Sulawesi Tenggara. Tugu Persatuan

dokumen-dokumen yang mirip
Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

Sumatera Barat. Jam Gadang

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

Kalimantan Timur. Lembuswana

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. indikator perbaikan dunia yang tercantum dalam Millenium Development Goals

Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 2 Juta Orang 2,2 Juta Orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,30 2,07per tahun

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

TAHUN JUMLAH KK , JUMLAH KK BERLISTRIK RASIO ELEKTRIFIKASI

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan urusan wajib yang harus dipenuhi oleh pemerintah

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PROFIL PEMBANGUNAN SULAWESI TENGGARA

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

Sulawesi Tenggara merupakan provinsi kepulauan yang kaya akan sumber daya alam.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

Angka harapan hidup (jumlah rata-rata tahun. Jumlah infrastruktur kesehatan per Persentase jumlah desa di suatu kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2014

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011 Makassar, 31 Oktober 2013

TINJAUAN KEGEMPAAN DI SULAWESI TENGGARA PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN STASIUN GEOFISIKA KENDARI

BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

PEMBANGUNAN SPIRITUAL DAN KEAGAMAAN

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

Desa Tertinggal dan Subsidi BBM. Oleh Ivanovich Agusta. PADA akhir tahun lalu berulang kali saya diberondong pertanyaan, setinggi apakah

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UU 29/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN BOMBANA, KABUPATEN WAKATOBI, DAN KABUPATEN KOLAKA UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

Transkripsi:

494 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Sulawesi Tenggara Tugu Persatuan Tugu Persatuan dibangun di atas lahan yang dulu dipakai Musabaqoh Tilawatir Quran (MTQ) Nasional ke- 21 tahun 2006. Karena itu, area ini lazim disebut MTQ Square. Difungsikan sebagai alun-alun Kendari, dan kebetulan berada di depan Kantor Wali Kendari, MTQ Square biasa dipakai untuk berbagai kegiatan: konser musik, bazar, pameran, dan pergelaran lainnya. Ini sesuai cita-cita awal, ingin membangun pusat kota bagaikan kawasan Monas di Jakarta.

Profil Sulawesi Tenggara Ibu : Kendari Luas Wilayah : 38.068 km 2 Jumlah Penduduk : 2,23 juta Kepadatan Penduduk : 64 jiwa/km 2 PDRB/Kapita 2) : Rp 6,3 juta IPM : 68,07 Angka Pengangguran 3) : 4,43% Koefisien Gini 4) : 0,426 2014 Profil Laporan Provinsi 495 Jumlah Rumah Tangga Miskin : 285.283 Jumlah Penduduk Miskin : 1.283.627 Angka : 50,2% Keparahan : 44,05% Indeks : 0,221 Karakter Perbandingan 94,9% 44,0% 76,2% 20,7% 66,9% 18,4% 223.577 61.706 62,0% 57,9% 12,0% 6,2% 1.025.461 258.166 54,8% 38,4% 44,4% 42,8% 44,7% 0,243 IKM 0,165 Keterangan Simbol RT Miskin Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin IKM Keparahan Indeks Keterangan 1) Semua perhitungan kecuali pada jumlah penduduk miskin IKM menggunakan standar rumah tangga 2) PDRB/kapita tanpa Migas 3) Data Agustus 2014 4) Data 2013

496 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Peta Provinsi Sulawesi Tenggara 2013 KOLAKA UTARA 14 KONAWE UTARA 7 KONAWE KOLAKA TIMUR KOLAKA 0 41 23 BOMBANA 30 29 34 KONAWE SELATAN 40 MUNA KOTA BAUBAU KOTA KENDARI 7 13 34 BUTON KONAWE KEPULAUAN 0 BUTON UTARA WAKATOBI 9 Keterangan RT Miskin (%) >50 40-50 30-40 20-30 <20 n.a. Jumlah RT Miskin (dalam ribu) Keterangan Simbol Karakteristik Akses air bersih Sanitasi Pembantu Kelahiran Gizi Seimbang Anak Balita Partisipasi Sekolah Melek Huruf Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bahan Bakar untuk Memasak Sumber Penerangan Kondisi Atap Lantai Dinding Kepemilikan Aset Rumah

Analisis Sulawesi Tenggara Laporan Provinsi 497 Profil Taraf hidup masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) berangsur membaik selama 2012-2014. Beberapa indikator kemiskinan, seperti angka kemiskinan, tingkat keparahan, dan indeks kemiskinan yang diukur secara multidimensi, cenderung turun dalam periode tersebut. Meski tipis, turunnya ketiga indikator kemiskinan multidimensi tersebut menunjukkan semakin besarnya kesempatan masyarakat Sultra memperoleh layanan kesehatan, pendidikan, dan memiliki kualitas hidup lebih layak. Tren positif terkait peningkatan kesejahteraan masyarakat Sultra tecermin dari makin berkurangnya angka kemiskinan multidimensi. Rata-rata ada 2,33 persen rumah tangga miskin di wilayah ini yang naik kelas ke tingkat lebih tinggi selama 2012-2014. Perubahan positif tersebut turut mendorong turunnya indeks kemiskinan Sultra. Pada tahun 2014 indeks kemiskinan di provinsi ini mencapai 0,221 persen. Posisinya berada setingkat lebih baik daripada Papua Barat dan setingkat lebih buruk daripada Sulawesi Tengah tetangganya. Meski terjadi penurunan indeks kemiskinan, perkembangan taraf hidup masyarakat Sulawesi Tenggara tidak banyak berubah. Secara nasional, indeks kemiskinan provinsi seluas 148.140 meter persegi ini berada di peringkat ke-6 dari 33 provinsi. Indeks kemiskinan Sultra berada jauh di bawah rata-rata nasional yang hanya 0,124. Dengan keparahan kemiskinan rata-rata 44,3 persen dalam tiga tahun tersebut, tampak bahwa tingkat kesulitan warga miskin, baik di perdesaan maupun di perkotaan Sultra, relatif tidak berkurang. Jumlah rumah tangga miskin merupakan satu-satunya parameter kemiskinan di Sultra yang masih berfluktuasi selama 2012-2014. Kondisi di tahun 2013 merupakan yang terbaik karena jumlah rumah tangga miskin di provinsi ini turun sebanyak 2,55 persen, menjadi 282.188 rumah tangga. Sayangnya, posisi tersebut tidak bertahan lama karena Tabel 1 Profil Sulawesi Tenggara 2012-2014 Keterangan Jumlah Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Angka (%) Keparahan (%) Indeks 2012 2013 2014 + + + 230.931 58.628 289.559 224.932 57.256 282.188 223.577 61.706 285.283 1.068.636 250.529 1.319.165 1.036.143 257.740 1.293.883 1.025.461 258.166 1.283.627 59,8 40,3 54,5 55,9 36,9 50,7 54,8 38,4 50,2 45,6 42,3 45,0 44,5 41,9 44,0 44,4 42,8 44,1 0,273 0,171 0,245 0,249 0,155 0,223 0,243 0,165 0,221

498 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 setahun kemudian jumlahnya kembali bertambah sebanyak 1,1 persen. Meski jumlah rumah tangga miskin mengalami pasang surut, penghitungan kemiskinan secara individu tidaklah demikian. Selama 2012-2014 jumlah penduduk miskin Sultra terus turun dari waktu ke waktu. Dalam periode tersebut rata-rata terdapat 1,35 persen penduduk yang taraf hidupnya berangsur membaik. Angka Sulawesi Tenggara terdiri atas 12 wilayah kabupaten/kota, yang tak satu pun wilayahnya terbebas dari kemiskinan multidimensi. Sembilan dari dua belas kabupaten/kota yang ada bahkan memiliki rumah tangga miskin lebih dari 50 persen. Kondisi ini terjadi selama 2012-2014. Kabupaten Konawe Utara merupakan pemilik angka kemiskinan multidimensi tertinggi di Sulawesi Tenggara. Proporsi rumah tangga miskin di wilayah seluas 5.101,76 kilometer persegi ini mencapai 65,03 persen. Sebaliknya, angka kemiskinan terendah, yaitu 40,66 persen, dimiliki Kendari, ibu kota Provinsi Sultra. Meski angka kemiskinan multidimensi di tiap wilayah rata-rata lebih dari 50 persen, ada gambaran positif dilihat dari pergerakannya yang cenderung turun dari waktu ke waktu. Dalam dua tahun sejak 2012, angka kemiskinan multidimensi Sulawesi Tenggara berkurang sebanyak 4,34 persen. Kondisi ini muncul akibat terdorong oleh semakin rendahnya jumlah rumah tangga miskin dalam periode yang sama. Kondisi kemiskinan Sulawesi Tenggara yang diukur melalui pendekatan multidimensi berbeda polanya dibandingkan dengan kemiskinan moneter. Selama kurun 2012-2014 pola perubahan angka kemiskinan moneter Sulawesi Tenggara tidak mencolok dan cenderung fluktuatif. Sementara itu, dari kacamata multidimensi, terlihat ada penurunan yang konsisten dari tahun ke tahun. Gambaran kemiskinan yang terjadi di Sulawesi Tenggara memiliki beberapa kemiripan dengan yang terjadi di tingkat nasional. Kemiripan itu terkait lokasi kantong-kantong kemiskinan yang mayoritas terkonsentrasi di perdesaan. Kesamaan lainnya terkait pola kecenderungan perubahan yang turun secara bertahap selama dua tahun berturut-turut sejak 2012. Baik di Sulawesi Tenggara maupun di tingkat nasional, rendahnya kapabilitas masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari lebih banyak terjadi di perdesaan dibandingkan dengan perkotaan. Dalam periode 2012-2014, angka kemiskinan di perdesaan Sulawesi Tenggara kurang lebih satu setengah kali angka kemiskinan di perkotaan. Pada tahun 2013, misalnya, ada sebanyak 56,0 persen rumah tangga miskin Grafik 1 Perbandingan Angka dengan Angka Moneter (%)

Laporan Provinsi 499 di perdesaan Sulawesi Tenggara. Sementara itu, proporsi rumah tangga miskin di perkotaan tak lebih dari 36,9 persen. Dari segi proporsi, angka kemiskinan multidimensi Sultra dan nasional memang memiliki kemiripan. Akan tetapi, jika ditelisik lebih jauh, kesenjangan antara perdesaan dan perkotaan di Sulawesi Tenggara rupanya tidak sebesar nasional. Pada periode yang sama, angka kemiskinan perdesaan di tingkat nasional mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan perkotaan. Tren angka kemiskinan multidimensi Sulawesi Tenggara terus turun selama 2012-2014. Pola ini terjadi pula di tingkat nasional. Baik Sulawesi Tenggara maupun nasional sama-sama mampu menekan angka kemiskinan dalam periode tersebut. Bedanya, angka kemiskinan multidimensi Sultra pada tahun 2014 masih berada di angka 50,2 persen. Artinya, satu dari dua rumah tangga di provinsi ini tidak mendapat akses kesehatan, pendidikan, dan memperoleh kualitas hidup yang layak. Sementara itu, di tingkat nasional kondisinya jauh lebih baik. Angka kemiskinan Indonesia pada tahun yang sama adalah 29,70 persen. Artinya, dari tiga rumah tangga, hanya satu yang tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya. Keparahan Tahun 2014, lebih dari separuh atau 50,2 persen dari total rumah tangga di Sulawesi Tenggara masuk dalam kategori miskin secara multidimensi. Selain besar dari Grafik 2 Angka (%) Menurut - 2012 2013 2014 Sulawesi Tenggara Grafik 3 Keparahan (%) Menurut - 2012 2013 2014 Sulawesi Tenggara

500 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 segi proporsi, intensitas atau tingkat keparahannya pun mencapai 44,1 persen di tahun yang sama. Selisihnya 2,2 persen lebih tinggi dibandingkan dengan di tingkat nasional. Posisi ini mendudukkan Sultra di urutan ke lima dari 33 provinsi di Indonesia. Sementara itu, di antara provinsi lainnya di Pulau Sulawesi keparahan kemiskinan Sultra berada di urutan kedua. Meski demikian, kecenderungan positif tergambar dari pola perubahannya selama periode tersebut. Setidaknya dalam dua tahun sejak 2012, trennya selalu positif atau turun secara bertahap. Awalnya, keparahan kemiskinan Sultra sebesar 45 persen, tetapi dua tahun kemudian turun menjadi 44,1 persen. Meski demikian, penurunan keparahan kemiskinan yang konsisten hanya terjadi di perdesaan. Pada tahun 2012, keparahan kemiskinan di perdesaan tercatat sebesar 45,6 persen. Dua tahun berikutnya, keparahan kemiskinan ini turun menjadi 44,4 persen. Sebaliknya, di perkotaan, keparahan kemiskinan berfluktuasi. Setelah sempat turun pada 2013, keparahan kemiskinan di perkotaan meningkat menjadi 42,8 persen setahun kemudian. Indeks Pendekatan secara multidimensi memotret kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara yang berangsur membaik selama 2012-2014. Pada periode tersebut semakin banyak masyarakat miskin Sultra yang berkesempatan memiliki akses kesehatan, pendidikan, dan memperoleh kualitas hidup lebih baik. Dalam dua tahun tersebut tercatat penurunan indeks kemiskinan di Sultra sebesar 0,024. Kondisi ini persis sama dengan nasional, di mana terjadi selisih indeks kemiskinan dalam jumlah yang sama. Secara umum, perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin Sulawesi Tenggara tergolong tipis. Selama dua tahun tersebut rata-rata penurunan indeks kemiskinan hanya sebesar 0,012 poin. Posisi ini menempatkan Sulawesi Tenggara dalam kategori sepuluh wilayah dengan persoalan kemiskinan terbanyak atau berada di urutan keenam di tingkat nasional. Indeks Sultra, yaitu 0,221. Posisi ini setingkat lebih baik daripada Papua Barat dan setingkat lebih rendah daripada Sulawesi Tengah. Kendari merupakan wilayah dengan tingkat kesejahteraan terbaik di Provinsi Sulawesi Tenggara. Indeks kemiskinan ibu kota provinsi ini merupakan yang terendah, yakni sebesar 0,16 di tahun 2014. Sebaliknya, indeks kemiskinan tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Bombana, yaitu 0,30. Malangnya, selain dari segi indeks, taraf kemiskinan di Kabupaten Bombana pun terhitung paling Grafik 4 Indeks menurut Sulawesi Tenggara

Laporan Provinsi 501 parah di antara 11 kabupaten/kota lainnya. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Hingga kini, persoalan terbesar yang dihadapi oleh rumah tangga miskin di Sulawesi Tenggara ialah yang termasuk dalam dimensi standar kualitas hidup dan kesehatan. Setidaknya ada empat persoalan mendasar, yakni sumber penerangan, akses air bersih, sanitasi, dan bahan bakar untuk memasak. Hingga tahun 2014, sekitar tiga dari empat rumah tangga miskin di Sulawesi Tenggara belum memilik akses listrik yang memadai. Lebih dari 85 persen masyarakat miskin di Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Kolaka tidak memiliki akses listrik yang memadai. Kesulitan lain yang dialami oleh rumah tangga miskin di Sultra adalah minimnya sanitasi. Sebanyak 59,4 persen keluarga tidak memiliki toilet atau jamban sendiri pada tahun 2014. Selama ini enam dari sepuluh keluarga miskin Sultra menggunakan fasilitas mandi cuci kakus (MCK) yang disediakan untuk umum. Sementara itu, dalam hal akses air bersih, rumah tangga yang mengalami persoalan ini kian berkurang dalam kurun waktu 2012-2014. Meski demikian, masih terdapat sekitar 67 persen rumah tangga miskin yang tidak memiliki akses air bersih yang layak pada tahun 2014. Kemudian, dalam hal bahan bakar untuk memasak, setidaknya ada 95 persen rumah tangga miskin yang bahan bakar untuk memasaknya masih belum layak. Bahkan, di Kabupaten Bombana dan Kabupaten Buton Utara, kelangkaan bahan bakar untuk memasak ini dialami oleh semua rumah tangga miskin. Persoalan lain yang dialami oleh rumah tangga miskin ialah asupan gizi anak balita, yang cenderung meningkat. Hal ini ditandai dengan kian bertambahnya rumah tangga miskin yang memiliki anak balita dengan asupan gizi yang tidak seimbang. Pada tahun 2014 sebanyak 67,72 persen rumah tangga tak bisa mencukupi gizi anak balitanya karena terbelenggu kemiskinan. Kondisi ini ternyata lebih parah dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya sebab terjadi lonjakan sebesar 5,5 persen. Rekomendasi Ukuran kemiskinan multidimensi memasukkan Sultra dalam kategori sepuluh wilayah di Indonesia dengan kondisi kemiskinan yang paling memprihatinkan. Pada tahun 2014 indeks kemiskinan Sultra berada di urutan kedelapan tertinggi dari 33 provinsi di Indonesia. Meski masuk dalam kategori terbelakang, tren kesejahteraan masyarakat Sultra cenderung meningkat selama 2012-2014. Pengadaan listrik dan bahan bakar untuk memasak harus segera dilaksanakan. Lambannya program tersebut akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan lainnya, seperti pendidikan dan perbaikan gizi keluarga. Tersedianya listrik membuka peluang masyarakat memperoleh lebih banyak informasi baik dari televisi maupun radio. Wawasan tentang berbagai ilmu pengetahuan dan kesehatan akan mudah sampai ke masyarakat. Sultra sebenarnya memiliki potensi sumber daya listrik. Setidaknya ada sungai-sungai besar yang berkapasitas sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Sungai Lalindu dan Lasolo di Kecamatan Asera, Kabupaten Kendari, misalnya, memiliki daya masing-masing sebesar 100 MW dan 90 MW. Ada pula Sungai Konaweha dengan daya 24 MW. Selain berasal dari sungai, terdapat pula sumber energi listrik dari panas bumi. Dua sumber panas bumi yang ada di Sultra adalah Lainea di Kabupaten Kendari dan Lawele di Kabupaten Buton, masing-masing bisa memproduksi daya sebesar 250 MW dan 175 MW. Jika dikelola lebih baik, semua potensi itu bisa mendorong kesempatan lebih banyak lagi masyarakat miskin dalam mengakses listrik. Program kesehatan yang mencakup penyediaan sanitasi dalam bentuk jamban keluarga harus diterapkan di setiap rumah tangga dan ditujukan terutama kepada kepala keluarga. Sementara itu pemenuhan gizi anak balita mulai dari pengetahuan dasar hingga cara penyajian makanan sehat disampaikan kepada semua perempuan,

502 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 baik yang masih lajang maupun yang sudah menikah. Pemahaman tentang pentingnya asupan gizi bagi ibu hamil serta gizi bagi perkembangan anak balita perlu ditekankan. Program Sehat Cerdas merupakan satu konsep pengembangan dari desa siaga aktif yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan. Program yang difasilitasi Proyek BA- SICS, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, ini patut dikembangkan lebih luas dan cepat agar perbaikan kesejahteraan masyarakat meningkat lebih pesat. Praktik forum-forum desa di Kabupaten Konawe Selatan melalui Mandara Mandidoha (desa sehat, cerdas, dan sejahtera) atau Kampo Waraka (desa sehat) di Kabupaten Buton Utara merupakan contoh dan bukti kuat dasar pembentukan konsep tersebut. Terkait penyediaan elpiji, pemerintah pusat harus kembali menggelar program konversi minyak tanah ke elpiji yang telah dimulai tahun 2007. Hingga kini konversi minyak tanah ke elpiji secara massal belum berhasil terlaksana hingga ke wilayah Indonesia timur, termasuk Sultra. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, hingga 2014 baru satu stasiun pengisian bahan bakar gas terpasang di Sultra, lokasinya di Kendari. Dengan memperhatikan permasalahan utama yang dialami oleh rumah tangga miskin, upaya penanggulangan kemiskinan multidimensi di provinsi ini perlu diarahkan sebagai berikut: 1. Penambahan akses listrik di Kabupaten Muna, Kolaka, Konawe Selatan, dan Konawe, 2. Penyediaan air bersih di Kabupaten Kolaka, Muna, Kendari, dan Kabupaten Konawe. 3. Mempercepat ketersediaan sanitasi di Kabupaten Muna, Kolaka, Konawe Selatan, dan Buton. 4. Peningkatan jaringan distribusi bahan bakar untuk memasak, khususnya elpiji, di Kabupaten Kolaka, Muna, Buton, dan Konawe Selatan. 5. Mendorong program perbaikan gizi anak balita di Kabupaten Buton, Muna, Konawe Selatan, dan Konawe.

Laporan Provinsi 503 Lampiran 1 Jumlah RT Miskin Menurut Dimensi dan Indikator 2012-2014 2012 2013 2014 Indikator + + + 184.323 33.508 217.831 175.515 30.044 205.558 159.920 30.829 190.750 141.268 39.007 180.275 142.459 40.432 182.891 126.440 50.476 176.916 101.626 18.510 120.136 93.292 15.057 108.349 109.941 17.532 127.473 118.487 32.460 150.946 115.047 33.244 148.291 129.755 35.337 165.092 31.219 4.954 36.173 32.131 5.902 38.032 28.926 5.177 34.103 52.389 6.236 58.625 45.312 4.942 50.253 48.712 3.770 52.482 100.411 25.060 125.472 94.416 26.882 121.299 95.861 29.704 125.564 195.684 37.685 233.368 182.690 31.039 213.729 175.415 42.065 217.480 228.889 57.055 285.944 222.449 56.130 278.579 214.466 56.314 270.780 23.610 2.959 26.569 19.089 2.322 21.411 14.682 3.139 17.821 25.505 28.060 53.564 21.308 29.505 50.813 28.996 29.968 58.964

504 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Lampiran 2 Menurut Kabupaten/ 2012 Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Indeks 7401 Buton 32.674 60,4 45,2 0,273 7402 Muna 36.420 58,7 46,0 0,270 7403 Konawe 34.054 59,1 46,3 0,274 7404 Kolaka 41.243 56,0 45,8 0,257 7405 Konawe Selatan 37.482 56,0 44,9 0,252 7406 Bombana 21.303 64,5 46,6 0,300 7407 Wakatobi 10.003 42,6 43,1 0,184 7408 Kolaka Utara 16.076 53,9 44,6 0,241 7409 Buton Utara 8.046 61,5 44,0 0,271 7410 Konawe Utara 7.660 65,0 46,0 0,299 7471 Kendari 30.216 40,7 40,7 0,165 7472 Baubau 14.382 46,0 44,6 0,205 74_SULTENGGARA 289.559 Lampiran 3 Menurut Kabupaten/ 2013 Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Indeks 7401 Buton 33.904 59,3 45,9 0,272 7402 Muna 40.009 61,4 45,8 0,281 7403 Konawe 29.877 50,0 44,1 0,220 7404 Kolaka 40.905 52,4 44,3 0,232 7405 Konawe Selatan 33.671 49,6 42,4 0,210 7406 Bombana 23.146 63,2 44,9 0,284 7407 Wakatobi 9.338 39,8 41,0 0,163 7408 Kolaka Utara 14.446 47,1 42,8 0,202 7409 Buton Utara 6.877 52,8 46,0 0,243 7410 Konawe Utara 7.325 60,8 45,4 0,276 7471 Kendari 29.439 37,1 40,8 0,151 7472 Baubau 13.251 39,3 43,4 0,171 74 SULTENGGARA 282.188

Lampiran 4 Karakteristik 2012-2014 Laporan Provinsi 505

506 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Lampiran 5 Jumlah RT Miskin Menurut Karakteristik 2012 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Buton 32,7 23,3 13,1 17,3 19,2 2,8 8,0 15,0 26,4 32,5 4,7 6,1 Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kendari Baubau SULTENG- GARA 36,4 31,5 16,0 15,1 20,5 3,8 9,8 16,6 32,6 36,3 3,2 5,4 34,1 26,7 21,7 14,6 19,0 4,7 5,8 16,3 29,4 34,1 4,3 3,7 41,2 32,2 34,5 14,6 16,6 6,8 10,7 17,2 34,5 40,4 0,9 6,6 37,5 31,7 16,7 15,7 21,1 5,3 7,8 17,9 29,1 37,4 6,3 2,8 21,3 16,9 16,5 11,0 10,0 3,1 5,4 7,4 18,7 21,2 1,6 2,1 10,0 5,0 8,4 4,9 5,4 0,7 1,3 3,9 7,0 9,9 2,1 1,2 16,1 13,0 12,9 6,4 7,5 2,6 3,2 5,4 14,7 14,8 0,1 1,8 8,0 6,2 4,7 3,4 3,7 1,3 1,0 3,4 7,6 7,9 0,7 0,6 7,7 5,6 5,0 3,4 4,0 1,1 1,5 3,7 7,1 7,6 0,4 0,9 30,2 17,4 23,7 6,2 14,2 2,3 2,0 12,0 16,1 29,5 0,6 18,0 14,4 8,2 7,1 7,5 9,8 1,8 2,1 6,5 10,3 14,3 1,5 4,5 290 218 180 120 151 36 59 125 233 286 27 54

Laporan Provinsi 507 Lampiran 6 Jumlah RT Miskin Menurut Karakteristik 2013 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Buton 33,9 22,4 15,6 17,7 21,6 4,5 9,4 17,6 23,5 33,6 5,8 4,7 Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kendari Baubau SULTENG- GARA 40,0 35,8 23,5 15,7 20,4 5,9 10,6 15,8 35,4 39,7 1,6 4,5 29,9 21,3 19,0 12,3 17,0 2,8 4,8 13,5 24,5 29,7 3,7 2,5 40,9 29,5 30,8 13,5 16,0 7,4 8,7 17,3 35,3 39,8 1,4 6,4 33,7 27,4 18,2 11,7 17,6 5,1 4,4 14,6 25,1 33,6 3,6 2,0 23,1 18,6 18,4 10,2 10,6 3,5 3,1 9,1 19,1 23,1 2,2 1,7 9,3 3,6 7,4 5,3 6,3 0,5 0,9 3,4 5,3 9,3 0,9 1,2 14,4 11,2 12,0 4,9 6,3 1,9 2,6 4,7 12,0 13,4 0,3 1,8 6,9 4,8 4,4 4,1 4,0 0,6 1,1 3,5 6,2 6,9 0,4 0,4 7,3 4,5 4,5 4,0 4,5 1,2 1,0 4,0 6,2 7,2 0,2 0,5 29,4 17,3 20,6 4,0 16,2 3,5 2,0 11,9 14,4 29,1 0,5 18,7 13,3 9,0 8,4 4,8 7,6 1,2 1,6 6,0 6,9 13,1 0,9 6,6 282 22 16 18 22 4 9 18 23 34 6 5