaman Pakchoi [skripsi]. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Dwidjoseputro, D. 2004. Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Edisi IV. Gramedia Pustaka utama. Jakarta. Haryanto,E.Suhartini, Rahayu dan Sunarjono. 2008. Sawi dan Caisim. Penebar Swadaya. Jakarta.112 hal. Indriani. 2010. Membuat kompas Secara Kilat. Penebar Swadaya. Bogor. 61 hlm Irene, R. 2001. Plant Physiology: Form and Function, Hodder & Stoughton : The Open University. Jumin, H.B. 2002. Agroekologi, Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Kosman. 2010. adalah Hasil Fermentasi Bahan Organik dengan Teknologi EM4. Lingga dan Marsono. 2010. Petunjuk penggunaan. Penerbit swadaya. Jakarta. 108 hal. Lukman Hakim dan S. Moersidi. 2010. Pembandingan dan Pengamatan Residu Beberapa Pupuk Fosfat Alam. Pusat Penelitian Tanah. Jakarta. Musnamar. 2003. Pupuk Organik (Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi). Penebar Swadaya. Jakarta. Musnamar. 2010. Pupuk Organik Cair dan Padat Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal. Netti, N. 2007. Respon Pertumbuhan dan Hasil Terhadap Caisim (Brassica chinensis L.) Kombinasi Dosis Pupuk Nitrogen dan Pupuk Organik Granular. Fakultas Pertanian, UNSIKA. Kerawang. Ongaro, V dan O. Leyser. 2008. Hormonal Control of Shoot Branching. J. of Experimental Botany. Pracaya. 2005. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta. 54 hal. Rini, A. 2011. Cara membuat organik. Pustaka Mina. Jakarta. 63 hal. Rinsema W.T. 2000. Pupuk dan Pemupukan. Baharata Karya Aksara. Jakarta. 205 hal. Rukmana.R. 2004. Bertanam caisim. kanisius.yogyakarta. 143 hal. Sujatmika. 2010. Keuntungan Memupuk Lewat Daun. Trubus. Jakarta. 73 hal. Wididana dan Higa. 2005. Memperpanjang Umur Produktif Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 40 hal. 10
11