Notulensi Rapat Kerja Pencanangan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemda Birawa Bidakara, 28 Mei 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI

LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT

RAPAT KOORDINASI TATA LAKSANA BENDA SITAAN DAN BARANG RAMPASAN. 21 November 2016 Kantor Staf Presiden

BAB I P E N D A H U L U A N

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Keseimbangan Keuangan Pusat-Daerah dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Outline

Pengalihan PNS Kab/Kota & Provinsi ke Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai UU No. 23 Tahun 2014

PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2017 TENTANG

STUDI PENGEMBANGAN POTENSI PENDAPATAN ASLI DESA. Pembangunan desa sebagai bagian integral dari pembangunan nasional pada

DANA BANTUAN LANGSUNG - DBL

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2015 TENTANG

Wonosobo, Juli 2014 Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonosobo. M. ZUHRI, S.Sos., M.Si

PENATAAN KELEMBAGAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH. (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Kemitraan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan suatu kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan Pada : Diskusi Publik: Empat Tahun UU Pelayanan Publik YAPPIKA Jakarta, 24 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

PEDOMAN PEMBIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ONLINE (KTI ONLINE) TAHUN 2010 BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, 15 Februari 2018 Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT,

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KOMITE AUDIT PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) BAB I Tujuan Umum... 3

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGUNG JAWAB DPR DAN PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROLEGNAS"

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Inovasi Daerah adalah semua bentuk pembaharuan da

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA (DPRD) KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM MENDORONG PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

Standards for a better innovation and competitiveness..

MATRIK PERUBAHAN UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2008 KE UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK

PEMERINTAH KOTA PARIAMAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET IKHTISAR EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. buruk terhadap kinerja suatu Pemerintah Daerah (Pemda).

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

Ragenda prioritas pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi, masyarakat diberikan kewenangan yang seluas-luasnya untuk mengurus

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

INSPEKTORAT KHUSUS INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM/KEGIATAN RKPD TAHUN Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Timur 2012

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

BAB PENDAHULUAN LATAR BELAKANG LAPORAN AKHIR

DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM POLDA METRO JAYA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

LOGO. Musrenbang Provinsi DKI Jakarta,

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan pedoman untuk penyusunan

KATA PENGANTAR. Muaro Sijunjung, Februari 2014 INSPEKTUR KENFILKA, SH, MH PEMBINA UTAMA MUDA NIP

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 82 A TAHUN 2008 TENTANG

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI ACEH BISMILLAIIIRRAIIMANIRRAIIIM NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAI{A PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BIROKRASI INDONESIA. Panjang, Berbelit dan Mahal

Transkripsi:

Ntulensi Rapat Kerja Pencanangan Pelaksanaan Refrmasi Birkrasi Pemda Birawa Bidakara, 28 Mei 2013 Peserta : Kepala Daerah dan Ketua DPRD seluruh Indnesia Agenda : Pencanangan Pelaksanaan Refrmasi Birkrasi Pemerintah Daerah Prses : N Hasil Pembahasan I. Pengantar Menteri PANRB Pencanangan pelaksanaan refrmasi birkrasi pemda adalah hasil rapat KPRBN, dengan ditetapkannya tahun 2013 sebagai tahun percepatan refrmasi birkrasi pemerintah daerah. Tujuan kegiatan adalah meningkatkan kmitmen, semangat pemda dalam melaksanakan refrmasi birkrasi. Acara dihadiri lebih dari 1.100 peserta. RB merupakan strategi pemerintah untuk meningkatkan prfesinalisme aparatur negara untuk menciptakan pemerintahan yang baik. Hal ini berdasar pada rencana pembangunan jangka panjang nasinal dan jangka menengah nasinal. Tunjangan kinerja dalam refrmasi birkrasi diberikan dengan landasan berpikir peningkatan kesejahteraan dan kinerja aparatur. Tunjangan ini didasarkan pada unit kerja dan prestasi kerja, sehingga refrmasi birkrasi bukan hanya bertumpu pada remunerasi, tetapi lebih pada peningkatan kinerja. Capaian refrmasi birkrasi hingga saat ini: Makr: Kerangka regulasi refrmasi birkrasi telah diatur dengan sistematis. Mnitring dan evaluasi telah dilakukan secara nline dan real time untuk 600 instansi K/L/Pemda. Kenaikan indeks integritas pelayanan publik KPK. Terjadi kenaikan Indeks Persepsi Krupsi. Perbaikan pada akuntabilitas instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah. Mikr: Refrmasi birkrasi telah dilakukan 64 K/L dari 76 K/L dan telah ditetapkan pilt prject untuk RB di pemda. Menteri PANRB telah menginisiasi percepatan refrmasi birkrasi melalui 9 prgram percepatan refrmasi birkrasi yang telah dijabarkan dalam rencana aksi. Secara sederhana, Kementerian PANRB mendrng prgram percepatan ini melalui Zna Integritas, anggaran berbasis kinerja, dan pelayanan publik. Hingga akhir 2012, fkus RB adalah pada instansi pemerintah pusat. Memasuki 2013, fkus tersebut dialihkan kepada pemerintah daerah. RB pada pemda dibedakan menjadi pilt prject dan nn-pilt prject. Dalam pilt prject, ditetapkan seluruh prvinsi, seluruh ibukta prvinsi, dan satu kabupaten di masing-masing prvinsi sebagai pilt prject. Namun demikian, Kementerian PANRB mendrng pemda yang bukan menjadi pilt prject untuk melakukan RB di pemdanya. II. Keynte Speech Wakil Presiden RI Refrmasi birkrasi merupakan kunci kemajuan di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini dibuktikan melalui pengalaman di berbagai negara bahwa kinerja

pembangunan suatu bangsa ditentukan leh kinerja pemerintahan. Birkrasi mdern adalah birkrasi yang independen dan mendekati sifat mesin untuk mencapai suatu hasil. Capaian hasil akan tergantung pada efisiensi mesin dan siapa yang menggunakan mesin tersebut. Pimpinan instansi, baik pusat maupun daerah dihadapkan pada 2 tantangan: memperbaiki efisiensi birkrasi dan menjaga independensi birkrasi dari pengaruh yang tidak sehat. Langkah-langkah yang telah dijadwalkan leh Kementerian PANRB merupakan upaya yang baik dan harus didukung. Setiap instansi dapat berbeda rencana aksinya dengan instansi lain, namun kerangkanya tetap sama dengan berdasar pada prgram yang diterbitkan Kementerian PANRB. Apabila birkrasi digunakan untuk tujuan yang tidak seharusnya, maka birkrasi tidak akan memberikan hasil yang baik. Keteladanan dari pimpinan pemda menjadi elemen penting dalam refrmasi birkrasi. Ada 3 pengaruh yang dapat merusak birkrasi: Plitik. Birkrasi harus bebas dari kepentingan plitik sempit. Tanpa kebebasan dari plitisasi birkrasi, semua upaya refrmasi akan gagal. Pengaruh negatif dari kerja sama dengan sektr privat. Apabila tidak ada rambu yang jelas tentang hal yang benar dan salah, maka birkrasi dapat jatuh pada kebijakan yang salah. Birkrasi jangan sampai dikptasi/disubrdinasi leh dunia bisnis. Ini menjadi tugas dari pimpinan setiap instansi pusat dan daerah. Pengaruh negatif dari pribadi yang dminan yang memiliki agenda yang tidak sejalan dengan tujuan diciptakannya birkrasi di daerah ataupun negara. Apapun yang dilakukan untuk memperbaiki efisiensi dan kinerja birkrasi harus diiringi dengan pengawalan dari pimpinan mengenai dampak-dampak negatif yang mungkin memengaruhi. Diperlukan champin untuk melakukan refrmasi birkrasi, karena ini adalah langkah yang tidak rutin dan membutuhkan energi, tekad, dan keberanian ekstra untuk melakukan perubahan. Tidak dapat mengandalkan refrmasi birkrasi pada rang-rang yang berpikir secara rutin dan melakukan segala sesuatu sesuai apa yang ada. Idealnya, champin adalah pimpinan dari rganisasi. Dalam hal pemerintah daerah, tentunya adalah kepala daerah. Tanpa keteladanan dari pimpinan, refrmasi birkrasi akan menjadi refrmasi birkrasi prfrma atau refrmasi birkrasi dkumen. Tugas pemerintah pusat adalah memfasilitasi prses refrmasi birkrasi di daerah, baik pada tingkat prvinsi, kabupaten, maupun kta. Fasilitasi tidak diartikan sebagai mengambil alih. Artinya, pemerintah pusat akan mendukung asistensi teknis maupun dana. Namun demikian, intervensi dapat dilakukan dalam batas-batas negara kesatuan. Selain itu, pemerintah pusat juga dapat membuat kebijakan tertentu untuk mendukung refrmasi birkrasi pemerintah daerah. Pimpinan daerah harus dapat mengidentifikasi rang-rang yang dapat menggerakkan refrmasi birkrasi di daerahnya. Bagi masyarakat, hal terpenting dari pemerintahan adalah Pelayanan publik yang berkualitas baik; setiap pemda agar menyusun instrumen pengukuran kualitas pelayanan publik. Instrumen ini harus bersifat independen dan rutin. Kementerian PANRB harus mendukung hal ini. Penyalahgunaan anggaran yang minim; hal ini juga harus didukung

leh instrumen yang dapat mengukur keberhasilannya. Efisiensi penggunaan uang publik dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik; hal ini juga dapat diukur, namun membutuhkan kesadaran pimpinan untuk mempertimbangkan ini. Kementerian PANRB diharapkan dapat memberikan pedman untuk hal ini, sehingga pimpinan daerah akan lebih mantap dan tidak perlu khawatir dengan pertanggungjawabannya. Perbaikan pada prses pembuatan kebijakan dan kualitas kebijakan yang dihasilkan; Kami menghargai pemda yang melakukan eksperimentasi dalam mekanisme pelayanan publik yang lebih baik. Pilt prject bukan untuk membatasi invasi dan inisiatif pemerintah daerah, namun untuk menetapkan bttm-line atau batas minimal refrmasi birkrasi. Perbaikan yang lebih tinggi lagi yang sebenarnya menjadi tujuan dari tnmi daerah. Manfaat refrmasi birkrasi akan dapat dirasakan dalam jangka panjang untuk generasi muda di setiap daerah. Pimpinan daerah harus menjadi negarawan, bukan plitisi. Bedanya adalah wawasan dari pimpinan tersebut. Plitisi hanya berpikir tentang pemilu yang akan datang, sementara negarawan berpikir tentang generasi yang akan datang. Kepala daerah harus dapat menjadi plitisi yang berjiwa negarawan. III. Paparan Menteri Dalam Negeri RI Masalah dalam birkrasi Indnesia: Masih ada peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, misalnya dalam hal bentuk hukum RPJMD yang berbeda antara UU 25/2004 dan UU 32/2004; Organisasi pemerintahan belum tepat fungsi dan tepat ukuran; Masih adanya praktik penyalahgunaan wewenang; Pelayanan publik belum mengakmdasi kepentingan seluruh masyarakat; Manajemen SDM yang belum efektif dan ptimal untuk meningkatkan prfesinalisme aparatur; Penempatan SDM aparatur belum mencerminkan kmpetensi yang dimiliki. Pla pikir dan budaya kerja aparatur yang belum mendukung terwujudnya birkrasi yang efisien, efektif, prduktif, dan prfesinal; Keberhasilan refrmasi birkrasi ditentukan leh kmitmen pimpinan serta kemampuan dan integritas birkrat yang melaksanakan. Pkk-pkk pengaturan dalam PP 41/2007 Dasar pembentukan rganisasi dengan Perda; Mempertegas tupksi masing-masing rganisasi perangkat daerah; Kritgeria dengan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan besaran APBD untuk menentukan jumlah SKPD; Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas dan LTD; Pla dan susunan rganisasi masing-masing SKPD; Eselnisasi; Staf ahli kepala daerah; keberadaan dan peran staf ahli perlu dipertimbangkan kembali; Perangkat daerah tnm baru; Perangkat daerah yang memiliki istimewa dan khusus; Lembaga lain yang diamanatkan leh peraturan perundangundangan; Pembinaan dan pengendalian serta evaluasi. Kndisi kelembagaan pemerintah daerah berdasarkan PP Nmr 41 Tahun

2007: PP revisi PP 41/2007 akan berlaku pascaruu ASN menjadi UU ASN. Terjadi pla rganisasi yang sama antardaerah yang tidak sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, ptensi, dan karakteristik daerah; Perumpunan menyebabkan kesulitan dalam melakukan krdinasi dengan K/L dan kesulitan dalam menetapkan kmpetensi pimpinan SKPD; Susunan rganisasi SKPD dibuat tidak berdasarkan hasil analisis beban kerja; Nmenklatur SKPD antardaerah sangat variatif; Eseln terpla secara nasinal tanpa memperhatikan beban kerja; Kriteria variabel hanya menentukan jumlah SKPD yang terdiri dari jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD; Lembaga lain yang dibentuk berdasarkan amanat peraturan perundang-undangan menyebabkan pembebanan APBD; Tidak mengatur pembentukan lembaga sesuai dengan karakteristik daerah; Kelembagaan daerah yang memiliki karakteristik istimewa dan khusus; Staf ahli kepala daerah memiliki tugas fungsi dan kewenangan yang tidak jelas; Belum ada kriteria pembentukan UPTD sehingga jumlahnya tidak terkendali; Sebagian kabupaten/kta tidak melaprkan kepada Mendagri dalam rangka pembinaan dan evaluasi Pemberdayaan kapasitas SKPD leh K/L tidak diatur; Pemanfaatan jabatan fungsinal belum ptimal; Ketiadaan sanksi terhadap pelanggaran PP 41/2007. Prinsip penataan SKPD Diarahkan untuk mewujudkan tujuan tnmi daerah yaitu peningkatan pelayanan, peningkatan kesejahteraan, daya saing daerah, percepatan pembangunan, serta memberikan partisipasi yang luas kepada masyarakat; Penataan SKPD setidaknya mengikuti prinsip dasar dalam penataan rganisasi antara lain pembagian habis tugas, membangun struktur tepat fungsi dan tepat ukuran, pendelegasian, kewenangan, tata kerja yang jelas; Pembentukan SKPD sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, ptensi, dan karakteristik daerah masing-masing; Kesamaan nmenklatur antara K/L dengan perangkat daerah untuk memudahkan krdinasi dan sinkrnisasi prgram pusat dan daerah; Pengembangan jabatan fungsinal. Secara umum, belanja pegawai pada seluruh pemerintah prvinsi memiliki persentase di bawah 50 persen dari APBD. Sementara itu, di sebagian besar kabupaten dan kta, prprsinya masih relatif tinggi. Penataan SKPD prvinsi harus paralel dengan penataan perangkat gubernur sebagai wakil pemerintah; Revisi PP 41/2007 memperhatikan RUU ASN dan UU 32/2004; Pembentukan UPT K/L dilakukan secara selektif dan harus mendapat rekmendasi Menteri Dalam Negeri selaku Ketua Dewan Pertimbangan Otnmi Daerah dan Krdinatr Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemda; Pengangkatan Kepala UPT K/L harus mendapatkan rekmendasi dan

IV. dilantik leh Gubernur. Paparan Menteri Keuangan RI leh Bpk. Rinald Silaban Kecenderungan transfer ke pemerintah daerah sejak 2008-2013 meningkat sekitar 8 persen; Kendala dan tantangan refrmasi birkrasi terkait aspek keuangan: Prprsi terbesar belanja daerah adalah pada belanja pegawai; Secara umum, lebih dari 230 pemerintah daerah yang memiliki prprsi belanja pegawai di atas 50 persen; Penyerapan APBD relatif lambat, yaitu rendah di triwulan I s.d. III, namun melnjak tinggi di akhir Nvember-Desember; Dana idle yang cukup besar akibat mdel transaksi berjangka yang dilakukan Pemda; Belum ptimalnya kualitasn pengellaan administratif yang ditunjukkan leh banyaknya daerah yang memperleh pini disclaimer. Hanya 67 pemda yang mendapat pini WTP, 316 LKPD mendapat pini WDP. Refrmasi birkrasi adalah alat untuk memperbaiki kualitas penyelenggaraan pemerintahan dalam pengellaan keuangan; Peningkatan kualitas birkrasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengellaan dana perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana dampaknya dapat dirasakan langsung leh masyarakat Peningkatan kualitas birkrasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengellaan dana perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana dampaknya dapat dirasakan langsung leh masyarakat Penyusunan/revisi berbagai UU yang terkait harus sangat terkrdinasi dan selaras dengan peraturan lainnya (Revisi UU 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah, Revisi UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan, RUU Aparatur Sipil Negara, dll) V. Penutup leh Menteri PANRB Dalam struktur rganisasi, diharapkan prinsipnya adalah miskin struktur kaya fungsi. Di tingkat K/L, sedang dilakukan penataan kelembagaan pada 13 kementerian/lembaga. Presiden berpandangan bahwa RUU ASN merupakan RUU yang sangat kritis dan menentukan untuk keberhasilan pemerintahan. Kebijakan remunerasi PNS ke depannya adalah berdasarkan beban kerja, kelas jabatan, dan unit kerja. Dibutuhkan kmitmen kepala daerah dan Ketua DPRD untuk mensukseskan refrmasi birkrasi. Pemerintah daerah perlu menemukan dan mengptimalkan engine f refrm. Pemerintah daerah dapat menentukan area perubahan yang paling penting untuk pemdanya sebagai priritas, namun tetap perlu melakukan perubahan pada 8 area yang telah ditentukan dengan jadwal yang sesuai kebutuhan. Ntulis: M. Imam Alfie S.