Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

ADSORPSI PEWARNA METHYLENE BLUE MENGGUNAKAN PASIR VULKANIK GUNUNG MERAPI SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR LAMPIRAN... x

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KAPASITAS DAN ENERGI ADSORPSI KARBON AKTIF, KITOSAN-BENTONIT, DAN KOMBINASINYA TERHADAP RESIDU PESTISIDA ENDOSULFAN DAN ION

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

Hasil dan Pembahasan

BAB IV METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. 2. Tabel penentuan konsentrasi dan kadar pada beda variable pelarut

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka. Pembuatan adsorben campuran kaolinlimbah KMK pada NDS dan HDTMA-Br

Ferry Riyanto Harisman Powerpoint Templates Page 1

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORBSI ZAT PEWARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN MENGGUNAKAN ADSORBEN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao) TERAKTIVASI HNO 3

ADSORPSI Pb (II) MENGGUNAKAN BIOMASSA GENJER (Limnocharis flava) ADSORPTION OF Pb (II) USING Limnocharis flava BIOMASS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

STUDI KINETIKA ADSORPSI LARUTAN ION LOGAM KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN ARANG BATANG PISANG (Musa paradisiaca)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Analisa Kadar Air Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa

Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Adsorben Zat Warna Methylene Blue

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

Transkripsi:

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet 1. Membuat larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. Larutan induk methyl violet dibuat dengan cara melarutkan 1 gram serbuk methyl violet dengan akuades sebanyak 250 ml hingga larut kemudian ditambahkan dengan akuades dalam labu takar 1 liter hingga tanda batas sehingga diperoleh larutan methyl violet 1000 ppm sebanyak 1000 ml. Menurut perhitungan: 1 = 1 /, maka jika ingin membuat larutan 1000 ppm dalam 1 L dibutuhkan massa sebanyak 1000 mg. 2. Membuat Larutan Standar Methyl violet. Larutan standar dibuat dari larutan induk 1000 ppm yang diencerkan menjadi 100 ppm sebanyak 50 ml. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 Diketahui : V 1 = volume larutan standar yang diencerkan V 2 = volume larutan pengenceran M 1 = konsentrasi larutan yang diencerkan M 2 = konsentrasi larutan pengenceran Dari persamaan di atas didapatkan V 1 sebagai berikut: = 1000 = 100 50 = 100 50 1000 = 5 Kemudian, 5 ml larutan methyl violet 1000 ml diencerkan dengan akuades menggunakan labu takar 50 ml hingga tanda batas. Sehingga diperoleh larutan methyl violet 100 ppm sebanyak 50 ml. Larutan 100 ppm tersebut digunakan sebagai larutan induk untuk membuat larutan standar. 38

a) Larutan standar 1 ppm Larutan induk 100 ppm yang diencerkan menjadi 1 ppm sebanyak 50 ml. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 100 = 50 1 = 50 1 100 = 0,5 Larutan induk 100 ppm diambil sebanyak 0,5 ml dan diencerkan pada labu takar 50 ml menggunakan akuades sampai tanda batas. b) Larutan standar 1,5 ppm Larutan induk 100 ppm yang diencerkan menjadi 1,5 ppm sebanyak 50 ml. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 100 = 50 1,5 = 50 1,5 100 = 0,75 Larutan induk 100 ppm diambil sebanyak 0,75 ml dan diencerkan pada labu takar 50 ml menggunakan akuades sampai tanda batas. c) Larutan standar 2 ppm Larutan induk 100 ppm yang diencerkan menjadi 2 ppm sebanyak 50 ml. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 100 = 50 2 = 50 2 100 = 1 Larutan induk 100 ppm diambil sebanyak 1 ml dan diencerkan pada labu takar 50 ml menggunakan akuades sampai tanda batas. d) Larutan standar 2,5 ppm Larutan induk 100 ppm yang diencerkan menjadi 2,5 ppm sebanyak 50 ml. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 39

100 = 50 2,5 = 50 2,5 100 = 1,25 Larutan induk 100 ppm diambil sebanyak 1 ml dan diencerkan pada labu takar 50 ml menggunakan akuades sampai tanda batas. e) Larutan standar 3 ppm Larutan induk 100 ppm yang diencerkan menjadi 3 ppm sebanyak 50 ml. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 100 = 50 3 = 50 3 100 = 1,5 Larutan induk 100 ppm diambil sebanyak 1,5 ml dan diencerkan pada labu takar 50 ml menggunakan akuades sampai tanda batas. f) Larutan standar 3,5 ppm Larutan induk 100 ppm yang diencerkan menjadi 3,5 ppm sebanyak 50 ml. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 100 = 50 3,5 = 50 3,5 100 = 1,75 Larutan induk 100 ppm diambil sebanyak 1,75 ml dan diencerkan pada labu takar 50 ml menggunakan akuades sampai tanda batas. g) Larutan standar 4 ppm Larutan induk 100 ppm yang diencerkan menjadi 4 ppm sebanyak 50 ml. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 100 = 50 4 = 50 4 100 = 2 40

Larutan induk 100 ppm diambil sebanyak 2 ml dan diencerkan pada labu takar 50 ml menggunakan akuades sampai tanda batas. 3. Membuat larutan adsorbat a) Larutan 100 ppm untuk variasi waktu Larutan induk 1000 ppm yang diencerkan menjadi 100 ppm sebanyak 100 ml. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 1000 = 100 100 = 100 100 1000 = 10 Larutan induk 1000 ppm diambil sebanyak 10 ml dan diencerkan pada labu takar 100 ml menggunakan akuades sampai tanda batas. b) Larutan dengan variasi konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 100, 120, dan 150 ppm. Larutan induk 1000 ppm yang diencerkan menjadi 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 100, 120 dan 150 ppm sebanyak 100 ml. Larutan 10 ppm dibuat dengan cara mengencerkan larutan induk 1000 ppm dengan mengambilnya sebanyak 1 ml dengan rumus di bahah ini, kemudian diencerkan menggunakan labu takar 100 ml dengan akuades sampai tanda batas. Rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 1000 = 100 10 = 100 10 1000 = 1 Analog dengan cara di atas, maka banyaknya larutan induk 1000 ppm yang diambil untuk diencerkan sebagai larutan adsorbat tercantum pada Tabel 12. 41

Tabel 12. Hasil Perhitungan Pengenceran Berbagai Variasi Konsentrasi. No. Konsentrasi (ppm) Volume Larutan Induk yang Diambil (ml) 1. 10 1 2. 20 2 3. 30 3 4. 40 4 5. 50 5 6. 60 6 7. 70 7 8. 100 10 9. 120 12 10. 150 15 42

Lampiran 2 Perhitungan Daya Adsorpsi Variasi Waktu 1. Perhitungan Daya Adsorpsi Variasi Waktu Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya adsorpsi pasir vulkanik Merapi adalah: Diketahui: = ( h ) 1000 D C awal C akhir V W = daya adsorpsi = konsentrasi awal larutan methyl violet sebelum adsorpsi = konsentrasi larutan akhir setelah adsorpsi. = volume larutan pada proses adsorpsi. = berat adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi. Sehingga daya adsorpsi pada waktu kontak 5 menit adalah = ( h ) 1000 (99,225 35,95) 50 = 0,5 1000 = 63,275 50 500 = 6,3275 mg/g Analog dengan cara di atas, maka daya adsorpsi pasir vulkanik terhadap methyl violet dengan variasi waktu dapat dilihat pada Tabel 13. 43

Tabel 13. Hasil Perhitungan Daya Adsorpsi Pada Variasi Waktu C teoritis Waktu (menit) C terukur Daya adsorpsi C (ppm) (ppm) akhir (ppm) (mg/g) 0 100 99,225 0 0 5 100 99,225 35,9500 6,3275 7 100 99,225 39,2500 5,9975 10 100 99,225 41,7250 5,7500 20 100 99,225 46,1250 5,3100 30 100 99,225 45,7250 5,3500 45 100 99,225 46,7000 5,2525 60 100 99,225 50,2000 4,9025 90 100 99,225 49,3250 4,9900 150 100 99,225 46,3500 5,2875 210 100 99,225 43,6500 5,5575 270 100 99,225 44,2000 5,5025 360 100 99,225 45,1500 5,4075 2. Grafik Variasi Waktu Vs Daya Adsorpsi Adsorpsi Berikut ini adalah grafik variasi waktu antara Daya Adsorpsi Vs Waktu 8 7 6 Daya Adsorpsi 5 4 3 2 1 0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Waktu Adsorpsi Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Daya Adsorpsi Pasir Vulkanik Merapi Terhadap Methyl Violet dengan Variasi Waktu. 44

Lampiran 3. Perhitungan Daya Adsorpsi Variasi Konsentrasi 1. Perhitungan Daya Adsorpsi Variasi Konsentrasi. Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya adsorpsi pasir vulkanik Merapi adalah: Diketahui: = ( h ) 1000 D C awal C akhir V W = daya Adsorpsi = konsentrasi awal larutan Methyl violet sebelum adsorpsi = konsentrasi larutan akhir setelah adsorpsi. = volume larutan pada proses adsorpsi. = berat adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi. Sehingga daya adsorpsi pada konsentrasi 10 ppm dengan waktu maksimum pada variasi waktu 5 menit adalah = = = ( h ) 1000 (7,836 3,338) 50 0,5 1000 4,498 50 500 = 0,4498 mg/g Analog dengan cara di atas, maka daya adsorpsi pasir vulkanik terhadap methyl violet dengan variasi konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 14. 45

Tabel 14. Hasil Perhitungan Daya Adsorpsi Pasir Vulkanik Terhadap Methyl Violet dengan Variasi Konsentrasi. C teoritis (ppm) C terukur (ppm) C akhir (ppm) Daya Adsorpsi (mg/g) 10 7,836 3,330 0,4498 20 20,880 7,415 1,3465 30 31,620 11,265 2,0355 40 36,890 14,730 2,2160 50 43,810 15,740 2,8070 60 53,430 19,360 3,4070 70 69,880 25,960 4,3920 100 81,820 33,360 4,8460 120 112,580 49,100 6,3480 150 139,180 65,820 7,3360 2. Grafik Daya Adsorpsi Vs Konsentrasi Adsorbat. Berikut ini adalah grafik variasi konsentrasi antara Daya Adsorpsi Vs konsentrasi adsorbat. Daya Adsorpsi 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Konsentrasi Gambar 10. Grafik Hubungan Antara Daya Adsorpsi Pasir Vulkanik Merapi Terhadap Methyl Violet dengan Variasi Konsentrasi Adsorbat. 46

Lampiran 4. Perhitungan Isoterm Langmuir dan Freundlich 1. Isoterm Langmuir a. Data parameter perhitungan isoterm Langmuir untuk daya adsorpsi pasir vulkanik merapi terhadap pewarna methyl violet. Tabel 8. Data Parameter Perhitungan Isoterm Langmuir untuk Daya Adsorpsi Pasir Vulkanik Merapi terhadap Pewarna Methyl Violet. No. C teoritis C terukur (ppm) C akhir / C(ppm) Daya Adsorpsi/ X (mg/g) C/X (ppm.g/mg) 1. 10 7,8360 3,3380 0,4498 7,4211 2. 20 20,8800 7,4150 1,3465 5,5069 3. 30 31,6200 11,2650 2,0355 5.5343 4. 40 36,8900 14,7300 2,2160 6,6471 5. 50 43,8100 15,7400 2,8070 5,6074 6. 60 53,4300 19,3600 3,4070 5,6824 7. 70 69,8800 25,9600 4,3920 5,9107 8. 100 81,8200 33,3600 4,8460 6,8840 9. 120 112,5800 49,1000 6,3480 7,7347 10. 150 139,1800 65,8200 7,3360 8,9722 b. Grafik isoterm Langmuir C/X 10.0000 9.0000 8.0000 7.0000 6.0000 5.0000 4.0000 3.0000 2.0000 1.0000 0.0000 y = 0.044x + 5.496 r=0,7497 0.0000 20.0000 40.0000 60.0000 80.0000 Konsentasi setimbang (C) Gambar 11. Kurva Pola Adsorpsi Isoterm Langmuir 47

2. Data Parameter Perhitungan Isoterm Freundlich untuk Daya Adsorpsi Pasir Vulkanik Merapi terhadap Pewarna Methyl Violet. a. Data parameter perhitungan isoterm Freundlich untuk daya adsorpsi pasir vulkanik merapi terhadap pewarna methyl violet. Tabel 9. Data Isoterm Adsorpsi Freundlich untuk Daya Adsorpsi Pasir Vulkanik Merapi terhadap Pewarna Methyl violet. No. C teoritis Daya C terukurl C akhir / C Adsorpsi/ (ppm) (ppm) X (mg/g) Log X Log C 1. 10 7,8360 3,3380 0,4498 0,6530 0,5235 2. 20 20,8800 7,4150 1,3465 1,1292 0,8701 3. 30 31,6200 11,2650 2,0355 1,3087 1,0517 4. 40 36,8900 14,7300 2,2160 1,3456 1,1682 5. 50 43,8100 15,7400 2,8070 1,4482 1,1970 6. 60 53,4300 19,3600 3,4070 1,5324 1,2869 7. 70 69,8800 25,9600 4,3920 1,6427 1,4143 8. 100 81,8200 33,3600 4,8460 1,6854 1,5232 9. 120 112,5800 49,1000 6,3480 1,8026 1,6911 10. 150 139,1800 65,8200 7,3360 1,8655 1,8184 b. Grafik isoterm Freundlich 2.0000 1.5000 y = 1.055x - 0.266 r=0,9828 Log C 1.0000 0.5000 0.0000 0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 Log X Gambar 12. Kurva Pola Adsorpsi Isoterm Freundlich Dari persamaan isoterm Freundlich, Log X= Log k + b log C, maka nilai konstanta dapat dihitung dengan intersep persamaan regresi liniernya yaitu: log = 0,266, = 0,542 Sehingga nilai konstanta isoterm Freundlich adalah 0,542 48

Lampiran 5 Diagram Alir Prosedur Penelitian A. Diagram Alir Prosedur Penelitian 1. Preparasi pasir vulkanik. Diagram alir preparasi pasir vulkanik dapat dilihat pada Gambar 13. Pasir vulkanik Analisis XRD Disaring dengan ayakan 16 mesh Direndam 6 hari, setiap 3 hari HNO 3 pekat diganti HNO 3 pekat Endapan Disaring Dicuci Dioven pada suhu 150 0 C selama 12 jam Analisis FTIR Analisis XRD Gambar 13. Diagram Alir Preparasi Pasir Vulkanik 49

2. Pembuatan Larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. Diagram alir pembuatan larutan induk methyl violet 1000 ppm dapat dilihat pada Gambar 14. 1000 mg Methyl violet + 1000ml akuades Pengenceran hingga 1000 ml Larutan induk 1000 ppm Gambar 14.Diagram Alir Pembuatan Larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. 3. Pembuatan Larutan Standar Methyl Violet Diagram alir pembuatan larutan standar methyl violet dapat dilihat pada Gambar 15. Larutan induk akuades Pengenceran 100 ppm Pengenceran 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5 dan 4 ppm. Pengukuran λ maks menggunakan spektrofotometer UV-Vis Pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis Pembuatan kurva kalibrasi Gambar 15. Diagram Alir Pembuatan Larutan Standar Methyl Violet. 50

4. Pembuatan Larutan Zat Warna Methyl Violet Sebagai Adsorbat. Diagram alir pembuatan adsorbat dari zat warna methyl violet dapat dilihat pada Gambar 16. Larutan induk Labu takar 100 ml akuades Pengenceran 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 100, 120, dan 150 ppm dengan mengambil larutan induk sejumlah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, dan 15 ml Gambar 16.Diagram Alir Pembuatan Adsorbat dari Zat Warna Methyl Violet. 5. Adsorpsi Zat Warna Methyl Violet pada Variasi Waktu Kontak. Diagram alir adsorpsi zat warna pada variasi waktu kontak dapat dilihat pada Gambar 17. Methyl violet 300 ppm 50 ml + Pasir vulkanik 0,5 gram Pengadukan selama 1 menit Perendaman sesuai waktu kontak Filtrat Penyaringan Endapan Pengukuran absorbansi Gambar 17. Diagram Alir Adsorpsi Zat Warna Methyl violet pada Variasi Waktu Kontak. 51

6. Adsorpsi pada Variasi Konsentrasi Zat Warna Methyl Violet Diagram alir adsorpsi pada variasi konsentrasi zat warna dapat dilihat pada Gambar 18. Methyl violet konsentrasi tertentu 50 ml + Pasir vulkanik 0,5 gram Pengadukan selama 1 menit Perendaman waktu maksimum Filtrat penyaringan Endapan Pengukuran konsentrasi Analisiss spektrofotometri IR Gambar 18. Diagram Alir Adsorpsi pada Variasi Konsentrasi Zat Warna Methyl Violet 52

Lampiran 6 Spektra FTIR Pasir Vulkanik 1. Sebelum Dikontakkan 53

2. Setelah Dikontakkan 54

1. Sebelum Aktivasi Lampiran 7 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik 55

Peak Search Report (39 Peaks, Max P/N = 6.4) [Sebelum dicuci.raw] Sebelum dicuci PEAK: 27-pts/Parabolic Filter, Threshold=3.0, Cutoff=0.1%, BG=3/1.0, Peak-Top=Summit 2-Theta d(å) BG Height I% Area I% FWHM XS(Å) 13.7 6.4583 7 15 8.4 195 5.6 0.39 212 21.999 4.0371 7 31 17.4 364 10.4 0.258 341 22.84 3.8903 8 19 10.7 163 4.7 0.237 377 23.7 3.751 8 43 24.2 442 12.7 0.215 427 24.538 3.6248 6 21 11.8 289 8.3 0.328 261 25.663 3.4684 6 15 8.4 229 6.6 0.407 206 26.501 3.3606 7 18 10.1 217 6.2 0.316 273 27.82 3.2042 7 106 59.6 3151 90.3 0.541 154 28.08 3.1751 6 178 100 3489 100 0.345 248 28.483 3.1311 13 25 14 67 1.9 0.089 >1000 29.539 3.0216 12 19 10.7 32 0.9 0.073 >1000 29.843 2.9914 13 27 15.2 194 5.6 0.222 415 30.36 2.9417 9 37 20.8 954 27.3 0.579 144 30.885 2.8928 12 23 12.9 469 13.4 0.682 122 31.556 2.8328 8 15 8.4 97 2.8 0.222 417 33.158 2.6995 5 10 5.6 229 6.6 0.733 114 33.801 2.6497 5 11 6.2 156 4.5 0.416 206 35.621 2.5183 6 35 19.7 846 24.2 0.467 183 37.302 2.4086 6 12 6.7 72 2.1 0.192 512 39.261 2.2928 3 9 5.1 189 5.4 0.504 171 40.76 2.2119 4 7 3.9 6 0.2 0.1 >1000 42.282 2.1357 7 17 9.6 266 7.6 0.426 206 43.118 2.0962 6 14 7.9 141 4 0.282 324 44.903 2.017 4 9 5.1 195 5.6 0.624 140 48.541 1.8739 3 9 5.1 156 4.5 0.416 216 49.801 1.8295 4 12 6.7 185 5.3 0.37 246 50.722 1.7984 5 10 5.6 202 5.8 0.646 138 51.424 1.7755 4 12 6.7 227 6.5 0.454 199 53.503 1.7113 4 8 4.5 113 3.2 0.452 202 54.164 1.6919 4 8 4.5 32 0.9 0.128 >1000 56.943 1.6158 3 13 7.3 312 8.9 0.499 185 60.327 1.533 4 9 5.1 77 2.2 0.246 408 62.522 1.4843 5 13 7.3 276 7.9 0.552 171 63.963 1.4543 4 9 5.1 135 3.9 0.432 223 65.724 1.4196 4 9 5.1 176 5 0.563 171 66.26 1.4094 5 9 5.1 8 0.2 0.1 >1000 67.42 1.3879 5 9 5.1 8 0.2 0.1 >1000 68.18 1.3743 5 8 4.5 6 0.2 0.1 >1000 69.28 1.3551 4 6 3.4 4 0.1 0.1 >1000 56

2. Setelah Aktivasi 57

Peak Search Report (31 Peaks, Max P/N = 5.0) [sesudah dicuci.raw] sesudah dicuci PEAK: 29-pts/Parabolic Filter, Threshold=3.0, Cutoff=0.1%, BG=3/1.0, Peak-Top=Summit 2-Theta d(å) BG Height I% Area I% FWHM XS(Å) 13.542 6.5333 7 14 12.4 175 6.4 0.4 207 18.922 4.686 6 12 10.6 160 5.9 0.427 194 22.018 4.0337 7 34 30.1 450 16.5 0.283 305 22.801 3.8969 8 18 15.9 143 5.2 0.229 394 23.681 3.754 10 49 43.4 531 19.5 0.231 389 24.481 3.6331 9 34 30.1 370 13.6 0.252 352 25.722 3.4606 8 15 13.3 144 5.3 0.329 260 26.426 3.3699 8 15 13.3 101 3.7 0.231 392 27.82 3.2042 7 96 85 2729 100 0.491 170 28.06 3.1773 7 113 100 2729 100 0.438 192 28.48 3.1314 11 25 22.1 97 3.6 0.111 >1000 29.919 2.984 10 26 23 726 26.6 0.726 114 30.34 2.9435 7 41 36.3 1130 41.4 0.565 148 30.844 2.8966 12 19 16.8 72 2.6 0.165 630 31.541 2.8341 6 22 19.5 218 8 0.218 426 35 2.5616 6 18 15.9 287 10.5 0.383 226 35.58 2.5211 6 36 31.9 884 32.4 0.471 181 39.243 2.2939 4 9 8 130 4.8 0.416 209 42.203 2.1395 7 14 12.4 139 5.1 0.318 282 42.922 2.1054 7 15 13.3 77 2.8 0.154 729 45.583 1.9885 4 9 8 135 4.9 0.432 205 48.383 1.8797 4 11 9.7 124 4.5 0.283 328 49.82 1.8288 5 9 8 8 0.3 0.1 >1000 50.782 1.7964 5 11 9.7 260 9.5 0.693 128 51.501 1.773 5 14 12.4 219 8 0.389 234 52.143 1.7527 4 9 8 88 3.2 0.282 336 53.283 1.7178 4 9 8 141 5.2 0.451 202 56.961 1.6153 4 13 11.5 332 12.2 0.59 155 60 1.5406 5 8 7.1 6 0.2 0.1 >1000 62.222 1.4908 5 15 13.3 311 11.4 0.498 190 65.682 1.4204 4 11 9.7 195 7.1 0.446 218 58

Lampiran 8 Kurva Standar dan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Methyl Violet 1. Kurva Standar Larutan Methyl Violet 59

2. Panjang Gelombang Maksimum Larutan Methyl Violet 60

Lampiran 9 Data Absorbansi dan Konsentrasi Adsorbat pada Fungsi Waktu 61

62

63

Lampiran 10 Data Absorbansi dan Konsentrasi Adsorbat pada Fungsi Konsentrasi 64

65