Ntulensi Rapat Kerja Pencanangan Pelaksanaan Refrmasi Birkrasi Pemda Birawa Bidakara, 28 Mei 2013 Peserta : Kepala Daerah dan Ketua DPRD seluruh Indnesia Agenda : Pencanangan Pelaksanaan Refrmasi Birkrasi Pemerintah Daerah Prses : N Hasil Pembahasan I. Pengantar Menteri PANRB Pencanangan pelaksanaan refrmasi birkrasi pemda adalah hasil rapat KPRBN, dengan ditetapkannya tahun 2013 sebagai tahun percepatan refrmasi birkrasi pemerintah daerah. Tujuan kegiatan adalah meningkatkan kmitmen, semangat pemda dalam melaksanakan refrmasi birkrasi. Acara dihadiri lebih dari 1.100 peserta. RB merupakan strategi pemerintah untuk meningkatkan prfesinalisme aparatur negara untuk menciptakan pemerintahan yang baik. Hal ini berdasar pada rencana pembangunan jangka panjang nasinal dan jangka menengah nasinal. Tunjangan kinerja dalam refrmasi birkrasi diberikan dengan landasan berpikir peningkatan kesejahteraan dan kinerja aparatur. Tunjangan ini didasarkan pada unit kerja dan prestasi kerja, sehingga refrmasi birkrasi bukan hanya bertumpu pada remunerasi, tetapi lebih pada peningkatan kinerja. Capaian refrmasi birkrasi hingga saat ini: Makr: Kerangka regulasi refrmasi birkrasi telah diatur dengan sistematis. Mnitring dan evaluasi telah dilakukan secara nline dan real time untuk 600 instansi K/L/Pemda. Kenaikan indeks integritas pelayanan publik KPK. Terjadi kenaikan Indeks Persepsi Krupsi. Perbaikan pada akuntabilitas instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah. Mikr: Refrmasi birkrasi telah dilakukan 64 K/L dari 76 K/L dan telah ditetapkan pilt prject untuk RB di pemda. Menteri PANRB telah menginisiasi percepatan refrmasi birkrasi melalui 9 prgram percepatan refrmasi birkrasi yang telah dijabarkan dalam rencana aksi. Secara sederhana, Kementerian PANRB mendrng prgram percepatan ini melalui Zna Integritas, anggaran berbasis kinerja, dan pelayanan publik. Hingga akhir 2012, fkus RB adalah pada instansi pemerintah pusat. Memasuki 2013, fkus tersebut dialihkan kepada pemerintah daerah. RB pada pemda dibedakan menjadi pilt prject dan nn-pilt prject. Dalam pilt prject, ditetapkan seluruh prvinsi, seluruh ibukta prvinsi, dan satu kabupaten di masing-masing prvinsi sebagai pilt prject. Namun demikian, Kementerian PANRB mendrng pemda yang bukan menjadi pilt prject untuk melakukan RB di pemdanya. II. Keynte Speech Wakil Presiden RI Refrmasi birkrasi merupakan kunci kemajuan di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini dibuktikan melalui pengalaman di berbagai negara bahwa kinerja
pembangunan suatu bangsa ditentukan leh kinerja pemerintahan. Birkrasi mdern adalah birkrasi yang independen dan mendekati sifat mesin untuk mencapai suatu hasil. Capaian hasil akan tergantung pada efisiensi mesin dan siapa yang menggunakan mesin tersebut. Pimpinan instansi, baik pusat maupun daerah dihadapkan pada 2 tantangan: memperbaiki efisiensi birkrasi dan menjaga independensi birkrasi dari pengaruh yang tidak sehat. Langkah-langkah yang telah dijadwalkan leh Kementerian PANRB merupakan upaya yang baik dan harus didukung. Setiap instansi dapat berbeda rencana aksinya dengan instansi lain, namun kerangkanya tetap sama dengan berdasar pada prgram yang diterbitkan Kementerian PANRB. Apabila birkrasi digunakan untuk tujuan yang tidak seharusnya, maka birkrasi tidak akan memberikan hasil yang baik. Keteladanan dari pimpinan pemda menjadi elemen penting dalam refrmasi birkrasi. Ada 3 pengaruh yang dapat merusak birkrasi: Plitik. Birkrasi harus bebas dari kepentingan plitik sempit. Tanpa kebebasan dari plitisasi birkrasi, semua upaya refrmasi akan gagal. Pengaruh negatif dari kerja sama dengan sektr privat. Apabila tidak ada rambu yang jelas tentang hal yang benar dan salah, maka birkrasi dapat jatuh pada kebijakan yang salah. Birkrasi jangan sampai dikptasi/disubrdinasi leh dunia bisnis. Ini menjadi tugas dari pimpinan setiap instansi pusat dan daerah. Pengaruh negatif dari pribadi yang dminan yang memiliki agenda yang tidak sejalan dengan tujuan diciptakannya birkrasi di daerah ataupun negara. Apapun yang dilakukan untuk memperbaiki efisiensi dan kinerja birkrasi harus diiringi dengan pengawalan dari pimpinan mengenai dampak-dampak negatif yang mungkin memengaruhi. Diperlukan champin untuk melakukan refrmasi birkrasi, karena ini adalah langkah yang tidak rutin dan membutuhkan energi, tekad, dan keberanian ekstra untuk melakukan perubahan. Tidak dapat mengandalkan refrmasi birkrasi pada rang-rang yang berpikir secara rutin dan melakukan segala sesuatu sesuai apa yang ada. Idealnya, champin adalah pimpinan dari rganisasi. Dalam hal pemerintah daerah, tentunya adalah kepala daerah. Tanpa keteladanan dari pimpinan, refrmasi birkrasi akan menjadi refrmasi birkrasi prfrma atau refrmasi birkrasi dkumen. Tugas pemerintah pusat adalah memfasilitasi prses refrmasi birkrasi di daerah, baik pada tingkat prvinsi, kabupaten, maupun kta. Fasilitasi tidak diartikan sebagai mengambil alih. Artinya, pemerintah pusat akan mendukung asistensi teknis maupun dana. Namun demikian, intervensi dapat dilakukan dalam batas-batas negara kesatuan. Selain itu, pemerintah pusat juga dapat membuat kebijakan tertentu untuk mendukung refrmasi birkrasi pemerintah daerah. Pimpinan daerah harus dapat mengidentifikasi rang-rang yang dapat menggerakkan refrmasi birkrasi di daerahnya. Bagi masyarakat, hal terpenting dari pemerintahan adalah Pelayanan publik yang berkualitas baik; setiap pemda agar menyusun instrumen pengukuran kualitas pelayanan publik. Instrumen ini harus bersifat independen dan rutin. Kementerian PANRB harus mendukung hal ini. Penyalahgunaan anggaran yang minim; hal ini juga harus didukung
leh instrumen yang dapat mengukur keberhasilannya. Efisiensi penggunaan uang publik dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik; hal ini juga dapat diukur, namun membutuhkan kesadaran pimpinan untuk mempertimbangkan ini. Kementerian PANRB diharapkan dapat memberikan pedman untuk hal ini, sehingga pimpinan daerah akan lebih mantap dan tidak perlu khawatir dengan pertanggungjawabannya. Perbaikan pada prses pembuatan kebijakan dan kualitas kebijakan yang dihasilkan; Kami menghargai pemda yang melakukan eksperimentasi dalam mekanisme pelayanan publik yang lebih baik. Pilt prject bukan untuk membatasi invasi dan inisiatif pemerintah daerah, namun untuk menetapkan bttm-line atau batas minimal refrmasi birkrasi. Perbaikan yang lebih tinggi lagi yang sebenarnya menjadi tujuan dari tnmi daerah. Manfaat refrmasi birkrasi akan dapat dirasakan dalam jangka panjang untuk generasi muda di setiap daerah. Pimpinan daerah harus menjadi negarawan, bukan plitisi. Bedanya adalah wawasan dari pimpinan tersebut. Plitisi hanya berpikir tentang pemilu yang akan datang, sementara negarawan berpikir tentang generasi yang akan datang. Kepala daerah harus dapat menjadi plitisi yang berjiwa negarawan. III. Paparan Menteri Dalam Negeri RI Masalah dalam birkrasi Indnesia: Masih ada peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, misalnya dalam hal bentuk hukum RPJMD yang berbeda antara UU 25/2004 dan UU 32/2004; Organisasi pemerintahan belum tepat fungsi dan tepat ukuran; Masih adanya praktik penyalahgunaan wewenang; Pelayanan publik belum mengakmdasi kepentingan seluruh masyarakat; Manajemen SDM yang belum efektif dan ptimal untuk meningkatkan prfesinalisme aparatur; Penempatan SDM aparatur belum mencerminkan kmpetensi yang dimiliki. Pla pikir dan budaya kerja aparatur yang belum mendukung terwujudnya birkrasi yang efisien, efektif, prduktif, dan prfesinal; Keberhasilan refrmasi birkrasi ditentukan leh kmitmen pimpinan serta kemampuan dan integritas birkrat yang melaksanakan. Pkk-pkk pengaturan dalam PP 41/2007 Dasar pembentukan rganisasi dengan Perda; Mempertegas tupksi masing-masing rganisasi perangkat daerah; Kritgeria dengan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan besaran APBD untuk menentukan jumlah SKPD; Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas dan LTD; Pla dan susunan rganisasi masing-masing SKPD; Eselnisasi; Staf ahli kepala daerah; keberadaan dan peran staf ahli perlu dipertimbangkan kembali; Perangkat daerah tnm baru; Perangkat daerah yang memiliki istimewa dan khusus; Lembaga lain yang diamanatkan leh peraturan perundangundangan; Pembinaan dan pengendalian serta evaluasi. Kndisi kelembagaan pemerintah daerah berdasarkan PP Nmr 41 Tahun
2007: PP revisi PP 41/2007 akan berlaku pascaruu ASN menjadi UU ASN. Terjadi pla rganisasi yang sama antardaerah yang tidak sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, ptensi, dan karakteristik daerah; Perumpunan menyebabkan kesulitan dalam melakukan krdinasi dengan K/L dan kesulitan dalam menetapkan kmpetensi pimpinan SKPD; Susunan rganisasi SKPD dibuat tidak berdasarkan hasil analisis beban kerja; Nmenklatur SKPD antardaerah sangat variatif; Eseln terpla secara nasinal tanpa memperhatikan beban kerja; Kriteria variabel hanya menentukan jumlah SKPD yang terdiri dari jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD; Lembaga lain yang dibentuk berdasarkan amanat peraturan perundang-undangan menyebabkan pembebanan APBD; Tidak mengatur pembentukan lembaga sesuai dengan karakteristik daerah; Kelembagaan daerah yang memiliki karakteristik istimewa dan khusus; Staf ahli kepala daerah memiliki tugas fungsi dan kewenangan yang tidak jelas; Belum ada kriteria pembentukan UPTD sehingga jumlahnya tidak terkendali; Sebagian kabupaten/kta tidak melaprkan kepada Mendagri dalam rangka pembinaan dan evaluasi Pemberdayaan kapasitas SKPD leh K/L tidak diatur; Pemanfaatan jabatan fungsinal belum ptimal; Ketiadaan sanksi terhadap pelanggaran PP 41/2007. Prinsip penataan SKPD Diarahkan untuk mewujudkan tujuan tnmi daerah yaitu peningkatan pelayanan, peningkatan kesejahteraan, daya saing daerah, percepatan pembangunan, serta memberikan partisipasi yang luas kepada masyarakat; Penataan SKPD setidaknya mengikuti prinsip dasar dalam penataan rganisasi antara lain pembagian habis tugas, membangun struktur tepat fungsi dan tepat ukuran, pendelegasian, kewenangan, tata kerja yang jelas; Pembentukan SKPD sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, ptensi, dan karakteristik daerah masing-masing; Kesamaan nmenklatur antara K/L dengan perangkat daerah untuk memudahkan krdinasi dan sinkrnisasi prgram pusat dan daerah; Pengembangan jabatan fungsinal. Secara umum, belanja pegawai pada seluruh pemerintah prvinsi memiliki persentase di bawah 50 persen dari APBD. Sementara itu, di sebagian besar kabupaten dan kta, prprsinya masih relatif tinggi. Penataan SKPD prvinsi harus paralel dengan penataan perangkat gubernur sebagai wakil pemerintah; Revisi PP 41/2007 memperhatikan RUU ASN dan UU 32/2004; Pembentukan UPT K/L dilakukan secara selektif dan harus mendapat rekmendasi Menteri Dalam Negeri selaku Ketua Dewan Pertimbangan Otnmi Daerah dan Krdinatr Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemda; Pengangkatan Kepala UPT K/L harus mendapatkan rekmendasi dan
IV. dilantik leh Gubernur. Paparan Menteri Keuangan RI leh Bpk. Rinald Silaban Kecenderungan transfer ke pemerintah daerah sejak 2008-2013 meningkat sekitar 8 persen; Kendala dan tantangan refrmasi birkrasi terkait aspek keuangan: Prprsi terbesar belanja daerah adalah pada belanja pegawai; Secara umum, lebih dari 230 pemerintah daerah yang memiliki prprsi belanja pegawai di atas 50 persen; Penyerapan APBD relatif lambat, yaitu rendah di triwulan I s.d. III, namun melnjak tinggi di akhir Nvember-Desember; Dana idle yang cukup besar akibat mdel transaksi berjangka yang dilakukan Pemda; Belum ptimalnya kualitasn pengellaan administratif yang ditunjukkan leh banyaknya daerah yang memperleh pini disclaimer. Hanya 67 pemda yang mendapat pini WTP, 316 LKPD mendapat pini WDP. Refrmasi birkrasi adalah alat untuk memperbaiki kualitas penyelenggaraan pemerintahan dalam pengellaan keuangan; Peningkatan kualitas birkrasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengellaan dana perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana dampaknya dapat dirasakan langsung leh masyarakat Peningkatan kualitas birkrasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengellaan dana perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana dampaknya dapat dirasakan langsung leh masyarakat Penyusunan/revisi berbagai UU yang terkait harus sangat terkrdinasi dan selaras dengan peraturan lainnya (Revisi UU 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah, Revisi UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan, RUU Aparatur Sipil Negara, dll) V. Penutup leh Menteri PANRB Dalam struktur rganisasi, diharapkan prinsipnya adalah miskin struktur kaya fungsi. Di tingkat K/L, sedang dilakukan penataan kelembagaan pada 13 kementerian/lembaga. Presiden berpandangan bahwa RUU ASN merupakan RUU yang sangat kritis dan menentukan untuk keberhasilan pemerintahan. Kebijakan remunerasi PNS ke depannya adalah berdasarkan beban kerja, kelas jabatan, dan unit kerja. Dibutuhkan kmitmen kepala daerah dan Ketua DPRD untuk mensukseskan refrmasi birkrasi. Pemerintah daerah perlu menemukan dan mengptimalkan engine f refrm. Pemerintah daerah dapat menentukan area perubahan yang paling penting untuk pemdanya sebagai priritas, namun tetap perlu melakukan perubahan pada 8 area yang telah ditentukan dengan jadwal yang sesuai kebutuhan. Ntulis: M. Imam Alfie S.