POTENSI REPRODUKSI IKAN LALAWAK (Barbodes sp) PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

III. METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Clupea platygaster) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR 1

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

J. Aquawarman. Vol. 3 (1) : April ISSN : AQUAWARMAN

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

3. METODE PENELITIAN

GONAD MATURATION OF SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus Blkr) WITH DIFFERENT FEEDING TREATMENTS. By Rio Noverzon 1), Sukendi 2), Nuraini 2) Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

3. METODE PENELITIAN

ADAPTASI DAN PEMELIHARAAN IKAN HIAS GURAME COKLAT (Sphaerychthys ophronomides) DENGAN PENAMBAHAN DAUN KETAPANG

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

DOMESTIKASI DAN PENGEMBANGBIAKAN DALAM UPAYA PELESTARIAN IKAN LALAWAK (Barbodes sp.) YULFIPERIUS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN GABUS (Channa striata BLOCH) DI DAERAH BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat

Keyword: Osteochilus wandersii, Rokan Kiri River, GSI, fecundity, and eggs diameter

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Berk. Penel. Hayati: 15 (45 52), 2009

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus Weber, 1907) DI DANAU SENTANI LISA SOFIA SIBY

Naskah Publikasi TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN WADER. (Rasbora argyrotaenia) DI SEKITAR MATA AIR PONGGOK KLATEN JAWA TENGAH

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA RIA FAIZAH

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

II. TINJAUAN PUSTAKA

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN GABUS (CHANNA STRIATA BLOCH, 1793) DI DANAU TEMPE, KABUPATEN WAJO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tembang (Clupea platygaster) di Perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) : (2013) ISSN :

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SEPATUNG, Pristolepis grootii Blkr (NANDIDAE) DI SUNGAI MUSI

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL DAN TESTIS IKAN ALIGATOR (Atractosteus spatula)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

STUDI ASPEK REPRODUKSI IKAN BAUNG (Mystus nemurus Cuvier Valenciennes) DI SUNGAI BINGAI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian

Aspek Reproduksi Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Bleeker ) di Sungai Rangau Riau, Sumatra

KEBUTUHAN VITAMIN C DAN E (VCE) DI DALAM PAKAN UNTUK MEMPERBAIKI PERFORMANS REPRODUKSI IKAN LALAWAK JENGKOL (Barbodes sp)

Beberapa aspek pemijahan ikan brek Puntius orphoides (Valenciennes, 1842) di Sungai Klawing Purbalingga, Jawa Tengah

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

FOR GONAD MATURATION OF GREEN CATFISH

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

Kata kunci: ikan nila merah, tepung ikan rucah, vitamin E, TKG, IKG

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

Reproductive Biology of Mystacoleucus padangensis in Waters Naborsahan River and Toba Lake Tobasa Regency Province North Sumatra.

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

BIOPOTENSI KELENJAR HIPOFISIS IKAN PATIN (Pangasius pangasius) SETELAH PENYIMPANAN KERING SELAMA 0, 1, 2, 3 DAN 4 BULAN

PENDAHULUAN Latar belakang

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN MINGKIH Cestraceus plicatilis DALAM RANGKA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH

PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BELINGKA (Puntius belinka Blkr)

Aspek reproduksi ikan banyar, Rastrelliger kanagurta (Cuv. 1817) di perairan utara Aceh

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SUMPIT (Toxotes microlepis Gunther 1860) DI PERAIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VII (1): ISSN:

PEMATANGAN GONAD IKAN PALMAS (Polypterus senegalus) DENGAN MENGGUNAKAN PAKAN YANG BERBEDA

Panjang tubuh dan perkembangan gonad Ikan Mansai Mystacoleucus marginatus (Valenciennes, 1842,)

REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHAN RATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT. Ernawati, Y., dan Butet, N.A.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

3. METODE PENELITIAN

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

Biologi reproduksi ikan belanak (Moolgarda engeli, Bleeker 1858) di Pantai Mayangan, Jawa Barat

Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

Beberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari

Deskripsi lokasi penelitian. Myrtaceae. Myrtaceae. Pohon sagu, kerikil 30%, tumbuhan rawa. batu besar 40%. Nephentes

3.KUALITAS TELUR IKAN

Reproductive Biology of Featherback Fish (Notopterus notopterus Pallas, 1769) from the Sail River, Pekanbaru Regency, Riau Province

PENDAHULUAN Latar Belakang

Aspek Biologi Reproduksi Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) di Perairan Umum Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi

Effect of Enriched Feed by n-3 fatty acids and 2% of n-6 fatty acid on Danio rerio Reproduction. N. B. P. Utomo, L. Nurmalia, dan I.

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LEMURU (Sardirtella lortgiceps C.V) DI PERAIRAN TELUK SIBOLGA, SUMATERA-UTARA

ASPEK REPRODUKSI IKAN PARANG-PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal 1775) DI PERAIRAN LAUT BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

Transkripsi:

POTENSI REPRODUKSI IKAN LALAWAK (Barbodes sp) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi reproduksi ikan lalawak (Barbodes sp). Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Ikan lalawak jengkol mempunyai kemampuan reproduksi yang cukup baik dibandingkan dengan ikan lalawak sungai dan kolam (indek kematangan gonad ikan jantan 1.07 0.62 dan betina 14.90 1.05, fekunditasnya 12 936 870.03, bobot telur 113.69 5.52 μg/butir dan diameter telur 0.71 0.01 mm). PENDAHULUAN Dalam upaya mencegah punahnya sumberdaya ikan, selain perlu dilakukan konservasi juga perlu dilakukan upaya domestikasi dan pembudidayaannya. Dalam budidaya salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah dari segi aspek reproduksi. Reproduksi merupakan salah satu mata rantai dalam siklus kehidupan yang saling berhubungan dengan mata rantai lainnya yang akan menjamin kelangsungan hidup spesies. Siklus reproduksi pada ikan tetap berlangsung selama fungsi reproduksi masih normal. Mempelajari reproduksi ikan erat kaitannya dengan perkembangan gonad ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan, selama proses tersebut berlangsung sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10 sampai 25% dan pada ikan jantan 5 sampai 10% dari berat tubuh. Pertambahan berat gonad akan diikuti oleh pertambahan berat ikan serta bertambahnya diameter telur dan perkembangan tingkat kematangan gonad (Effendie 1997). Ikan lalawak merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di perairan umum (seperti sungai Cimanuk) dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi, walaupun belum menjadi jenis ikan yang terancam punah, ikan ini perlu mendapat perhatian karena di beberapa lokasi keberadaannya sudah sangat berkurang (Sjafei et al. 2001). Ikan lalawak yang ditemukan di perairan Cimanuk memiliki fekunditas (potensi reproduksi) sebesar 12 200 sampai 13 500 butir telur, dengan nilai GSI (gonado somatik index) pada ikan betina TKG IV (tingkat kematangan gonad) sebesar 5.6 sampai 14.2%. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa nilai fekunditas dari suatu spesies ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti ketersediaan makanan (Wooton 1979), ukuran ikan (panjang dan berat) (Synder 1983) dan ukuran diameter telur (Woynarovic dan Horvath 1980) serta faktor lingkungan (Abidin 1986). Dalam proses perkembangbiakan ikan secara alami, perkembangan gonad dan pemijahan merupakan respon terhadap rangsangan lingkungan. Kondisi lingkungan tersebut telah berhasil ditiru untuk pematangan gonad dan pemijahan. Untuk jenis-jenis ikan tertentu yang belum atau baru didomestikasikan (seperti ikan lalawak), maka potensi reproduksinya perlu diketahui dan dikaji lebih lanjut untuk selanjutnya dijadikan dasar dalam proses pengembangbiakannya.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai Desember 2003. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Congeang dan Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang dan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air dan Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan reproduksi dari varietas ikan lalawak baik yang berasal dari hasil tangkapan di perairan umum (sungai) maupun kolam masyarakat. Prosedur Penelitian Pengambilan sampel ikan lalawak dari berbagai varietas dilakukan pada perairan umum dan kolam-kolam masyarakat yang ada di sekitar Kecamatan Congeang dan Buah Dua Kabupaten Sumedang. Dari hasil ikan yang tertangkap di peroleh ikan yang matang gonad untuk ikan lalawak jengkol betina satu ekor dan jantan dua ekor, ikan lalawak sungai betina satu ekor dan jantan satu ekor sedangkan ikan lalawak kolam didapatkan dua ekor yang betina dan empat ekor jantan. Alat yang digunakan antara lain elektrofishing, jala lempar, seser dan jaring. Ikan yang didapat diawetkan di dalam larutan formalin 8-10%, sedangkan sampel gonad segar diawetkan di dalam larutan Bouin untuk dibuat preparat histologisnya dan selanjutnya dianalisis di laboratorium. Di laboratorium diukur panjang total dan berat tubuhnya. Pengukuran panjang total menggunakan mistar dengan tingkat ketelitiannya 1 mm dan berat total ikan ditimbang memakai Neraca O'haus dengan tingkat ketelitian 0.01 g. Selanjutnya ikan dibedah, dan diambil gonadnya untuk kemudian dianalisis aspek reproduksinya. Parameter Uji Parameter yang diamati meliputi: indeks kematangan gonad, tingkat kematangan gonad, bobot telur, diameter telur dan fekunditas. Analisis Data Data tentang indeks kematangan gonad, bobot telur, diameter telur dan fekunditas dari masing-masing varietas ikan lalawak dianalisis dengan mentabulasikan semua data yang diperoleh dari ikan sampel kemudian untuk melihat mana yang terbaik dari masing-masing varietas dilakukan uji banding. Sedangkan untuk tingkat kematangan gonad data dianalisis dengan melihat tahapan-tahapan perkembangan gonad secara morfologis dan anatomis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai indeks kematangan gonad, fekunditas, bobot telur dan diameter telur dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan lalawak umumnya berkisar antara TKG I II (Tabel 2). Tabel 1. Nilai rerata indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas (F), bobot telur (BT) dan diameter telur (DT) Parameter Jenis Jengkol Sungai Kolam IKG (%) 1.07 0.62 14.90 1.05 1.11 0.79 9.28 5.64 0.97 0.54 10.19 5.34 F (butir) - 12 936 870.03 11 124 247.10 13 135.2 521.84 BT (μg/butir) - 113.69 5.52 76.87 36.39 82.04 46.23 DT (mm) - 0.71 0.01 0.67 0.02 0.67 0.02 Tabel 1, menunjukkan bahwa indeks kematangan gonad ikan betina baik yang berasal dari sungai maupun kolam lebih besar daripada ikan jantan. Nilai indeks kematangan gonad ikan betina yang tertinggi terdapat pada ikan lalawak jengkol (14.90%), selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh ikan lalawak kolam (10.19%) dan sungai (9.28%). Sedangkan untuk ikan jantan nilai indeks kematangan gonad yang terbesar pada ikan lalawak sungai (1.11%), selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh ikan lalawak jengkol (1.07%) dan kolam (0.97%). Hal ini disebabkan karena pertambahan bobot ovarium selalu lebih besar daripada pertambahan bobot testis. Peningkatan bobot ovarium berhubungan dengan proses vitelogenesis dalam perkembangan gonad, sedangkan peningkatan bobot testis berhubungan dengan proses spermatogenesis (Cerda et al. 1996). Tabel 2. Kriteria tingkat kematangan gonad ikan lalawak (Barbodes sp) secara anatomis Tingkat Kematangan Gonad Betina Jantan I Ovarium seperti benang, panjang sampai ke depan rongga tubuh, warna jernih, permukaan licin. Testis seperti benang, lebih pendek (terbatas) dan terlihat ujungnya di rongga tubuh, warna jernih. II Ukuran ovarium lebih besar, warna lebih gelap kekuning-kuningan, telur belum terlihat jelas dengan mata. Ukuran testis lebih besar, warna putih seperti susu, bentuk lebih jelas daripada tingkat I TKG I, gonad betina masih berbentuk sepasang benang kasar yang terletak pada bagian kanan dan kiri rongga perut, warna kuning kecoklatan dengan permukaan licin dan telur belum dapat dilihat. Secara histologis gonad TKG I didominasi oleh oosit dengan inti sel yang lebih besar, serta sitoplasma yang berwarna ungu lebih tebal. Pada ikan mas, ukuran oosit stadium ini bekisar antara 25.0 sampai 262.5 μm (Hardjamulia 1987) dan pada ikan semah berkisar antara 30 sampai 120 μm (Hardjamulia et al. 1995). Sedangkan gonad ikan jantan berbentuk sepasang benang berwarna bening dan licin, serta ukurannya lebih pendek dan kecil bila dibandingkan dengan gonad betina. Secara histologis

terlihat jaringan ikat lebih dominan. Sel spermatogonium berasal dari perkembangan pertama atau kedua yang akan memasuki perkembangan tahap spermatogonia. Fase ini dinamakan immature/belum matang (Murphy dan Taylor 1990). TKG II, gonad betina berukuran lebih besar daripada TKG I, mengisi sepertiga rongga perut, berwarna coklat muda. Butiran telur masih belum dapat dilihat dengan mata. Pada fase ini belum terdapat granula kuning telur (Hardjamulia et al. 1995), sehingga dinamakan fase istirahat (Amstrong et al. 1992). Secara histologis TKG II mempunyai oosit dengan diameter bertambah besar, sitoplasma terlihat lebih jelas berwarna ungu. Pada perifer sitoplasma sudah kelihatan lapisan vesikula kuning telur. Untuk ikan jantan, gonad mempunyai ukuran lebih besar daripada TKG I, dan berwarna putih. Secara histologis kantong-kantong tubulus seminiferi mulai berisi spermatosit yang berasal dari perkembangan spermatogonium (Gambar 1). TKG I 1 TKG I 2 4 TKG II 1 TKG II 3 5 A Gambar 1. Struktur histologis gonad ikan Lalawak betina (Barbodes sp) (A) dan ikan Lalawak jantan (Barbodes sp) (B) (Pewarnaan hematoxylin-eosin) Keterangan : 1. Oosit, 2. inti sel, 3. vesikula, 4. spermatogonium, 5. spermatosit Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Peningkatan bobot ovarium dan testis juga bergantung kepada ketersediaan pakan, karena bahan baku dalam proses pematangan gonad terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein (Kamler 1992). Menurut Luvi (2000), nilai IKG ikan lalawak yang tertangkap di Sungai Cimanuk untuk yang jantan berkisar antara 0.78 sampai 6.26, sedangkan yang betina 0.71 sampai 29.07%. Peningkatan nilai indeks kematangan gonad, fekunditas, bobot telur dan diameter telur dapat disebabkan oleh perkembangan oosit. Nilai fekunditas suatu spesies ikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan (Wootton 1979). Nilai fekunditas tertinggi didapati pada ikan lalawak kolam yaitu sebesar 13 135.2 butir, selanjutnya diikuti oleh ikan lalawak jengkol sebesar 12 936 butir dan ikan B

lalawak sungai sebesar 11 124 butir. Perbedaan ukuran (bobot tubuh dan panjang total) akan menyebabkan berbedanya ukuran bobot ovarium dan juga akan menyebabkan berbedanya nilai fekunditas. Ikan yang baru pertama kali matang gonad memiliki ukuran tubuh lebih kecil bila dibandingkan dengan ikan yang telah mengalami beberapa kali matang gonad (Synder 1983). Nilai fekunditas juga dipengaruhi oleh ukuran diameter dan bobot telur (Woynarovich dan Horvath 1980). Bobot telur tertinggi didapati pada ikan lalawak jengkol 113.69 μg/butir dan selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh ikan lalawak kolam sebesar 82.04 μg/butir dan ikan lalawak sungai sebesar 76.87 μg/butir. Sedangkan untuk diameter telur terbesar didapati pada ikan lalawak kolam dan sungai yaitu sebesar 0.71 mm dan ikan lalawak jengkol sebesar 0.67 mm. Selanjutnya Abidin (1986) menyatakan bahwa nilai fekunditas, bobot telur dan diameter telur juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. SIMPULAN Ikan lalawak jengkol mempunyai kemampuan reproduksi yang cukup baik dibandingkan dengan ikan lalawak sungai dan kolam. SARAN Untuk meningkatkan performans reproduksi dari ikan lalawak, perlu dilakukan kajian lebih lanjut baik dari segi aspek lingkungannya maupun pakan. DAFTAR PUSTAKA Abidin AZ. 1986. The reproductive biology of a tropical cyprinid, Hampala macrolepidota from Negara Zoo Lake, Kuala Lumpur, Malaysia. Jour. Fish Biol. 29: 381-391. Amstrong MP, JA Musick, JA Colvocoresses. 1992. Age, growth and reproduction of the goosefish Lophius americanus. Fishery Buletin 90 (2): 217-230. Cerda L, BG Calman, GJ Lafleur Jr, dan S Limesand. 1996. Pattern of vitellogenesis and ovarian folicular cycle of Fundulus heteroclitus. General and Comparative Endocrinology. 103: 24-35. Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. 163 hal. Hardjamulia A. 1987. Beberapa aspek pengaruh penundaan frekuensi pemijahan terhadap potensi ikan mas (Cyprinus carpio L). Disertasi, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hardjamulia A, N Suhendra dan E Wahyudi. 1995. Perkembangan oosit dan ovari ikan semah (Tor dournensis) di sungai Selabung, Danau Ranau, Sumatera Selatan, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia I, 3: 36-46.

Kamler, E. 1992. Early life history of fish. An energetics approach. Chapman and Hall. London. 267 pp. Luvi, D.M. 2000. Aspek reproduksi dan kebiasaan makanan ikan lalawak (Barbodes balleroides) di Sungai Cimanuk, Sumedang Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. Murphy MD dan RG. Taylor. 1990. Reproduction, growth and mortality of red drum Sciaenops ocellatus in Florida waters. Fishery Bulletin 88 (3): 531-542. Sjafei DS, SB Susilo, MF Rahardjo dan Sulistiono. 2001. Suistainable Management and Conservation Based on Ichthyofauna Diversity in Cimanuk River Basin. Faculty of Fisheries and Marine Science. Bogor Agricultural University. Synder DE. 1983. Fish eggs and larvae. Pp. 165-197 In L. A Nielsen, D. L Johson and S.S Lampton, ed. Fisheries Techniques. American Fisheries Society. Bathesda, Maryland. Wootton RJ. 1979. Eneergy cost of egg production and enviromental of fecundity in teleost fishes. In P. J Miller, ed. Fish Phenology: Anabolic adaptiveness in teleost. The Zoological Society of London. Aademic Press, London. Woynarovich, E. And L. Horvath.1980. The artificial propagation of warm water finfish a manual for extension. FAO Fisheries Tecnical Paper. Rome.