AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

dokumen-dokumen yang mirip
LEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 20 Maret 2007

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

TREND ORIENTASI NILAI-NILAI POLITIK ISLAMIS VS NILAI-NILAI POLITIK SEKULER DAN KEKUATAN ISLAM POLITIK

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK TIGA TAHUN PRESIDEN

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

ISU-ISU PALING MENDESAK DAN POSITIONING CITRA CAPRES-CAWAPRES

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

BRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami

MEDIA MASSA DAN SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

REFLEKSI 17 TAHUN REFORMASI EVALUASI PUBLIK KINERJA INSTITUSI DEMOKRASI

Tiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

Konstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia

KASUS BANK CENTURY DI MATA PUBLIK

KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

TERORISME, PESANTREN, DAN TOLERANSI AGAMA: PERSPEKTIF KAUM MUSLIM INDONESIA

EFEK CALON TERHADAP PEROLEHAN SUARA PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

KEMUNGKINAN GOLPUT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

ISU-ISU PUBLIK DAN PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA 2007

CEDERA. Website:

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

POPULARITAS DAN PELUANG TOKOH LOKAL

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

SILENT REVOLUTION : KAMPANYE, KOMPETISI CALEG, DAN KEKUATAN PARTAI MENJELANG PEMILU Lembaga Survei Indonesia (LSI) Oktober 2008

Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik Evaluasi Publik Nasional. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

EVALUASI PUBLIK TERHADAP DPR DAN KETUA DPR PILIHAN MASYARAKAT

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009

INTERNET, APATISME, DAN ALIENASI POLITIK

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

KESEHATAN ANAK. Website:

Sindikasi Pemilu dan Demokrasi Jl. Proklamasi No. 65, Jakarta Pusat

INDONESIA Percentage below / above median

PROTES MASSA DAN KEPEMIMPINAN NASIONAL SEBUAH EVALUASI PUBLIK

KINERJA PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO SEBUAH EVALUASI PUBLIK

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website:

DUA TAHUN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI ACEH DAN NIAS PASCA-TSUNAMI : EVALUASI PUBLIK

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

Disabilitas. Website:

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Transkripsi:

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK TEMUAN SURVEI JULI 2007 LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) www.lsi.or.id

IHTISAR TEMUAN Pada umumnya publik menilai bahwa cara pemilihan anggota DPD lebih baik dari cara pemilihan anggota DPR, dan karena itu DPD punya legitimasi demokrasi yang lebih kuat. Hampir semua warga menghendaki agar DPD punya wewenang yang setara dengan DPR dalam legislasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan daerah, bukan hanya memberi masukan kepada DPR seperti selama ini. Publik pada umumnya tidak tahu kalau DPD sekarang tidak punya wewenang legislasi tersebut. Melihat kenyataan ini, 73 persen warga mendukung amandemen UUD untuk memperkuat wewenang DPD dalam legislasi. DPD bersama-sama DPR harus punya wewenang untuk membuat undang-undang yang berkaitan dengan daerah dan mengawasi pelaksanaannya. Amandemen ini harus dilakukan untuk membuat konstitusi kita lebih koheren, lebih konsisten dalam mengaitkan legitimasi demokrasi yang kuat dan wewenang legislasi yang kuat pula.

MASALAH DPD DPD adalah sebuah lembaga demokrasi Indonesia. Dasar legitimasi demokratisnya sangat kuat karena anggotanya dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilu demokratis. Namun demikian hak dan tanggung jawab atau wewenang DPD dalam konstitusi sekarang dibuat tidak mampu meresponi aspirasi konstituen mereka. DPD dalam konstitusi sekarang dibatasi wewenangnya hanya memberikan masukan kepada DPR, tapi tidak punya wewenang untuk ikut memutuskan dalam proses legislasi. Dalam konstitusi kita, secara prosedural demokratis kita punya DPD yang kuat, tapi lemah secara substantif, yakni tak punya wewenang yang kuat dalam proses legislasi. DPD hanya memberi masukan kepada DPD, tapi tidak ikut memutuskan undang-undang. Keadaan ini sangat bertentangan dengan pola umum tentang lembaga demokrasi yang setara dengan DPD di dunia, di mana lembaga seperti DPD punya wewenang legislasi meskipun tidak dipilih langsung oleh rakyat, misalnya dipilih oleh anggota DPR, DPRD, dan bahkan diangkat. Ada cacat demokratis dalam konsitusi kita: Ada wakil rakyat yang dipilih langsung secara demokrtais tapi tidak punya wewenang dalam legislasi. Kalau tidak diberi wewenang legislasi seharusnya lembaga demokrasi semacam DPD itu tidak ada dalam tata negara kita. Sebab kalau dipertahankan dengan keadaan DPD yang tak punya wewnang legislasi seperti sekarang prinsip demokrasi diingkari.

Lanjutan Atas dasar pemikiran itu, ada gagasan untuk dilakukan amandemen UUD yang berkaitan dengan DPD. Amandemen ini tergantung pada sikap anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang merupakan kompenen terbesar dalam menentukan boleh atau tidak bolehnya sebuah pasal di UUD diamandemen. Pro dan kontra terhadap eksistensi DPD tersebut biasa terjadi di kalangan elite politik dan intelektual, dan kita sering mengabaikan pro-kontra di tingkat massa yang lebih luas padahal dalam demokrasi kita sekarang sumber utama dan dasar dari kekuasaan elite politik itu adalah masyarakat luas, bukan hanya elite politik. Karena itu menjadi penting melihat dan mendengarkan apa kata warga republik ini tentang masalah DPD di atas. Dalam konteks itulah survei opini publik nasional yang dilakukan secara sistematik dapat memberikan informasi seberapa besar atau seberapa kecil dukungan atau penolakan publik terhadap gagasan untuk amandemen UUD yang berkaitan dengan wewenang legislasi DPD tersebut.

TUJUAN SURVEI Ingin mengetahui seberapa banyak masyarakat tahu wewenang Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagaimana diatur dalam UUD. Bagaimana harapan masyarakat terhadap peran DPD, dan seberapa besar jarak (gap) antara harapan tersebut dan peran DPD sebagaimana diatur dalam UUD sekarang. Bagaimana harapan masyarakat terhadap perubahan/amandemen UUD tentang DPD agar DPD mempunyai fungsi dan peran yang sejajar dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam legislasi dan pengawasan yang berkaitan dengan daerah, dan karena itu bisa berperan lebih besar dalam memperjuangkan aspirasi rakyat.

INDIKATOR Indikator-indikator : Awareness dan pengetahuan publik tentang wewenang DPD, Harapan publik terhadap wewenang DPD, dan Dukungan publik terhadap amandemen UUD yang berkaitan dengan DPD, Indikator tersebut dirumuskan dalam instrumen survei, dan dapat dilihat secara terpisah.

METODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Jumlah sampel sebesar 1.300 responden, dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 2,8% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sample dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling. Sampel akhir yang berhasil diwawancarai sebanyak 1298 responden. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. Pengumpulan data di lapangan dan quality control dilakukan 3-20 Juli 2007.

Methodologi Survei Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional Prop. 1 Ds 1 Ds n Prop. k Ds 1 Ds m Desa/kelurahan di tingkat Propinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional RT1 RT2 RT3. RT5 Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random KK1 KK2 Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK Laki-laki Perempua n Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan

DEMOGRAFI KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS JENIS KELAMIN AGAMA LAKI-LAKI 50,1 50,0 Islam 89,0 87,0 PEREMPUAN 49,9 50,0 Kristen 8,7 10,0 DESA-KOTA Hindu 2,2 2,0 DESA 60,9 59,0 Lainnya 0,2 1 KOTA 39,1 41,0 ETNIS PENDAPATAN Jawa 39,8 41,6 < 400 ribu 37,1 42,0 Sunda 14,6 15,4 400-999 ribu 36,3 38,0 Melayu 7,4 3,4 >= 1juta 26,6 20,0 Madura 4,0 3,4 KELOMPOK PENDIDIKAN Bugis 1,4 2,5 <= SD * 52,5 60,0 Betawi 1,8 2,5 SLTP 20,3 19,0 Minang 3,8 2,7 SLTA 20,4 18,0 Lainnya 27,3 28,5 Universitas 6,8 4,0 * Sample LSI hanya penduduk yang sudah memiliki hak pilih atau berusia 17 tahun keatas, sementara data sensus BPS tahun 2000 termasuk yang berumur dibawah 17 tahun.

DEMOGRAFI KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS PROPINSI PROPINSI NAD 2.3 1.9 BALI 2.3 1.5 SUMUT 4.6 5.3 NTB 2.3 2.0 SUMBAR 3.1 2.1 NTT 2.3 2.0 RIAU 2.3 2.2 KALBAR 2.3 1.9 JAMBI 0.8 1.3 KALTENG 1.5 0.9 SUMSEL 3.1 3.2 KALSEL 2.3 1.5 BENGKULU 0.8 0.8 KALTIM 1.5 1.4 LAMPUNG 3.1 3.4 SULUT 1.5 1.0 BABEL 0.8 0.5 SULTENG 0.8 1.1 KEPRI 0.8 0.6 SULSEL 3.1 3.5 DKI 3.9 3.5 SULTRA 0.8 0.9 JABAR 15.3 17.4 GORONTALO 0.8 0.4 JATENG 13.9 15.2 SULBAR 0.8 0.5 DIY 1.5 1.6 MALUKU 0.8 0.6 JATIM 14.6 16.7 MALUKU UTARA 0.8 0.4 BANTEN 3.9 4.1 PUPUA 0.8 0.9 IRJABAR 0.8 0.3

SENTIMEN TERHADAP DEMOKRASI

Apakah Ibu/Bapak setuju dengan pernyataan-pernyataan berikut? (%) Negara ini sebaiknya dipimpin oleh tentara aktif 10 30.6 59.4 Demokrasi adalah sumber buruknya pembangunan ekonomi 15.2 12.8 72 Dibandingkan dengan bentuk pemerintahan lainnya, demokrasi adalah bentuk pemerintahan terbaik untuk sebuah negara seperti negara kita ini 6.9 10 83.1 Setuju Tidak setuju TT/TJ Setuju = Gabungan respon setuju atau sangat setuju Tidak setuju = Gabungan respon tidak setuju atau sangat tidak setuju

Seberapa puas atau seberapa tidak puas Ibu/Bapak dengan pelaksanaan demokrasi di negara kita sekarang ini? Sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tidak puas sama sekali?? (%) 57.1 28 3.9 3.3 7.8 Sangat puas Cukup puas Kurang puas Tidak puas sama sekali TT/TJ

Temuan : Sentimen Demokrasi Kuat Secara umum sentimen warga terhadap demokrasi sangat kuat. Warga umumnya menolak kalau demokrasi dipandang sebagai sumber sulitnya pembangunan ekonomi. Warga umumnya juga menolak kepemimpinan tentara aktif dalam kehidupan politik. Warga juga umumnya merasa puas atau cukup puas dengan pelaksanaan demokrasi sekarang. Semua ini adalah indikator bahwa demokrasi sudah cukup tertanam dalam kesadaran publik, dan ini penting untuk penguatan demokrasi kita.

PENGETAHUN UMUM PUBLIK TENTANG DPD

Apakah Ibu/Bapak tahu (dari televisi, koran, radio, buku, sekolah, dari orang lain dll.) bahwa di negara kita ada lembaga negara yang disebut Dewan Perwakilan Daerah (DPD)? (%) Tidak tahu, 23.7 Tahu, 76.3 Umumnya publik aware dengan DPD.

Diantara tugas-tugas berikut, mana tugas utama Dewan Perwakilan Daerah? (%) 89.2 8.2 2.6 Mewakili partai politik Mewakili rakyat daerah di pusat Tidak tahu Bagi yang aware dengan DPD, 9 dari 10 warga mengetahui dengan benar peran Utama DPD secara umum.

Siapa yang memilih anggota DPD? (%) 81.9 5.8 5.1 1.6 5.7 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Presiden Rakyat secara langsung lewat pemilihan umum Tidak tahu Masih ada 8 dari 10 warga tahu siapa yang memilih anggota DPD.

Kepada siapa anggota DPD bertanggung jawab? (%) 64.3 9.6 10.9 4.8 10.3 Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kepada Presiden Kepada Rakyat secara langsung lewat pemilu Tidak tahu Sekitar 6 dari 10 warga tahu kepada siapa anggota DPD harus bertanggung jawab.

Apakah Ibu/Bapak tahu peran-peran atau wewenang DPD sekarang berikut ini (%) Dapat melakukan pengawasan terhadap pemerintah TAPI TIDAK DAPAT menindaklanjuti hasil pengawasan tersebut 2.5 23.8 73.7 TIDAK IKUT MEMUTUSKAN undangundang yang berkaitan dengan kepentingan daerah 1.9 19 79.1 Membahas rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan kepentingan daerah 1.9 33.9 64.2 Tahu Tidak tahu Tidak jawab Umumnya warga tidak tahu wewenang dan peran DPD sekarang, bahwa DPD tak Punya wewenang legislasi dan pengawasan.

Apakah Ibu/Bapak tahu bahwa wewenang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sekarang hanyalah memberikan saran-saran atau masukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tapi tidak punya wewenang atau suara untuk ikut memutuskan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan keinginan rakyat daerah propinsi yang mereka wakili? (%) Tahu, 25 Tidak tahu, 75 Umumnya warga tidak tahu bahwa wewenang DPD terbatas.

Temuan : Publik Aware Secara umum publik aware dengan DPD. Mayoritas warga tahu karakteristik umum DPD, seperti siapa yang memilih dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Tapi warga umumnya tidak tahu kalau DPD tidak punya wewenang dalam legislasi yang berkaitan dengan kepentingan daerah.

TINGKAT KEYAKINAN DAN PENILAIAN TERHADAP KINERJA

Seberapa yakin Ibu/Bapak bahwa lembaga-lembaga negara berikut sejauh ini telah bekerja sebagaimana yang diharapkan rakyat? (%) Presiden 5.5 29.4 65.1 Partai Politik 8.7 39.4 51.8 DPR 5.5 41.5 53 DPD 5.1 41.7 53.2 Yakin Tidak yakin Tidak tahu Yakin = Gabungan respon Sangat yakin atau cukup yakin Tidak yakin = Gabungan respon kurang yakin atau tidak yakin sama sekali

Bagaimana penilaian Ibu/Bapak terhadap kerja anggota lembaga berikut (%) 58.5 56.9 22.6 18.9 27.2 15.9 DPD DPR Baik Buruk Tidak tahu

Temuan : Kepercayaan dan Keyakinan Publik Kepercayaan publik terhadap Presiden paling tinggi (65%) dibanding DPR, DPD, maupun Partai. Kepercayaan paling rendah adalah pada partai politik (39%). Sementara kepercayaan publik pada DPD sama dengan pada DPR (53%). Dilihat dari tingkat kepercayaan ini legitimasi populer untuk DPR dan untuk DPD sama. Penilaian baik publik terhadap kinerja DPR dan DPD juga kurang lebih sama, yakni sekitar 58%.

LEGITIMASI DEMOKRASI

Menurut Ibu/Bapak, cara pemilihan mana yang lebih baik bagi pemilih sendiri? (%) 76.9 18 5.1 Cara memilih anggota DPD di mana rakyat secara langsung memilih satu diantara namanama calon anggota DPD Cara memilih anggota DPR di mana rakyat harus memilih salah satu nama partai politik yang ikut dalam pemilihan umum Tidak tahu

Menurut Ibu/Bapak, mana yang lebih mudah dimintai pertanggung jawaban oleh pemilih dalam memperjuangkan kepentingan pemilih? (%) 74.8 17.4 7.8 ORANG yang dipilih seperti dalam pemilihan anggota DPD PARTAI POLITIK yang dipilih seperti dalam pemilihan anggota DPR Tidak tahu

Menurut Ibu/Bapak, apakah cara pemilihan seperti memilih anggota DPR dapat menghasilkan wakil rakyat yang lebih mewakili keinginan pemilih atau lebih mewakili keinginan partai politik? (%) 61.4 28.1 10.5 Lebih mewakili keinginan pemilih Lebih mewakili keinginan partai politik Tidak tahu

Apakah Ibu/Bapak lebih setuju pada pendapat bahwa keinginan partai mewakili keinginan pemilih atau lebih setuju dengan pendapat bahwa keinginan partai belum tentu mewakili keinginan pemilih? (%) 72.9 18.6 8.5 Keinginan partai mewakili keinginan pemilih Keinginan partai belum tentu mewakili keinginan pemilih Tidak tahu

Temuan : Legitimasi DPD Kuat Legitimasi prosedural adalah dukungan publik terhadap bagaimana anggota DPR dan DPD dipilih. Secara umum, di atas 75% warga memandang bahwa pemilihan anggota DPD di mana warga memilih nama calon secara langsung lebih baik dibanding cara memilih anggota DPR yang bisa hanya dengan memilih partai yang mencalonkannya. Lebih dari 70% publik juga memandang bahwa lebih mudah meminta pertanggung jawaban orang seperti anggota DPD ketimbang partai politik seperti dalam pemilihan anggota DPR. Publik pada umumnya tidak percaya pada partai politik, dan calon-calon yang dicalonkan partai belum tentu mewakili kepentingan pemilih. Semua ini mengindikasikan bahwa anggota DPD punya legitimasi demokratik prosedural yang jauh lebih kuat ketimbang anggota DPR.

HARAPAN TERHADAP DPD DAN DUKUNGAN TERHADAP AMANDEMEN UNTUK PENGUATAN WEWENANG DPD

Apakah Ibu/Bapak berharap atau tidak berharap agar DPD melakukan hal-hal berikut? (%) Dapat menindaklanjuti hasil pengawasan terhadap pemerintah 6.6 4.5 88.9 Ikut memutuskan undang-undang yang berkaitan dengan kepentingan daerah 6.6 6.3 87.1 Membahas rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan kepentingan daerah 2.3 5.7 91.7 Berharap Tidak berharap Tidak tahu/jawab Berharap = Gabungan respon berharap atau sangat berharap Tidak berharap = Gabungan respon tidak berharap atau sangat tidak berharap Umumnya warga (9 dari 10) punya keinginan/harapan agar DPD punya wewenang lebih besar dari yang sekarang.

Apakah Ibu/Bapak mendukung pandangan bahwa DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) harus punya wewenang atau punya suara untuk memutuskan masalahmasalah yang berkaitan dengan kepentingan rakyat daerah bersama-sama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) karena anggota DPD dipilih langsung untuk mewakili daerah? (%) 75.7 12.4 11.9 DPD harus punya wewenang yang sama dengan DPR karena anggota DPD dipilih langsung oleh rakyat untuk mewakili daerah DPD cukup hanya memberikan masukan dan saran Tidak tahu Umumnya warga (69%) mendukung keinginan untuk memperkuat wewenang DPD. Yang menolak secara eksplisit hanya 12%.

Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak setuju dengan pendapat bahwa kita perlu mengubah (mengamandemen) UUD yang berkaitan dengan wewenang DPD agar lebih mampu memperjuangkan kepentingan rakyat daerah yang diwakilinya? (%) 65.2 8.2 10.1 0.7 15.9 Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak tahu Umumnya warga mendukung amandemen UUD untuk memperkuat wewenang DPD (73.4%). Yang menolak secara eksplisit hanya 11%.

Temuan : Dukungan Publik Kuat Hampir semua warga mengharapkan agar DPD punya peran legislasi yang lebih jelas dan lebih kuat, yakni ikut memutuskan UU yang berkaitan dengan daerah bersama-sama dengan anggota DPR. Hampir semua warga juga menginginkan agar DPD punya wewenang untuk menindak-lanjuti pengawasan DPD terhadap pemerintah yang berkaitan dengan daerah. Secara lebih khusus, publik umumnya (73,4%) setuju agar dilakukan perubahan atau amandemen UUD yang beraitan dengan peran DPD agar DPD lebih mampu memperjungkan kepentingan rakyat daerah yang mereka wakili. Semua temuan ini menunjukan bahwa lemahnya peran DPD dalam UUD kita sekarang tidak sesuai dengan aspirasi publik, dan amandemen untuk memperkuat DPD tak bisa dihindarkan untuk memperkuat representasi kepentingan daerah di legislasi pusat. Penolakan terhadap amandemen untuk memperkuat peran DPD sejauh ini datang dari elite, terutama DPR, bukan rakyat. Penolakan amandemen UUD untuk memperkuat peran DPD bertentangan dengan aspirasi dan suara publik pada umumnya, dan karena itu tidak punya dasar legitimasi demokratik.

A N A L I S I S

SUMBER-SUMBER DUKUNGAN PUBLIK BAGI AMENDEMEN UUD 45 Sosial-ekonomi, terutama tingkat pendidikan, menumbuhkan ekspektasi yang tinggi terhadap kinerja demokrasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat ketidakpuasan terhadap kinerja demokrasi semakin tinggi pula, dan rasa tidak percaya pada partai politik juga semakin tinggi. Rasa tidak percaya pada partai politik ini menumbuhkan dukungan legitimasi terhadap cara pemilihan anggota DPD, dan memperkuat dukungan terhadap amandemen UUD untuk memperkuat wewenang DPD dalam legislasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan daerah.

Korelasi Negatif antara pendidikan dengan kepuasan atas kinerja demokrasi dan dengan kepercayaan terhadap partai (r Pearson; P<.05)

Korelasi NEGATIF antara tingkat kepercayaan pada partai dengan legitimasi demokrasi dan dukungan terhadap amandemen UUD untuk DPD (r s Pearson; signifikan pada P<.05) Legitimasi demokrasi: preferensi terhadap cara pemilihan anggota DPD dan lebih mudah meminta pertanggung jawaban pada orang dari pada pada partai.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN dan SARAN Karakteristik demokrasi yang membedakannya dengan rezim nondemokrasi adalah responsiveness rezim terhadap suara publik (Dahl 1973). Responsiveness ini terutama dalam desain institusional, termasuk bagaimana konstitusi mendefinisikan peran DPD. Satu cara untuk melihat responsiveness lembaga-lembaga demokrasi adalah sejauhmana desain institusional dekat atau jauh dari suara publik atau warga negara, sejauhmana desain institusional DPD yang ada sekarang dekat atau jauh dengan aspirasi warga. Bila dekat, maka desain DPD responsif, dan bila jauh, tidak responsif. Cara terbaik untuk mengetahui suara publik tentang berbagai isu, termasuk gagasan untuk memperkuat peran legislatif DPD, adalah sensus. Cara lain yang juga benar adalah survei opini publik yang dilakukan secara ilmiah. Temuan survei bisa mendekati karakteristik populasi bila dilakukan dengan benar.

Lanjutan Dari survei ini ditemukan bahwa tingkat kepercayaan publik pada peran dan penilaian publik atas kinerja DPD sama dengan pada DPR. Umumnya warga percaya pada dua lembaga ini, dan umumnya menilai bahwa kedua lembaga ini bekerja baik untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Yang sangat berbeda adalah legitimasi demokratik prosedural terhadap DPD dan DPR. DPD punya legitimasi demokratik prosedural yang jauh lebih kuat ketimbang DPR. Cara memilih anggota DPD dipandang lebih baik dibanding cara memilih anggota DPR untuk mewakili kepentingan pemilih. Di samping itu, cara memilih anggota DPD dengan memilih nama-nama calon secara langsung juga dinilai lebih membantu untuk membangun mekanisme akuntabilitas wakil rakyat kepada rakyat yang mereka pilih.

Lanjutan Selama ini publik tidak tahu bahwa DPD tidak punya wewenang yang sejajar dengan DPR dalam legislasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan daerah. Tapi di pihak lain, hampir semua warga mengharapkan agar DPD punya wewenang legislatif yang sejajar dengan DPR, punya wewenang bukan hanya membahas rancangan undang-undang dan memberikan masukan kepada DPR, tapi sama-sama DPR memutuskan UU yang berkaitan dengan kepentingan daerah. Karena itu, publik umumnya (73%) mendukung gagasan dilakukannya perubahan atau amandemen UUD yang berkaitan dengan DPD agar DPD punya wewenang legislatif yang sejajar dengan DPR yang berkaitan dengan kepentingan daerah. Publik menghendaki agar dalam UUD kita dinyatakan bahwa DPD, seperti halnya DPR, punya wewenang untuk membuat dan memutuskan UU yang berkaitan dengan kepentingan daerah. Harapan publik ini konsisten dengan legitimasi demokrasi yang kuat yang dimiliki DPD sekarang.

Lanjutan Informasi opini publik ini harus diresponi secara positif untuk membuat desain institusional kita semakin dekat dengan aspirasi publik. Politisi, DPR, partai politik, dan pemerintah, harus mengambil gagasan yang populer ini bila mereka ingin membangun hubungan yang dekat dengan rakyat. Tidak ada insentif politiknya kalau mereka menolak amandemen tersebut sebab dipercaya publik merupakan kebutuhan dasar bagi pejabat dan institusi publik. Penguatan peran DPD, bukan saja benar secara demokratik, tapi juga punya dasar moral dan intelektual yang kuat, dan karena itu sulit untuk menolak gagasan tersebut. Dasar moralnya adalah bahwa anggota DPD mendapat legitimasi demokratis sangat kuat untuk mewakili rakyat, dibanding anggota DPR. Secara intelektual, adanya dua lembaga legislatif, bikameralisme, dalam konteks otonomi daerah atau desentrasilisasi dalam hubungan pusat dan daerah, adalah praktek yang umum dalam demokrasi di dunia. Ada kaitan yang kuat dalam hubungan antara bikameralisme dan sistem politik desentralisasi dalam hubungan pusat dan daerah (Lijphart 1996), dan demokrasi kita seharusnya menjadi bagian dari pola ini.