BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama ini berisi pembahasan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepercayaan guru pada pimpinan. 4. Kepercayaan guru pada pimpinan memediasi sebagian (partial

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Afeksi komitmen merupakan pernyataan keterikatan karyawan secara emosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang begitu cepat terutama adanya persaingan yang sangat ketat antara satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB V PENUTUP. signifikan terhadap kinerja guru PAI SMA/SMK di Kabupaten Pati. Artinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

Mohon Anda menjawab pertanyaan ini dengan memberi tanda ( v ) dari pilihan jawaban.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang menyediakan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. (Robbins, 2006 :

BAB I PENDAHAULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi banyak faktor diantaranya keterampilan atau keahlian yang dimiliki,

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB II URAIAN TEORITIS. terhadap produktivitas karyawan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang

BAB V PENUTUP. a. Bahwa Kepemimpinan Transformasional yang berlangsung pada. Kepala Madrasah menjadi pemimpin yang kharismatik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. regresi linier berganda yang dilaksanakan mengenai pengaruh pelaksanaan gaya

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. karyawan dan organisasi yang berimplikasi terhadap keputusan untuk bertahan

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. paling penting adalah soal kepemimpinan (Gunawan, Kompas, 20/01/2013).

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bab 6 ini akan membahas mengenai simpulan, keterbatasan, implikasi dan saran pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI. memotivasi pengikut mereka untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas

KUESIONER. Pengaruh Tingkat Kesesuaian Antara Persepsi Tentang Suatu Keinginan Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan asset yang berharga dalam organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

BAB VI SIMPULAN DAN IMPLIKASI. Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: akan semakin tinggi pula komitmen organisasional pegawai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah hal yang menjadi topik penting dalam setiap penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

Abstrak. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi salah satunya adalah

1

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sasaran tersebut. Rencana yang disusun secara kuantitatif umunya dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini bila kita teliti dengan lebih seksama penyebabnya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kordinasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi ideal adalah sebuah

BAB II LANDASAN TEORI

KUESIONER. Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan, yang saya harapkan Bapak/Ibu. bersedia untuk mengisinya. Bapak/Ibu cukup mengisikan data diri dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, hal tersebut juga akan. Kondisi tersebut mendatangkan peluang-peluang bisnis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

Disusun Oleh Lista Kuspriatni. Universitas Gunadarma 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja

Pendetakan tradisional

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai suatu kontrak antara satu atau lebih principal yang malibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Principal ingin mengetahui seluruh informasi termasuk aktivitas manajemen, yang berhubungan dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggungjawaban kepada agen (manajemen). Namun seringkali terjadi kecenderungan tindakan manajemen yang membuat laporan terlihat lebih baik sehingga kinerjanya dianggap baik pula. Kondisi ini menggambarkan kebijaksanaan perusahaan sangat dipengaruhi teori agensi yang menggambarkan top manajer sebagai agen dalam suatu perusahaan, dimana manajer ini mempunyai kepentingan yang berbeda 7

8 dengan pemilik, tetapi sama sama berusaha memaksimalkan kepuasannya masing -masing (Jensen & Meckling, 1976). Timbulnya masalah keagenan yang akan semakin komplek ini kemudian diperlukan pemimpin yang dapat menjadi contoh bagi bawahannya dan komitmen organisasi untuk mencapai kinerja manajerial yang diinginkan. 2. Kinerja Manajerial Mahoney dkk. (1963) mendefinisikan kinerja manajerial sebagai kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Kinerja manajerial meliputi delapan dimensi, yaitu: a. Perencanaan Perencanaan, dalam hal ini berkaitan dengan penentuan tujuan, kebijakan, dan arah dari tindakan-tindakan yang akan diambil. b. Investigasi Investigasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk pemeriksaan melalui mempersiapkan dan mengumpulkan informasi baik dalam bentuk catatan ataupun laporan-laporan yang dapat mempermudah pelaksanaan pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang dilakukan. c. Pengkoordinasian

9 Pengkoordinasian adalah melakukan kerjasama dengan cara saling bertukar informasi dengan bagian-bagian agar dapat menyesuaikan program yang telah direncanakan. d. Evaluasi Evaluasi merupakan penilaian oleh pimpinan terhadap rencana yang telah disusun dengan harapan pimpinan dapat memberikan catatan hasil kerja sehingga dapat diambil keputusan yang diperlukan. e. Pengawasan (supervisi) Pengawasan merupakan langkah untuk mengukur dan mengoreksi kinerja individu mengenai tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana. f. Pengaturan anggota (staffing) Pengaturan anggota dilakukan dengan menjaga kondisi kerja agar setiap karyawan dapat bekerja secara efektif dan efisien. g. Negosiasi Negosiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memeroleh suatu kesepakatan dalam hal jual beli. h. Perwakilan (representatif)

10 Perwakilan adalah kemampuan anggota untuk melakukan kepentingan-kepentingan umum atas nama organisasi dan menghadiri berbagai pertemuan dengan kolega bisnis. Dimensi-dimensi tersebut dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen klasik. Menurut Stoner (1992) kinerja manajerial mencerminkan seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer yang bekerja secara efektif dan efisien dapat mempengaruhi kualitas keputusan yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. 3. Komitmen Organisasional Komitmen organisasi mengarah terhadap psikologi seseorang pada suatu organisasi (Mathieu dan Zajac, 1990). Hal ini merupakan kekuatan relatif dari identifikasi individu dan keterlibatannya dalam organisasi (Mowday dkk., 1982). Secara umum, terdapat tiga bentuk komitmen organisasi, yaitu komitmen afektif, kontinyu, dan normatif (Meyer dan Allen, 1991). Komitmen afektif menjelaskan keterlibatan emosi seseorang terhadap organisasi. Komitmen kontinyu menjelaskan anggapan karyawan mengenai kerugian yang akan dihadapi apabila meninggalkan organisasi. Sedangkan, komitmen normatif menjelaskan

11 adanya keterlibatan emosional seseorang atau karyawan terhadap tugastugas yang ada di organisasi. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Meyer dan Allen (1991), dikemukakan bahwa komitmen kontinyu tidak mungkin berkorelasi positif dengan kinerja. Hal tersebut disebabkan karena komitmen kontinyu adalah murni didasarkan pada biaya. Oleh sebab itu, pada penelitian ini tidak memasukkan komitmen kontinyu sebagai variabel yang akan diteliti. Dimensi-dimensi yang terdapat pada komitmen afektif, yaitu: a. Emosional Karyawan dituntut untuk mengikuti nilai-nilai yang terdapat dalam organisasi dan memprioritaskan tujuan organisasi. b. Identifikasi Menyatakan bahwa komitmen ada karena adanya kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam organisasi dan jika ditinggalkan akan merugikan organisasi. c. Keterlibatan karyawan dalam organisasi. Dimensi-dimensi yang terdapat pada komitmen normatif, yaitu: a. Kesetiaan yang harus diberikan karena pengaruh orang lain. b. Kewajiban yang harus diberikan pada organisasi. Studi empiris sudah mengidentifikasi faktor organisasional dan individu sebagai faktor-faktor dari komitmen organisasi (Allen dan

12 Meyer, 1990, 1996). Beberapa penelitian telah menguji hubungan antara transformasional dan komitmen organisasi dalam berbagai keadaan organisasional (Bono dan Judge, 2003; Dumdum dkk., 2002). Analisis meta atau rangkuman dari berbagai penelitian menemukan bahwa komitmen afektif, kontinyu, dan normatif berhubungan dengan kepuasan kerja, job involvement, dan komitmen terhadap pekerjaan (Meyer dkk., 2002). Akhir-akhir ini, Joe dkk. (2012) menguji dampak dari inti selfevaluation dan kepemimpinan transformasional pada komitmen organisasional karyawan. 4. Kebanggaan Menjadi Pengikut Pimpinan Kebanggaan menjadi pengikut pimpinan ini merupakan salah satu faktor dari kepemimpinan transformasional. Pemimpin yang memiliki jiwa kharismatik akan menunjukkan sikap mendahulukan kepentingan perusahaan dan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Hal tersebut dapat menimbulkan kesan pada bawahannya bahwa ia memiliki kewajiban yang besar dan berkorban untuk perusahaan. Melihat sikap pemimpinnya seperti itu, bawahan akan merasa bangga dan merasa tenang berada dekat pemimpinnya (Bass, 1992). Untuk mengetahui bahwa seorang karyawan, secara pribadi bangga menjadi pengikut pimpinan dapat dilihat dari kemampuannya memahami visi dari seorang pemimpin transformasional (Kelman, 1958). Pemimpin

13 akan merasa beruntung apabila memiliki karyawan yang dapat memahami dan mengerti isi dari visi-visinya. Tayler dan Blader (2002) mengidentifikasi adanya indikatorindikator dari kebanggaan menjadi pengikut pimpinan, yaitu sebagai berikut: a. Rasa Bangga secara Pribadi (Autonomous Pride) Rasa bangga secara pribadi ditunjukkan dengan kecintaannya pada pekerjaan yang dia jalani. b. Perbandingan Kebanggaan (Comparative Pride) Perbandingan kebanggan ini ditunjukkan dengan sikap seorang karyawan yang membandingkan kelompoknya dengan kelompok kerja lain. c. Rasa Peduli secara Pribadi (Autonomous Respect) Rasa peduli secara pribadi dimaksudkan bahwa manajer menghargai dengan apa yang telah dikerjakan oleh seorang karyawan. Selain hasil akhir, pemimpin juga menghargai ide-ide yang disampaikan oleh karyawan. d. Perbandingan Kepedulian (Comparative Respect) Perbandingan kepedulian ini menjelaskan sikap seorang pemimpin yang lebih peduli terhadap sebagian karyawan saja. e. Keadilan Prosedural (Procedural Justice)

14 Keadilan prosedural menjelaskan bagaimana proses pembuatan keputusan berjalan dengan adil. f. Keadilan Distribusi (Distributive Justice) Keadilan distribusi menjelaskan tentang penghasilan yang diterima oleh setiap karyawan. g. Kesenangan pada Hasil (Outcome Favorability) Kesenangan pada hasil menjelaskan mengenai apa keputusan organisasi yang menguntungkan bagi karyawan. 5. Teori Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang efektif dan berpengaruh terhadap perilaku dan kinerja pengikut atau bawahan (Bass, 1985; Burns, 1978). Bass (1985) mengidentifikasi adanya empat dimensi kepemimpian transformasional, yaitu: a. Inspirasi Inspirasi dimaksudkan bahwa pemimpin dapat mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara sederhana. b. Kharismatik Kharismatik dimaksudkan bahwa pemimpin dapat memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan.

15 c. Perhatian Individu Perhatian individu dimaksudkan bahwa pemimpin dapat memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan secara pribadi, melatih, dan menasihati. d. Rangsangan Kecerdasan Rangsangan kecerdasan dimaksudkan bahwa pemimpin dapat mendorong kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah dengan teliti. Arti penting dari kepemimpinan transformasional terhadap sikap kerja pengikut dan tingkah laku sudah dinyatakan dengan baik (Bartram dan Casimir, 2007). DeGroot dkk. (2000) dan Lowe dkk. (1996) meta analisis sudah menunjukkan hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dan hasil dari pengikut. Hasil tersebut menjelaskan pengaruh kepemimpinan transformasional sebagai nilai dasar, keyakinan, dan sikap dari pengikut (Podsakoff dkk., 1990). Meskipun hasil penelitian yang sudah ada menyatakan hubungan positif pada teori kepemimpinan transformasional, memediasi cara kerja kepemimpinan transformasional berguna untuk pengembangan jangka panjang organisasi.

16 B. Penurunan Hipotesis 1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kebanggaan menjadi Pengikut Pimpinan Kepemimpinan transformasional mendorong pengikut untuk saling bertukar pikiran dan menghasilkan sebuah misi organisasi. Pemimpin transformasional mendukung pengikut dengan memberi motivasi dan keyakinan saat bekerja. Hal tersebut dapat meningkatkan kepedulian terhadap pengikutnya. Tindakan ini dapat membangkitkan rasa kasih sayang pengikut dan mengenal pimpinannya. Mengenali sifat seorang pemimpin mencerminkan sejauh mana pengikut memiliki keyakinan dan kepercayaan pada pemimpin mereka. Pengikut dengan suka hati bekerja dengan pemimpin ketika mereka menunjukkan rasa bangganya kepada anggota lain. Penelitian sebelumnya telah mencoba mengemukakan hubungan antara kepemimpinan transformasional dan kebanggaan menjadi pengikut pimpinan (Boezeman dan Ellemers, 2007). Kepemimpinan transformasional memungkinkan untuk meningkatkan emosi pengikut kepada seorang pemimpin dengan memberikan arahan yang jelas dan menghargai usaha mereka. Penelitian yang telah dilakukan oleh Komardi (2009), menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional dari atasan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai, tetapi

17 kepemimpinan transformasional terbukti berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Penelitian yang telah dilakukan Daft (2011) membuktikan bahwa kepemimpinan transformasional berdampak positif terhadap pengembangan dan kinerja pengikut. Selain itu, Chan dan Mak (2013) juga menyatakan kepemimpinan transformasional berhubungan positif dengan kebanggaan menjadi pengikut pimpinan. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kebanggaan menjadi pengikut pimpinan. 2. Pengaruh Kebanggaan menjadi Pengikut Pimpinan terhadap Komitmen Organisasi (Komitmen Afektif dan Komitmen Normatif) Berbagai bukti telah menunjukkan bahwa kebanggaan menjadi pengikut pimpinan (Doosje dkk., 2002) menyebabkan keterikatan psikologis, merasakan pentingnya pekerjaan dan komitmen organisasi (Boezeman dan Ellemers, 2007). Penelitian terbaru, berfokus pada komitmen afektif dan normatif dari pada komitmen kontinyu dengan dua alasan utama. Pertama, komitmen afektif dan normatif menunjukkan hubungan yang paling signifikan terhadap tingkah laku kepemimpinan (Joo dkk., 2012; Meyer dkk., 2002). Komitmen afektif dan komitmen normatif memiliki kekuatan dan hubungan yang paling positif dengan

18 hasil kerja yang diinginkan, seperti kehadiran, peranan kinerja, dan perilaku organisasi kewarganegaraan antara tiga komponen dari komitmen organisasi (Meyer dkk., 2002). Terdapat dua tipe komitmen organisasi yang lebih mungkin akan terpengaruh oleh pemimpin yang mengartikulasikan visi, memperkenalkan tujuan organisasinya, dan memberikan stimulasi intelektual. Kedua, seperti penelitian sebelumnya, yang telah menyarankan bahwa komitmen kontinyu kalkulatif di alam (Boezeman dan Ellemers, 2007) dengan kata lain, tidak mempengaruhi perilaku dari seorang pemimpin. Komitmen afektif dan komitmen normatif lebih relevan untuk menguji dampak perilaku kepemimpinan transformasional. Peneliti-peneliti organisasional sudah meneliti dampak dari kelompok kerja komitmen pada ketidakhadiran, keinginan untuk pindah, dan peraturan ketat pada kinerja dalam keadaaan collectivistic (Felfe dan Yan, 2009). Tyler dan Blader (2000) mengindikasi kebanggaan sebagai suatu pemikiran bahwa pengikut dinilai dan diterima sebagai anggota dari sebuah organisasi. Para pengikut merasa bangga menjadi pengikut dari pimpinan ketika mereka diikat dengan status sosial atau tertarik dengan karisma dan kinerja pimpinan (Tyler dan Blader, 2000, 2001). Pengikut pada tingkat tinggi dari kebanggaan menjadi pengikut pimpinan merasa bahwa mereka akan meningkatkan komitmen afektifnya.

19 Pemimpin transformasional memberikan kepedulian secara perorangan kepada pengikutnya dengan memberikan keuntungan dan dukungan diluar apa yang diharapkan. Pengikut yang merasa pemimpinnya sebagai seseorang yang luar biasa akan menjadi acuan dan insirasi kepemimpinan (Yukl, 1989). Ketika pengikut yang merasa memiliki rasa bangganya terhadap pemimpin mendorong pemimpin untuk berprestasi, mereka merasa bahwa mereka bertanggung jawab untuk tetap tinggal bersama pemimpinnya. Kebanggaan menjadi anggota dari pemimpin menekankan identifikasi tingkat tinggi dengan hubungan antara pemimpin dan pengikut yang hasilnya untuk meningkatkan komitmen normatif dari pengikut. Chan dan Mak (2013) menyatakan bahwa kebanggaan menjadi pengikut pimpinan berpengaruh secara positif terhadap komitmen afektif dan normatif. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut: H 2 : Kebanggaan menjadi pengikut pimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen afektif. H 3 : Kebanggaan menjadi pengikut pimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen normatif.

20 3. Pengaruh Komitmen Organisasional (Komitmen Afektif dan Komitmen Normatif) terhadap Kinerja Manajerial Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanti dan Nasir (2002), Supriyono (2005) dan Supriyono (2006) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan positif antara komitmen organisasi dan kinerja manajerial. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Yahya dan Ahmad (2008) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan secara statistik signifikan antara komitmen organisasi dan kinerja manajerial. Komitmen organisasi terbagi menjadi tiga, yaitu komitmen afektif, kontinyu, dan normatif. Apabila manajer memiliki komitmen organisasional yang tinggi maka akan semakin baik pula kinerja manajerialnya. Parinding (2015) menyatakan bahwa komitmen normatif berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Selain itu juga menyatakan bahwa komitmen afektif berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Berkomitmen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, komitmen organisasi dibangun oleh afektif, kelanjutan, dan normatif belum mampu meningkatkan kinerja karyawan secara maksimal (Subejo, dkk., 2013). Kinerja karyawan didasarkan pada hasil tidak bisa diandalkan secara maksimal karena keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur dan keadaan. Menurut penelitian Soegihartono (Soegihartono, 2012) menyatakan bahwa komitmen organisasi tidak menjadi mediasi pada hubungan pengaruh kepemimpinan terhadap

21 kinerja. Oleh sebab itu, dengan mendasarkan pada ketentuan dimana pengaruh tidak langsung lebih kecil dibandingkan pengaruh langsung, maka dinyatakan komitmen organisasi tidak sebagai variabel mediasi atau intervening. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut: H 4 : Komitmen afektif berpengaruh terhadap kinerja manajerial. H 5 : Komitmen normatif berpengaruh terhadap kinerja manajerial. C. Model Penelitian Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian